5 Metode Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN 1 Hasil Evaluasi Data Kematian Ayam

3.3.4 Tahapan Pembuatan Histopatologi

Pada saat ayam berumur lima minggu, dua ekor ayam dari masing-masing kelompok dinekropsi, kemudian sampel hati dan ginjal diambil. Setiap sampel organ diiris setebal ± 0,5 cm. Organ tersebut kemudian dimasukkan kedalam tissue cassette . Kemudian cassette dimasukkan kedalam wadah khusus, lalu diproses dalam automatic tissue processor. Di dalam alat tersebut secara otomatis jaringan akan mengalami dehidrasi dengan menggunakan alkohol bertingkat alkohol 70, 80, absolut. Setelah itu jaringan dimasukkan ke dalam xylol untuk melarutkan alkohol yang terdapat dalam jaringan, untuk selanjutnya diinfiltrasi oleh paraffin. Proses pembuatan preparat selanjutnya adalah embedding, yaitu suatu proses penanaman jaringan ke dalam blok paraffin. Setelah itu disimpan dalam refrigerator 4-6ºC. Setiap blok paraffin yang berisi jaringan dipotong dengan menggunakan mikrotom dengan tebal irisan 3 m. Potongan jaringan tersebut diletakkan di atas permukaan air hangat agar jaringan tidak berkerut, selanjutnya jaringan diletakkan di atas gelas obyek untuk diinkubasi selama ± 24 jam agar jaringan benar-benar melekat. Keesokan harinya dilakukan proses pewarnaan. Pewarnaan yang dilakukan adalah Hematoxylin-Eosin. Setelah proses pewarnaan selesai preparat direkatkan dengan cover glass dengan menggunakan Permount®, lalu diberi label. Pengamatan histopatologi dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya menggunakan perbesaran 40x. 3. 3.5 Metode Pengamatan Dalam melakukan pengamatan, digunakan metode penghitungan skoring melalui uji non-parametrik. Penghitungan dilakukan terhadap suatu lesio patologis yang muncul dan bukan dihitung dari jumlah yang sebenarnya namun hanya menggunakan parameter tertentu yang dapat menunjukan adanya lesio patologis yang muncul pada suatu lapang pandang. Pada pengamatan lesio histopatologi digunakan 20 lapang pandang pada setiap preparat yang digunakan dan diamati pada perbesaran mikroskop 40x. Metode skoring ini sama-sama digunakan baik untuk preparat organ ginjal maupun organ hati, dan skoring yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. 0 = jaringan normal 2. 1 = kongesti 3. 2 = degenerasi sel secara fokal 4. 3 = degenerasi sel secara difusemenyebar 5. 4 = pendarahan 6. 5 = infiltrasi sel radang 7. 6 = fokus nekrotik fokal atau multifokal

3.3.6 Analisis Data

Angka skoring yang telah didapatkan sebagai data penelitian akan dianalisis menggunakan uji statistika Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan nyata dari masing-masing kelompok perlakuan. Selanjutnya uji lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat kerusakan sel melalui persentasi lesio hitopatologi yang muncul. Uji lanjut dilakukan dengan menggunakan uji Dunn.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil Evaluasi Data Kematian Ayam

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa ayam yang hanya diinfeksi dengan virus tanpa diberi ekstrak temu ireng Curcuma aeroginosa Roxb. mempunyai persentasi kematian yang sangat tinggi, yaitu 100 Tabel 2. Sedangkan pada ayam yang diinfeksi dengan virus dan diberi ekstrak temu ireng menunjukkan hasil bahwa kematian dapat dihambat dengan persentasi kematian hanya 50 Tabel 2. Tabel 2. Data kematian ayam pada kelompok kontrol positif dan pada kelompok perlakuan pemberian ekstrak temu ireng Curcuma aeroginosa Roxb. setelah infeksi virus Avian Influenza H5N1 Kelompok Perlakuan Persentasi Perlakuan Kematian K1 Infeksi Virus 100 P1 Ekstrak + Infeksi Virus 50 Keterangan: K1: kelompok kontrol positif, P1: kelompok perlakuan yang diberi ekstrak dan diinfeksi virus. Infeksi virus Avian Influenza H5N1 merupakan penyakit yang akut sehingga dapat menyebabkan kematian yang sangat cepat dan menyeluruh Webster 2006. Dapat dilihat pada tabel 1 bahwa ayam yang hanya diinfeksi dengan virus tanpa diberi ekstrak temu ireng mempunyai persentasi kematian yang sangat tinggi, yaitu 100. Pada ayam yang diinfeksi dengan virus dan diberi ekstrak temu ireng, jumlah kematian berkurang. Data yang sama juga disampaikan oleh Setiyono 2008. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak temu ireng berpotensi dalam meningkatkan kekebalan tubuh dalam menunda kematian populasi akibat infeksi virus Avian Influenza H5N1. Mekanisme kerja dari senyawa aktif dalam ekstrak temu ireng dalam meningkatkan kekebalan tubuh belum terlalu banyak diketahui, namun dapat dianalogikan bahwa senyawa aktif dalam ektrak temu ireng yang mampu melindungi sel dari kerusakan akibat infeksi virus H5N1 mampu mengurangi kerusakan jaringan dan bahkan organ sehingga daya survival individu lebih tinggi.

4. 2 Hasil Evaluasi Histopatologi pada Hati