akibat perubahan warna baik dalam proses produksi ataupun akibat perubahan dalam peredaran.
Ada beberapa hal mengenai kejahatan pemalsuan mata uang ini, yaitu sebagai berikut:
1. Pelaku
Pembuat : a.
Pencetus ide aktor b.
Penyandang dana c.
Ahli cetak d.
Tempat penyimpan hasil cetakan e.
Penyedia bahan baku kertas, plastik, tinta, alat cetak dan sebagainya Pengedar :
a. Agen pengedar
b. Pengedar biasa
Hubungan antara pelaku pembuat atau pengedar selalu terputus sistem sel atau bisa juga agen pengedar termasuk kelompok pembuat.
2. Korban
Individu : a.
Masyarakatrakyat b.
Pedagang c.
Toko-toko d.
Pasar
Universitas Sumatera Utara
Lembaga : a.
Lembaga pemerintah bank-bank negara b.
Instansi pemerintah c.
Lembaga swasta bank-bank swasta d.
Money Changer e.
Perusahaan-perusahaan swasta
3. Motivasi
1. Kepentingan pribadi atau kelompok mencari keuntungan
2. Kepentingan tertentu politikekonomi
a. Untuk mengganggu stabilitas ekonomi
b. Menurunkan kepercayaan terhadap mata uang yang sah
3. Subversi
4. Modus
Pembuat : a.
Sablon b.
Membelah dan memindah warna campur warna c.
Melukis d.
Photocopy e.
Cetak offset f.
Cetak printer Pengedar :
a. Menyisipkan di antara tumpukan uang asli
b. Belanja pada malam hari dan waktunya singkat
Universitas Sumatera Utara
c. Menukar dengan uang asli
30
Di Kotamadya Medan
1. Data Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan di Bank Indonesia Cabang Medan Tahun 2000 – 2008: Data Terlampir
Pada tahun 2000-2002 cenderung mengalami penurunan, sedangkan kembali meningkat sejak tahun 2003-2004. Tahun 2005-2008 cendeung
mengalami peningkatan, terutama 2 dua tahun terakhir yaitu tahun 2007-2008 Bank Indonesia Medan menemukan jumlah uang palsu yang sangat besar yaitu
tahun 2007 total Rp 15.011.000,- dan tahun 2008 total Rp 29.555.000,- Dan dari tahun ke tahun didominasi oleh pecahan Rp 100.000,- seratus ribu upiah dan
Rp 50.000,- lima puluh ribu rupiah yang paling banyak dipalsukan, namun jangan remeh dengan pecahan uang kertas rupiah yang nilainya kecil karena
uang Rp 1000,- pun ada yang dipalsu. Terhadap kasus uang palsu yang ditemukan oleh Bank Indonesia Medan
oleh pihak Bank Indonesia dilaporkan kepada pihak Kepolisian dalam hal ini kepada Laboratorium Forensik Cabang Medan untuk diperiksa, sehingga dapat
diusut kasus penyelesaiannya ileh pihak Kepolisian.
30
Suryanbodo Asmoro, Penyidikan Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Mata Uang makalah, hal. 2-6.
2. Data Jumlah Kasus dan Barang Bukti yang Diperiksa di Laboratorium Forensik Cabang Medan Tahun 2005 – 2008: Data Terlampir
Universitas Sumatera Utara
Dari data 4 empat tahun terakhir dilihat bahwa kasus uang palsu yang berasal dari 5 lima provinsi yaitu Aceh, Medan, Batam, Riau, dan Kepri
jumlah kasus yang diperiksa barang bukti uang kertas palsunya di Laboratorium Forensik Cabang Medan relatif sedikit. Tahun 2005 terdapat 22 dua puluh dua
kasus dengan barang bukti 1065 lembar, tahun 2006 terjadi penurunan yaitu 15 lima belas kasus dengan barang bukti 412 lembar, tahun 2007 mengalami
peningkatan yang signifikan yaitu terdapat 35 tiga puluh lima kasus dengan barang bukti 2001 lembar. Akan tetapi pada tahun 2008 mengalami penurunan
yaitu hanya 20 dua puluh kasus dengan barang bukti 651 lembar, padahal berdasarkan data jumlah uang palsu yang ditemukan di Bank Indonesia Medan
sangat banyak. Hal ini dikarenakan sangat sulit menemukan pelaku sesungguhnya yang membuat dan mengedarkan uang palsu tersebut.
Pada tahun 2001-2005 cenderung mengalami peningkatan, dimana tahun 2001 ditemukan uang kertas rupiah palsu sejumlah Rp 6.250.000,- enam juta
dua ratus lima puluh ribu rupiah, tahun 2002 meningkat jauh yaitu Rp 34.425.000,- tiga puluh empat juta empat ratus dua puluh lima ribu rupiah,
tahun 2003 sejumlah Rp 41.060.000,- empat puluh satu juta enam puluh ribu rupiah, tahun 2004 mengalami penurunan yaitu Rp 19.280.000,- sembilan
3. Data Jumlah Kasus Tersangka yang Terlibat dalam Perkara Memalsukan dan Mengedarkan Uang Palsu yang Ditangani di Poltabes MS Tahun 2001 – 2007:
Data Terlampir
Universitas Sumatera Utara
belas juta dua ratus delapan puluh ribu rupiah, dan tahun 2005 kembali meningkat sejumlah Rp 41.000.000,- empat puluh satu juta rupiah.
Namun sejak tahun 2006 pihak Poltabes MS hanya menangani 1 satu kasus uang palsu sejumlah Rp 1.250.000,- satu juta dua ratus lima puluh ribu
rupiah yang sangat sedikit dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Data kasus uang palsu yang ditangani Poltabes MS pada tahun 2007 pun hanya
2 dua kasus dengan barang bukti sejumlah Rp 70.000,- tujuh puluh ribu rupiah yang terlalu kecil untuk dibandingkan dengan jumlah uang palsu pada
tahun-tahun sebelumnya.
4. Data Perkara Menegenai Uang Palsu yang Diperiksa dan Diputus di Pengadilan Negeri Medan Tahun 2006 – 2008: Data Terlampir
Perkara yang masuk dan telah diputus oleh PN Medan pada tahun 2006 hanya 3 tiga perkara, tahun 2007 mengalami peningkatan yaitu ada 8 delapan
perkara, dan tahun 2008 menurun dengan hanya ada 3 tiga perkara. Data ini cenderung sedikit dan sangat timpang apabila dilihat dari jumlah uang palsu
yang begitu banyak yang ditemukan di Bank Indonesia Medan. Hal ini dikarenakan pelaku sebenarnya sangat sulit ditemukan karena uang palsu telah
diedarkan dari tangan ke tangan tanpa diketahui oleh korbannya serta kurangnya alat bukti sehingga sulit bagi pihak Kepolisian dalam hal ini Poltabes MS
untuk melakukan penyelidikan bahkan penyidikan. Oleh karenanya jumlah kasus yang di periksa di pengadilan sangat sedikit. Hal inilah yang perlu dikaji
lebih dalam lagi mengenai penegakan hukumnya.
Universitas Sumatera Utara
B. Kasus Pemalsuan Uang Kertas Rupiah dan Pengedarannya serta Dampaknya Bagi Indonesia