Aplikasi Tank Model dan Perhitungan Neraca Air di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu Kabupaten Majalengka

(1)

APLIKASI TANK

AIR DI MOD

SUB-DAS CIMAN

DEPAR

F

INST

NK MODEL DAN PERHITUNGAN NER

DEL DAS MIKRO (MDM) CISAMPOR

ANUK HULU KABUPATEN MAJALEN

SYAMPADZI NURROH

ARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

STITUT PERTANIAN BOGOR

2010

ERACA

ORA


(2)

SUB-DAS CIMANUK HULU KABUPATEN MAJALENGKA

SYAMPADZI NURROH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(3)

ABSTRACT

SYAMPADZI NURROH. Tank Model Application and Water Balance Calculation at Cisampora Micro Catchment Model Upper Cimanuk Sub Watershed, Majalengka. Supervised By NANA MULYANA ARIFJAYA.

The influence of forest cover an important concern in regulating the distribution of water flow into the rivers. The River flow discharger is one of the hydrology importantness in order to be known, the water balance planning of catchment development. One of the hydrology models able to be used for the prediction of water balance is Tank Model, The appllied of the Tank Model conducted to daily of rainfall, evapotranspiration, and discharge data.

During periode of research water balance observations of 1678 mm rainfall, (outflow) calculation discharge of 623,48 mm and 631,04 mm evapotranspiration. equation between water balance and discharger (Q = 1,606 (TMA1, 494)) with the coefficient correlation (R2) of 0,993. Sediment rate equation (Qs = 29,26 (Q1, 781)), with the coefficient of correlations (R2) of 0,853. The Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE) evaluated by calibrating the MUSLE for the Watersheds show that a strong determination coefficient (R2) value of 0,835 and the regression equation (Qs Ms = 33,28Qs Obs + 0,064). This shows that The MUSLE predicted quite accurately when calibrated for these watersheds. Based on those categories that results using the method MUSLE of 3,184 mm/year, The medium category of sediment rate estimation.

Based on the indicators of the reliability of the Tank model that the value of the correlation coefficient (R) of 0,84 can present the results of verification of Tank Model in this case quite satisfactory. Water balance surplus amounted to 720,161 mm of water storage in ground water (38,80%), rainfall (inflow) 1845 mm/year, outflow distributed in runoff 622,21 mm/year (33,90%), evapotranspiration 504,8 mm/year (27,30%) and water flows in a vertical level has up to value at tank D (base flow) amounted to 790,036 mm (47,59%) and than tank C (sub base flow) amounted to 778,791 mm (46,91%), tank A (surface flow) amounted to 59,3 mm (1,93%) while in the water level in tank B (intermediate flow) amounted to 31,9 mm (3,57%) and the total flow in horizontal flow which is distributed in the flow of surface flow amounted is 149,5 mm (24, 03%), intermediate flow amounted to 320,3 mm (51,47%), sub-base is 47,2 mm (7,59%) and base flow is 105 mm (16,91%).


(4)

SYAMPADZI NURROH. Aplikasi Tank Model dan Perhitungan Neraca Air di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu Kabupaten Majalengka. Dibimbing oleh NANA MULYANA ARIFJAYA.

Penutupan hutan berpengaruh terhadap perubahan iklim dan air, pengaruh penutupan hutan menjadi perhatian penting dalam mengatur distribusi aliran air ke sungai-sungai. Tata air DAS merupakan komponen penting dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) karena kondisi hidrologis DAS menjadi kawasan resapan air terutama di bagian hulu, karena kerusakan di bagian hulu tidak hanya hanya mempunyai efek yang bersifat on site tetapi juga dapat menyebabkan efek yang bersifat off site atau kerusakan di bagian hilir. Oleh karena itu, degradasi penutupan lahan memberikan implikasi terhadap perubahan tata air di dalam suatu DAS.

Informasi tata air merupakan tolak ukur yang diperlukan dalam rangka evaluasi keberhasilan program pengelolaan DAS. Oleh karena itu, perlu informasi yang akurat tentang karakteristik hidrologi dengan parameter secara kuantitatif maupun kualitatif. Sehingga perlu dilakukan penelitian kajian untuk memperoleh data informasi karakteristik hidrologi secara secara kuantitatif dan kualitatif dari pengaruh penutupan hutan terhadap distribusi aliran air ke sungai melalui data hasil pengamatan di stasiun pengamatan arus sungai (SPAS) Cisampora. Tujuan dari penilitian ini adalah mengkalibrasi debit aliran dan laju sedimen berdasarkan data tinggi muka air (TMA), mengaplikasikan Tank Model untuk menggambarkan karakteristik hidrologi, dan menghitung neraca air di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu.

Penelitian ini dilaksanakan selama periode Desember 2009 sampai April 2010 melalui beberapa tahapan yaitu pengumpulan data dan transfer data primer (tinggi muka air, konsentrasi sedimen, kelembaban relatif, curah hujan, dan suhu) dari perekam data (logger) ke sistem pengolahan data digital. Menganalisis hubungan antara tinggi muka air dan debit aliran, debit aliran dan laju sedimen. Analisis hubungan regresi untuk mencari nilai koefesien korelasi dan determinasi serta rating curve, diantaranya hubungan antara debit aliran dan tinggi muka air (stage discharger rating curve); antara debit aliran dan debit sedimen (sediment

discharger rating curve). Membuat grafik dengan metode unit hidrograf dengan

mencari hubungan antara curah hujan menurut waktu terhadap aliran debit aliran sebagai respon suatu DAS terhadap input curah hujan dan hasilnya digunakan sebagai inisasi nilai koefesien limpasan (C) pada hasil optimasi Tank Model. Menganalisis data curah hujan, evapotranspirasi, dan debit aliran sebagai data input Tank Model. Hasil kalkulasi optimasi Tank Model berupa debit aliran digunakan untuk menganalisis laju sedimen menggunakan metode The

Modification of Universal Soil Loss Equation (MUSLE) dan perhitungan neraca

air.

Penggunaan lahan Sub-DAS Cisampora Hulu DAS Cimanuk terdiri atas 4 tipe. Penggunaan lahan didominasi oleh tutupan lahan hutan seluas 250,5 ha (59,20%). Tiga penggunaan lahan lainnya adalah pemukiman seluas 11,40 ha atau 2,70%, sawah tadah hujan seluas 75,80 ha (17,90%) dan tegalan/ladang sayur


(5)

seluas 85,70 ha (20,20%). Keseimbangan air hasil observasi yang terdiri dari presipitasi (inflow Rainfall) sebesar 1678 mm, debit aliran total (outflow calculation), sebesar 623,48 mm, dan Etp (evapotranspirasi)sebesar 631,04 mm. hasil debit aliran menggunakan persamaan rumus (Q = 1,606(TMA1,494)) dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,993. Analisis hubungan regresi antara laju sedimen observasi dengan laju sedimen metode MUSLE memiliki korelasi yang kuat dengan dengan nilai R2 sebesar 0,835 dengan persamaan rumus (Qs Ms = 33,28Qs Obs + 0,064). Hal ini menunjukan bahwa dengan nilai R2 (83,5%) metode MUSLE dapat digunakan dalam pendugaan laju sedimen, karena pendugaan laju sedimen pada penelitian ini cukup baik dan akurat. Laju sedimen observasi hasil kalibrasi menggunakan persamaan rumus (Qs = 29,26(Q1,781)), dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,853. Dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS, besarnya laju sedimen dalam kisaran antara 2 dan 5 mm/tahun termasuk sedang. Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu berdasarkan kategori tersebut, bahwa laju sedimen metode MUSLE sebesar 3,184 mm/tahun termasuk dalam kategori sedang.

Berdasarkan indikator dari keandalan Tank Model bahwa nilai hasil hubungan korelasi (R) sebesar 0,84 menunjukan hasil verifikasi Tank Model dalam penelitian ini cukup memuaskan. Keseimbangan neraca air pada bulan Desember sampai April terjadi surplus air sebesar 720,161 mm yang tersimpan dalam air tanah (storage) dan Water level mengalir secara vertikal mencapai nilai tertinggi pada tank D base flow 790,036 mm (47,59%) dan diikuti oleh tank C sub-base flow 778,791 mm (46,91%), pada level tank A surface flow 59,3 mm (1,93%) dan level air di tank B intermediate flow 31,9 mm (3,57%) dan total aliran (runoff) mengalir secara horizontal yang terdistribusi pada aliran surface flow sebesar 149,5 mm (24,03%), intermediate flow sebesar 320,3 mm (51,47%), pada sub-base sebesar 47,2 mm (7,59%) dan aliran dari base flow sebesar 105 mm (16,91%).


(6)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Tank Model dan Perhitungan Neraca Air Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu Kabupaten Majalengka adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2010

Syampadzi Nurroh NIM. E14050515


(7)

Judul Skripsi : Aplikasi Tank Model dan Perhitungan Neraca Air di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu Kabupaten Majalengka

Nama : Syampadzi Nurroh

NIM : E14050515

Menyetujui: Dosen Pembimbing

Ir. Nana Mulyana Arifjaya, M.Si. NIP. 19660501 199203 1005

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Hutan

Dr. Ir. Didik Suharjito, M.S. NIP. 19630401 199403 001


(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Kanjeng Pangeran Gusti Allah SWT karena atas limpahan rahmat, anugerah dan lindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “Aplikasi Tank Model dan Perhitungan Neraca Air di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu Kabupaten Majalengka” dibawah bimbingan Ir. Nana Mulyana Arifjaya, M.Si. Karya ilmiah ini merupakan tugas akhir (skripsi) sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Dalam karya ilmiah ini, penulis mencoba memaparkan hasil penelitian untuk mengkaji dan menganalisis hubungan antara curah hujan, debit sungai dan laju sedimentasi di SPAS (Stasiun Pengamatan Arus Sungai) Cisampora terhadap penggunaan lahan di daerah tangkapan air (DTA) berdasarkan hasil pemantauan dan pengukuran alat AWS (Automatic Weather Station) dan SPAS Digital Automatik. Dengan penggunaan aplikasi Tank Model dapat mempresentasikan karakteristik hidrologi (neraca air dan laju sedimen) di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran besar karakteristik hidrologi yang terjadi akibat kondisi tata guna lahan saat ini, serta memperkenalkan alat AWS (Automatic Weather

Station) dan SPAS Digital Automatik.

Penulis berharap semoga hasil penelitian yang dituangkan dalam karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pengetahuan.

Bogor, Agustus 2010


(9)

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Nopember 1986 di Bandung dan merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Anang Sutisna dan Ibu Romlah. Penulis melaksanakan jenjang pendidikan sekolah di SDN 3 Cimindi Bandung (1993-1999), SLTP BPK Penabur Bandung (1999-2002), SMA Negeri 1 Cibeber Cianjur (2002-2005). Penulis melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) dan menjalani Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada tahun 2005. Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan dan menjalani pendidikan Mayor Minor, untuk pendidikan mayor Manajemen Hutan dan pendidikan minor Agronomi dan Holtikultura Fakultas Pertanian serta beberapa Supporting Courses dari Departemen Silvikultur, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Departemen Teknologi Hasil Hutan, serta Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.

Pada jenjang sekolah menengah penulis aktif dalam organisasi ektrakulikuler Botanical Garden sebagai Ketua umum dan prestasi menjadi Siswa Teladan Tingkat Kabupaten Cianjur tahun ajaran 2003/2004. Selama duduk di bangku kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada tingkat TPB ikut menjadi anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM TPB) tahun pengurusan 2006/2007, setelah masuk Fakultas penulis aktif sampai semeter 8 di beberapa organisasi diantara Himpunan Profesi Mahasiswa Manajemen Hutan (FMSC) sebagai Ketua bidang Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM), International Forestry Student assosation (IFSA LC IPB) sebagai anggota Public Relation, dan terakhir ikut menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor sebagai anggota Divisi Informasi dan komunikasi pada tahun kepengurusan 2008/2009.

Penulis mendapat kepercayaan untuk menjadi asisten praktikum beberapa mata kuliah di Departemen Manajamen Hutan dan Departemen Silvilkultur diantaranya mata kuliah Dendrologi selama 2 semester tahun ajaran 2007/2008 dan 2008/2009, asisten praktikum mata kuliah Silvikultur tahun ajaran 2007/2008, asisten praktikum mata kuliah Inventarisasi Sumberdaya Hutan tahun ajaran 2008/2009, asisten praktikum mata kuliah Pengelolaan Ekosistem Hutan dan Daerah Aliran Sungai tahun ajaran 2008/2009 dan 2009/2010. Penulis juga diberi kepercayaan menjadi Asisten Praktek Lapang yaitu Praktek Pengelolan Hutan (PPH) Fakultas Kehutanan pada tahun ajaran 2009/2010.


(10)

Prestasi penulis di bidang karya ilmiah selama duduk di bangku perkuliahan antara lain Sepuluh besar finalis tingkat IPB Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) bidang Ilmu Pengetahuan Sosial pada tahun 2008 dibawah bimbingan Bapak Handian Purwawangsa, S.Hut., M.Si.; Sepuluh besar finalis tingkat IPB Lomba Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) Tahun 2009; Penerima Penghargaan DIKTI Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Artikel Ilmiah (PKM-AI) dibawah bimbingan Bapak Dadan Mulyana, S.Hut., M.Si. pada tahun 2009; Penerima Penghargaan DIKTI Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Gagasan Tertulis (PKM-GT) pada tahun 2010 dibawah bimbingan Bapak Handian Purwawangsa, S.Hut., M.Si.: Peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS XII di Universitas Brawijaya Malang) tahun ajaran 2008/2009 bidang Lomba Kaya Tulis Al-Quran dibawah bimbingan Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M.Sc.

Penulis telah menyelesaikan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) yang berlokasi di KPH Banyumas Barat BKPH Rawa Timur Cilacap Jawa Tengah (ekosistem mangrove), Pulau Nusa Kambangan Jawa Tengah (ekosistem hutan dataran rendah), Taman Nasional Gunung Slamet dan Taman Wisata Baturraden Jawa Tengah (ekositem hutan pegunungan) pada tahun 2007. Lalu menyelesaikan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dan KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten pada tahun 2008. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang pada tahun 2009 di Kelas Perusahaan Pinus Merkusii KPH Banyumas Barat Jawa Tengah, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.

Untuk menyelesaikan studi pada program pendidikan Sarjana Kehutanan di Departemen Manajemen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dengan judul Aplikasi Tank Model dan Perhitungan Neraca Air di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu Kabupaten Majalengka dibimbing oleh Ir. Nana Mulyana Arifjaya, M.Si.


(11)

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, anugerah dan lindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. selaku Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

2. Bapak Dr. Ir. Didik Suharjito, M.S. selaku Ketua Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

3. Bapak Ir. Nana Mulyana Arifjaya, M.Si. selaku dosen pembimbing terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan

4. Ibu Ir. Siti Badriyah Rushayati, M.Si; Bapak Dr. Ir. I Nyoman Jaya Wistara, M.S; dan Bapak Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas, M.Sc F.Trop selaku dosen penguji sidang ujian komprehensif serta Bapak Ir. Muhdin, M.Sc F.Trop selaku moderator pada saat seminar hasil penelitian.

5. Seluruh jajaran staf BPDAS Cimanuk-Citanduy yang telah memberikan dalam perolehan izin untuk penelitian dan data-data yang diperlukan.

6. Komisi Pendidikan Departemen Manajemen, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam pengurusan administrasi

7. Orang tua dan keluarga (Achi Rochani, Reni Kartiwi, Yogie Wigiantoso, dan Alm. Kaind Seriouslyani) penulis yang telah menjadi motivator sekaligus inspirator bagi penulis selama ini

8. R. Rodlyan Ghufrona, S.Hut, Bapak Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si dan Bapak Dadan Mulyana, S.Hut. M.Si. yang telah memberikan inspirasi, masukan, dan dukungan.

9. Juniar Prayogi, teman-teman Laboratorium Hidrologi dan Pengelolaan DAS (Alan Fernando Bangun, Aswin Rahadian dan Trianingtyas Sulistyowati) dan rekan mentor kang yanto, kang getsa dan teh rused, serta teman-teman mahasiswa Departemen Manajemen Hutan (E42) dan Teman-teman Fahutan (E42) yang telah memberikan banyak dukungan, bantuan, dan motivasi

10.Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaraan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(12)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

RIWAYAT HIDUP ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Penelitian 2

1.3 Manfaat Penelitian 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1Daerah Aliran Sungai (DAS) 3

2.2Bagian-bagian DAS 4

2.3Aplikasi Tank Model Generic Algorithm Optimization 6

2.4Siklus Hidrologi 7

2.5Neraca Air 8

2.6Klasifikasi penggunaan lahan 9

2.6MUSLE (Modification of Universal Soil Loss Equation) 10

BAB III METODOLOGI 11

3.1Penggunaan Software Tank Model GA Optimization 11

3.2Metode Penelitian 14

3.3Waktu dan Lokasi Penelitian 15

3.4Alat dan Bahan 16

3.5Analisis Data Input Tank Model 17

3.4.1 Analisis debit sungai 17

3.4.2 Analisis evapotranspirasi 17

3.4.3 Analisis curah hujan 18

3.6Analisis hubungan laju sedimen MUSLE dengan Observasi 18

3.7Analisis hidrograf aliran 20

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 21

4.1Letak dan Luas DAS 21

4.2Kondisi Tutupan lahan 22

4.3Kondisi Fisik 23

4.3.1 Geologi, topografi dan tanah 23 4.3.2 Curah hujan, hidrologi dan iklim 26


(13)

vi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 29

5.1Analisis Data Input Tank Model 29

5.1.1 Analisis curah hujan 29

5.1.2 Analisis debit aliran sungai 30 5.1.3 Analisis data evapotranspirasi 34

5.2Analisis Hidrograf Aliran 36

5.3Aplikasi Tank Model Generic algorithm Optimization 39

5.3.1 Prinsip dasar Tank Model 39

5.3.2 Input data Tank Model 41

5.3.3 Hasil verifikasi dan optimasi Tank Model 41 5.3.4 Komponen hasil optimasi Tank Model 44 5.4Analisis Laju Sedimen Metode MUSLE 49 5.4.1 Analisis laju sedimen observasi 49 5.4.2 Analisis laju sedimen surface flow dan base flow 51 5.4.3 Analisis laju sedimen di MDM Cisampora Sub-DAS

Cimanuk Hulu 52

5.5Analisis Neraca Air 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 61

6.1Kesimpulan 61

6.2Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62


(14)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Alat yang digunakan dalam penelitian 16

2. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian 17

3. Tingkat hubungan antar variable 20

4. Penutupan lahan di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora 22

5. Luasan distribusi kelas kelerengan MDM Cisampora 24

6. Sebaran jenis tanah Model DAS Mikro (MDM) Cisampora 25 7. Sumber utama penghasilan penduduk desa 28 8. Hasil pengukuran debit lapang menggunakan koefisien kekasaran

Manning 31

9. Total debit aliran sungai Model DAS Mikro (MDM) Cisampora 34 10.Data harian evapotranspirasi MDM Cisampora 36 11.Perhitungan analisis hidrograf pada kejadian hujan 11 April 2010 38 12.Analisis Perhitungan Hidrograf Aliran per kejadian hujan 38

13.Rekapitulasi Data input Tank Model 41

14.Parameter hasil optimasi Tank Model 42

15.Indikator keandalan Tank Model (Tank Model Performance) 43

16.Komponen hasil optimasi Tank Model 44

17.Keluaran Water Level hasil optimasi Tank Model 48 18.Komponen keseimbangan air hasil optimasi Tank Model 52 19.Total laju sedimen di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS

Cimanuk Hulu 53

20.Kategori kinerja DAS berdasarkan laju sedimen 54 21.Neraca air hasil Optimasi Tank Model di Model DAS Mikro (MDM)


(15)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Peta Satuan wilayah Pengelolaan DAS Cimanuk-Citanduy 5

2. Skema standard Tank Model 11

3. Skema tahapan penelitian 15

4. Peta lokasi penelitian 16

5. Peta wilayah administratif Model DAS Mikro (MDM) Cisampora 21 6. Peta penggunaan lahan di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora 22 7. Peta sebaran jenis litologi Model DAS Mikro (MDM) Cisampora 23 8. Peta kelas lereng Model DAS Mikro (MDM) Cisampora 24 9. Peta sebaran tipe iklim Model DAS Mikro (MDM) Cisampora 27

10.Grafik fluktuasi curah hujan 30

11.Kurva hubungan tinggi muka air dan debit lapang 32 12.Fluktuasi hubungan curah hujan dan debit aliran sungai 33 13.Hidrograf aliran pada kejadian hujan 11 April 2010 37

14.Konsep standard Tank Model 40

15.Grafik fluktuasi data curah hujan, debit aliran dan evapotranspirasi 45 16.Keseimbangan air hasil optimasi Tank Model 46 17.Akumuluasi debit aliran dari berbagai jenis aliran hasil optimasi 46 18.Grafik fluktuasi hidrograf aliran hasil optimasi 47 19.Keseimbangan water level pada setiap tahapan tank dari hasil optimasi.. 47 20.Grafik hubungan debit aliran dan laju sedimen 50 21.Grafik hubungan laju sedimen observasi dan metode MUSLE 55 22.Peta sebaran nilai laju sedimen menggunakan metode MUSLE 56 23.Skema keseimbangan neraca air dalam suatu DAS 59


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Dokumentasi penutupan lahan 65

2. Dokumentasi alat yang digunakan dalam penelitian 66 3. Desain penampang melintang SPAS Cisampora 67 4. Perhitungan data debit lapang menggunakan koefisien Manning 69 5. Analisis debit lapang menggunakan koefisien Manning 70 6. Analisis regresi hubungan tinggi muka air dan debit lapang 71 7. Analisis regresi hubungan debit aliran dan debit sedimen 72 8. Contoh Perhitungan hidrograf pada tanggal 11 April 2010 73 9. Grafik Analisis hidrograf aliran per kejadian hujan 74 10.Contoh perhitungan evapotranspirasi dengan data CH (mm), suhu (ºC),

radiasi matahari (Rs), dan kelembaban relatif (RH) 76 11.Data tinggi muka air hasil pengukuran alat SPAS Cisampora 77 12.Data curah hujan harian dari bulan Desember 2009-April 2010 78 13.Data debit aliran harian dari bulan Desember 2009-April 2010 79 14.Data debit sedimen harian dari bulan Desember 2009-April 2010 80

15.Nilai ketetapan koefisien kekasaran Manning 81

16.Nilai faktor pengelolaan tanaman (C) 84

17.Nilai faktor teknik konservasi tanah (P) berbagai tindakan konservasi

tanah khusus 85

18.Nilai faktor K, L, S dan kelas kedalaman tanah tiap sistem lahan 85 19.Data tinggi muka air (TMA) tertinggi untuk debit puncak (Qpeak) 86 20.Analisis hubungan laju sedimen MUSLE dan laju sedimen oservasi 87 21.Hasil verifikasi dan optimasi Tank Model pada bulan Desember 2009 88 22.Hasil verifikasi dan optimasi Tank Model pada bulan Januari 2010 89 23.Hasil verifikasi dan optimasi Tank Model pada bulan Februari 2010 91 24.Hasil verifikasi dan optimasi Tank Model pada bulan Maret 2010 92 25.Hasil verifikasi dan optimasi Tank Model pada bulan April 2010 94


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tata air DAS merupakan komponen penting dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) karena kondisi hidrologis DAS menjadi titik sentral perhatian sehingga diperlukan penetapan DAS Prioritas dalam pengelolaan DAS. Informasi tata air juga merupakan tolak ukur yang diperlukan dalam rangka evaluasi keberhasilan program pengelolaan DAS. Diperlukannya penetapan DAS prioritas tersebut didasarkan atas kriteria-kiriteria seperti daerah yang hidro-orologis kritis dan daerah yang rawan terhadap banjir dan kekeringan (Arsyad 2006).

Kejadian bencana alam, seperti banjir dan longsor, disebabkan oleh tidak optimalnya penggunaan lahan dan tutupan hutan terutama di kawasan hulu suatu daerah aliran sungai (DAS), yang seharusnya memiliki luasan hutan minimal 30% (UU Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999), sehingga berdampak terhadap kejadian longsor dan banjir di bagan hilir. Menurut Sunarti (2008), kerusakan di bagian hulu tidak hanya hanya mempunyai efek yang bersifat on site tetapi juga dapat menyebabkan efek yang bersifat off site atau kerusakan di bagian hilir. Oleh karena itu, degradasi penutupan lahan memberikan implikasi terhadap perubahan tata air di dalam suatu DAS

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional, kawasan hulu suatu daerah aliran sungai dapat dikategorikan kedalam kawasan lindung nasional yang ditunjukkan dengan beberapa fungsi yaitu kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagai kawasan resapan air, kawasan perlindungan setempat sebagai sempadan sungai dan kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan rawan bencana alam seperti tanah longsor dan banjir, serta sebagai kawasan perlindungan terhadap air tanah karena terdapat sempadan mata air.

Perencanaan dalam pengelolaan kawasan hulu suatu daerah aliran sungai (DAS) memiliki peran yang besar sebagai sistem perlindungan dan penyangga kehidupan sehingga keberadaannya perlu dikelola dengan baik agar peran tersebut


(18)

tetap berfungsi secara lestari. Oleh karena itu, perlu informasi yang akurat tentang karakteristik hidrologi dengan parameter secara kuantitas dan kualitasnya.

Salah satu teknologi yang dapat digunakan dalam memperoleh data tersebut adalah pembangunan SPAS (stasiun pengamatan arus sungai) dengan dilengkapi AWS (Automatic Weather Station) yang merupakan alat pemantau cuaca otomatis dengan basis data berupa data digital. Parameter yang dapat diukur berupa suhu udara, kelembapan relatif, curah hujan, kecepatan angin, radiasi ultraviolet, dan konsentrasi sedimentasi. Untuk menganalisis parameter tersebut dapat menggunakan Tank Model yang merupakan salah satu model yang dapat menggambarkan karakteristik hidrologi suatu wilayah DAS. Dalam penerapan Tank Model diperlukan data harian berupa curah hujan, evapotranspirasi, dan data debit sungai (Setiawan 2003).

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Menghitung neraca air di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu.

2. Mengkalibrasi laju sedimen dan debit aliran berdasarkan tinggi muka air di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu.

3. Mengaplikasikan Tank Model untuk menggambarkan karakteristik hidrologi di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran besar karakteristik hidrologi yang terjadi akibat kondisi tata guna lahan di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu saat ini. Memperkenalkan SPAS (stasiun pengamatan arus sungai) yang dilengkapi alat AWS (Automatic Weather Station) dan informasi yang bermanfaat dalam perencanaan pengelolaan DAS serta penggunaan Tank Model serta aplikasinya dalam menduga karakteristik hidrologi di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan unit alam berupa kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis berupa punggung-punggung bukit yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang jatuh diatasnya ke sungai utama (Sunarti 2008) dan kemudian menyalurkannya ke laut (Asdak 1995). Wilayah daratan tersebut dinamakan Daerah Tangkapan Air (DTA atau catchment area) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam (Asdak 2007).

Menurut Lee (1998), daerah tangkapan air meliputi semua titik yang terletak diatas elevasi (ketinggian tempat) stasiun penakar dan di dalam batas topografi atau igir (topographic divide) yang memisahkan daerah-daerah tangkapan beragam cukup besar dengan komposisi dan struktur lapisan batuan di bawahnya. Bagian hulu dari suatu DAS merupakan daerah yang mengendalikan aliran sungai dan menjadi suatu kesatuan dengan bagian hilir yang menerima aliran tersebut.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 menyebutkan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan sebagai satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai yang berfungsi untuk menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami. Sedangkan batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh oleh aktivitas daratan.

Sedangkan Dewan Riset Nasional Kelompok II Sumberdaya Alam dan Energi (1994) menyatakan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan kesatuan wilayah bersifat kompleks yang dipengaruhi oleh karakteristik fisik variabel meteorologinya. Karakteristik fisik yang berupa pola penggunaan lahan, bentuk jaringan sungai, kondisi tanah, topografi, dan ketinggian tempat merupakan karakteristik DAS yang sifatnya dapat dipengaruhi oleh kegiatan manusia. Sedangkan variabel meteorologi yang meliputi curah hujan, suhu,


(20)

kelembaban, radiasi matahari, dan kecepatan angin bersifat sangat berubah-ubah tergantung kondisi klimatnya.

Secara makro, DAS terdiri dari unsur biotik (flora dan fauna), abiotik (tanah, air, dan iklim), dan manusia yang saling berinteraksi dan saling ketergantungan membentuk sistem hidrologi (Haridjaja 2000 dalam Londongsalu 2008). DAS juga dapat dipandang sebagai suatu sistem hidrologi yang dipengaruhi oleh presipitasi (hujan) sebagai masukan ke dalam sistem. DAS mempunyai karakteristik yang spesifik berkaitan dengan unsur-unsur utama seperti jenis tanah, topografi, geologi, geomorfologi, vegetasi, dan tata guna lahan.

2.2 Bagian-bagian DAS

Berdasarkan fungsinya, DAS dibagi menjadi tiga bagian yaitu DAS bagian hulu, DAS bagian tengah, dan DAS bagian hilir. DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.

DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah (Effendi 2008).

Wilayah DAS Cimanuk Hulu terletak di Kabupaten Garut (27 Kecamatan), Sumedang (7 Kecamatan) dan Bandung (2 kecamatan), meliputi 356 desa, dengan luas total 152.983 ha. Terletak di 107o42’161”-108o10’54” BT dan 06o45’- 07o24’30” LS. DAS Cimanuk terbagi kedalam tiga kawasan, yaitu Sub-DAS


(21)

5

Cimanuk hulu, tengah, dan hilir, secara keseluruhan terdiri dari 12 sub-sub DAS (BPDAS 2009). Berikut ini Sub-sub DAS tersebut antara lain:

1. Sub-Sub DAS Cimanuk Hulu (16.171,46 ha) 2. Sub-Sub DAS Cicajur/Cipeujeuh (6.839,76 ha) 3. Sub-Sub DAS Ciherang/Cisangkan (13.314,98 ha) 4. Sub-Sub DAS Cibodas (9.703,96 ha)

5. Sub-Sub DAS Cikamiri/Ciroyom (10.068,88 ha) 6. Sub-Sub DAS Citameng/Cipari (12.320,08 ha) 7. Sub-Sub DAS Cibeureum/Cimuara (11.689,88 ha) 8. Sub-Sub DAS Cipedes (11.671,60 ha)

9. Sub-Sub DAS Cialing/Cicacaban (14.801,30 ha) 10.Sub-Sub DAS Cianten/Cipancar (25.587,59 ha) 11.Sub-Sub DAS Cikujang/Cimuja (14.614,66 ha) 12.Sub-Sub DAS Cigaruguy Ds (6.199,35 ha).

Berikut ini Gambar 1 sebaran DAS Cimanuk secara spasial dalam satuan wilayah pengelolaan DAS Cimanuk.

N E W S 7 ° 4 5 ' 7 ° 4 5 ' 7 ° 3 0 ' 7 ° 3 0 ' 7 ° 1 5 ' 7 ° 1 5 ' 7 ° 0 0 ' 7 ° 0 0 ' 6 ° 4 5 ' 6 ° 4 5 ' 6 ° 3 0 ' 6 ° 3 0 ' 6 ° 1 5 ' 6 ° 1 5 '

1 0 7 ° 3 0 ' 1 0 7 ° 3 0 '

1 0 7 ° 4 5 ' 1 0 7 ° 4 5 '

1 0 8 ° 0 0 ' 1 0 8 ° 0 0 '

1 0 8 ° 1 5 ' 1 0 8 ° 1 5 '

1 0 8 ° 3 0 ' 1 0 8 ° 3 0 '

1 0 8 ° 4 5 ' 1 0 8 ° 4 5 '

1 0 9 ° 0 0 ' 1 0 9 ° 0 0 ' 1 0 8

1 0 8

1 0 9

1 0 9

-7

- 7

SAMUDERA HINDIA

PETA SITUASI SWP DAS CIMANUK-CITANDUY

8 0 8 16 24Kim

SKALA 1 : 1.000.000

LEGENDA :

SWP DAS Cimanuk SWP DAS Cisanggarung SWP DAS Citanduy SWP DAS Ciwulan Sungai

SUMBER DATA :

1. Peta Batas DAS Departemen Kehutanan Tahun 2009 Skala 1 : 250.000 2. Peta Administrasi dan Infrastruktur dari Komposisi Rupa Bumi Tahun 2006 Skala 1 : 25.000

BALAI PENGE LOLAAN DAERAH ALIRAN S UNGAI CIMANUK -CITAND UY DIRE KTORAT J ENDERAL REHABILITASI H UTAN DAN L AHA N

DEPARTEMEN KEHUTANAN


(22)

2.3 Aplikasi Tank Model Generic Algorithm Optimization

Model merupakan representasi atau gambaran tentang sistem, obyek atau kejadian. Representasi tersebut dinyatakan dalam bentuk sederhana sehingga mudah dipahami dan digunakan untuk berbagai tujuan pemanfaatan. Model hidrologi untuk daerah aliran sungai sebagai analisis data, kategori utamanya dapat dibedakan menjadi model dengan lumped parameters dengan parameter terdistribusi. Beberapa model hidrologi dengan sistem lumped parameter antara lain: Mock's model, Dowdy-O'Donell, NAM Model, Tank Model, Simple Deterministic Model, Stanfford Model. Sedangkan parameter terdistribusi antara lain ANSWERS, FESHM, dan AGNPS.

Tank Model adalah salah satu model hidrologi yang gunanya untuk menganalisis karakteristik aliran sungai. Model ini dapat memberikan informasi mengenai kualitas air dan untuk memprediksi banjir (Setiawan 2003). Sugawara (1961) diacu dalam Rudiyanto dan Setiawan (2003) menyatakan bahwa Tank Model mengasumsikan besarnya limpasan dan infiltrasi merupakan fungsi dari jumlah air yang tersimpan di dalam tanah atau tampungan air di bawah permukaan.

Model ini menerima masukan data harian hujan, evapotranspirasi dan debit sungai dalam satuan mm/hari sebagai parameter tank model. Tank model tersusun atas empat reservoir vertikal, dimana bagian atas mempresentasikan Surface Reservoir, di bawahnya Intermediate Reservoir, kemudian Sub-base Reservoir dan paling bawah Base Reservoir. Dalam konsep Tank Model ini air dapat mengisi reservoir di bawahnya, dan bisa terjadi sebaliknya bila evapotranspirasi sedemikian berpengaruh (Setiawan 2003).

Wulandari (2008) menyatakan bahwa hasil optimasi Tank Model didapatkan 12 parameter untuk menduga karakteristik hidrologi di sub DAS Cisadane Hulu dimana laju aliran terbesar menuju Tank pertama (Ha2) yakni sebesar 63,28 mm, dengan aliran terbesar yakni sub-base flow sebesar 130,973 mm (39,44%). Dan didapatkan R (korelasi) dan EI (Efisiensi) yakni 0,85 dan 0,73 (mendekati nilai 1) yang berarti bahwa model ini mempresentasikan karakteristik sub DAS Cisadane Hulu dengan baik, dimana luas cakupan daerah tangkapan air (DTA) SPAS Cisadane Hulu sebesar 1783,9 ha. Kondisi umum pada penutupan lahan di sekitar


(23)

7

SPAS Cisadane Hulu didominasi oleh hutan seluas 837,65 ha (46,7%), semak belukar seluas 491,99 ha (27,5%) dan tegalan seluas 219,17 ha (12,2%).

Harmailis et al (2001) menyatakan Tank Model yang telah divalidasi dan telah diuji keabsahannya dengan tolak ukur koefisien determinasi (R2) dapat dilanjutkan untuk analisis hidrologi salah satunya adalah simulasi perubahan tata guna lahan dan kaitannya terhadap ketersediaan air/debit sungai. Bangun (2010) menyatakan hasil optimasi Tank Model di Sub-DAS Cipeucang hasil analisis pada tahun 2009 diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,703 dengan persentase total aliran surface flow (49,668%), intermediate flow (9,081%), sub base flow (48,25%), dan base flow (37,71%). Penutupan lahan Sub-DAS Cipeucang seluas 110,7 ha terdiri dari semak belukar (77,05%), tegalan (17,61%), sawah irigasi dan tadah hujan (4,79%) dan pemukiman (0,56%).

2.4 Siklus Hidrologi

Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya (padat, cair, dan gas) pada, dalam, dan di atas permukaan tanah. Termasuk didalamnya penyebaran, daur, dan perilakunya, sifat-sifat fisika dan kimianya, serta hubunganny dengan unsur-unsur hidup dalam air itu sendiri (Asdak 2007).

Siklus hidrologi merupakan sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui tahapan kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan transpirasi. Energi panas matahari dan faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi dan tanah, di laut dan badan air lainnya. Uap air sebagai hasil evaporasi akan terbawa oleh angin melintasi daratan yang bergunung maupun datar, sebagian dari uap air tersebut akan terkodensasi dan berubah menjadi air hujan.

Proses utama siklus hidrologi yaitu evaporasi dan presipitasi. Presipitasi yang jatuh ke lahan dapat dievaporasi kembali (secara langsung dari permukaan tanah atau secara tidak langsung melalui tanaman dengan proses evapotranspirasi), infiltrasi ke dalam tanah, atau menjadi aliran permukaan. Aliran permukaan dapat terjadi pada sungai atau saluran air yang terbentuk alami. Air yang masuk ke dalam tanah (perkolasi) bisa juga mengalir dan biasanya kembali


(24)

pada waktunya ke lautan. Lautan merupakan sumber utama proses evaporasi karena merupakan sumber air terbesar.

Air hujan yang masuk ke dalam tanah akan bergerak secara vertikal ke tanah yang lebih dalam dan menjadi bagian dari air tanah (ground water). Air tersebut pada musim kemarau akan mengalir menuju sungai, danau atau tempat penampungan air lainnya (baseflow). Tidak semua air infiltrasi (air tanah) mengalir ke sungai, melainkan ada sebagian air tetap tinggal di lapisan tanah bagian atas (top soil) untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfir melalui permukaan tanah (soil evaporation) dan melalui tajuk vegetasi (transpiration) (Asdak 2007).

Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa) dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berkahir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem daerah aliran sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara kesuluruhan relatif tetap, dan hanya berubah bentuk lain wujud dan tempatnya.

2.5 Neraca Air

Dalam siklus hidrologi, mengenai hubungan antara aliran ke dalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) di suatu daerah untuk suatu perioda tertentu disebut neraca air atau keseimbangan air (water balance). Hillel (1972) menyatakan bahwa neraca air lahan sebagai rincian tentang masukan (input), keluaran (output) dan perubahan simpanan air yang terdapat pada suatu lingkungan tertentu selama periode waktu tertentu.

Neraca air (water balance) merupakan siklus tertutup yang terjadi untuk suatu kurun waktu pengamatan tahunan tertentu, dimana tidak terjadi perubahan groundwater storage. Artinya awal penentuan groundwater storage adalah berdasarkan bulan terakhir dalam tinjauan kurun waktu tahunan. Hubungan antar komponen penyusun neraca air dapat dianalisis dalam bentuk umum persamaan water balance (P = Ea + GS + TRO), dimana P sebagai presipitasi; Ea sebagai evapotranspirasi; GS sebagai perubahan ground water storage; TRO sebagai total debit aliran.


(25)

9

Analisis neraca air untuk suatu daerah tertentu merupakan fungsi dari jumlah ketersediaan air. Ketersediaan air dalam pengertian sumberdaya air pada dasarnya berasal dari air hujan (atmosferik), air permukaan dan air tanah. Hujan yang jatuh di atas permukaan pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagian akan menguap kembali sesuai dengan proses iklimnya, sebagian akan mengalir melalui permukaan dan sub permukaan masuk ke dalam saluran, sungai atau danau dan sebagian lagi akan meresap jatuh ke tanah sebagai imbuhan (recharge) pada kandungan air tanah yang ada. Penyediaan air untuk tanaman berasal dari curah hujan dan irigasi. Sedangkan kehilangan air dapat berupa drainase, limpasan permukaan, evaporasi, dan transpirasi. Sebagian air disimpan sebagai cadangan dalam tanah (Handoko 1995).

2.6 Klasifikasi Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual (Arsyad 2006). Perubahan lahan akan berpengaruh langsung terhadap karakteristik penutupan lahan sehingga akan mempengaruhi sistem tata air DAS yang ditunjukkan oleh respon hidrologi DAS yang diketahui melalui produksi air, erosi, dan sedimentasi (Seyhan 1990).

Menurut Barlowe (1978), penggunaan lahan dibagi menjadi 10 kelas yaitu lahan pemukiman, lahan industri dan perdagangan, lahan bercocok tanam, lahan peternakan dan penggembalaan, lahan rekreasi, lahan pelayanan jasa, lahan transportasi dan lahan tempat pembuangan. Kelas penggunaan lahan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis penggunaan yaitu:

1. Pemukiman dan industri, meliputi sebagian besar penggunaan lahan di perkotaan, tetapi hanya sebagian kecil dari penggunaan lahan seluruhnya 2. Pertanian, meliputi areal tanaman pertanian, yaitu pangan dan perkebunan

yang merupakan porsi terbesar dari penggunaan lahan seluruhnya

3. Padang rumput dan penggembalaan, meliputi penggunaan lahan untuk peternakan termasuk komplek pertanian

4. Perhutanan, meliputi penggunaan lahan untuk hutan industri, hutan lindung, dan belukar


(26)

5. Lain-lain, meliputi penggunaan lahan untuk tempat rekreasi, jalan raya, pertambangan, pembuangan sampah, dan lainnya

2.7 MUSLE (Modification of Universal Soil Loss Equation)

Sedimen adalah tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut dari suatu tempat yang tererosi. Sedimentasi yaitu sedimen yang dihasilkan dari proses erosi dan terbawa oleh suatu aliran yang diendapkan pada suatu tempat dimana kecepatan airnya melambat atau berhenti (Arsyad 2006). Sedimen umumnya mengendap di bagian bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir, saluran air, sungai, dan waduk (Asdak 1995). Pengendapan yang berlebihan akan menyebabkan pendangkalan loka-loka penampungan air, termasuk dataran banjir di sekitar muara sungai (Purwowidodo 2002).

Nisbah jumlah sedimen yang betul-betul terbawa oleh sungai dari suatu daerah terhadap jumlah tanah yang tererosi di daerah tersebut sebagai Sediment Delivery Ratio (SDR) yang digunakan dalam perhitungan prediksi erosi metode USLE (Universal Soil Loss Equation). William (1975) menyatakan bahwa nilai nisbah pengangkutan sedimen tidak tetap dan besarnya bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain, karena adanya variasi antar tempat maka dilakukan evaluasi sebagai faktor koreksi dengan cara modifikasi USLE dengan mengganti faktor R (erosivitas hujan) dengan faktor aliran yang disebut MUSLE (The Modified Universal Soil Loss Equation.

Metode MUSLE memperhitungkan pergerakan sedimen pada DAS berdasarkan pada kejadian hujan tunggal (single event) pendekatan Sediment yield dari Sub DAS (ton). Faktor aliran pada kejadian hujan tunggal menjadi parameter penting dalam menggunakan metode MUSLE.

Produksi sedimen tahunan rata-rata dari suatu daerah aliran sungai tergantung dari faktor iklim, jenis tanah, tata guna lahan, topografi, dan waduk. Menurut Asdak (1995), faktor lain yang mempengaruhi besarnya sedimen yang masuk ke sungai adalah karakteristik sungai yang meliputi morfologi sungai, tingkat kekasaran sungai, dan kemiringan sungai.


(27)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Penggunaan Software Tank Model Generic Algorithm Optimization

Sugawara (1961) diacu dalam Rudiyanto dan Setiawan (2003) menyatakan bahwa Tank Model mengasumsikan besarnya limpasan dan infiltrasi merupakan fungsi dari jumlah air yang tersimpan di dalam tanah atau tampungan air di bawah permukaan. Tank Model terdiri dari beberapa tengki sederhana yang tersusun secara vertikal dan memperkenalkan struktur tank model terdiri 4 tank yang tersusun seri secara vertikal. Gambar 2 memperlihatkan Standard Tank Model. Tank teratas manggambarkan surface storage (A), tank kedua menggambarkan intermediate storage (B), tank ketiga menggambarkan sub-base storage (C) dan tank terbawah menggambarkan base storage (D). Berikut ini Gambar 2 standar Tank Model.

Gambar 2 Skema Standard Tank Model.

Data curah hujan dalam satuan mm/hari akan digunakan sebagai salah satu data input Tank model. Setiawan (2003) menyatakan secara global persamaan keseimbangan air Tank Model adalah sebagai berikut :


(28)

Dimana, H adalah tinggi air (mm), P adalah hujan (mm/hari), ET adalah evapotranspirasi (mm/hari), Y adalah aliran total (mm/hari), dan t adalah waktu (hari). Pada standar Tank model terdapat 4 tank, sehingga persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut :

( )

t ET

( ) ( )

t Y t P dt dH − − = ………..………….(2)

dimana , H adalah tinggi air (mm), P hujan (mm), ET evapotranspirasi (mm), Y aliran total (mm/hari) dan t waktu (hari). Pada Standard Tank Model terdapat 4 tank, sehingga persamaan di atas dapat dituliskan kedalam bentuk lain berupa perubahan tinggi air tiap-tiap tank adalah sebagai berikut:

dt dHd dt dHc dt dHb dt dHa dt dH + + + = …...………..…..………..(3)

Aliran total merupakan penjumlahan aliran horizontal setiap tank yang dapat ditulis sebagai berikut:

( )

t Ya

( )

t Yb

( )

t Yc

( )

t Yd

( )

t

Y = + + + ………..……..…..….………..(4)

Lebih rinci keseimbangan air dalam setiap tank dapat dituliskan sebagai berikut:

( )

t ET

( )

t Ya

( )

t P dt dHa − − = ………...………….……….…..(5)

( )

t Yb

( )

t Ya dt dHb − = 0 ………..….………...…….…..(6)

( )

t Yc

( )

t Yb dt dHc − = 0 …………...………...……….…….…...…….…..(7)

( )

t Yd

( )

t Yc dt dHd − = 0 ………...…….…………...………(8) dimana, Ya, Yb, Yc dan Yd komponen aliran horizontal setiap tank (A, B, C dan D) dan Ya0, Yb0 dan Yc0 aliran vertikal (infiltrasi) setiap tank (A, B dan C).

Dalam Tank Model digunakan indikator-indikator kebenaran dan kesalahan yaitu: R2 (Coefficient of Determination), R (Coefficient of Correlation) sebagai indikator kebenaran, sedangkan indikator kesalahan antara lain RMSE (Root Square Mean Error), MAE (Mean Average Error), LOG (Log Root Square Mean Error), Standard x, Squared Standar x, RE (Relative Error), RR (Root Square Relative Error), NRMSE (Normalized Root Mean Square Error), NME


(29)

13

(Normalized Mean Error), EI (Model Efficiency) dan APD (Average Percentage Deviation) (Setiawan 2003).

Korelasi menggambarkan keeratan hubungan linier antara dua peubah atau lebih dalam hal ini adalah aliran hasil kalkulasi software dengan aliran hasil pengukuran (observasi). Besaran ini tidak menggambarkan sebab akibat antara dua peubah tersebut. Nilai R yang mendekati 1 atau -1 menunjukan semakin erat hubungan linier antara kedua peubah tersebut. RMSE berguna untuk berguna untuk melihat kepatan model dalam menentukan surface flow. MAE dan APD memberikan informasi ketepatan model memperkirakan aliran secara keseluruhan sedangkan LOG memberikan informasi dalam memperkirakan base flow.

Keseimbangan air dianalisis menggunakan model hidrologi Tank Model. Perhitungan keseimbangan air Tank Model merupakan ouput dari software Tank Model GA-Optimizer, pengguna hanya memasukkan data curah hujan, debit harian, dan evapotranspirasi harian dalam satuan mm/hari. Prosedur analisis Tank Model sebagai berikut (Rudiyanto & Setiawan 2003) :

Proses kalibrasi :

1. Membuat data masukan yang terdiri dari data curah hujan, evapotranspirasi dan debit-pengamatan. File disimpan dalam format *.txt.

2. Membuka aplikasi Tank Model-Genetic algorithm, tentukan nilai-nilai minimum dan maksimum parameter berdasarkan rekomendasi Sugawara.

3. Menentukan initial month dan initial water level atau storage dan initial month.

4. Mengklik ”initial”, kemudian ”optimize” pada aplikasi tersebut. Proses iteration akan berjalan.

5. Mengklik ”initial reset” untuk memunculkan hidrograf hasil optimasi. 6. Menyimpan hasil parameter, hidrograf, keseimbangan air, indeks

statistik (penampilan Tank Model) dan lain-lain. 7. Mengklik ”optimize reset”


(30)

Proses verifikasi :

1. Mengklik file>open parameter>ok (parameter yang diperoleh dari proses kalibrasi).

2. Mengklik file>open data>ok (file input).

3. Mengganti (change) initial water level dan menjaga (keep) – water level hasil optimasi menjadi nilai awal dalam proses verifikasi.

4. Menglik verifikasi, hidrograf akan muncul.

5. Menyimpan hydrograph, water balance, statically index (Tank model performance) dan lain-lain.

Hasil analisis keseimbangan air Tank Model berupa curah hujan dikalikan faktor koreksi 1,1 dan evapotranspirasi dikalikan faktor koreksi 0,8, dan debit hasil kalkulasi model.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan antara lain:

1. Pengumpulan data dan transfer data primer (tinggi muka air, konsentrasi sedimen, kelembaban relatif, curah hujan, dan suhu) dari perekam data (logger) ke sistem pengolahan data digital.

2. Analisis hubungan antara tinggi muka air dan debit aliran, debit aliran dan debit sedimen. Analisis hubungan regresi untuk mencari nilai korelasi dan rating curve, diantaranya hubungan antara debit aliran dan tinggi muka air (stage discharger rating curve); antara debit aliran dan debit sedimen (sediment discharger rating curve).

3. Membuat grafik dengan metode unit hidrograf dengan mencari hubungan antara curah hujan menurut waktu terhadap aliran debit aliran (m3/detik), sebagai inisasi nilai koefesien limpasan pada hasil optimasi Tank Model. 4. Analisis data curah hujan, evapotranspirasi, dan debit aliran sebagai data input

Tank Model.

5. Hasil kalkulasi dari optimasi Tank Model berupa debit aliran digunakan untuk menganalisis laju sedimen menggunakan metode MUSLE dan perhitungan neraca air.


(31)

15

Tahapan penelitian disajikan secara sistematika dari berbagai bagian tahapan penelitian pada Gambar 3 dibawah ini.

Gambar 3 Skema tahapan penelitian.

3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan pada bulan Desember, Januari, Februari, Maret dan April 2009 di SPAS Sub-DAS Cisampora Hulu DAS Cimanuk, yang secara administrasi terletak berada pada koordinat 700’43”LS, 108010’19” BT dan elevasi 950 mdpl. Lokasi penelitian berada di Desa Lemah Putih, Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat. Daerah Tangkapan Air (DTA) SPAS berada pada koordinat 1080 8’30’’-108010’22” BT dan 700’41’’-702’54” LS dengan luas areal tangkapan sekitar


(32)

423,4 ha yang berada di lereng Gunung Cakrabuana. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Bagian Perencanaan Hutan, Laboratorium Hidrologi dan Pengelolaan DAS, Departemen Manajamen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Peta lokasi kajian penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3.4 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain seperangkat komputer dengan sistem operasi Microsoft Windows XP Professional yang dilengkapi beberapa software, yaitu Logger 2.1.2, Minitab 14.0, ArcView GIS 3.3, Tank Model, dan Microsoft Officce Excel 2007. Adapun alat yang digunakan untuk pengukuran langsung di lapangan dapat dibaca pada Tabel 1.

Tabel 1 Alat yang digunakan dalam penelitian

No Nama Alat Tipe Alat Fungsi Alat

1 Automatic Water Level

Recorder (AWLR)

Mengukur tinggi muka air secara digital

2 Automatic Rainfall

Recorder (ARR)

Mengukur curah hujan air secara digital

3 Currentmeter Mengukur kecepatan aliran air secara digital

4 Turbidity meter Mengukur konsentrasi sedimentasi secara

digital

5 Automatic Weather

Station (AWS)

- Mengukur suhu, radiasi surya, dan RH secara digital

6 Logger GL 500 Untuk menyimpan data maka diperlukan


(33)

17

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain data primer dan data sekunder. Bahan yang digunakan berupa data primer diperoleh dari pengukuran di lapangan dan data sekunder (Tabel 2).

Tabel 2 Data sekunder yang digunakan dalam penelitian

No Data / Peta Digital Tahun Sumber Instansi

1 Rata-rata curah hujan tahunan

2009 Data karakteristik DAS Cimanuk-Citanduy

BPDAS

Cimanuk-Citanduy 2 Karakteristik tanah

3 Kelerengan 4 Penggunaan lahan 5 Bentuk lahan

6 Fungsi kawasan hutan 7 Wilayah administratif Kab.

Majalengka Kec. Lemahsugih 8 Pola konsumsi masyarakat

sekitar lokasi penelitian 2003

Data Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) modul konsumsi Provinsi Jawa Barat

BPS 9 Aktivitas produksi tanaman

untuk desa/kelurahan di lokasi penelitian

2004 Data Potensi Desa Sensus

Pertanian BPS

3.5 Analisis Data Input Tank Model 3.5.1 Analisis debit sungai

Nilai debit sungai diperoleh dari hasil perkalian antara kecepatan aliran dan luas penampang atau secara sistematis dapat dirumuskan berdasarkan persamaan regresi. Pengukuran dilakukan rancangan percobaan antara debit dan tinggi muka air (TMA), sehingga akan menghasilkan hubungan antara TMA dengan debit aliran sungai. Berdasarkan hubungan tersebut maka diperoleh persamaan regresi sebagai pendekatan perhitungan debit aliran harian (Q) sebagai berikut:

Q = a TMAb…………...………...…..………..………(9)

Keterangan:

Q = Debit aliran sungai (m3/detik) TMA = Tinggi muka air (m)

a,b = Konstanta

3.5.2Analisis evapotranspirasi

Model Penman-Monteith merupakan salah satu model untuk menentukan besarnya evapotranspirasi potensial (PET), model ini membutuhkan lima parameter iklim yaitu suhu, kelembaban relatif (relative humidity), kecepatan angin, tekanan uap jenuh dan radiasi netto (Allen et al 1998). Persamaan model Penman-Monteith (Capece et. al 2002 di acu dalam Suprayogi et al. 2003) sebagai berikut:


(34)

………..………….……….….(10)

Keterangan, ETo : Evapotranspirasi potensial (mm/hari), Rn : Radiasi netto (MJ/m2/hari),

G : Aliran bahang ke dalam tanah (MJ/m2/hari), T : suhu udara (°C),

u2 : wind speed at 2 m height (m/s), es : saturation tekanan jenuh udara (kPa), ea : Aktual tekanan jenuh udara (kPa), [es-ea] : Defisit tekanan jenuh udara (kPa), D : Slope fungsi tekanan uap jenuh (kPa/°C), g : Konstanta psychometric (kPa/ °C).

3.5.3Analisis data curah hujan

Pengukuran data curah hujan dilakukan setiap hari dengan interval kejadian hujan per 15 menit. Pengambilan data curah hujan mulai bulan Desember 2009 hingga April 2010 yang terukur pada ARR (automatic rainfall recorder) dan hasil data pengukuran disimpan di logger SPAS. Mengolah data kejadian hujan per 15 menit dalam interval satu hari menjadi jumlah akumulasi curah hujan harian.

3.6 Analisis hubungan laju sedimen metode MUSLE dengan observasi (Qs) Alat turbidimeter digunakan untuk mengukur kosentrasi sedimen melayang dalam satuan (ppm) atau mg/liter, untuk mengukur laju sedimen dapat dihitung sebagai hasil perkalian konsentrasi sedimen (mg/l), debit (m3/s), dan konstanta (0,086) (Asdak 2007). Untuk perhitungan laju sedimen harian dilakukan rancangan percobaan pengukuran antara debit dan laju sedimen, sehingga akan menghasilkan hubungan regresi. Berdasarkan hubungan tersebut diperoleh persamaan regresi sebagai pendekatan laju sedimen harian (Qs) sebagai berikut

Qs = a Qb……….………..………..(11)

Keterangan:

Qs = Laju sedimen (ton/hari) a,b = Konstanta


(35)

19

Debit hasil optimasi dari kalkulasi Tank Model digunakan untuk menghitung besarnya laju sedimen yaitu debit surface flow (Qsurf) dan puncak debit runoff

(Qpeak). Laju sedimen dihitung dengan menggunakan metode The Modified

Universal Soil Loss Equation (MUSLE), metode ini digunakan karena nilai nisbah pengangkutan sedimen tidak tetap dan besarnya bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain, sehingga mengganti faktor R (erosivitas hujan) dengan faktor aliran (William 1975). Jumlah sedimen yang berasal dari aliran lateral (surface flow) dan base flow dihitung dengan persamaan berikut :

sedlat = ...(12)

Keterangan :

Qlat = Lateral flow (mm)

Qgw = Base flow (mm)

area = Luas Sub DAS (Km2)

concsed = Konsentrasi sedimen yang berasal dari lateral dan base flow (mg/L)

Jumlah sedimen yang berasal dari Sub DAS adalah sebagai berikut :

Sed’ = 11,8 (Qsurf.qpeak.area).KUSLE.CUSLE.PUSLE.LSUSLE...(13)

Keterangan :

Sed’ = Sediment yield dari Sub DAS (tons) qpeak = Puncak laju run-off (m3/s)

Qsurf = Run-off (mm)

area = Luas Sub DAS (ha)

KUSLE = USLE soil erodibility factor

CUSLE = USLE cover and management factor

PUSLE = USLE support practice factor

LSUSLE = USLE topographic factor

Analisis hubungan antara laju sedimen MUSLE (Q Ms) dan laju sedimen observasi (Q Obs) dapat dilihat dari koefisien determinasi dan koefisien korelasi antara laju sedimen observasi dan laju sedimen MUSLE. Analisis tersebut dibantu dengan menggunakan software Minitab 14 dengan analisis regresi linear sederhana Y = aX + b, dimana Y adalah laju sedimen MUSLE, X adalah laju sedimen observasi, a dan b adalah konstanta. Besarnya nilai koefisien tersebut menjadi tolak ukur keberhasilan. Berikut ini Tabel 3 menyajikan tingkat hubungan antar variabel dengan interval koefisien dan kategori hubungan.


(36)

Tabel 3 Tingkat hubungan antar variabel

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat kuat

Sumber : Sugiyono (2005)

3.7 Analisis Hidrograf Aliran

Bentuk hidrograf dapat ditandai dengan tiga sifat pokoknya, yaitu waktu naik (time of rise), debit puncak (peak discharge), dan waktu dasar (time of base). Waktu naik (Tp) adalah waktu yang diukur dari saat hidrograf mulai naik sampai waktu terjadinya debit puncak.

Debit puncak adalah debit maksimum yang terjadi dalam suatu kasus tertentu, pada penelitian ini pendekatan besarnya debit puncak meruapakan fungsi persamaan debit (Q) pada saat tinggi muka air (TMA) tertinggi pada per kejadian hujan. Waktu dasar (Tb) adalah waktu yang diukur dari saat hidrograf mulai naik sampai waktu dimana debit kembali pada suatu besaran yang ditetapkan. Prosedur penyusunan hidrograf satuan adalah:

1. Menentukan aliran dasar (Baseflow /BF), aliran dasar yang dipakai adalah debit minimum (m3/s) pada saat debit sebelum mengalami kenaikan setelah hujan dan menghitung volume Direct Runoff (DRO), dihitung dengan cara debit (m3/s) dikurangi Interflow (m3/s) dan Baseflow (m3/s) .

DRO=Q – (Interflow + BF)……….…….(14) 2. Menghitung volume aliran langsung dengan cara

VtotalDRO = DRO x t……….…………...(15) Dimana, ∑ DRO adalah jumlah debit aliran langsung (m3/s) dan t adalah selang waktu (menit).

3. Menghitung tebal aliran langsung dalam m dihitung dengan persamaan

Tebal DRO = ……….….………..…..(16)

Dimana tebal DRO (dalam m), luas sub DAS (m2) dan ∑ DRO (m3) 4. Menghitung Koefisien Runoff


(37)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas DAS

Lokasi penelitian dilakukan di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu yang berada di Desa Lemah Putih, Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat. Daerah Tangkapan Air (DTA) SPAS berada pada koordinat 10808’30’’-108010’22” BT dan 700’41’’-702’54” LS dengan. Secara administrasi, sekitar 33,52 % wilayah DTA tersebut berada di Desa Lemah Putih dan sisanya berada di Desa Borogojol. Model DAS Mikro (MDM) Cisampora memiliki luas areal tangkapan sekitar 423,4 Ha yang berada di lereng Gunung Cakrabuana dengan batas-batas sebagai berikut:

• Sebelah utara : Kabupaten Sumedang

• Sebelah barat : Kabupaten Garut

• Sebelah timur : Kabupaten Kuningan

• Sebelah selatan : Kabupaten Ciamis

Bagian wilayah administratif tersebut yang tercakup yang berbatasan langsung dengan DTA. Peta wilayah administrasi dapat dilihat pada Gambar 5.


(38)

4.2 Kondisi Tutupan Lahan

Penutupan lahan di kawasan Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu, bagian hulu didominasi oleh tutupan lahan hutan seluas 250,5 ha atau 59,20%. Luas penutupan lahan pada kawasan Model DAS Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu dengan luas total 423,4 ha dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan gambaran penggunaan lahan secara spasial dapat dilihat pada Gambar 6.

Lemah Putih Lemah Putih Borogojol Borogojol Lemah Putih Ganjaresik Cimungkal Cipasung Nanggewer Cimungkal Kab.Sumedang Kab.Tasikmalaya Kab. Majalengka Majalengka N E W S 7 ° 3 ' 7 ° 3 ' 7 ° 2 ' 7 ° 2 ' 7 ° 1 ' 7 ° 1 '

1 0 8 ° 8 ' 1 0 8 ° 8 '

1 0 8 ° 9 ' 1 0 8 ° 9 '

1 0 8 ° 1 0 ' 1 0 8 ° 1 0 '

PETA PENGGUNAAN LAHAN SUB-DAS CISAMPORA HULU - DAS CIMANUK

2 0 2 4Km

Stasiun SPAS LEGENDA

Hutan Pemukiman Sawah Tadah Hujan Tegalan/Ladang Sungai Batas Desa Batas Kabupaten

Sumber: BPDAS Cimanuk-Citanduy (2007)

LABORATORIUM HIDROLOGI DAN DAS DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN, IPB, 2010

Gambar 6 Peta penggunaan lahan di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora . Selain penutupan lahan hutan, Model DAS Mikro (MDM) Cisampora terdiri dari pemukiman seluas 11,40 ha atau 2,70%, sawah tadah hujan seluas 75,80 ha atau 17,90% dan tegalan/ladang sayur seluas 85,70 ha atau 20,20%. Tabel 4 Penutupan lahan di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora

No Tutupan lahan Luas (ha) Luas (%)

1 Hutan 250,5 59,20

3 Pemukiman 11,40 2,70

4 Sawah Tadah Hujan 75,80 17,90

5 Tegalan/ladang sayur 85,70 20,20

Total Luas 423,40 100,00

Sumber: BPDAS Cimanuk-Citanduy (2009)

Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa luas penutupan lahan berupa hutan ialah 250,5 ha (59,20% ) sebagai kawasan hutan lindung Gunung


(39)

23

Cakrabuana termasuk tipe ekosistem hutan hujan tropika tengah. Persentase luas hutan tersebut lebih dari 30%, pada kawasan hulu suatu daerah aliran sungai (DAS) seharusnya memiliki luasan hutan minimal 30% (UU Kehutanan No. 41 Tahun 1999).

4.3 Kondisi Fisik

4.3.1 Geologi, Topografi dan Tanah

Komposisi batuan DTA di lokasi pemasangan SPAS merupakan endapan vulkanik tua yang berasal dari Gunung Cakrabuana yang terdiri dari breksi, tufa dan lava. Secara spasial, sebaran jenis litologi di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora disajikan dalam Gambar 7.

Lemah Putih Bor ogojol Borogojol Lemah Putih Ganjaresik Cimungkal Borogojol Cipasung Nanggewer Cibulan Bangbayang Kab.Sumedang Kab.Tasikmal aya Kab. Majalengka Majalengka N E W S 7 ° 3 ' 7 ° 3 ' 7 ° 2 ' 7 ° 2 ' 7 ° 1 ' 7 ° 1 '

1 0 8 ° 8 ' 1 0 8 ° 8 '

1 0 8 ° 9 ' 1 0 8 ° 9 '

1 0 8 ° 1 0 ' 1 0 8 ° 1 0 '

PETA SEBARAN JENIS BATUAN SUB-DAS CISAMPORA HULU - DAS CIMANUK

2 0 2 4Km

Sumber: BPDAS Cimanuk-Citanduy (2007)

LABORATORIUM HIDROLOGI DAN DAS DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN, IPB, 2010 LEGENDA

SPAS Cisampora Jenis Batuan

Basalt, Andesite, dan Breccia. Jaringan Sungai

Batas Kabupaten Batas Desa

An de sit e, ba sa lt, fin e-g ra in ed te ph ra, co ar se -g rai ne d tep hra, a ll. -re ce nt vo lc .Andesite, Basalt, Fine-grained tephra

Gambar 7 Peta sebaran jenis litologi Model DAS Mikro (MDM) Cisampora . Komposisi litologi umumnya kompak terutama yang sudah mengalami pelipatan dan memiliki tingkat kululusan air rendah sampai sedang. Terdapat 2 jenis litologi (batuan atau mineral murni) yang dominan. dua litologi yang dominan berada di lokasi tersebut yaitu marl, limestone, mudstone dan basalt, andesite, breccia, fine-grained tephra.

Kawasan Model DAS Mikro (MDM) Cisampora mempunyai bentuk topografi yang bervariasi dari hulu hingga hilir. Luasan distribusi kelas kelerengan


(40)

Model DAS Mikro (MDM) Cisampora dapat dilihat pada Tabel 6 dan peta sebaran kelas lereng disajikan pada Gambar 8.

Lemah Putih Lemah Putih Borogojol Borogojol Lemah Putih Ganjaresik Cimungkal Cipasung Nanggewer Cimungkal Kab.Sumedang Kab.Tasikmalaya Kab. Majalengka Majalengka N E W S 7 ° 3 ' 7 ° 3 ' 7 ° 2 ' 7 ° 2 ' 7 ° 1 ' 7 ° 1 '

1 0 8 ° 8 ' 1 0 8 ° 8 '

1 0 8 ° 9 ' 1 0 8 ° 9 '

1 0 8 ° 1 0 ' 1 0 8 ° 1 0 '

PETA KELAS KELERANGAN SUB-DAS CISAMPORA HULU - DAS CIMANUK

2 0 2 4Km

Sumber: BPDAS Cimanuk-Citanduy (2007)

LABORATORIUM HIDROLOGI DAN DAS DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN, IPB, 2010 LEGENDA Jaringan Sungai SPAS Cisampora Batas Desa Batas Kabupaten Kelas Kelerengan

(15 - 25 %) (40 - 60 %) Agak Curam Curam

Gambar 8 Peta kelas lereng Model DAS Mikro (MDM) Cisampora.

Model DAS Mikro (MDM) Cisampora didominasi oleh Kondisi relief lahan daerah tangkapan air (DTA) relatif lebih terjal di bagian tengah-hulu dengan tingkat kelerengan lahan yang lebih didominasi kelas lereng 15 sampai 25% ( 32,9% atau 139,1 Ha) dan 25 sampai 40% (30,3% atau 128,3 Ha) yang termasuk kategori sedang sampai curam.

Berikut ini Tabel 5 mengenai distribusi luasan berdasarkan kelas kelerangan, daerah tangkapan air Model DAS Mikro (MDM) Cisampora terbagi menjadi lima kategori yang terdiri dari jeni lereng datar, landai, agak curam, curam dan sangat curam. Jenis lereng agak curam dengan luasan terbesar seluas 139,1 ha (32,9%) dan terkecil dengan jenis lereng sangat curam seluas 14,3 ha (3,4%).

Tabel 5 Luasan distribusi kelas kelerengan MDM Cisampora

No Kelerengan (%) Kelas Jenis lereng Luas (ha) Luas (%)

1 0 – 8 I Datar 55,5 13,1

2 8 – 15 II Landai 86,2 20,4

3 15 – 25 III Agak curam 139,1 32,9

4 25 – 40 IV Curam 128,3 30,3

5 > 40 V Sangat curam 14,3 3,4

423,40 100,0


(41)

25

Berdasarkan sistem klasifikasi taksonomi tanah USDA (1975), DAS Cisampora Hulu terdiri atas dengan golongan (ordo) Entisol, Ultisol dan Alfisol. Berikut ini Tabel 6 mengenai sebaran jenis tanah di Sub-DAS Cimanuk Hulu. Tabel 6 Sebaran jenis tanah di Sub-DAS Cimanuk Hulu

Ordo Greatgroup Subgroup Ukuran Butir Padanan PPT Entisol Troporthent Andic Troporthent Berdebu halus Koluvial Andik

Lithic Troporthent Berliat Koluvial Litik Berlempung

Typic Troporthent Berlempung kasar Koluvial Entrik Berlempung skeletal

Berlempung halus Halus

Udipsament Typic Udipsament - Regosol Entrik Alfisol Hapludalf Andic Hapludalf Halus Mediterant Haplik

Typic Hapludalf Halus Mediterant Haplik Paleudalf TypicPaleudalf Halus Mediterant

Kromik Ultisol Hapludult Aquic Hapludult Berliat Podsolik Gleiik

Berliat diatas skeletal

Typic Hapludult Berliat Podsolik Haplik Berlempung halus

Berliat skeletal Sumber: BPDAS Cimanuk-Citanduy (2009)

Tanah ordo Ultisol mempunyai horizon argilik (liat) dengan kejenuhan basa lebih rendah dari 35% dan terbentuk di tas permukaan tanah tua (di bawah vegetasi hutan, savana, atau vegetasi umum lainnya). Tanah Ultisol memberikan respon baik terhadap pengelolaan yang tepat dan liat tanahnya tergolong tipe 1 : 1 bersama dengan oksida besi dan alumunium yang menghasilkan daya olah yang baik.

Tanah ordo Alfisol berkembang dari aneka bahan induk yang mencakup batuan beku (batu plutonik, basalt, breksi-andesit), batu endapan (batu kapur/gamping, batu lempung, batu pasir, napal), batu malihan dan bahan volkanik. Tanah Entisol merupakan tanah tanpa horizon genetik alamiah.

Entisol lainnya yang diklalsifikasikan pada tingkat greatgroup adalah Troportent, yaitu Entisol yang tidak mempunyai sifat khusus. Troporthent yang mempunyai sifat andic diklasifikasikan sebagai Andic Troporthent pada tingkat subgroup. Troporthent yang belum berkembang atau sudah mengalami erosi horison pada A dan mempunyai solum kurang dari 50 cm diklasifikaksikan pada


(42)

tingkat subgroup sebagai Lithic Troporthent. Troporthent yang tidak mempunyai sifat lainnya adalah Typic Troporthent (Koluvial Entrik). Ukuran butir Entisol berkisar dari berlempung kasar sampai berliat/halus, kecuali untuk Udipsament yang berukuran butir berpasir

Berdasarkan jenis padanan tanah secara umum terdiri dari jenis tanah aluvial, regosol, grumosol, asosiasi mediteran cokelat, asosiasi podsolik, dan hidromarf kelabu. Jenis tanah aluvial mempunyai sifat tanah yang agak lapuk iklim panas dengan nilai jenuh tanah bawah basa yang rendah dengan nilai permeabilitas (< 0,5 cm/jam) dan besarnya kapasitas infiltrasi (< 0,04) sedangkan jenis tanah Regosol mempunyai sifat tanah tidak lapuk, kapasitas jenuh permanen, dan sebagian besar bertekstur halus dengan nilai permeabilitas (2 - 6.3 cm/jam) dan kapasitas Infiltrasi (0,1– 0,2).

4.3.2 Curah hujan, Hidrologi, dan Iklim

Model DAS Mikro (MDM) Cisampora memiliki panjang sungai total 13,74 km dengan aliran terpanjang dari lokasi SPAS 6,49 km dan memiliki kerapatan sungai 3,18 km/km2 (BPDAS 2009). Pola aliran (drainage pattern) aliran sungai Model DAS Mikro (MDM) Cisampora secara umum menyerupai bentung cabang ranting pohon (dendritik pattern). Jaringan di hulu sungai lebih banyak dibandingkan dengan yang terdapat di bagian hilir. Pola tersebut jika dikaitkan dengan sistem aliran sungai (drainage system) dapat mempercepat gerakan limpasan air dan mempermudah terjadinya erosi tanah.

Sub-DAS Cimanuk Hulu termasuk kedalam tipe iklim tropis yang dipengaruhi angin muson sehingga masih dapat dibedakan antara musim hujan dan musim kemarau. Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, Model DAS Mikro (MDM) Cisampora mempunyai tipe iklim B pada bagian tengah sampai hulu sedangkan bagian hilir termasuk kedalam tipe iklim C. Selama 10 tahun terkahir curah hujan berkisar antara 2.400-3.800 mm/tahun dan rata-rata hari hujan selama 11 hari/bulan. Sebaran hujan antara musim kemarau dengan musin hujan, musim hujan secara umum berlangsung pada periode Oktober-April. Bulan terbasah pada umumnya terjadi pada bulan Desember-Maret, sedangkan Pola curah hujan rata-rata bulanan, bulan terkering terjadi pada bulan


(1)

90

1/26/2010 1.293 2.185 5.5 4.216 0.059196 0.152 0.240 0.841 15.081 11.635 240.091 849.111 1/27/2010 1.083 2.62 0 4.568 0 0.000 0.242 0.841 9.026 10.645 242.301 848.295 1/28/2010 1.259 4.199 15.84 3.976 0.132297 0.042 0.245 0.840 17.802 10.990 244.600 847.480 1/29/2010 1.654 6.689 16.06 3.968 0.334536 0.233 0.247 0.839 25.330 12.112 247.201 846.665 1/30/2010 2.64 6.912 29.92 3.64 0.822285 0.729 0.251 0.838 43.487 15.020 250.590 845.852 1/31/2010 2.674 7.808 4.4 4.256 0.643063 0.939 0.255 0.837 36.815 16.252 254.312 845.040


(2)

91

Lampiran 23 Hasil verifikasi dan optimasi Tank Model pada bulan Februari 2010

Tanggal Debit Debit Curah ET S.flow In.flow SB.flow B.flow WL WL WL WL

Kalkulasi Observasi Hujan TankA TankB TankC TankD

(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

2/1/2010 2.543 7.44 3.96 4.264 0.483159 0.965 0.258 0.837 30.863 16.409 258.071 844.229 2/2/2010 2.181 7.127 0.22 4.352 0.26349 0.820 0.262 0.836 22.686 15.558 261.595 843.420 2/3/2010 3.951 7.883 55 3.304 1.333729 1.516 0.266 0.835 62.525 19.641 266.226 842.611 2/4/2010 4.879 7.037 26.84 3.72 1.586707 2.186 0.272 0.834 71.942 23.575 271.922 841.804 2/5/2010 5.392 7.146 18.7 3.92 1.610898 2.669 0.279 0.833 72.843 26.408 278.383 840.999 2/6/2010 5.538 7.883 12.98 4.056 1.499597 2.920 0.285 0.833 68.700 27.886 285.239 840.195 2/7/2010 5.203 8.081 4.18 4.272 1.204042 2.875 0.292 0.832 57.698 27.619 292.015 839.392 2/8/2010 7.905 9.68 83.82 3.312 2.767214 4.006 0.301 0.831 115.887 34.259 300.590 838.591 2/9/2010 7.864 10.911 5.28 4.248 2.289104 4.434 0.310 0.830 98.089 36.774 309.840 837.792 2/10/2010 7.287 9.844 0.66 4.36 1.78309 4.355 0.319 0.829 79.253 36.308 318.953 836.995 2/11/2010 6.47 9.233 0 4.52 1.34161 3.972 0.328 0.829 62.819 34.058 327.443 836.199 2/12/2010 6.95 8.023 34.32 3.544 1.765249 4.021 0.336 0.828 78.589 34.348 336.003 835.404 2/13/2010 7.337 7.873 27.5 3.712 1.962491 4.202 0.345 0.827 85.931 35.410 344.843 834.612 2/14/2010 8.164 8.601 37.62 3.472 2.360085 4.623 0.355 0.826 100.731 37.882 354.345 833.821 2/15/2010 7.579 8.839 1.1 4.352 1.852497 4.537 0.364 0.826 81.836 37.379 363.701 833.032 2/16/2010 7.971 8.957 30.58 3.64 2.10623 4.667 0.374 0.825 91.282 38.138 373.252 832.245 2/17/2010 8.926 10.47 42.68 3.344 2.596783 5.121 0.384 0.824 109.542 40.806 383.519 831.459 2/18/2010 16.66 14.198 112.42 3.28 8.53267 6.907 0.397 0.823 179.185 51.288 396.627 830.675 2/19/2010 16.024 18.52 24.86 3.784 6.953046 7.837 0.412 0.822 164.977 56.750 411.206 829.894 2/20/2010 12.821 15.162 1.98 4.336 3.719771 7.853 0.426 0.822 135.895 56.845 425.795 829.115 2/21/2010 11.982 12.784 18.92 3.928 3.052044 7.668 0.440 0.821 126.489 55.760 440.073 828.338 2/22/2010 11.525 12.059 19.58 3.912 2.855967 7.395 0.454 0.820 119.190 54.152 453.897 827.564 2/23/2010 10.497 11.705 5.5 4.248 2.368249 6.842 0.467 0.819 101.035 50.908 466.824 826.791 2/24/2010 10.483 11.197 32.12 3.6 2.572922 6.611 0.480 0.819 108.654 49.553 479.368 826.021 2/25/2010 10.562 9.561 30.36 3.648 2.703435 6.548 0.492 0.818 113.512 49.184 491.798 825.252 2/26/2010 9.51 8.442 0.22 4.376 2.119258 6.070 0.504 0.817 91.766 46.377 503.450 824.485


(3)

92

2/27/2010 9.998 8.123 41.58 3.368 2.58243 6.083 0.516 0.816 109.008 46.454 515.111 823.721 2/28/2010 9.037 7.235 0 4.056 2.020335 5.674 0.527 0.816 88.084 44.054 526.106 822.958

Lampiran 24 Hasil verifikasi dan optimasi Tank Model pada bulan Maret 2010

Tanggal Debit Debit Curah ET S.flow In.flow SB.flow B.flow WL WL WL WL

Kalkulasi Observasi Hujan TankA TankB TankC TankD

(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

3/1/2010 8.196 6.421 6.6 4.216 1.695027 5.149 0.537 0.815 75.975 40.970 536.249 822.197 3/2/2010 7.428 6.288 8.14 4.176 1.458533 4.609 0.546 0.814 67.171 37.799 545.518 821.437 3/3/2010 6.407 5.401 0.44 4.36 1.083734 3.956 0.554 0.813 53.219 33.966 553.735 820.679 3/4/2010 6.306 5.047 22.66 3.824 1.281474 3.650 0.562 0.813 60.580 32.172 561.454 819.923 3/5/2010 6.699 5.477 30.36 3.64 1.623874 3.693 0.570 0.812 73.326 32.423 569.233 819.168 3/6/2010 6.37 4.997 8.8 4.16 1.414228 3.567 0.577 0.811 65.522 31.682 576.801 818.415 3/7/2010 5.93 4.505 7.48 4.184 1.208762 3.327 0.585 0.810 57.873 30.271 583.978 817.663 3/8/2010 6.477 4.852 32.56 3.576 1.613931 3.461 0.592 0.810 72.956 31.062 591.362 816.913 3/9/2010 6.285 4.234 10.56 4.112 1.446522 3.430 0.599 0.809 66.724 30.880 598.688 816.164 3/10/2010 6.326 4.146 18.04 3.92 1.47887 3.433 0.607 0.808 67.928 30.895 606.010 815.417 3/11/2010 7.106 5.205 36.08 3.488 1.920796 3.763 0.614 0.807 84.379 32.834 613.852 814.671 3/12/2010 6.548 5.343 0.22 4.344 1.465635 3.654 0.622 0.807 67.435 32.191 621.511 813.926 3/13/2010 6.212 5.335 10.12 4.104 1.312834 3.464 0.629 0.806 61.747 31.079 628.858 813.183 3/14/2010 5.461 5.227 0 4.28 0.953833 3.066 0.636 0.805 48.384 28.740 635.560 812.442 3/15/2010 5.741 5.762 26.84 3.696 1.269626 3.025 0.643 0.804 60.139 28.498 642.190 811.702 3/16/2010 5.517 6.423 10.34 4.088 1.154257 2.910 0.649 0.804 55.844 27.826 648.629 810.963 3/17/2010 5.258 6.134 9.9 4.096 1.047738 2.752 0.655 0.803 51.879 26.896 654.809 810.226 3/18/2010 5.245 5.537 16.06 3.944 1.100448 2.681 0.662 0.802 53.841 26.481 660.868 809.490 3/19/2010 5.111 5.187 11.88 4.04 1.048479 2.593 0.667 0.801 51.907 25.967 666.781 808.755 3/20/2010 4.582 4.944 1.98 4.272 0.777464 2.331 0.673 0.801 41.818 24.427 672.269 808.022


(4)

93

3/21/2010 4.089 4.513 3.96 4.216 0.596606 2.015 0.678 0.800 35.086 22.570 677.245 807.289 3/22/2010 3.593 4.05 3.52 4.224 0.435333 1.676 0.682 0.799 29.083 20.579 681.674 806.558 3/23/2010 2.975 4.01 0 4.552 0.214072 1.276 0.686 0.799 20.846 18.233 685.460 805.828 3/24/2010 2.38 3.827 0 4.496 0.030339 0.862 0.689 0.798 14.007 15.804 688.580 805.100 3/25/2010 1.957 3.513 0.22 4.288 0 0.469 0.692 0.797 8.533 13.493 691.069 804.372 3/26/2010 1.617 2.745 1.54 4.248 0 0.127 0.694 0.796 5.001 11.487 693.009 803.645 3/27/2010 1.725 2.643 18.7 3.84 0.109186 0.124 0.696 0.796 16.942 11.473 694.943 802.918 3/28/2010 1.848 2.343 10.12 4.04 0.180185 0.176 0.698 0.795 19.585 11.773 696.956 802.193 3/29/2010 2.554 3.123 24.2 3.696 0.563507 0.496 0.700 0.794 33.854 13.655 699.480 801.469 3/30/2010 3.682 2.486 32.78 3.488 1.081371 1.103 0.704 0.794 53.131 17.220 702.970 800.746 3/31/2010 3.591 1.636 1.1 4.232 0.786098 1.305 0.707 0.793 42.140 18.402 706.778 800.024


(5)

94

Lampiran 25 Hasil verifikasi dan optimasi Tank Model pada bulan April 2010

Tanggal Debit Debit Curah ET S.flow In.flow SB.flow B.flow WL WL WL WL

Kalkulasi Observasi Hujan TankA TankB TankC TankD

(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

4/1/2010 4.054 1.482 19.8 3.784 0.969293 1.581 0.712 0.792 48.959 20.021 711.023 799.303 4/2/2010 3.731 0.996 0.22 4.232 0.672628 1.551 0.716 0.791 37.916 19.848 715.216 798.583 4/3/2010 3.546 0.997 6.82 4.072 0.576425 1.459 0.720 0.791 34.335 19.308 719.258 797.864 4/4/2010 3.275 1 5.06 4.112 0.455564 1.306 0.724 0.790 29.836 18.406 723.049 797.147 4/5/2010 3.604 1.548 20.24 3.752 0.703545 1.383 0.728 0.789 39.067 18.864 726.961 796.430 4/6/2010 3.477 1.733 6.6 4.056 0.597692 1.359 0.732 0.789 35.126 18.719 730.829 795.715 4/7/2010 3.564 1.976 12.98 3.904 0.6559 1.385 0.735 0.788 37.293 18.872 734.735 795.001 4/8/2010 3.415 1.741 6.6 4.048 0.558037 1.330 0.739 0.787 33.650 18.552 738.549 794.288 4/9/2010 4.252 1.553 31.9 3.456 1.057751 1.664 0.744 0.786 52.252 20.511 742.892 793.576 4/10/2010 5.208 2.598 31.68 3.448 1.470785 2.203 0.749 0.786 67.627 23.672 748.091 792.865 4/11/2010 7.778 2.77 71.94 3.16 2.726819 3.510 0.756 0.785 114.383 31.347 755.372 792.155 4/12/2010 7.675 3.003 0.22 4.16 2.14366 3.982 0.764 0.784 92.675 34.121 763.399 791.447 4/13/2010 7.159 3.247 0.22 4.152 1.656278 3.947 0.772 0.784 74.532 33.916 771.362 790.741 4/14/2010 6.427 3.031 0 4.056 1.246007 3.618 0.780 0.783 59.260 31.982 778.790 790.036


(6)

70

Lampiran 5

Analisis debit lapang menggunakan koefisien Manning

Keterangan :

Q

= debit aliran (m

3

/detik)

V

m

= Kecepatan aliran rata-rata Manning (m/detik)

A

= Luas penampang melintang basah (m

2

)

R

= Radius hidrolik (m)

P

= Keliling basah (m)

S

= Kemiringan saluran (m)

N

= Koefisien kekasaran Manning sebesar 0,025 (beton, tembok, atau disemen)

Tanggal

Hujan Waktu Hujan

s waktu V TMA A Debit A

R S V Debit Manning

(m) x (m/s) (m) (m2) (m3/s) basah Manning (m3

/s)

4-Feb-10 13.00-18.00 3 1.56 1.922 0.50 0.500 0.961 2.00 0.25 0.005 1.12 0.56

5-Feb-10 14.30-16.00 3 1.78 1.684 0.46 0.460 0.774 1.92 0.24 0.005 1.09 0.50

6-Feb-10 14.30-14.50 3 1.44 2.079 0.56 0.560 1.164 2.12 0.26 0.005 1.16 0.65

7-Feb-10 16.00-17.00 3 1.66 1.807 0.49 0.490 0.886 1.98 0.25 0.005 1.11 0.55

8-Feb-10 - 3 1.84 1.629 0.43 0.430 0.700 1.86 0.23 0.005 1.06 0.46

9-Feb-10 14.30-17-00 3 1.67 1.800 0.47 0.470 0.846 1.94 0.24 0.005 1.10 0.52

10-Feb-10 - 3 1.94 1.550 0.39 0.390 0.605 1.78 0.22 0.005 1.03 0.40

11-Feb-10 13.00-15.00 3 1.52 1.978 0.52 0.520 1.028 2.37 0.22 0.005 1.03 0.53

12-Feb-10 15.00-17.15 3 1.27 2.355 0.67 0.810 1.907 2.37 0.34 0.005 1.38 1.12

13-Feb-10 16.30-17.45 3 1.53 1.966 0.53 0.530 1.042 2.37 0.22 0.005 1.04 0.55

14-Feb-10 - 3 1.85 1.621 0.40 0.400 0.648 1.80 0.22 0.005 1.04 0.41

8-May-10 - 3 5.84 0.514 0.05 0.050 0.026 1.10 0.05 0.005 0.36 0.02