3.6 Pengolahan Data Evapotranspirasi
Metode Penman-Monteith adalah salah satu metode yang digunakan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi potensial dari permukaan air terbuka dan
permukaan vegetasi yang menjadi kajian. Model ini membutuhkan lima parameter iklim yaitu suhu, kelembaban relatif, kecepatan angin, tekanan uap jenuh dan
radiasi netto. Model persamaan Penman-Monteith Neitsch et all .
2005 sebagai
berikut: Etp =
� − +�
��
. � .[
�
−e
z
]r
a
�+�.1+
�
.................................................................18 Dimana ;
ETp = Evapotranspirasi potensial mmhari
H
net
= Radiasi netto MJm
2
hari ∆
= Slope fungsi tekanan uap jenuh kPaºC G
= Aliran panas ke dalam tanah MJm
2
hari γ
= Konstanta psychometric kPaºC ρ
air
= Berat jenis udara kgm
3
C
p
= Panas pada tekanan konstan MJkgºC
�
= Tekanan uap jenuh udara kPa e
z
= Tekanan jenuh adara pada ketinggian z kPa r
a
= Resistensi aero dinamik sm r
c
= Resisten tutupan kanopi sm
3.7 Analisis Laju Erosi
3.7.1 Model MUSLE Modified Universal Soil Loss Equation
Adapun yang digunakan untuk menduga laju sedimen dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode MUSLE. Metode MUSLE Modified
Universal Soil Loss Equation merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menduga laju sedimentasi yang merupakan metode yang dikembangkan dari
metode yang sudah ada sebelumnya yakni metode USLE Universal Soil Loss Equation. MUSLE tidak menggunakan faktor energi hujan sebagai trigger
penyebab terjadinya erosi melainkan menggunakan faktor limpasan permukaan sehingga MUSLE tidak memerlukan faktor sediment delivery ratio SDR. Faktor
limpasan permukaan mewakili energi yang digunakan untuk penghancuran dan pengangkutan sedimen.
Menurut Neitsch et all. 2005 hasil dugaan erosi dengan metode MUSLE dapat dirumuskan sebagai berikut :
�
′
= 11,8. .
�
. � �
0,56
. . �. �. ............................................ 19
Dimana ; Sed’ =
sediment yield dari Sub DAS ton q
peak
= Puncak laju run-off m
3
s Q
surf
= Spesifikasi Run- off mmha
area =
Luas Sub DAS ha K
= Faktor erodibitas
C =
Faktor pengelolaan tanaman P
= Faktor teknik konservasi tanah
LS =
Faktor panjang dan kemiringan lereng Aliran lateral dan base flow juga membawa sedimen masuk ke dalam
sungai. Jumlah sedimentasi yang berasal dari aliran lateral dan base flow dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
�
�
=
�
+
�
.� � . 1000
........................................................................ 20 Dimana :
Sed
lat
= Sedimen aliran lateral dan base flow ton Q
lat
= Lateral flow mm
Q
gw
= Base flow mm
area =
Luas Sub DAS Km
2
conc
sed
= Konsentrasi sedimen yang berasal dari lateral dan base flow
mgL
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas
Sub-DAS Cibengang terletak kurang lebih 20 Km ke sebelah Utara dari Kecamatan Cicalengka, tepatnya di Desa Tanjungwangi, Kecamatan Ciicalengka,
Kabupaten Bandung. Ketinggian wilayah Sub-DAS Cibengang antara 1112,5 m dan 1425 m di atas permukan laut. Luas Sub-DAS Cibengang berdasarkan hasil
deliniasi peta adalah 76,73 Ha, dengan panjang sungai utama 2354,57 m. Sungai utama Sub-DAS Cibengang memiliki titik elevasi tertinggi pada
ketinggian 1362,5 m diatas permukaan laut dengan titik terendah outlet pada 1112,5 m di atas permukaan laut, sehingga kemiringan sungai utamanya adalah
10,62 . Panjang seluruh anak sungai Sub-DAS Cibengang mencapai 3752,973 km,
dengan kerapatan sungai sebesar 4,89 kmkm2 dan tergolong kedalam kategori nilai kerapatan sungai agak rapat.
4.2 Penggunaan Lahan
Pola dan tata guna lahan di Sub-DAS Cibengang berdasarkan pengolahan atribut dan data spasial dikelompokkan menjadi tiga jenis penggunaan lahan,
Pengelompokan jenis penggunaan lahan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Luasan Sub-DAS Cibengang berdasarkan penutupan lahan
No. Jenis Penutupan lahan
Luas Ha Persentase
1 Belukar Semak
3,11 4,05
2 Hutan
11,4 14,86
3 Tegalan Ladang
62,22 81,09
Jumlah 76,73
100,00
Sumber : Laporan Monev 2009.