Analisis pengaruh variabel ekonomi makro terhadap indeks harga saham tiga Bank Persero

(1)

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO

TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM TIGA BANK PERSERO

OLEH YARLIN LENGGU

H14102009

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(2)

RINGKASAN

YARLIN LENGGU. Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham Tiga Bank Persero (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO).

Sektor perbankan dan pasar modal merupakan bagian dari suatu sistem perekonomian. Semenjak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 fungsi lembaga perbankan sebagai suatu lembaga intermediasi, yang menghubungkan masyarakat yang membutuhkan dana dengan masyarakat yang kelebihan dana menjadi kurang efektif. Hal ini disebabkan karena sektor perbankan merupakan sektor yang rentan saat terjadi krisis ekonomi. Oleh karena itu setelah terjadi krisis ekonomi, sektor perbankan berupaya untuk memperbaiki struktur serta kondisi perusahaan agar masyarakat kembali mempercayai perbankan sebagai lembaga intermediasi. Namun disisi lain, krisis ekonomi membawa dampak semakin berkembangnya sektor pasar modal, hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya jumlah emiten yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pasca terjadinya krisis ekonomi.

Sektor perbankan (pasar uang), pasar barang, pasar valuta asing dan pasar modal dalam perkembangannya dipengaruhi oleh kebijakan yang diambil oleh pemerintah, baik otoritas fiskal maupun otoritas moneter, dengan menggunakan variabel-variabel ekonomi makro. Pada umumnya variabel ekonomi makro yang digunakan oleh Bank Indonesia dalam mengendalikan perekonomian adalah inflasi yang mencerminkan bagaimana investor menanamkan modalnya disektor pasar barang, nilai tukar yang mencerminkan bagaimana seorang investor menanamkan modalnya dipasar valuta asing, suku bunga yang mencerminkan bagaimana modal ditanamkan pada sektor pasar uang, dan jumlah uang beredar yang menentukan seberapa besar seorang investor menanamkan modalnya dalam bentuk surat berharga dan dalam bentuk uang tunai. Pada penelitian ini variabel ekonomi makro yang digunakan dalam menganalisis pengaruhnya terhadap indeks harga saham perbankan yaitu variabel inflasi, nilai tukar (Rp/$), suku bunga SBI, serta jumlah uang beredar (M2). Variabel-variabel tersebut merupakan variabel fundamental eksternal yang menentukan bagaimana seorang investor mengalokasikan dananya pada pasar uang, pasar valuta asing, pasar barang dan pasar modal.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah variabel fundamental eksternal (ekonomi makro) yang terdiri dari inflasi, nilai tukar (Rp/$), suku bunga serta jumlah uang beredar berpengaruh terhadap indeks harga saham tiga bank PERSERO.

Pada penelitian ini, untuk melihat pengaruh variabel ekonomi makro terhadap indeks harga saham tiga bank PERSERO digunakan analisis regresi berganda, dengan menggunakan perangkat lunak Eviews 4.1. Data yang digunakan adalah data sekunder tahun 2003-2005, yaitu berupa indeks harga


(3)

saham dari tiga bank PERSERO, inflasi, nilai tukar, suku bunga SBI jangka waktu satu bulan, serta jumlah uang beredar (M2).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ekonomi makro yang berpengaruh terhadap indeks harga saham BNI adalah nilai tukar dan suku bunga

SBI dengan nilai koefisien masing-masing variabel secara berurutan yaitu sebesar -3,867990 dan -0,251354. Indeks harga saham BMRI dipengaruhi oleh nilai tukar, suku bunga SBI dan jumlah uang beredar, dengan nilai koefisien dari masing-masing variabel adalah sebesar -3,244716, -0,233430, dan 5,002101. Sedangkan untuk indeks harga saham BRI dipengaruhi oleh nilai tukar dengan nilai koefisien sebesar -2,9974575, suku bunga SBI dengan nilai koefisien sebesar -0,264219, dan jumlah uang beredar dengan nilai koefisien sebesar 7,992197. Variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham tiga bank PERSERO.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa variabel yang secara bersama-sama mempengaruhi indeks harga saham tiga bank PERSERO yaitu nilai tukar dan suku bunga SBI. Oleh karena itu diharapkan bagi masyarakat investor yang ingin menanamkan modalnya pada sektor pebankan khususnya bank-bank PERSERO, untuk lebih meningkatkan pemahamannya serta memperhatikan fluktuasi variabel nilai tukar dan suku bunga. Diharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan variabel fundamental internal, yaitu variabel-variabel yang memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan, antara lain kondisi keuangan dari perusahaan.


(4)

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO

TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM

TIGA BANK PERSERO

Oleh

YARLIN LENGGU H14102009

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Yarlin Lenggu

Nomor Registrasi Pokok : H14102009 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham Tiga Bank Persero

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Intitut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nunung Nuryartono, MS NIP. 132 104 952

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2006

Yarlin Lenggu

H14102009


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yarlin Lenggu lahir pada tanggal 12 Januari 1985 di Kupang, sebuah kota kecil yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Penulis merupakan anak terakhir dari dua bersaudara, dari pasangan Alberthomas Napoleon Lenggu dan Fience Djoh. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN Kelapa Lima 2 Kupang, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 2 kupang dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 1 Kupang dan lulus pada tahun 2002.

Pada bulan Juni 2002 penulis meninggalkan kota Kupang untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan agar penulis memperoleh ilmu, mencari pengalaman, dan mengembangkan pola pikir sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan kota Kupang. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai anggota pada organisasi Persatuan Mahasiswa Kristen (PMK).


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham Tiga Bank Persero”.Topik ini sangat menarik untuk dibahas, karena setelah terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997, pasar modal mulai mengalami perkembangan yang cukup pesat, terlihat dengan semakin banyaknya jumlah emiten di BEJ. Karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama untuk Bapak Dr. Ir. Nunung Nuryartono, MS, yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Bapak Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si, yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fifi D. Thamrin, SP, M.Si terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Meskipun demikian, segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini, sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.

Penulis juga sangat terbantu oleh kritik dan saran dari para peserta pada Seminar Hasil Penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berterimakasih kepada mereka. Penulis juga berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, yaitu Bapak Napoleon Lenggu dan Ibu Fience Djoh serta saudara penulis yaitu, Patricia Lenggu dan R. Nining. Dorongan mereka


(9)

sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, September 2006

Yarlin Lenggu H14102009


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

II. KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 8

2.1.1. Teori Investasi Portofolio ... 8

2.1.2. Teori Suku Bunga ... 9

2.1.3. Teori Nilai Tukar ... 12

2.1.4. Tingkat Inflasi ... 14

2.1.5. Jumlah Uang Beredar ... 15

2.1.6. Industri Perbankan Indonesia ... 16

2.1.6.1. Pengertian dan Fungsi Bank Umum ... 16

2.1.6.2. Kinerja Perbankan Nasional ... 17

2.1.6.3. Pengelolaan Kekayaan Perbankan ... 20

2.1.6.3.1. Pendekatan “The Pool-of-Funds” ... 20

2.1.6.3.2. Pendekatan “The Asset-Allocation” ... 21

2.1.7. Pasar Modal ... 22

2.1.7.1. Pengertian Pasar Modal ... 22

2.1.7.2. Penentuan Harga Saham ... 23

2.1.7.2.1. Pada Pasar Primer ... 24

2.1.7.2.2. Pada Pasar Sekunder ... 24


(11)

2.2. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 28

2.3. Hipotesis ... 30

III. METODE PENELITIAN ... 31

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 31

3.2. Metode Analisis Data ... 31

3.2.1. Model Persamaan dan Variabel-Variabel ... 32

3.2.2. Pengujian Model ... 33

3.2.2.1. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 34

3.2.2.2. Uji-F ... 35

3.2.2.3. Uji-t ... 35

3.2.2.4. Multikolinearitas ... 35

3.2.2.5. Autokorelasi... 35

3.2.2.6. Heteroskedastisitas ... 36

3.2.2.7. Uji Normalitas ... 36

3.3. Asumsi-asumsi Model ... 37

3.4. Batasan Operasional ... 37

3.5. Keterbatasan Penelitian ... 38

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 39

4.1. Sektor Ekonomi Makro ... 39

4.1.1. Inflasi ... 41

4.1.2. Nilai Tukar ... 42

4.1.3. Suku Bunga SBI ... 43

4.1.4. Jumlah Uang Beredar ... 44

4.2. Perkembangan dan Kinerja Pasar Modal ... 45

4.2.1. Perkembangan Pasar Saham ... 46

4.2.2. Kinerja Pasar Saham ... 46

4.2.2.1. Jumlah Emiten ... 47

4.2.2.2. Nilai Kapitalisasi dan Volume Transaksi ... 47

4.2.2.3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 48

4.3. Perkembangan Saham Bank Mandiri ... 49


(12)

4.5. Perkembangan Saham Bank Rakyat Indonesia ... 52

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS HARGA SAHAM ... 55

5.1. Kestasioneran Data ... 55

5.2. Bank Negara Indonesia (BNI) ... 56

5.2.1. Uji Normalitas ... 56

5.2.2. Kriteria Ekonometrika ... 57

5.2.3. Kriteria Statistik ... 58

5.2.4. Kriteria Ekonomi ... 60

5.3. Bank Mandiri (BMRI) ... 62

5.3.1. Uji Normalitas ... 62

5.3.2. Kriteria Ekonometrika ... 62

5.3.3. Kriteria Statistik ... 63

5.3.4. Kriteria Ekonomi ... 65

5.4. Bank Rakyat Indonesia (BRI) ... 66

5.4.1. Uji Normalitas ... 66

5.4.2. Kriteria Ekonometrika ... 66

5.4.3. Kriteria Statistik ... 67

5.4.4. Kriteria Ekonomi ... 69

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

6.1. Kesimpulan ... 70

6.2. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank di Indonesia ... 19

2. Penyaluran Kredit Perbankan ... 19

3. Perkembangan Jumlah Emisi Saham 2000-2005 ... 46

4. Perkembangan Jumlah Emiten dan Nilai Emisi 2000-2005 ... 47

5. Uji Stasioneritas ... 55

6. Uji Multikolinearitas, Autokorelasi, dan Heteroskedastisitas BNI ... 57

7. Hasil Pendugaan Parameter Indeks Harga Saham BNI (N=26) ... 58

8. Uji Multikolinearitas, Autokorelasi, dan Heteroskedastisitas BMRI .... 62

9. Hasil Pendugaan Parameter Indeks Harga Saham BMRI (N=26) ... 63

10. Uji Multikolinearitas, Autokorelasi, dan Heteroskedastisitas BRI ... 66

11. Hasil Pendugaan Parameter Indeks Harga Saham BRI (N=26) ... 67


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Mutasi DPK Per Kelompok Bank (2000-Apr 2006) ... 5

2. Suku Bunga Menurut Paham Klasik ... 10

3. Suku Bunga Menurut Keynes ... 10

4. Korelasi Nilai Tukar Terhadap IHSG ... 14

5. Asset Market Approach ... 15

6. Diagram Pendekatan “The Pool-Of-Funds” ... 20

7 Diagram Pendekatan “The Asset-Allocation” ... 21

8. The Behavior Of Interest Rate ... 22

9. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 29

10. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan ... 40

11. Perkembangan Inflasi ... 42

12. Pertumbuhan Nilai Tukar (Kurs) ... 43

13. Perkembangan Suku Bunga SBI ... 44

14. Perkembangan M2 ... 45

15. Nilai Kapitalisasi Pasar 2000-2005 ... 48

16. Perkembangan Volume Saham 2000-2005 ... 48

17. Perkembangan IHSG Pasar ASEAN dan Jepang 2000-2005 ... 49

18. Perkembangan Kurs Saham, Nilai Perdagangan dan Volume Perdagangan Bank Mandiri ... 50

19. Perkembangan Kurs Saham, Nilai Perdagangan dan Volume Perdagangan BNI ... 52

20. Perkembangan Kurs Saham, Nilai Perdagangan dan Volume Perdagangan BRI ... 53


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Penelitian ... 80

2. Perkembangan Indeks Harga Saham Tiga Bank PERSERO ... 81

3. Hasil Olahan Data ... 83

4. Laju Inflasi pada Empat Negara Mitra Dagang ... 86


(16)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semakin pesatnya perkembangan zaman berdampak bagi perkembangan sektor ekonomi dan moneter secara luas, hal tersebut dapat dilihat dari semakin terbukanya sistem perekonomian suatu negara, yang menyebabkan semakin sulitnya tugas pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pada umumnya untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan modal yang besar, salah satunya yaitu dengan meningatkan investasi. Investasi di bagi menjadi dua yaitu investasi secara langsung dan tidak langsung. Pasar uang, pasar barang, pasar modal dan pasar valuta asing (VALAS) merupakan beberapa alternatif dalam melakukan investasi. Salah satu faktor penentu seorang investor dalam menanamkan modalnya yaitu seberapa besar keuntungan yang diperoleh.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak terlepas dari pengaruh kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Berbagai kebijakan dilakukan agar stabilitas ekonomi tetap terjaga. Menurut Mankiw (2000), kebijakan ekonomi makro dibagi menjadi dua bagian, pertama kebijakan yang mempengaruhi sisi penawaran (supply side policy) antara lain kebijakan ketenagakerjaan, kedua adalah kebijakan di sisi permintaan (demand side policy) yaitu kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Salah satu arah kebijakan tersebut bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Variabel ekonomi makro selain berpengaruh terhadap sektor makro juga dapat digunakan untuk mempengaruhi sektor ekonomi mikro, dalam hal ini harga barang secara individu.


(17)

Berfluktuasinya nilai tukar, inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar akan mempengaruhi kegiatan investasi sebagai salah satu variabel penting penunjang pertumbuhan ekonomi. Peningkatan jumlah uang beredar di masyarakat akan berpengaruh pada investasi di pasar modal. Terjadinya inflasi berpengaruh terhadap investasi di pasar barang, hal ini disebabkan karena masyarakat meningkatkan permintaannya terhadap barang dan jasa, karena masyarakat menganggap harga barang dan jasa akan terus meningkat di masa yang akan datang. Terdepresiasinya kurs mata uang domestik mengindikasikan bahwa masyarakat investor lebih cenderung menanamkan modalnya di pasar valuta asing, yaitu masyarakat lebih cenderung melakukan aksi beli dollar sehingga variabel kurs berpengaruh terhadap pasar valuta asing. Sedangakan suku bunga SBI berpengaruh terhadap pasar uang, dalam hal ini sektor perbankan (Batiz, 1994).

Pasar modal adalah salah satu dari sekian banyak alternatif sumber investasi. Pasar modal berfungsi memberikan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan untuk memperoleh sumber pembiayaan jangka panjang yang relatif murah, baik untuk perluasan usaha, restrukturisasi atau untuk memobilisasi dana dari masyarakat. Untuk mewujudkan terciptanya kredibilitas pasar modal, perlu diperhitungkan faktor-faktor penting yang menentukan efisiensi dan kredibilitas pasar modal. Salah satunya adalah dari sisi kebijakan pemerintah dalam mengelola ekonomi makro (Kompas, 2005). Variabel ekonomi makro yang mencerminkan alokasi pilihan investasi yaitu inflasi, kurs, suku bunga, dan jumlah uang beredar.


(18)

Seperti halnya pasar modal, industri perbankan sebagai salah satu lembaga pembiayaan, juga mempunyai peranan penting dalam pembangunan serta pertumbuhan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu diperlukan sistem perbankan yang sehat (tidak bermasalah) sebagai prasyarat terciptanya perekonomian yang baik. Namun terlepas dari hal tersebut, perlu disadari bahwa perbankan nasional merupakan salah satu sektor ekonomi di Indonesia yang rentan terhadap gejolak dan perubahan siklus ekonomi (Goldstein, 1998 dan Nugroho, 2000).

Perbankan yang baik mampu menjalankan tugasnya secara profesional, yaitu sebagai lembaga intermediasi yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dengan tujuan untuk mengatasi terjadinya kelesuan ekonomi. Pengalokasian dana dari perbankan dapat berupa pemberian kredit modal usaha dan kredit investasi, pada umumnya pemberian kredit modal usaha lebih besar dibandingkan kredit investasi. Hal ini disebabkan karena dana perbankan sebagian besar berasal dari dana jangka pendek yaitu tabungan dan deposito. Untuk mengurangi resiko terjadinya kepailitan, sebagian besar industri perbankan mencari sumber pembiayaan jangka panjang yaitu dengan cara menerbitkan surat berharga berupa saham dan obligasi. Tetapi di sisi lain masih berfluktuasinya variabel ekonomi makro menyebabkan investor sebagai pihak yang mempunyai kelebihan dana (unit surplus) ingin mengetahui apakah saham yang dibelinya bisa mendatangkan keuntungan atau tidak. Selain itu investor juga ingin mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel ekonomi makro dalam mempengaruhi harga saham yang dibelinya.


(19)

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah industri perbankan dengan pertimbangan bahwa perbankan adalah salah satu sumber investasi di pasar uang dan merupakan sektor yang mengalami dampak langsung dari perubahan veriabel ekonomi makro khususnya yang berhubungan dengan pilihan masyarakat investor dalam melakukan investasi. Hal ini ditunjang oleh pernyataan dari para analis. Alfiansyah dari PT Sinarmas Sekuritas yang menyatakan bahwa deflasi hembuskan sentimen positif di lantai bursa "khususnya saham perbankan", karena terjadinya deflasi dan baiknya data makro perekonomian diharapkan akan menurunkan suku bunga (Tempointeraktif, 2006). Menurut Satrio Utomo, analis PT Trimegah Sekuritas, menguatnya rupiah mengakibatkan investor menaruh harapan Bank Indonesia tidak akan menaikkan suku bunga lagi, bahkan suku bunga diharapkan bisa kembali turun. Hal ini berimbas positif terhadap saham-saham perbankan. Selain itu bobot saham-saham perbankan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 21 persen sehingga kenaikan di sektor perbankan sangat mempengaruhi kenaikan IHSG (Tempointeraktif, 2005).

Industri perbankan yang digunakan dalam penelitian sebanyak tiga perusahaan dengan kriteria ketiga perusahaan tersebut merupakan bank BUMN terkemuka di Indonesia yang mendominasi pasar perbankan domestik, yang terdiri dari PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk. Hal ini dapat dilihat dari persentase besarnya mutasi Dana Pihak Ketiga (DPK) pada bank BUMN pasca terjadinya krisis pada Gambar 1.


(20)

Gambar 1. Mutasi DPK per Kelompok Bank (2000-Apr 2006)

Sumber : Tinjauan Triwulanan Perkembangan Perbankan, BI, 2000

Pertimbangan pemilihan ketiga bank dalam penelitian ini adalah karena ketiga bank tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Merupakan bank terbesar di Indonesia dari segi jumlah aktiva, dengan pangsa pasar yang dominan di berbagai kategori;

2. Bank komersial dengan presentase jumlah kepemilikan saham pemerintah lebih dari 50 persen;

3. Jaringan distribusi yang luas tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, dengan fokus bisnis melayani konsumen dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM);

4. Sumber pendanaan pihak ketiga bersifat stabil; dan

5. Bank-bank BUMN memperoleh beberapa keistimewaan yang semakin memperkuat posisi mereka terhadap bank swasta, misalnya akses ke Bank Indonesia untuk memperoleh kredit likuiditas dengan bunga yang relatif lebih rendah.

0 50000 100000 150000

200000 250000

300000 350000 400000 450000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 Apr06 Milyar Rupiah


(21)

1.2. Perumusan Masalah

Ketidakstabilan pada pasar uang yang dicerminkan melalui perubahan variabel suku bunga SBI, pasar barang melalui variabel inflasi, pasar valuta asing melalui variabel kurs, akan berpengaruh terhadap alokasi dana oleh masyarakat investor pada pasar modal yang dicerminkan oleh perubahan variabel jumlah uang beredar.

Penurunan suku bunga SBI akan mempengaruhi penurunan suku bunga tabungan, deposito dan kredit. Hal ini menyebabkan masyarakat kurang tertarik untuk menyimpan uangnya di bank, sehingga menyebabkan timbulnya pilihan bagi masyarakat investor, untuk menanamkan modalnya dalam bentuk portofolio sehingga harga saham di pasar modal akan mengalami peningkatan. Meningkatnya inflasi menyebabkan masyarakat lebih cenderung membelanjakan uangnya, karena masyarakat beranggapan bahwa harga akan meningkat pada masa akan datang. Hal ini menyebabkan permintaan terhadap surat berharga mengalami penurunan. Terdepresiasinya nilai tukar mengindikasikan bahwa masyarakat investor cenderung menanamkan modalnya di pasar valuta asing yaitu dengan melakukan pembelian terhadap dollar, sehingga permintaan akan surat berharga menurun. Peningkatan jumlah uang beredar akan berpengaruh terhadap peningkatan permintaan akan surat-surat berharga. Berdasarkan uraian tersebut di atas diketahui bahwa inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan jumlah uang beredar berpengaruh terhadap alokasi dana di pasar saham (Dornbusch, 2004). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka pertanyaan-pertanyaan penting dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(22)

1. Apakah indikator ekonomi makro (inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan jumlah uang beredar) berpengaruh terhadap indeks harga saham tiga Bank PERSERO?

2. Seberapa besar pengaruh indikator ekonomi makro (inflasi, nilai tukar,suku bunga, dan jumlah uang beredar) terhadap perubahan harga saham tiga Bank PERSERO?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan terkait erat dengan upaya untuk mengetahui bagaimana pengaruh kebijakan moneter dengan menggunakan indikator ekonomi makro, terhadap pasar uang dan pasar saham. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis apakah indikator ekonomi makro (inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan jumlah uang beredar) berpengaruh terhadap indeks harga saham tiga bank PERSERO?

2. Mengetahui seberapa besar pengaruh indikator ekonomi makro (inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan jumlah uang beredar) terhadap perubahan harga saham tiga Bank PERSERO?

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini tidak hanya digunakan bagi penulis sebagai suatu proses belajar yang memberikan banyak tambahan pengetahuan, tetapi dapat digunakan oleh pihak lain sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan untuk penelitian sejenis.


(23)

II. KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Pada bagian ini akan dibahas mengenai teori-teori yang mendukung penelitian ini yaitu meliputi bagaimana suatu variabel ekonomi makro yang mencerminkan pengalokasian modal oleh masyarakat investor berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor perbankan dalam hal ini pasar modal, serta melihat teori mengenai variabel-variabel ekonomi makro tersebut.

2.1.1. Teori Investasi Portofolio

Menurut Chandler (1985), dorongan untuk melakukan investasi tergantung pada keuntungan yang diharapkan. Pada umumnya pengalokasian dana oleh investor dapat dalam bentuk konsumsi barang dan jasa, serta dapat berbentuk investasi secara tidak langsung. Investasi dapat dilakukan di pasar barang, pasar uang, pasar modal, pasar valuta asing, serta dalam bentuk asset tetap (tanah). Dalam menanamkan modal, investor ingin memperoleh tingkat pendapatan yang besar dengan resiko yang seminimal mungkin, oleh karena itu untuk menghindari kerugian investor melakukan diversifikasi dalam berinvestasi.

Menurut teori Keynes, jumlah investasi bergantung pada tingkat keuntungan tertinggi yang diharapkan karena tambahan dari suatu aktiva modal (marginal efficiency of capital ) serta suku bunga. Marginal efficiency of capital

dipengaruhi oleh harapan investor untuk memperoleh keuntungan serta biaya pengganti untuk aktiva modal. Sedangkan tingkat bunga bergantung pada jumlah uang dan keadaan liquidity preference.


(24)

Menurut Husnan (1998), hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau resiko, yang umumnya dilakukan oleh investor adalah memperkirakan berapa besar keuntungan yang diharapkan dari investasinya, dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan. Oleh karena itu pilihan dalam melakukan investasi tidak hanya dapat mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan, tetapi apabila pemodal mengharapkan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi, maka pemodal harus bersedia menanggung resiko yang tinggi pula. Salah satu karakteristik investasi pada sekuritas adalah kemudahan untuk membentuk portofolio investasi, artinya pemodal dapat dengan mudah melakukan diversifikasi investasinya pada berbagai kesempatan investasi.

2.1.2. Teori Suku Bunga

Menurut Hubbard (1997) dalam Wiranta (2001), suku bunga adalah biaya yang harus dibayar borrowers atas pinjaman yang diterima dan imbalan bagi

lenders atas investasinya. Tingkat bunga akan mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan apakah membelanjakan uangnya atau menabung.

Para ekonom klasik berpendapat bahwa dalam masyarakat harus ada interaksi positif antara dua kelompok yang saling melengkapi. Kelompok pertama adalah surplus spending units (penabung), dan kelompok kedua adalah mereka yang kekurangan dana (deficit spending units). Kedua kelompok tersebut berinteraksi untuk mencari kesepakatan “harga” atau bunga dari uang yang mereka gunakan untuk keperluan investasi. Sehingga menurut pandangan klasik fluktuasi bunga dapat mempengaruhi perilaku penabung maupun investor.


(25)

Tingkat Bunga Tabungan

i1 E1 i2 E0

Investasi 1

Investasi 0

S0 S1 Jumlah rupiah yang ditabung & diinvestasikan

Gambar 2. Suku bunga menurut paham klasik

Sumber : Judisseno, 2005

Berdasarkan paham dari pandangan Keynes, tingkat suku bunga merupakan fenomena moneter. Artinya, suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi keinginan pemilik dana untuk melakukan investasi. Semakin rendah suku bunga semakin besar permintaan akan uang, dengan demikian permintaan akan uang memiliki hubungan yang negatif terhadap suku bunga.

Tingkat Bunga

ie E

MD

Gambar 3. Suku bunga menurut Keynes


(26)

Kondisi keseimbangan di titik E menyatakan perpotongan antara jumlah uang beredar dan jumlah uang yang diminta. Jika suku bunga mengalami penurunan (berada di bawah suku bunga keseimbangan), maka masyarakat akan menginginkan uang kas yang lebih banyak caranya dengan menjual aset atau surat berharga yang dimilikinya sehingga mendorong harga obligasi (surat berharga) turun. Sebaliknya, jika suku bunga berada di atas keseimbangan maka masyarakat menginginkan uang kas yang lebih sedikit dengan cara membeli aset/surat berharga sehingga mendorong harga surat berharga dan obligasi naik.

Menurut Judisseno (2005), penentuan tingkat bunga dan pengaruhnya terhadap tabungan dan investasi tidak sesederhana seperti yang dijelaskan oleh teori ekonomi klasik. Penetapan bunga dalam pasar investasi maupun pasar uang haruslah memperhatikan berbagai resiko. Hal ini perlu karena pemakaian uang dari pihak yang membutuhkan dana banyak mengandung resiko antara lain: 1. resiko kurang lancarnya pengembalian pinjaman, bunga pinjaman dan resiko

tidak kembalinya pinjaman (credit risk);

2. resiko bank terhadap pemenuhan likuiditas (liquidity risk);

3. resiko inflasi yang menyebabkan terjadinya penyusutan nilai uang; 4. resiko depresiasi atau apresiasi mata uang;

5. resiko kurang mampunya operasional bank memperoleh penghasilan; 6. resiko keadaan suatu negara (country risk);

7. resiko karena kegiatan bank mewakili kepentingan pemegang surat berharga berdasarkan perjanjian antara bank umum dan emiten surat berharga;


(27)

SBI sebagai salah satu bentuk surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia digunakan oleh Bank Sentral untuk melakukan operasi moneter secara tidak langsung. Selain itu SBI merupakan indikator terbaik dalam kebijakan moneter dan terkadang digunakan sebagai alternatif untuk melakukan investasi (Agung, 1998).

Tingkat suku bunga biasanya dipakai sebagai salah satu instrumen kebijakan moneter tingkat suku bunga merupakan harga dari memegang uang tunai. Memegang uang tunai selain memberikan keuntungan likuiditas juga memberikan kerugian berupa hilangnya kemungkinan mendapatkan penghasilan dalam bentuk bunga atau keuntungan kapital. Beberapa jenis aset yang mampu memberikan pendapatan bunga atau keuntungan kapital adalah surat-surat berharga seperti saham dan obligasi (Negara, 2001).

2.1.3. Teori Nilai Tukar

Suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka harus mempertimbangkan kurs mata uangnya dalam menganalisa kondisi makroekonomi negara yang bersangkutan. Kurs dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara tersebut (Mankiw, 2000). Perhitungan kurs riil dapat ditulis sebagai berikut: domestik barang a H negeri luar barang a H al no Kurs riil Kurs _ _ arg _ _ _ arg min _


(28)

Menurut Batiz (1994), perekonomian yang terbuka umumnya ditandai dengan adanya pergerakan uang antar negara (mobility of money) salah satunya dalam pasar kapital. Hal yang penting untuk diperhatikan oleh masyarakat investor adalah bagaimana menginvestasikan modalnya serta bagaimana cara melindungi uang terhadap resiko perubahan nilai tukar yang terjadi.

Permintaan dan penawaran valuta asing pada foreign exchange market

menentukan besarnya kurs mata uang dalam negeri. Jika kurs mengalami depresiasi berarti, permintaan terhadap mata uang dalam negeri menurun atau dengan kata lain terjadi peningkatan permintaan terhadap mata uang luar negeri (dollar). Meningkatkannya permintaan akan mata uang luar negeri selain disebabkan karena meningkatnya permintaan akan impor, juga disebabkan karena tujuan spekulatif oleh masyarakat investor, dengan tujuan pada saat nilai mata uang luar negeri terhadap mata uang domestik mencapai titik teratas maka investor akan melepas valuta asing yang dipegang untuk mendapatkan gain yang besar. Terjadinya perningkatan permintaan di pasar valuta asing menyebabkan investor mengurangi alokasi investasinya di pasar yang lainnya (Judiseno, 2005).

Menurut Negara (2001), nilai tukar rupiah terutama terhadap dollar Amerika dapat dijadikan indikator kinerja bursa. Pada saat nilai tukar mengalami depresiasi, biasanya indeks harga saham akan melemah hal ini disebabkan karena terdepresiasinya nilai tukar mengindikasikan bahwa masyarakat investor lebih cenderung menanamkan modalnya di pasar valuta asing, salah satunya dengan membeli dollar. sebaliknya jika nilai tukar mengalami apresiasi maka indeks harga saham akan mengalami penguatan, seperti terlihat pada Gambar 4.


(29)

Gambar 4. Korelasi nilai tukar terhadap IHSG

Sumber :Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia

2.1.4. Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi merupakan variabel ekonomi makro yang sangat penting dan kompleks untuk dijelaskan perilakunya. Tingkat inflasi terkait erat dengan kebijakan moneter yang dijalankan oleh otoritas moneter, ekspektasi masyarakat akan tingkat harga di masa depan, adanya inflationary gap (Keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Hal ini bisa disebabkan karena inefisiensi dalam proses produksi), serta adanya rigiditas dari struktur perekonomian (Negara, 2001).

Inflasi adalah suatu peristiwa moneter yang menunjukkan kecenderungan naiknya harga barang-barang secara umum, yang berarti terjadinya penurunan nilai uang. Terjadinya inflasi salah satunya disebabkan karena faktor psikologis masyarakat terhadap harapan-harapan di masa datang dan pengalaman– pengalaman di masa lalu. Inflasi berpengaruh terhadap alokasi penanam modal untuk meningkatkan permintaan akan barang dan jasa (Judiseno, 2005).

2000 2001 2002 2003 2004 2005 IHSG Kurs (Rp/$)


(30)

2.1.5. Jumlah Uang Beredar

Berdasarkan Asset Market Approach, diketahui bahwa total kekayaan terdiri dari uang dan portofolio (saham dan obligasi), hal ini dapat dilihat pada persamaan (2).

V P M P W

×

= ... (2)

dimana :

W = total kekayaan P

M = uang P

V = portofolio (saham)

Investor memiliki tingkat preferensi yang tetap antara uang dan saham. Artinya lima puluh persen kekayaan untuk uang dan limah puluh persen dalam bentuk saham. Jika terjadi peningkatan jumlah uang beredar akan berdampak pada peningkatan total kekayaan berupa uang dan obligasi, Gambar 12.

Total kekayaan (saham)

W P W P V2 V1

450

Total Kekayaan (uang)

M1 M1 W W P P P P

Gambar 5. Asset Market Approach Sumber : Batiz, 1994


(31)

Peningkatan jumlah uang beredar akan meningkatkan total kekayaan masyarakat investor dari W1 ke W2. Peningkatan total kekayaan akan diikuti oleh peningkatan kekayaan berupa uang dan saham.

2.1.6. Industri Perbankan Indonesia

Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian dan fungsi perbankan di Indonesia, bagaimana kinerja perbankan nasional, serta bagaimana perbankan mengalokasikan kekayaannya.

2.1.6.1. Pengertian dan Fungsi Bank Umum

Bank umum adalah lembaga keuangan yang tujuan utamanya adalah mencari keuntungan. Keuntungan adalah selisih antara pendapatan dan biaya. Pendapatan diperoleh dari hasil kegiatan, berupa pemberian pinjaman dan pembelian surat-surat berharga, sedangkan biaya berupa pembayaran bunga dan biaya-biaya lainnya. Dengan demikian kegiatan bank umum adalah mengumpulkan dana untuk selanjutnya ditanamkan dalam surat-surat berharga serta pemberian kredit untuk memperoleh pendapatan (Boediono, 1998).

Sistem perbankan merupakan suatu kesatuan organisasi yang terbentuk karena adanya proses interkoneksi diantara instrumen perbankan, pasar uang dan institusi perbankan. Proses interkoneksi ini terjadi melalui transaksi instrumen perbankan di pasar uang oleh institusi perbankan. Di dalam proses interkoneksi industri perbankan bertindak sebagai pelaksana yang mengatur dan mengendalikan instrumen perbankan dan pasar uang ( Gillis, 1996).

Menurut Mishkin (1992) dan Suyatno (1996), dilihat dari jenisnya institusi perbankan terdiri dari Bank Sentral, Bank Umum, Bank Tabungan, dan Bank


(32)

Pembangunan. Bank Sentral mempunyai hirarki yang lebih tinggi dibandingkan dengan institusi perbankan lainnya. Hal ini disebabkan karena Bank Sentral mempunyai kewajiban untuk mengawasi dan mengontrol aktivitas institusi perbankan lainnya. Selain itu institusi perbankan lainnya selain berperan sebagai pelaksana kebijakan moneter yang dirancang oleh Bank Sentral, juga mempunyai fungsi untuk menciptakan serta mengelola instrumen perbankan.

Secara garis besar peranan lembaga perbankan dalam perekonomian adalah menjalankan fungsi transmisi (transmission function); menghimpun dan menyalurkan dana (intermediation function); serta mentransformasikan dan mendistribusikan resiko dalam suatu perekonomian (transformation and distribution of risk function) (Rindjin, 2000).

Menurut Nasution (1991), tidak sehatnya suatu lembaga perbankan akan menyebabkan tidak sehatnya sistem perbankan secara keseluruhan, pada gilirannya akan menghambat transaksi keuangan dan menyebabkan gangguan pada kondisi perekonomian makro. Untuk mengantisipasi agar masalah tersebut tidak berpengaruh pada lembaga perbankan lainnya maka mengenai sehatnya suatu lembaga perbankan harus dapat diketahui dari kondisi permodalan, kualitas aset, kemampuan manajemen, sumber pendapatan dan kecukupan likuiditas. 2.1.6.2. Kinerja Perbankan Nasional

Menurut Tambunan (1998) dan Rindjin (2000), dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang lebih efektif dan efisien pemerintah meluncurkan serangkaian deregulasi sebagai berikut:


(33)

1. paket kebijakan Juni 1983, proses awal liberisasi untuk mendorong terjadinya mobilisasi dana dari masyarakat dan mengurangi ketergantungan perbankan terhadap kredit likuiditas Bank Indonesia;

2. paket kebijakan Oktober 1988, ditujukan untuk mengubah struktur perbankan. Antara lain pengaturan kembali batas maksimum pemberian kredit, penghapusan hambatan pendirian bank, pemberian keleluasaan untuk mendirikan kantor cabang, dan penurunan cadangan wajib minimum;

3. paket kebijakan Desember 1988, ditujukan untuk mendorong perkembangan lembaga keuangan bukan bank seperti sewa guna usaha, modal ventura, perdagangan surat berharga dan kartu kredit;

4. paket kebijakan Maret 1989, meliputi ketentuan untuk merger, permodalan, pemilikan modal campuran, dan bidang usaha serta wilayah kerja BPR;

5. paket kebijakan Januari 1990, tujuannya untuk meningkatkan bantuan kepada golongan ekonomi lemah dengan mewajibkan setiap bank umum untuk menyalurkan 20 persen dari kreditnya kepada pengusaha kecil;

6. paket Pebruari 1991, mencakup perizinan, kepemilikan dan kepengurusan, pedoman operasional, sistem pelaporan keuangan, dan tata cara penilaian kesehatan bank;

7. paket kebijakan 1995 berisi ketentuan bank umum ingin menjadi bank devisa. Secara kuantitatif, beberapa indikator menunjukkan bahwa rangkaian deregulasi mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan perbankan, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.


(34)

Tabel 1. Perkembangan jumlah bank dan kantor bank di Indonesia

Tahun

B. Pemerintah B. Pemda B. Swasta Nas. B. Asing/Camp

Bank Kantor Bank Kantor Bank Kantor Bank Kantor

2000 2001 2002 2003 2004 2005 Apr 2006 5 5 5 5 5 5 5 902 879 826 765 758 767 783 26 26 26 26 26 26 26 299 311 309 341 358 371 386 81 80 77 76 72 71 71 1073 1135 1150 1207 1196 1273 1294 39 34 34 31 31 29 29 40 42 39 51 56 62 65 Sumber: www.bi.go.id

Dari Tabel 1 terlihat bahwa pertumbuhan bank dan kantor bank pada tahun 2000 hingga awal 2006 mengalami penurunan semenjak terjadi krisis ekonomi, bank PERSERO yang awalnya berjumlah tujuh bank berkurang menjadi lima. Saat terjadi krisis ekonomi tugas perbankan sebagai lembaga intermediasi dana menurun. Namun seiring proses perbaikan, pada awal tahun 2000 (paska terjadinya krisis) penyaluran kredit oleh sektor perbankan kembali mengalami peningkatan. Keadaan ini terlihat seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Penyaluran kredit perbankan

Tahun Kredit Perbankan

(Milyar Rupiah) 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Apr 2006 152482 202618 271851 342026 438880 566444 574043 Sumber: www.bi.go.id


(35)

2.1.6.3. Pengelolaan Kekayaan Perbankan

Pengelolaan kekayaan merupakan usaha melakukan alokasi dana untuk berbagai alternatif investasi. Pada prinsipnya usaha ini berupa alokasi dana yang ada untuk memenuhi kebutuhan akan uang kas dan investasi yang mendatangkan keuntungan/bunga. Apabila perbankan ingin mendapatkan keuntungan atau pendapatan yang tinggi maka dana yang ada digunakan untuk melakukan investasi atau dipinjamkan. Sebaliknya jika perbankan menginginkan posisi likuiditas yang aman maka dana yang ada disimpan sebagai uang kas. Bagaimana memperoleh kombinasi yang tepat agar dapat mencapai sasaran optimal dinamakan sebagai strategi pengelolaan kekayaan. Ada dua pendekatan untuk memecahkan masalah tersebut antara lain.

2.1.6.3.1. Pendekatan “The Pool-of-Funds

Dana yang tersedia dapat berasal dari giro, deposito, tabungan atau modal. Ide dasar pendekatan ini adalah dana yang tersedia dikumpulkan menjadi satu dalam satu pool, kemudian dialokasikan sesuai dengan kriteria ke dalam masing-masing bentuk kekayaan. Namun sebelumnya pemimpin bank harus terlebih dahulu menentukan syarat untuk tujuan likuiditas dan profitabilitasnya.

Gambar 6. Diagram pendekatan The Pool-of-Funds Sumber : Nopirin, 1992.

Giro

Deposito Tabungan

Modal

Pool-of-Funds

Kekayaan lain

Pinjaman Surat Berharga Kas dan Cadangan


(36)

2.1.5.3.2. Pendekatan “The Asset-Allocation

Pendekatan “The Asset-Allocation” memperhatikan bahwa jumlah likuiditas yang diperlukan oleh bank erat kaitannya dengan jenis sumber dana tersebut. Pada umumnya giro memiliki cadangan minimum dan tingkat perputaran yang paling besar (bila dibandingakan dengan tabungan dan deposito berjangka). Sehingga dana yang berasal dari giro sebagian besar harus dialokasikan untuk cadangan/kas dan hanya sebagian kecil untuk investasi. Model ini biasanya disertai dengan pembentukan sentra (pusat yang mengalokasikan dana yang diperoleh dari macam-macam sumber) likuiditas-profitabilitas, tiap sentra independen terhadap sentra lainnya. Pemimpin kemudian merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan alokasi dana dari setiap sentra tersebut.

Gambar 7. Diagram pendekatan “The Asset-Allocation” Sumber : Nopirin, 1992.

Giro Tabungan

Deposito Modal

Aktiva Tetap

Surat Berharga lainnya Kredit/Pinjaman Cadangan Sekunder


(37)

2.1.7. Pasar Modal

2.1.7.1 . Pengertian Pasar Modal

Pasar uang dan pasar modal di Indonesia telah dirintis oleh pemerintah sejak tahun 1968. Pasar modal didirikan dengan tujuan untuk memobilisasi dana masyarakat melalui pemilikan saham dan obligasi yang dikeluarkan oleh badan usaha di Indonesia (Boediono, 1998).

Menurut Scott dalam Nugroho (2001) Pasar modal adalah pasar konkrit atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka waktu satu tahun ke atas atau pasar modal adalah pasar untuk dana jangka panjang dimana saham biasa, saham preferen dan obligasi diperdagangkan.

The Behavior of Interest Rate menyatakan bahwa suku bunga berbanding

terbalik dengan price of bonds, yaitu jika price of bonds mengalami kenaikan maka suku bunga akan mengalami penurunan. Untuk menjelaskan The Behavior of Interest Rate akan digunakan prinsip discount bonds sebagai berikut.

Price of bonds Suku bunga.

S S

P2 i2

P1 E0 i1 E1

D D

Q2 Q1 Quantity of bonds Q2 Q1 Q bonds Gambar 8. The Behavior of Interest Rate


(38)

Pada saat price of bonds meningkat dari P1 ke P2 maka jumlah dari bonds

yang ditawarkan akan berkurang dari Q1 menjadi Q2. Penurunan jumlah bonds

yang ditawarkan menyebabkan suku bunga mengalami penurunan dari i1 ke i2.

Banyak variabel yang dapat mempengaruhi harga saham suatu perusahaan, baik yang datang dari lingkungan eksternal ataupun yang datangnya dari lingkungan internal perusahaan itu sendiri. Sebagaimana dikemukakan oleh Usman (1989), harga saham sebagai indikator nilai perusahaan akan dipengaruhi oleh beberapa variabel fundamental dan teknikal, dimana variabel-variabel tersebut secara bersama-sama akan membentuk kekuatan pasar yang berpengaruh terhadap transaksi saham.

2.1.7.2. Penentuan Harga Saham

Harga saham merupakan suatu hal yang krusial, hal ini disebabkan karena harga saham merupakan suatu hal yang abstrak sehingga sulit untuk diukur secara tepat. Tinggi rendahnya harga suatu saham benar-benar merupakan judgement

momental (penilaian sesaat) yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Kondisi

perusahaan, kebijaksanaan direksi, tingkat suku bunga, harga komoditi, investasi lain, kondisi ekonomi, kebijaksanaan pemerintah, tingkat pendapatan, laju inflasi, penawaran dan permintaan, dan kemampuan analisa efek berpengaruh dalam penentuan harga saham ( Usman, 1989). Harga saham bisa naik dan bisa turun tergantung perubahan satu atau lebih faktor-faktor di atas.


(39)

2.1.7.2.1. Penentuan Harga Saham Pada Pasar Primer

Harga saham pada pasar primer ditentukan bersama oleh underwriter dan

emiten. Secara teori harga saham dihitung dengan menggunakan pendekatan net asset dan pendekatan earnings atau dividen yang berdasarkan pada proyeksi untuk lima tahun yang akan datang. Adapun bentuk persamaan dari pendekatan earnings

adalah sebagai berikut.

(

)

i D E i r D Ps − +

= ...(3)

dimana:

Ps : Harga pasar per saham (Rp) D : Dividen per saham (Rp) E : Earning (Rp)

r : Return on investment

i : Tingkat Cost of Capital di pasar uang

Penetuan harga saham berdasarkan pendekatan dividen dapat dilihat pada persamaan (4).

( ) ( )

+ +

+

= n n

i Pn i dn P 1

1 ...(4) dimana:

P : harga per saham dn : dividen per saham i : cost of capital rate

n : Tahun saham ke-n

Pn : Harga saham pada tahun ke-n

2.1.7.2.2. Penentuan Harga Saham Pada Pasar Sekunder

Harga saham di pasar sekunder (bursa dan luar bursa) pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor penawaran dan permintaan potensial dari efek-efek yang ada. Bagi para investor yang menanamkan dananya dalam bentuk saham dengan


(40)

jumlah yang banyak harus mempertimbangkan portofolio management yang menguntungkan. Prinsip dasar dari portofolio adalah:

1. mengharapkan expected return yang tinggi dengan resiko yang rendah;

2. investasi dapat dilakukan dengan menyimpan atau meminjam uang dengan suku bunga yang bebas resiko.

Komposisi dari saham-saham yang bebas resiko dan yang mengandung resiko tergantung pada penilaian dari masa depan setiap efek yang muncul. Bila informasi yang tersedia tersebar luas dan merata maka investor akan cenderung menanamkan investasinya di pasar portofolio. Capital Asset Pricing Model

(CAPM) bisa dipakai dalam perhitungan harga saham seperti pada persamaan (5) berikut.

(

rm rf

)

β rf

r= + − ...(5) Dimana:

r : expected return

rf : suku bunga bebas resiko

rm : “expected return of market portofolio

rm – rf : risk premium

2.1.8. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang analisis pengaruh inflasi, nilai tukar, dan suku bunga terhadap harga saham studi kasus pada tiga Bank PERSERO, dalam rangka untuk mengetahui apakah inflasi, nilai tukar, dan suku bunga akan mempengaruhi perubahan harga saham tiga Bank PERSERO, memiliki kemiripan dengan penelitian lain sebelumnya. Peneliti tersebut diantaranya adalah Usman (1990), Silalahi (1991), Sulaiman (1995), Yuli (1999), Saban (2004), dan Butar (2002).


(41)

Banyak variabel dapat mempengaruhi harga saham suatu perusahaan, baik eksternal maupun dari internal perusahaan itu sendiri. Menurut Usman (1990), harga saham akan dipengaruhi oleh beberapa variabel fundamental dan teknikal, dimana variabel-variabel tersebut secara bersama-sama akan berpengaruh terhadap transaksi saham. Variabel fundamental dibagi menjadi dua yaitu fundamental internal yang memberi informasi tentang kinerja perusahaan (deviden, pertumbuhan pendapatan, likuiditas, ukuran perusahaan, modal kerja bersih, pendapatan per lembar saham, Rate of Return on Total Assets) dan variabel eksternal yang meliputi kondisi perekonomian secara umum (tingkat inflasi, tingkat suku bunga deposito, jumlah uang beredar dan nilai tukar). Variabel teknikal meliputi variabel yang menyajikan informasi kepada investor untuk menentukan kapan pembelian saham dilakukan dan kapan saham tersebut dijual atau ditukar dengan saham yang lain agar memperoleh keuntungan maksimal. Variabel teknikal meliputi perkembangan kurs saham, keadaan pasar modal, volume transaksi, perkembangan harga saham dan capitalgainloss.

Penelitian di Indonesia dilakukan oleh Silalahi (2001) terhadap 38 perusahaan yang sahamnya di BEJ sejak tahun 1980-1990. Hasilnya menyatakan bahwa Rate of Return on Total Assets, Devidend Pay Out Ratio, volume perdagangan saham dan tingkat suku bunga deposito berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Sulaiman (1995) meneliti tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham perusahaan food & beverage. Hasilnya menunjukkan bahwa ROA, tingkat pertumbuhan, likuiditas dan tingkat suku bunga berpengaruh terhadap harga saham.


(42)

Selain variabel-variabel fundamental internal perusahaan, penelitian yang menambahkan variabel-variabel eksternal atau variabel-variabel ekonomi makro juga telah dilakukan misalnya, Yuli (1999) meneliti tentang pengaruh beberapa variabel fundamental eksternal yaitu tingkat inflasi, tingkat suku bunga deposito, jumlah uang beredar dan nilai tukar US Dollar terhadap rupiah terhadap perubahan harga saham pada perusahaan farmasi yang go public di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh terhadap harga saham. Dalam penelitian ini juga ditambahkan variabel teknikal dan hasilnya menyatakan bahwa volume penjualan serta harga saham masa lalu berpengaruh terhadap harga saham.

Saban (2004), dalam skripsinya yang berjudul “Vector Error Corection

dalam Menganalisis Hubungan Antara Indeks Saham, Suku Bunga, dan Kurs”. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan VECM dilengkapi dengan uji kointegrasi dan uji Granger Causality. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa di Indonesia terdapat hubungan jangka panjang antara indeks saham, suku bunga dan kurs. Namun dalam jangka pendek tingkat suku bunga bergerak sendiri di luar keseimbangan. Selain itu juga dalam jangka pendek terdapat hubungan dua arah yang kuat antara indeks saham dan nilai tukar mata uang serta indeks saham dan suku bunga.

Butar (2003) meneliti tentang hubungan antara suku bunga, nilai tukar, inflasi, dan IHSG dalam skripsinya yang berjudul “Granger Causality Antara Suku Bunga, Kurs, Inflasi, dan IHSG Periode Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi”.


(43)

2.2. Kerangka Pemikiran Konseptual

Berdasarkan uraian di atas, penelitian akan dilakukan dengan cara mencari pengaruh variabel ekonomi makro yaitu inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap harga saham dengan studi kasus pada tiga Bank PERSERO yang memasyarakatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, dimana keempat variabel ekonomi makro tersebut mencerminkan pengalokasian modal masyarakat investor di pasar modal, pasar uang, pasar barang, dan pasar Valas.

Jumlah uang beredar berpengaruh terhadap indeks harga saham melalui dua jalur, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung melalui pendekatan pasar modal (Asset Market Approach), dimana jika terjadi peningkatan jumlah uang beredar maka masyarakat investor akan menaikan proporsi kekayaannya dalam bentuk surat berharga sehingga permintaan terhadap saham mengalami peningkatan. Suku bunga (SBI) mencerminkan bagaimana seorang investor menanamkan modalnya di pasar uang serta bagaimana pengaruhnya terhadap indeks harga saham. Jika terjadi peningkatan suku bunga, masyarakat investor lebih cenderung menanamkan investasinya dalam bentuk deposito dan tabungan dengan return yang lebih tinggi dibandingkan menanamkannya dalam bentuk surat berharga. Perpindahan alokasi investasi dari portofolio ke bentuk deposito menyebabkan permintaansurat berharga mengalami penurunan, sehingga menyebabkan indeks saham mengalami penurunan.


(44)

Kurs berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham, yaitu jika kurs mengalami depresiasi (dollar menjadi lebih mahal), maka masyarakat investor lebih cenderung untuk bermain di pasar valuta asing, dengan membeli dollar sebanyak mungkin untuk tujuan spekulatif. Hal ini menyebabkan permintaan akan saham mengalami penurunan. Sedangkan inflasi berpengaruh terhadap indeks harga saham melalui pasar barang, jika terjadi inflasi maka masyarakat akan meningkatkan permintaan akan barang dan jasa karena diduga harga akan terus meningkat dimasa yang akan datang.

Gambar 9. Kerangka Pemikiran Konseptual Indeks Harga

Saham Tiga Bank

Jumlah Uang Beredar (M2)

Inflasi Kurs SBI

PILIHAN INVESTASI

Pasar Modal Pasar Uang

Pasar VALAS Pasar Barang


(45)

2.3. Hipotesis

Kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dapat berpengaruh terhadap permintaan akan uang, serta berpengaruh terhadap keputusan investor untuk tetap memegang uangnya dalam bentuk kas atau dalam bentuk surat berharga dalam hal ini saham. Berdasarkan pernyataan tersebut maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Inflasi berhubungan negatif terhadap indeks harga saham perbankan. 2. Nilai tukar berhubungan negatif terhadap indeks harga saham perbankan 3. Suku bunga berhubungan negatif terhadap indeks harga saham perbankan 4. Jumlah uang beredar berhubungan positif terhadap indeks saham perbankan.


(46)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data bulanan periode 2003-2005 (time series data). Sumber data diperoleh dari literatur-literatur yang berkaitan dengan topik, antara lain yang berasal dari Bank Indonesia, Bloomberg, Bursa Efek Jakarta (BEJ) serta sumber-sumber bacaan lain yang relevan. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga Bank Indonesia jangka waktu satu bulan, tingkat inflasi, nilai tukar (Rp/$ US), jumlah uang beredar, serta indeks harga saham tiga bank PERSERO yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, yaitu PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.

3.2. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda yang bertujuan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang ada. Penggunaan analisis ini disebabkan karena jumlah contoh dalam penelitian kurang dari 30 (N<30). Berbagai macam metode telah di coba, namun karena keterbatasan data sehingga metode yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS), yaitu metode dimana error termnya dibuat dalam bentuk kuadratik dengan tujuan untuk memperkecil varian sehingga diperoleh kesalahan yang kecil. Taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini adalah taraf nyata 1 persen, penggunaan taraf nyata ini disebabkan karena data yang digunakan dalam penelitian ini berukuran kecil yaitu kurang dari 30


(47)

sehingga toleransi kesalahan harus kecil. Penelitian ini menganalisis pengaruh inflasi, nilai tukar,suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap indeks harga saham tiga bank PERSERO. Untuk mempermudah dalam pengolahan data, maka alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini dioperasikan melalui perangkat lunak Eviews 4.1.

3.2.1. Model Persamaan dan Variabel-Variabel

Ada beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel terikat adalah indeks harga saham tiga bank PERSERO, sedangkan variabel bebasnya adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan kurs rupiah terhadap dollar Amerika. Indeks harga saham (Yi) yang digunakan dalam penelitian ini

adalah indeks harga saham bulanan masing-masing bank yang diteliti dengan periode penelitian dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Tingkat inflasi (X1) merupakan persentase perubahan Indeks Harga Konsumen Umum yang mencakup makanan, perumahan, sandang, aneka barang dan jasa per tahun. Nilai tukar US Dollar terhadap rupiah (X2) merupakan perubahan kurs dinyatakan dalam berapa nilai rupiah per satu dollar Amerika. Tingkat Suku Bunga SBI (X3) yang digunakan adalah rata-rata SBI satu bulan.

Untuk menyatakan kejelasan tentang kekuatan beberapa variabel penentu terhadap Harga Saham digunakan model regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil (Gujarati, 1995). Persamaan umum dari model tersebut adalah sebagai berikut.

t t t t

t X X X X


(48)

Setelah mengambil bentuk logaritma natural dari persamaan diatas, diperoleh bentuk persamaan sebagai berikut.

t t I t I t i t i

i INF LKURS IR MS

LY01234 +ε ...(7) dimana :

L Y1 = logaritma natural indeks harga saham PT Bank Mandiri, Tbk;

L Y2 = logaritma natural indeks harga saham PT BRI, Tbk;

L Y3 = logaritma natural indeks harga saham PT BNI, Tbk;

INF = tingkat inflasi;

L KURS = logaritma natural nilai tukar mata rupiah terhadap dollar Amerika; IR = suku bunga SBI;

L MS = logaritma natural jumlah uang beredar (M2); εt = variabel pengganggu;

γ0 = konstanta;

γ1i = elastisitas tingkat inflasi terhadap indeks harga saham bank

PERSERO;

γ2i = elastisitas nilai tukar terhadap indeks harga saham bank PERSERO;

γ3i = elastisitas tingkat suku bunga terhadap indeks harga saham bank

PERSERO.

γ3i = elastisitas jumlah uang beredar terhadap indeks harga saham bank

PERSERO. 3.2.2. Pengujian Model

Setelah mendapatkan parameter estimasi, langkah berikutnya adalah melakukan berbagai macam pengujian terhadap parameter estimasi tersebut. Seperti pengujian statistik, ekonometrik, dan ekonomi. Pengujian statistik yang dimaksud meliputi uji R2, uji F, uji t. Uji stasioneritas data juga diperlukan dalam penelitian ini karena data yang digunakan merupakan data time series sehingga agar tidak terjadi regresi lancung maka dilakukan uji stasioneritas. Metode OLS akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), yaitu non multikolinieritas, non autokorelasi dan non heterokedastisitas.


(49)

3.2.2.1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji ini digunakan untuk mengukur sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. R2 memiliki dua sifat diantaranya, pertama R2 merupakan besaran non negatif dan kedua, besarnya adalah 0 ≤ R2 ≤ 1. Jika R2 sebesar 1 maka 100 persen variasi Y diterangkan oleh perubahan-perubahan variabel-variabel penjelas, sedangkan R2 yang bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara variabel tak bebas dengan variabel yang menjelaskan (Gujarati, 1995).

3.2.2.2. Uji-F

Uji-F digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh peubah bebas terhadap peubah tidak bebas secara keseluruhan. Ada dua hipotesis yang diuji dari pendugaan persamaan di atas. Hipotesis pertama yaitu variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas, hipotesis kedua, variabel bebas tidak memiliki hubungan kausalitas terhadap variabel tak bebas. Mekanisme yang digunakan untuk menguji adalah sebagai berikut.

Hipotesa : H0 : γ1i = γ2i = γ3i = 0;

H1 : minimal ada satu nilai parameter dugaan yang tidak sama dengan nol.

Menurut Gujarati (1995), uji-F dapat dilihat dari probabilitas F-statistiknya, sehingga akan diketahui apakah suatu persaman akan lulus uji-F atau tidak. Jika probabilitas F-statistiknya menunjukkan besaran yang kurang dari taraf nyata yang digunkan (α), dapat disimpulkan tolak H0, artinya seluruh variabel secara bersama-sama mampu mempengaruhi variabel tak bebas.


(50)

3.2.2.3. Uji-t

Digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tak bebas. Pengujian ini dapat dilihat dari nilai probabilitas t-statistiknya. Dimana, jika probabilitas t-statsitik menunjukkan nilai yang kurang dari derajat kepercayan yang digunakan (α), maka dapat dikatakan bahwa peubah bebas berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas dalam model. 3.2.2.4. Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terjadinya satu atau lebih variabel bebas yang berkorelasi sempurna atau mendekati sempurna dengan variabel bebas lainnya. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas, diantaranya dengan melihat pada matrik korelasi (korelasi antar variabel bebas), yaitu jika korelasi antar variabel melebihi 0,50 diduga terdapat gejala Multikolinearitas (Gujarati 1995).

3.2.2.5. Autokorelasi

Menurut Gujarati (1995), non-autokorelasi menunjukkan kepada tidak adanya korelasi kesalahan pengganggu (error), artinya kesalahan pengganggu di satu observasi tidak berkorelasi terhadap kesalahan pengganggu di observasi lain E (ei,Ei) = 0. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model analisis regresi yang digunakan, maka cara yang digunakan adalah melakukan pengujian serial korelasi dengan metode Durbin Watson, jika DW statistik hitung berada diantara du dan 4-du (du). Namun, karena dalam pengujian Durbin Watson terdapat kelemahan, yaitu apabila DW jatuh pada daerah ragu-ragu maka hasil


(51)

tidak dapat disimpulkan. Oleh karena itu, digunakan pengujian lain yaitu menggunakan uji Breunch and Godfrey Corelation LM-Test. Apabila nilai probabilitas Obs*R-Squared-nya lebih besar dari taraf nyata tertentu, maka persamaan yang digunakan tidak mengalami autokorelasi.

3.2.2.6. Heteroskedastisas

Uji heterokedasitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi berganda terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas yaitu dengan menggunakan White Heteroscedasticity Test (Gujarati, 1995). Pengujian ini dilakukan dengan cara melihat probabilitas

Obs*R-Squared-nya. Apabila nilai dari probabilitas Obs*R-Squared-nya kurang dari taraf nyata tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan tersebut mengalami gajala heteroskedastisitas.

3.2.2.7. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan jika sample yang digunakan dalam model regresi kurang dari 30 (N<30), karena jika sample lebih dri 30 mka error term akan terdistribusi secara normal. Uji ini disebut Jarque-Bera Test (Sarwoko, 2005), dengan hipotesis sebagai berikut:

1. H0 : error term terdistribusi normal H1 : error term tidak terdistribusi normal

2. α = satu persen, maka daerah kritis penolakan H0 adalah Jarque-Bera Test >χ2


(52)

3.3. Asumsi-asumsi Model

Untuk membatasi cakupan bahasan dan menyederhanakannya, dalam model digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut.

1. Model persamaan regresi dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada pengaruh dari tingkat inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap harga saham tiga bank PERSERO.

2. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham di pasar sekunder (harga saham yang di perdagangkan di BEJ);

3. Investasi dalam bentuk portofolio (saham) dan investasi dalam bentuk deposito bersifat saling menggantikan (jika investor ingin menanamkan modal dalam dipasar uang/valas, maka investor akan mengurangi modalnya dipasar saham);

4. Faktor-faktor lain di luar fungsi persamaan dianggap konstan atau ceteris paribus.

3.4. Batasan Operasional

Batasan operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Inflasi yang digunakan merupakan cerminan dari IHK (indeks Harga Konsumen) yang perubahannya dilihat secara tahunan (y-o-y) dengan satuan persen;

2. Nilai tukar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika yang dilihat secara harian;

3. Nuku bunga sebagai instrumen kebijakan moneter dalam penelitian ini adalah suku bunga SBI jangka waktu satu bulan, dalam persen;


(53)

4. Harga saham dalam penelitian dicerminkan melalui indeks harga saham bulanan dari tiga bank PERSERO;

5. Data yang digunakan dalam bentuk riil dan data yang tidak dalam bentuk persen ditulis dalam bentuk logaritma natural.

3.5. Keterbatasan Penelitian

1. Jumlah data yang digunakan sebanyak 26, sehingga untuk menjawab permasalahan digunakan metode OLS, dengan taraf nyata yang digunakan yaitu satu persen sehingga kesalahan yang ditolerir dalam model ini sangat kecil.

2. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel fundamental eksternal, yaitu yang terdiri dari variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar, suku bunga serta jumlah uang beredar). Variabel fundamental internal yang mencerminkan kondisi internal perusahaan (CAR, NPL) serta variabel teknikal yaitu variabel yang digunakan untuk memperkirakan pergerakan saham dalam waktu yang sangat singkat tidak dimasukan dalam penelitian ini.


(54)

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Gambaran umum yang akan dibahas dalam penelitian ini terdiri dari gambaran umum perkembangan makroekonomi Indonesia periode 2000 hingga 2005 yang terdiri dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat perkembangan suku bunga SBI satu bulan dan perkembangan jumlah uang beredar. Selain perkembangan makroekonomi, dalam penelitian ini juga akan dibahas mengenai perkembangan serta kinerja dari pasar modal dan tiga bank PERSERO yang terdiri dari Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, dan Bank Rakyat Indonesia.

4.1. Sektor Ekonomi Makro

Dalam rangka melanjutkan proses pemulihan ekonomi, pemerintah perlu terus mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan

(sustainable). Ditengah berlanjutnya gangguan keamanan dalam negeri,

ketidakpastian hukum, serta kecenderungan melemahnya perekonomian global, kinerja ekonomi makro Indonesia pada tahun 2000 terlihat membaik dibandingkan tahun 1999 (tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 0,2 persen). Hal ini terus berlanjut hingga awal tahun 2005, walaupun terdapat sedikit penurunan di tahun 2001 akibat tragedi 11 September, namun rata-rata pertumbuhan ekonomi meningkat dan relatif konsisten dari tahun ke tahun seperti terlihat pada Gambar 10. Pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dari sebesar 4 persen pada tahun 2000 hingga mencapai 5,5 persen pada pertengahan tahun 2005 (Laporan Ekonomi Bulanan Nov. 2005).


(55)

Pertumbuhan Ekonomi

0,2 4

3,3 3,7 4,1

5,1 5,5

0 1 2 3 4 5 6

1999 2000 2001 2002 2003 2004 Okt 2005

Gambar 10. Pertumbuhan ekonomi tahunan Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005

Terus meningkatnya pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor eksternal yaitu meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia, dan faktor internal yaitu membaiknya kinerja ekonomi Indonesia terutama didukung oleh komitmen yang tinggi dari Pemerintah dalam melanjutkan pemulihan ekonomi melalui perbaikan fundamental ekonomi dan pemulihan kepercayaan masyarakat. Prioritas kebijakan Pemerintah yang dilaksanakan untuk mendukung peningkatan laju pertumbuhan ekonomi mencakup.

(1) Upaya memelihara stabilitas ekonomi makro yang di dalamnya termasuk menjaga stabilitas harga dan nilai tukar, ketahanan fiskal yang berkelanjutan serta memantapkan pelaksanaan desentralisasi fiskal;

(2) Mempercepat restrukturisasi keuangan dan perbankan;

(3) Menggerakkan kembali sektor riil melalui program peningkatan investasi, ekspor, dan penciptaan lapangan kerja.


(56)

4.1.1. Inflasi

Stabilnya nilai tukar rupiah menjadi pendukung utama kecenderungan penurunan inflasi tahun 2002 dan 2003. Laju inflasi tahun 2003 tercatat sebesar 5,1 persen, lebih rendah dibanding tahun 2002 sebesar 10 persen. Ditinjau dari faktor yang mempengaruhinya, trend penurunan laju inflasi antara lain lebih disebabkan oleh kecenderungan menurunnya harga-harga dunia yang tercermin dari terjadinya deflasi dan relatif rendahnya tingkat inflasi beberapa negara mitra dagang utama, seperti Amerika Serikat, Jepang, Hongkong, dan Taiwan (Lampiran 4) merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi rendahnya laju inflasi. Sedangkan dari sisi internal, penurunan inflasi dikarenakan oleh relatif stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dengan kecenderungan yang semakin menguat, cukup terkendalinya jumlah uang beredar, serta tidak adanya gangguan yang cukup berarti di sisi penawaran barang dan jasa di dalam negeri .

Pada tahun 2004 hingga 2005 terjadi kenaikan laju inflasi, hal ini disebabkan karena adanya langkah-langkah pemerintah dan Bank Indonesia baik di bidang moneter, fiskal, maupun kebijakan sektor riil. Kenaikan laju inflasi pada tahun 2004-2005 terutama disebabkan kenaikan harga BBM sebagai dampak dari kenaikan harga minyak dunia dan besarnya defisit anggaran yang harus ditanggung oleh pemerintah. Kenaikan BBM pada akhirnya berdampak pada kenaikan harga di semua sektor terutama sektor transportasi (Laporan bulanan ekonomi, moneter dan perbankan, Juni 2005).


(57)

Tingkat Inflasi

2 9,3

12,6 10

5,1 6,4

17,11

0 5 10 15 20

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Gambar 11. Perkembangan inflasi

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005

4.1.2. Nilai Tukar

Perkembangan rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat menunjukkan kecenderungan menguat selama tahun 2002 dan 2003. Faktor utama yang mendorong menguatnya nilai tukar rupiah adalah aliran dana masuk dari luar negeri berupa divestasi aset-aset pemerintah dan pembelian obligasi dalam negeri oleh asing. Faktor lain yang mendukung penguatan rupiah adalah menariknya suku bunga riil dalam negeri yang lebih tinggi dibandingkan suku bunga luar negeri.

Terjadi pelemahan nilai tukar pada tahun 2004 hingga 2005, dipicu oleh faktor internal dan eksternal. Di sisi internal, pelemahan rupiah tidak terlepas dari kondisi defisit neraca pembayaran yang semakin membesar. Peningkatan defisit tersebut disebabkan antara lain oleh peningkatan permintaan valuta asing (valas) domestik guna memenuhi kebutuhan impor maupun pembayaran utang luar negeri yang belum dapat diimbangi oleh peningkatan pasokan valas dari hasil ekspor dan


(58)

mendorong penguatan mata uang US dollar secara global (rupiah terdepresiasi). Selain itu, meningkatnya harga minyak dunia (Lampiran 4) turut memberi dampak negatif terhadap mata uang negara-negara net-oil importer termasuk Indonesia (Laporan bulanan ekonomi, moneter, dan perbankan, Juni 2005).

Gambar 12. Pertumbuhan nilai tukar (kurs)

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005

4.1.3. Suku Bunga SBI

Sejalan dengan upaya mengurangi jumlah uang beredar, suku bunga SBI mengalami peningkatan pada tahun 2001 sebesar 309 basis poin (bp) menjadi 17,62 persen. Pada tahun 2002, penguatan nilai tukar dan relatif rendahnya laju inflasi telah memberikan peluang bagi penurunan suku bunga secara bertahap yaitu dari 17,62 persen pada tahun 2001 menjadi 12,93 persen. Penurunan suku bunga SBI ini terus berlanjut hingga tahun 2004. Suku bunga SBI pada tahun 2005 kembali mengalami peningkatan, upaya ini dilakukan untuk mengendalikan tekanan inflasi sebesar 17,11 persen, serta melemahnya nilai tukar, seperti terlihat pada Gambar 13. sebagai berikut (Laporan bulanan ekonomi, moneter, dan perbankan, Juni 2005).

Kurs (Rp/$)

0,00 2.000,00 4.000,00 6.000,00 8.000,00 10.000,00 12.000,00

2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun


(59)

Gambar 13. Perkembangan suku bunga SBI

Sumber : Laporan Tahunan BI, 2000- 2005

4.1.4. Jumlah Uang Beredar

Secara umum, jumlah uang beredar (M2) mengalami peningkatan setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya kegiatan ekonomi. Peningkatan jumlah uang beredar yaitu sebesar kurang lebih 747 milyar pada tahun 2000 meningkat menjadi 1,2 trilyun pada tahun 2005 (Gambar 14). Salah satu faktor utama yang mempengaruhi peningkatan jumlah uang beredar yaitu meningkatnya permintaan kredit untuk tujuan konsumsi, modal kerja dan investasi.Peningkatan jumlah uang beredar bertujuan untuk mendorong aktivitas ekonomi Indonesia.

M 2

0 2 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 1 4 0 0 0 0 0

2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5

R P . Mi ly a r

Gambar 14. Perkembangan M2

Sumber : Bloomberg, 2000- 2005

SBI 1 Bulan

1,53 17,62 12,93 8,31 7,43 12,75 -5,00 10,00 15,00 20,00


(60)

4.2. Perkembangan dan Kinerja Pasar Modal

Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang (lebih dari satu tahun) dengan pihak yang memiliki dana tersebut. Fungsi dari pasar modal yaitu sebagai salah satu alternatif investasi, alat restrukturisasi modal perusahaan, dan sebagai alat untuk melakukan divestasi, oleh karena itu pasar modal (pasar saham dan obligasi) dapat berlaku sebagai sumber pembiayaan alternatif selain bank. Untuk dapat berperan dengan optimal dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, pasar modal harus bersifat likuid. Pasar modal yang likuid dapat mengurangi keengganan melakukan investasi dalam proyek berjangka panjang karena investor dapat menjual saham/obligasi yang dimilikinya dengan mudah. Di samping itu, pasar modal (saham dan obligasi) yang likuid memberi kemudahan kepada investor untuk melakukan investasi pada instrumen-instrumen dengan risiko dan imbalan hasil

(return) yang lebih bervariasi. Dengan kata lain, investor dapat melakukan

diversifikasi/alokasi aset dengan lebih baik (Kompas, 2005).

4.2.1. Perkembangan Pasar Saham

Bursa saham telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, namun krisis ekonomi yang melanda pada tahun 1997 telah memberikan dampak negatif terhadap pasar modal. Berbagai perkembangan yang kurang menguntungkan telah menghalangi perkembangan bursa saham paska krisis. Masalah stabilitas politik, masalah ketidakpastian hukum, masalah otonomi daerah, masalah belum tuntasnya restrukturisasi utang perusahaan-perusahaan di Indonesia, dan masalah dunia perbankan telah memperburuk iklim investasi di Indonesia. Namun pada


(61)

awal taun 2000, bursa saham kembali mengalami peningkatan dilihat dari peningkatan jumlah emisi saham serta nilai emisis saham dari tahun 2000 hingga 2005 (Statistik pasar modal, Januari 2006).

Tabel 3. Perkembangan jumlah emisi saham 2000-2005

Tahun Emisi Saham Nilai (Milyar rupiah)

Per tahun % Per Tahun %

2000 2001 2002 2003 2004 2005 811.675.983.545 826.770.663.455 876.514.940.846 905.965.298.797 922.131.623.694 963.702.110.002 13,6 1,9 6,0 0,5 1,8 4,5 226.057,3 231.342,1 241.310,3 251.276,9 257.814,0 267.206,7 9,4 2,3 4,3 0,9 2,6 3,6 Sumber : Statistik Pasar Modal, Januari 2006.

4.2.2. Kinerja Pasar Saham

Pada umumnya variabel yang dijadikan tolak ukur untuk melihat kinerja pasar modal adalah jumlah emiten, nilai kapitalisasi dan volume transaksi, serta perkembangan IHSG.

4.2.2.1. Jumlah Emiten

Jumlah emiten atau perusahaan yang menawarkan sahamnya di bursa efek sering digunakan oleh otoritas pasar modal untuk menguji keberhasilan bursa menarik investor. Berdasarkan data yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, secara umum jumlah emiten mengalami peningkatan. Walaupun pada tahun 2002 dan 2003 mengalami penurunan karena terjadi ketidakstabilan kondisi dalam negeri, namun jumlah emiten kembali meningkat pada tahun 2004.


(62)

Tabel 4. Perkembangan jumlah emiten dan Nilai Emisi 2000-2005

Jumlah Emiten Nilai Emisi (Rp Milyar)

2000 347 226.057,3

2001 379 231.342,1

2002 401 241.310,3

2003 411 251.276,9

2004 424 257.814,0

2005 432 267.206,7

Sumber : Bapepam, laporan tahunan 2000-2005

4.2.2.2. Nilai Kapitalisasi dan Volume Transaksi

Nilai kapitalisasi pasar adalah nilai dari seluruh saham yang dihitung berdasarkan harga yang terakhir terjadi. Pada umumnya nilai kapitalisasi pasar sejalan dengan volume transaksi BEJ. Terjadi penurunan nilai kapitalisasi pasar pada tahun 2001 hal ini disebabkan karena melemahnya kinerja bursa akibat tidak adanya insentif positif bagi pasar domestik, seperti terlihat pada Gambar 15.

Nilai Kapitalisasi Pasar

0,00 200.000,00 400.000,00 600.000,00 800.000,00 1.000.000,00

2000 2001 2002 2003 2004 2005

R

P

M

ilya

r

Gambar 15. Nilai kapitalisasi pasar 2000-2005


(63)

-50.000,00 100.000,00 150.000,00 200.000,00 250.000,00 300.000,00 350.000,00 400.000,00 450.000,00

2000 2001 2002 2003 2004 2005

Gambar 16. Perkembangan volume saham 2000-2005

Suber : Annual Report Bapepam 2000-2005

4.2.2.3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Berdasarkan grafik perkembangan IHSG pada Gambar 17, dapat dilihat bahwa IHSG mengalami penurunan pada tahun 2001 menjadi 392,1 hal ini disebabkan karena pada tahun 2001 pertumbuhan ekonomi juga mengalami penurunan. Hal ini berdampak juga bagi pasar modal. Menurunya pertumbuhan ekonomi membawa kekhawatiran bagi para investor, sehingga para investor melakukan aksi jual saham, sehingga IHSG mengalami penurunan. Namun secara umum IHSG mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selain dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, indeks harga saham dalam negeri juga dipengaruhi oleh indeks harga saham di pasar regional, hal ini dapat dilihat pada Gambar 17.


(64)

Indeks Harga Saham Pasar ASEAN Plus Jepang 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun In de k s H ar g a S a ha m

Indonesia(IHSG) Singapura (SSI) Malaysia (KLSE) Thailand (SETI) Philiphina (PSE) Jepang (NIKKEI)

Gambar 17. Perkembangan Indeks Harga Saham Pasar ASEAN dan Jepang 2000-2005

Sumber : Annual Report Bapepam 2000-2005

4.3. Bank Mandiri

Berdasarkan paparan publik kinerja PT Bank Mandiri, kebijakan pemerintah dalam merestrukturisasi BUMN merupakan langkah agar BUMN dapat bersaing di dalam dan di luar negeri. Salah satu restrukturisasi yang dilakukan adalah melakukan merger empat bank pemerintah yaitu Bank Ekspor impor (EXIM), Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, dan Bapindo menjadi satu bank. Secara resmi tanggal 2 Oktober 1998 penggabungan keempat bank pemerintah telah berganti nama menjadi Bank Mandiri, dengan visi menjadi bank terpercaya pilihan anda disertai misi yaitu:

1. berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar ; 2. mengembangkan sumber daya manusia professional; 3. memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder; 4. melaksanakan manajemen terbuka ;


(1)

Lampiran 3. Hasil Olahan Data

HASIL MODEL REGRESI BNI

Dependent Variable: L_BNI Method: Least Squares Date: 06/08/06 Time: 10:45 Sample: 2003:11 2005:12 Included observations: 26

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

INF -0.006893 0.015799 -0.436326 0.6671

C 14.10312 10.92743 1.290616 0.2109

L_KURS -3.867990 1.269653 -3.046495 0.0061

SBI -0.251354 0.056607 -4.440329 0.0002

L_MS 1.776919 1.165888 1.524091 0.1424

R-squared 0.723727 Mean dependent var 2.340806

Adjusted R-squared 0.671104 S.D. dependent var 0.323898

S.E. of regression 0.185754 Akaike info criterion -0.357750

Sum squared resid 0.724592 Schwarz criterion -0.115809

Log likelihood 9.650753 F-statistic 13.75297

Durbin-Watson stat 0.937576 Prob(F-statistic) 0.000012

Sumber : Hasil olahan

HASIL UJI AUTOKORELASI (LM TEST) BNI

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.699900 Probability 0.076368

Obs*R-squared 8.068759 Probability 0.044612

HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS (NO CROSS TERM) BNI

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.979646 Probability 0.465757

Obs*R-squared 6.142998 Probability 0.407364

MATRIKS KORELASI

L_BNI INF L_KURS SBI L_MS

L_BNI 1.000000 -0.290059 -0.152312 -0.767537 -0.679619

INF -0.290059 1.000000 -0.085867 0.361611 0.360178

L_KURS -0.152312 -0.085867 1.000000 -0.211749 0.251732

SBI -0.767537 0.361611 -0.211749 1.000000 0.797537

L_MS -0.679619 0.360178 0.251732 0.797537 1.000000 Sumber : Hasil olahan


(2)

HASIL MODEL REGRESI BMRI

Dependent Variable: L_BMRI Method: Least Squares Date: 06/08/06 Time: 10:55 Sample: 2003:11 2005:12 Included observations: 26

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -33.17148 6.199477 -5.350690 0.0000

INF -0.009093 0.008963 -1.014480 0.3219

L_KURS -3.244716 0.720314 -4.504586 0.0002

SBI -0.233430 0.032115 -7.268579 0.0000

L_MS 5.002101 0.661445 7.562381 0.0000

R-squared 0.745242 Mean dependent var 5.358684

Adjusted R-squared 0.696717 S.D. dependent var 0.191360

S.E. of regression 0.105384 Akaike info criterion -1.491373

Sum squared resid 0.233221 Schwarz criterion -1.249431

Log likelihood 24.38785 F-statistic 15.35783

Durbin-Watson stat 1.148692 Prob(F-statistic) 0.000005

Sumber : Hasil olahan

HASIL UJI AUTOKORELASI (LM TEST) BMRI

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.637414 Probability 0.215985

Obs*R-squared 5.574239 Probability 0.134265

HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS (NO CROSS TERM) BMRI

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.352037 Probability 0.283508

Obs*R-squared 7.779436 Probability 0.254712

MATRIKS KORELASI

L_BMRI INF L_KURS SBI L_MS

L_BMRI 1.000000 -0.014229 0.180784 -0.163135 0.283862

INF -0.014229 1.000000 -0.085867 0.361611 0.360178

L_KURS 0.180784 -0.085867 1.000000 -0.211749 0.251732

SBI -0.163135 0.361611 -0.211749 1.000000 0.797537

L_MS 0.283862 0.360178 0.251732 0.797537 1.000000


(3)

HASIL MODEL REGRESI BRI

Dependent Variable: L_BRI Method: Least Squares Date: 06/08/06 Time: 11:02 Sample: 2003:11 2005:12 Included observations: 26

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -76.33696 6.955787 -10.97460 0.0000

INF -0.018549 0.010056 -1.844518 0.0793

L_KURS -2.997457 0.808189 -3.708855 0.0013

SBI -0.264219 0.036033 -7.332730 0.0000

L_MS 7.992197 0.742139 10.76914 0.0000

R-squared 0.887587 Mean dependent var 5.488733

Adjusted R-squared 0.866175 S.D. dependent var 0.323219

S.E. of regression 0.118240 Akaike info criterion -1.261154

Sum squared resid 0.293596 Schwarz criterion -1.019213

Log likelihood 21.39501 F-statistic 41.45272

Durbin-Watson stat 1.361148 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Hasil olahan

HASIL UJI AUTOKORELASI (LM TEST) BRI

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.163658 Probability 0.350993

Obs*R-squared 4.223416 Probability 0.238328

HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS (NO CROSS TERM) BRI

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.569196 Probability 0.210262

Obs*R-squared 8.614925 Probability 0.196420

MATRIKS KORELASI

L_BRI INF L_KURS SBI L_MS

L_BRI 1.000000 0.116516 0.356411 0.289499 0.743077

INF 0.116516 1.000000 -0.085867 0.361611 0.360178

L_KURS 0.356411 -0.085867 1.000000 -0.211749 0.251732

SBI 0.289499 0.361611 -0.211749 1.000000 0.797537

L_MS 0.743077 0.360178 0.251732 0.797537 1.000000 Sumber : Hasil olahan


(4)

UJI NORMALITAS BNI 0 1 2 3 4 5 6 7

-0.2 0.0 0.2

Series: RESID Sample 2003:11 2005:12 Observations 26

Mean -8.13E-15

Median -0.027545

Maximum 0.348175

Minimum -0.326105

Std. Dev. 0.170246

Skewness 0.096245

Kurtosis 2.295843

Jarque-Bera 0.577297

Probability 0.749276

UJI NORMALITAS BMRI

0 1 2 3 4 5 6 7 8

-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2

Series: RESID Sample 2003:11 2005:12 Observations 26

Mean -9.09E-15

Median 0.020733

Maximum 0.170549

Minimum -0.223667

Std. Dev. 0.096586

Skewness -0.512508

Kurtosis 2.742934

Jarque-Bera 1.209803

Probability 0.546128

UJI NORMALITAS BRI

0 1 2 3 4 5 6 7

-0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2

Series: RESID Sample 2003:11 2005:12 Observations 26

Mean -2.78E-15

Median -0.009944

Maximum 0.199152

Minimum -0.251031

Std. Dev. 0.108369

Skewness -0.011713

Kurtosis 2.897614

Jarque-Bera 0.011951

Probability 0.994042


(5)

Lampiran 4. Laju Inflasi pada Empat Negara Mitra Dagang INFLASI AMERIKA

INFLASI JEPANG

INFLASI HONGKONG

INFLASI TAIWAN


(6)

Lampiran 5. Harga Minyak Dunia

Sumber : Hasil olahan

Oil Price

0

20

40

60

80

Jan-00

Jan-01

Jan-02

Jan-03

Jan-04

Jan-05

$

U

S

/

B

a

re

l