Peranan Fotothermal Dalam Reproduksi

8 bulan-bulan tersebut ditemui nilai maksimum IGS, dan minimum pada bulan April- Mei. Sebagian besar dari ikan- ikan teleost bertelurnya bersifat musiman hingga beberapa keturunan secara terus-menerus. Selama musim bertelur, ada variasi yang lebar waktunya tahun ketika perkawinan tiba. Ikan-ikan zona air tawar memijahbertelur di musim semi dan awal musim panas, sedangkan yang lainnya seperti salmonids melakukannya di dalam musim gugur. Ikan- ikan air tawar di sungai Murray- Darling dari New South Wales, Australia, dirangsang untuk memijah ketika perairan banjir Lake, 1967. Kemudian ikan- ikan air tawar dari danau-danau dataran banjir Amazon memijah selama musim hujan Schwassmann, 1978. Didalam anak-anak benua India, mayoritas ikan air tawar memijah selama angin monsun mencapai puncaknya ketika curah hujan tinggi Jhingran, 1975. Waktu pembiakan dari tiap jenis adalah sangat tergantung pada waktu dan lingkungan yang tepat sehingga nener yang dihasilkan dalam siklus reproduksi maksimal survival.

2.2. Peranan Fotothermal Dalam Reproduksi

Fotothermal berkaitan dengan periode pencahayaan dan temperatur. Cahaya dengan segala aspek yang dikandungnya intensitas dan panjang gelombang akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap tingkahlakupergerakan ikan. Tubuh mengetahui perubahan lingkungan karena dilengkapi alat penerima rangsangindra, baik fisik maupun kimia. Seperti halnya mata bertugas merekam perubahan cahaya, linea lateral merekam perubahan arus dan gelombang. Perubahan lingkungan yang direkam alat indra tersebut dilaporkan ke otak untuk selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan cara perubahan tingkah laku atau metabolisme untuk mengatasi gangguan keseimbangan Fujaya, 2004. Fotoperiode, temperatur dan curah musim hujan adalah beberapa faktor lingkungan yang sangat penting dalam mengatur siklus reproduksi ikan. Di alam, faktor lingkungan menentukan sebagain besar pemilihan waktu reproduksi dan strategi reproduksi jenis ikan- ikan tertentu. Karena itu mengetahui pengaruh dari faktor lingkungan terhadap respon biologi reproduksi suatu jenis ikan adalah dasar yang penting untuk mengadaptasikannya ke media budidaya Bardakci, 2000. 9 Pengaturan fotoperiod, temperatur yang sesuai dan didukung ketersediaan makanan yang cukup, ini dapat mempengaruhi pola reproduksi pada kebanyakan ikan teleosts. Teoritisnya, mekanisme pengaruh fotothermal terhadap kinerja reproduksi ikan sebagai berikut; 1 fotoperiode periode pencahayaan akan diterima oleh fotoreseptor yang terdapat pada retina ikan, kemudian disampaikan melalui saraf menuju hipotalamus dan kelenjar pineal kompleks pineal gland, khususnya bagian suprachiasmatic nucleus SCN. Selanjutnya, kelenjar pineal ini akan mensekresikan hormon indoleamin dan melatonin ke dalam cairan cerebrospinal dan plasma darah. Melatonin merupakan antigonadotropin, sehingga jika kadar melatonin dalam darah tinggi, maka perkembangan gonad akan berhenti Mustonen, 2003. Lebih lanjut, menurut Gern et al. 1978 dalam Davie 2005 melaporkan bahwa hormon melatonin akan menurun pada suatu fase pencahayaan yang tinggi, dan sebaliknya akan meningkat pada fase gelap. 2 temperatur perairan dapat langsung mempengaruhi kondisi gonad, khususnya pada reaksi enzimatisnya. Wilbraham dan Matta 1992 dalam Warsito 2007 menyatakan bahwa laju reaksi enzim meningkat seiring dengan kenaikan suhu dan akhirnya enzim kehilangan semua aktifitas jika protein menjadi rusak akibat panas setelah temperatur optimum. Banyak enzim berfungsi optimal dalam batas-batas temperatur antara 25-37 o C. Temperatur optimum yang mampu untuk mendukung aktivitas reproduksi ikan yaitu berkisar antara 25-30 o C. Kisaran temperatur ini umumnya bisa lebih dijamin pada negara tropis Sutisna dan Sutarmanto, 1995. Peristiwa terakhir dari siklus reproduksi adalah pelepasan telur dan sperma ke media inilah yang kita dikenal istilah pemijahan. Faktor lingkungan telah menunjukkan peranan cukup penting terhadap siklus reproduksi seperti: fotoperiode, temperatur air, kualitas air seperti DO, pH, hardness, salinitas, alkalinitas, genangan air dan arus air; pasang dan siklus bulan, siklus cuaca seperti tekanan atmosfer, curah hujan, substrat pemijahan seperti tumbuhan air, ranting-ranting, kerikil, liang- liang dalam tanah, nutrisi, dan kehadiran ikan lain. Faktor-faktor diatas tidak berfungsi sendiri-sendiri tetapi saling berhubungan. Pengaturan mekanisme internal terhadap proses reproduksi ikan adalah dimulai dari otak – hypothalamus – pituitary – gonad Rottmann et al. 1991. 10 Reproduksi pada ikan berada dibawah kontrol poros hypothalamus, hypofisis dan gonad. Ketiga jenis kelenjar hormon tersebut mengeluarkan hormon-hormon yang berperan sebagai media perantara bagi sinyal lingkungan ke organ reproduksi hormon-hormon ini bekerja secara bertingkat; hypofisis– gonad–hati. Effendie 2002 menyebutkan kematangan gonad pada ikan umumnya adalah tahapan pada saat perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Selama proses reproduksi sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai. Effendie 2002 melaporkan bahwa pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10-25 dari bobot tubuh dan pada ikan jantan 5-10. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin bertambahnya tingkat kematangan gonad, telur yang ada dalam gonad akan semakin besar. Kuo et al. 1979 juga menyatakan bahwa kematangan gonad pada ikan dicirikan dengan perkembangan diameter rataan telur dan pola distribusi ukuran talur. Kebanyakan kematangan gonad ikan senggaringan dimulai apabila telah mencapai bobot 50 gram dengan panjang lebih kurang 200 mm Sulistyo dan Setijanto, 2002. Heltonika 2009 melaporkan ikan senggaringan mempunyai letak dan bentuk mulut dengan tipe subterminal dan dilengkapi dengan gigi yang tajam. Ukuran lebar bukaan mulut berkisar 1 – 1,9 cm dengan kisaran panjang total tubuh 14,6 – 22,5 cm. Serta mendapatkan ukuran pertama kali matang gonad adalah 148 mm. Ikan ini termasuk ikan yang memiliki hubungan panjang dan berat yang normal. Secara garis besar perkembangan gonad ikan dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap pertumbuhan gonad ikan sampai ikan menjadi dewasa kelamin dan selanjutnya adalah pematangan gamet. Tahap I berlangsung mulai ikan menetas hingga mencapai dewasa kelamin dan tahap II dimulai setelah ikan mencapai dewasa, dan terus berkembang selama fungsi reproduksi masih tetap berjalan normal Lagler et al. 1979. Lebih lanjut dikatakan bahwa kematangan gonad pada ikan tertentu dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor luar seperti temperatur 11 dan adanya lawan jenis dan faktor dalam seperti perbedaan spesies, umur dan sifat-sifat fisiologi lainnya. Arroyo et al. 2004 melaporkan kontrol reproduksi ikan Chirostoma humboldtianum dengan siklus fotothermal buatan terhadap reproduksi ikan jantan dan betina, dimana pada percobaan pertama; didapatkan bahwa induk ikan jantan terangsang photothermal 19°C dan 12T12G, sedangkan induk betina tidak bereaksi terhadap rangsangan pertama ini. Pada percobaan kedua, ikan betina terangsang pada 19°C dan 12T12G yang didapatkan pemijahan ganda betina dan jantan sama-sama memijah. Selanjutnya Mc Cleare dan Kleckner 1982 menyebutkan beberapa manfaat dari manipulasi fotoperiod adalah meningkatkan performan, profit dan kelangsungan aktivitas budidaya.

2.3. Hormonal