2.2 Sektor Pertambangan
Dalam Undang-Undang RI No. 4 Tahun 2009 yang merupakan pengganti Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1967 pertambangan
didefinisikan sebagai sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang rneliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang. Selain itu juga dijelaskan dalam Undang-Undang RI No. 4 Tahun
2009 bahwa usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konsultasi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.
Ada beberapa karakteristik dari pertambangan yang membedakannya dengan sektor industri atau komodi lainnya, yaitu:
a. Tidak dapat diperbarui
b. Kegiatannya memiliki dampak lingkungan baik fisik maupun sosial yang
relatif lebih tinggi dibandingkan komoditi lain c.
Berisiko relatif lebih tinggi Selain memiliki karakteristik yang berbeda, sektor pertambangan juga
memiliki risiko yang lebih kompleks. Risiko yang terdapat dalam bidang pertambangan antara lain risiko geologi eksplorasi yang berhubungan
dengan ketidakpastian penemuan cadangan produksi, risiko teknologi yang berhubungan dengan ketidakpastian biaya, risiko pasar yang berhubungan
dengan perubahan harga, dan risiko kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan perubahan pajak dan harga domestik. Risiko-risiko tersebut
berhubungan dengan besaran-besaran yang memengaruhi keuntungan usaha yaitu produksi, harga, biaya dan pajak.
2.3 Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya Salvatore
1997. Menurut Madura 2003 perubahan nilai tukar antar mata uang suatu
negara dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terjadi di negara yang bersangkutan diantaranya selisih tingkat inflasi, selisih tingkat suku bunga,
selisih tingkat pertumbuhan GDP, intervensi pemerintah di pasar valuta asing dan expectations perkiraan pasar atas nilai mata uang yang akan datang.
Suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka harus mempertimbangkan kurs mata uangnya dalam menganalisa kondisi
makroekonomi negara yang bersangkutan. Kurs dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kurs nominal dan kurs riil.
Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara tersebut Mankiw,
2007. Perhitungan kurs riil dapat ditulis sebagai berikut: Kurs riil =
............................ 1
Menurut Batiz 1994, perekonomian yang terbuka umumnya ditandai dengan adanya pergerakan uang antar negara, salah satunya dalam pasar
modal. Hal yang penting untuk diperhatikan oleh investor adalah bagaimana menginvestasikan modalnya serta bagaimana cara melindungi uang terhadap
resiko perubahan nilai tukar yang terjadi. Permintaan dan penawaran valuta asing pada foreign exchange market
menentukan besarnya kurs mata uang dalam negeri. Jika kurs mengalami depresiasi berarti, permintaan terhadap mata uang dalam negeri menurun atau
dengan kata lain terjadi peningkatan permintaan terhadap mata uang luar negeri. Meningkatkannya permintaan akan mata uang luar negeri selain
disebabkan karena meningkatnya permintaan akan impor, juga disebabkan karena tujuan spekulatif oleh investor, dengan tujuan pada saat nilai mata
uang luar negeri terhadap mata uang domestik mencapai titik teratas maka investor akan melepas valuta asing yang dipegang untuk mendapatkan
keuntungan yang besar. Terjadinya peningkatan permintaan di pasar valuta asing menyebabkan investor mengurangi alokasi investasinya di pasar yang
lainnya Judiseno, 2005. Menurut Negara 2001, nilai tukar rupiah terutama terhadap dollar
Amerika dapat dijadikan indikator kinerja bursa. Pada saat nilai tukar Kurs Nominal x Harga barang luar
_____________________________ Harga barang domoestik
mengalami depresiasi, biasanya indeks harga saham akan melemah hal ini disebabkan karena terdepresiasinya nilai tukar mengindikasikan bahwa
masyarakat investor lebih cenderung menanamkan modalnya di pasar valuta asing, salah satunya dengan membeli dollar. Sebaliknya jika nilai tukar
mengalami apresiasi maka indeks harga saham akan mengalami penguatan.
2.4 Suku Bunga