Setelah substrat awal habis digunakan, penyediaan substrat selanjutnya tergantung pada luas daun dan efisiensinya memfiksasi CO
2
. Sejalan dengan pertambahan umur tanaman, luas daun akan meningkat, tetapi tidak selalu diikuti
peningkatan produksi karbohidrat yang proporsional karena ada penurunan efisiensi fiksasi CO
2
khususnya pada tanaman yang dapat tumbuh dalam suatu komunitas yang cukup rapat.
Tanaman yang memiliki daun yang lebih luas pada awal pertumbuhan akan lebih cepat tumbuh karena kemampuan menghasilkan fotosintat yang lebih tinggi
dari tanaman yang memiliki luas daun lebih rendah. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun
sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi
tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang mudah dilihat. Sebagai parameter pengukur pengaruh lingkungan, tinggi tanaman sensitif terhadap faktor
lingkungan tertentu seperti cahaya. Tanaman yang mengalami kekurangan cahaya biasanya lebih tinggi dari tanaman yang mendapat cahaya cukup Sitompul dan
Guritno 1995.
2.2 Gmelina arborea
2.2.1 Klasifikasi dan penyebaran Berdasarkan klasifikasi tumbuhan, gmelina G. arborea termasuk dalam
famili Verbenaceae. Nama perdagangan yang umum dikenal adalah gmelina, di Indonesia dikenal secara umum dikenal dengan jati putih, sedangkan di beberapa
tempat terkenal dengan nama di antaranya yaitu: Arakoko, koko, kayu titi Maluku dan Irian Jaya, yemane, mai saw Burma, gamar Bangladesh,
gumbar, shiwan India, dan so-maeo Thailand Martawijaya 1995. Klasifikasi morfologi gmelina sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Gmelina
Spesies : arborea Roxb.
Penyebaran alami gmelina adalah di Nepal, India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, dan Cina Selatan. Di hutan alam
spesies ini selalu tersebar dan berkelompok dengan spesies yang lain. Gmelina dijumpai di hutan yang selalu hijau di Myanmar dan Bangladesh, dan hutan
kering menggugurkan daun di India Tengah. Gmelina sudah ditanam luas di berbagai negara Asia Tenggara termasuk Indonesia, Afrika Barat, dan Amerika
Selatan. Di Indonesia spesies ini termasuk kayu asing exotic spesies dan mendapat prioritas dalam rangka pembangunan Hutan Tanaman Industri
Sukajadi 1992. 2.2.2 Deskripsi botani
Tanaman gmelina G. arborea merupakan pohon dengan ukuran sedang, tinggi dapat mencapai lebih 30−40 meter, batang silindris, diameter rata-rata
50 cm kadang-kadang mencapai 140 cm. Kayu gmelina termasuk dalam kategori kelas kuat III
−IV, dan kelas awet III Martawijaya 2005. Kulit halus atau bersisik, warna coklat muda sampai abu-abu. Ranting halus licin atau berbulu
halus. Bunga kuning terang, mengelompok dalam tandan besar 30 −350 bunga per
tandan. Daun bersilang, bergerigi, atau bercuping, berbentuk jantung, ukuran 10
−25 cm x 5−18 cm. Bunga sempurna, panjang mencapai lebih dari 25 mm, berbentuk tabung dengan 5 helai mahkota. Bunga mekar malam hari, penyerbukan
umumnya dilakukan dengan bantuan lebah. Buah gmelina berupa b
uah berdaging dengan panjang 20−35 mm, kulit mengkilat, mesokarp lunak, agak manis sedangkan bijinya keras seperti batu,
panjang 16 −25 mm, permukaan licin, satu ujung bulat, ujung yang lain runcing.
Buah terdiri dati 4 ruang, jarang dijumpai 5 ruang, sedikitnya satu ruang berisi benih, jarang dalam satu buah terdiri dari biji batu. Ukuran benih meningkat
menurut ukuran biji, yaitu panjang 6 −9 mm. Berat 1.000 butir biji batu
sekitar 400 g. Tanaman gmelina berbunga dan berbuah setiap tahun. Di sebaran alami beriklim musim, mulai berbunga pada musim kemarau ketika pohon
menggugurkan daun. Di luar sebaran alami beriklim musim, periode pembungaan dan pembuahan tidak jelas, bunga dan buah terlihat kira-kira sepanjang tahun.
Buah masak terjadi 1,5 bulan setelah pembungaan Martawijaya 2005.
2.2.3 Syarat tumbuh
Gmelina tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dengan dataran tinggi −1.000 m dpl dengan curah hujan 1.000 mm per tahun dengan jumlah bulan
kering maksimum 6 −7 bulan per tahun. Menurut Alrasyid dan Widiarti 1992,
untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal berada pada ketinggian 0-800 m dpl dengan curah hujan 1.778 sd 2.286 mm dengan musim kering 2
−4 bulan, suhu udara yang dikehendaki berkisar 21
o
C −28
o
C suhu maksimum dan minimumnya berkisar antara 24
o
C −35
o
C dan 18
o
C-26
o
C. Pada tanah subur, berdrainase baik dengan pH 4 sampai dengan 7. Gmelina tidak cocok pada tanah
pasir, gambut dengan pengaruh pasang surut, begitu pula pada tanah yang kedap dari lapisan olah yang sangat tipis. Untuk tanah yang kurang subur, masih dapat
tumbuh tetapi produksinya rendah. Menurut Sumarna 2012 gmelina relatif tahan dengan kondisi lahan yang kering.
2.2.4 Teknik silvikultur Tanaman G. arborea dapat diproduksi dengan biji, stump, dan stek. Bahan
untuk keperluan biji ini dikumpulkan dari tegakan yang baik agar diperoleh tegakan yang baik Alrasyid dan Widiarti 1992.
Biji atau benih dapat disimpan pada wadah kedap udara. Biji atau benih dikumpulkan lebih baik ketika buah masih hijau atau kuning. Daya kecambah
benih dari buah cokelat atau hitam sangat rendah. Biji yang mengapung dalam air sebaiknya tidak dipakai. Benih tidak mengalami dormansi dan tidak memerlukan
perlakuan pendahuluan. Benih yang akan ditabur sebaiknya direndam dalam air dingin selama 24
−48 jam. Benih umumnya cepat berkecambah dalam jumlah banyak. Perkecambahan sering lebih dari 100 karena dari satu biji tumbuh lebih
dari satu kecambah. Kecambah gmelina termasuk epigeal kotiledon terangkat dari permukaan tanah. Bibit gmelina ditanam pada musim hujan dengan jarak
tanam yang umum dipakai 2,5 x 2,5 meter atau 3,5 x 3,5 meter. Hama penyakit yang perlu diwaspadai adalah serangan Atta sp, yaitu sejenis semut perusak daun
dan sejenis semut gamar Calapepla leayana yaitu umumnya menyerang daun tunas dan ranting pohon Sukajadi 1992.
2.2.4 Pemanfaatan Kayu G. arborea ringan dan memiliki berat jenis 0,42
−0,64. Pada mulanya pohon ini dikenal sebagai penghasil kayu energi, karena kayunya menghasilkan
arang berkualitas terbaik, kurang berasap, dan cepat terbakar. Pohon ini juga dapat digunakan untuk keperluan pembuatan papan partikel, core kayu lapis, korek api,
peti kemas, dan bahan kerajinan kayu Alrasyid 1991. Martawijaya 1995 menambahkan, bahwa kayu gmelina bisa juga untuk bahan venir dan kayu lapis,
papan partikel dan moulding. Kayu gmelina menghasilkan pulp yang berkualitas baik. Pulp semi
campuran sesuai digunakan sebagai papan karton atau kertas tulis kualitas rendah, namun pulp sesuai digunakan sebagai kertas tulis yang berkualitas tinggi. Akar,
kulit batang, daun, buah, dan benih dari gemelina digunakan sebagai pengobatan bagi masyarakat Hindu. Buah dan kulit kayu gmelina digunakan sebagai obat
penyakit hati. Gmelina sering ditanam pada kebun kopi dan cokelat untuk melindungi pohon muda dan untuk menekan rumput yang berbahaya. Daun dari
gmelina digunakan sebagai makanan ternak. Bunga dari gmelina menghasilkan nektar yang melimpah yang akan menghasilkan madu yang berkualitas tinggi
Soerianegara dan Lemmens 1994.
2.3 Agroforestri