G. KOMPLIKASI
Bila diare berlangsung teru, maka dapat timbul: a.
Dehidrasi, diakibatkan karena tubuh kehalangan terlalu banyak cairan dengan tanda mukosa bibir kering, turtgor kulit jelek, urine pekat, mata
cekung. b.
Syok hipovolemik, merupakan akibat lanjutan bila kekurangan volume cairan yang terlampau berlebihan menyebabkan kehilangan cairan dan
sistem vaskuler, darah jadi lebih kental dan tidak lancar yang dapat nenimbulkan renjatan yang ditandai denyut nadi cepat, tekanan darah
menurun, pasien gelisah, muka pucat, ekstrenitas dingin dan kadang sianoar.
c. Hipokalemia hipotoni otot, lemah, bradikardia, disritmia jantung.
Kehilangan cairan berlebihan menyebabkan tubuh juga kehilangan elektrolit seperti kalium yang berperan penting dalam kerja otot sekeleta
dan jantung. Penurunan kadar kalium dalam tubuh darah akan mengakibatkan penurunan kerja jantung dan otot. Pada jantung bisa
menimbulkan disritmia. Kontraksi yang kurang menyebabkan bradikardi, meteorismus. Pada otot menimbulkan kelemahan dan hipotoni otot.
d. Kejang, merupakan respon tubuh yang menandakan tubuh kekurangan
oksigen terutama otak. Hal ini diakibatkan oleh adanya gangguan biokimia dalam tubuh yang mengakibatkan asidosis metabolik sehingga
aliran darah tidak lancar, suplai darah diutamakan keorgan-organ tubuh yang vital.
42
e. Malnutrisi, ini dikarenakan absorbsi zat gizi yang tidak adekuat
menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang ditandai berat badan turun, konjungtiva anemis, badan lemas.
f. Asidosi metabolik. Karena tubuh kehilangan bikarbonas, perbandingan
bikarbonas dan asam karbonas berkurang, yang mengakibatkan pH darah menurun menjadikan lebih asanasidosis. Sedangkan pada proses
metabolisme dengan menggunakan CO
2
sehingga dalam tubuh terjadi penumpukan asam laktat maka terjadi asidosis metabolis.
Mansoer, Arief, 1999 dan Noer, Saifulloh, 1999
H. PENGKAJIAN FOKUS
1. Pengkajian data dasar Gastroenteritis
a. Pola nutrisi dan metabolik
Gejala : 1
Anoreksia : mual-mual 2
Penurunan barat badan 3
Taktoleran pada diaresensitif misal : produk susu, makanan berlemak.
Tanda: 1
Penrunan lemak subkutanmasa otot 2
Kelemahan tonus otot buruk dan turgor kulit buruk 3
Membran mukosa pucat b.
Pola eleminasi
43
Gejala : 1
Episode diare yang tidak diperkirakan, hilang timbul, sering tidak terkontrol, flatus lembut dan semi cair : bau busuk dan berlemak
steatorea : melena 2
Kontipasi hu]ilang timbul 3
Riwayat batu ginjal meningkatnya oksalat pada urine c.
Aktivitas istirahat Gejala :
1 Kelemahan, kelelahan, cepat lelah, pembatasan aktivitaskerja
sehubungan dengan efek proses penyakit d.
Pola persepsi sensori Gejala :
1 Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadrat kanan
bawah: nyeri abdomen tengah bawah keterlibatan jejunum 2
Nyeri tekan menyebar kebagian periumbelikal 3
Titik nyeri berpindah, nyerim tekan artritis 4
Nyeri mata fotofobia iritasi Tanda :
1 Nyeri tekan abdomen
e. Pola hubumgan dengan orang lain
Gejala : 1
Masalah berhubunganperan sehubungan dengan kondisi, ketidakmampuan aktif secara sosial
44
f. Pengkajain fisik
Pengkajian fisik meliputi : 1
Keadaan umum pasien Keadaan umum pasien : pada pasien gastroenteritis belum ada
dehidrasi keadaan umum baik, dehidrasi sedang keadaan umumnya cukup, pada dehidrasi berat keadaan umumnya buruk .
2 Kesadaran
Pada umumnya kesadaran pasien dengan gastroenteritis dibagi menjadi 3 kriteria :
a. Belun ada dehidrasi : sadar atau terjaga, sadar pada diri dan
lingkungan. Saat diajak bicara dengan suara normal, pasien meihat pada anda dan berespon sempurna serta sesuai dengan
rangsangan. b.
Dehidrasi sedang : tingkat kesadaran klien sadar namun tidak menuntut kemungkinan pasien dengan dehidrasi sedang jatuh
pada tingkat kesadaran letergia ketika diajak bicara dengan suara keras, pasien terlihat mengantuk tetapi membuka
matanya dan melihat pada anda, memberikan respon terhadap pertanyaan.
c. Dehidrasi berat : tingkat kesadaran klien obtudansi ketika
diguncangkan dengan perlahan pasien membuka matanya dan melihat pada anda tetapi memberikan respon dengan lambat
dan agak sedikit bingung. Dapat juga masuk pada tingkat
45
a. kesadaran stupor kesadaran terhadap diri dan lingkungan
minimal dan koma meskipun mendapatkan rangsangan yang menyakitkan secara berulang, pasien tetap tek tersadarkan
dengan matanya terpejam. 3
Tanda-tanda vital a
Tekanan darah : mengalami penurunan dibawah normal yaitu kurang dari 12080 mmHg.
b Suhu : mengalami peningkatan, biasanya lebih besar dari
37,5
°
C. c
Nadi : denyut nadi mengalami penurunan kurang dari 100X menit.
d Pernafasan : pada pernafasan klien gastroenteritis dengan
belum adanya dehidrasi masi batas normal yaitu 24Xmenit. Namun pada klien gastroenteritis dengan dehidrasi sedang dan
dehidrasi berat pernafasannya mengalami penurunan dari ambang normal kurang dari 24Xmenit.
4 Keadaan
a Kepala : rambut, termasuk kuantitas, penyebaran, dan tekstur,
kulit kepala, termasuk warna pucat, tekstur, penyebaran rambut dan lesi.
b Mata : lapang pandang, jika ada implikasi maka terdapat
kelainan quadrantik, seklera dan konjungtiva bisa terjadi interik.Kelopak mata biasa terladi anameris.
46
c Daun telanga, lubang telinga dan gendang telinga : biasanya
ditemukan kemungkinan penurunan ketajaman pendengaran. d
Hidung : tidak mrendapat keluhan . e
Mulut dan faring : inspeksi bibir terjadi sianosis atau pucat. f
Leher : palpasi kelenjar limfe, inspeksi kelenjar hiroid. g
Toraks dan paru-paru : inspeksi frekuensi terjadi penurunan kurang dari 24Xmenit, iramanya lemah, kedalaman dan upaya
bernafas dalam. h
Jantung : biasanya tidak terdapat keluhan. i
Abdomen : inspeksi secara berurutan, inspeksi abdumen dengan evaluasi sulit : warna, jaringan perut, terdapat lesi atau
kemerahan, palpasi timpani diperpusi diatas lambung, pekak diperpusi diatas hati, limpa dan ginjal. Palpasi terdapat adanya
area nyeri tekan, masa dan organ pada abdomen. j
Genitalia, anus dan rektum : biasanya terjadi lesi atau kemerahan pada anus.
k Ektermitas : biasamya terjadi kelemahan otot ektermitas.
g. Tahap-tahap tumbuh kembang anak :
a Masa pranatal
1 Masa mudigahembrio : konsepsi – 8 minggu
2 Masa janinfetus : 9 minggu - lahir
47
b Masa bayi : usia 0 – 1 tahun
1 Masa neonatal : usia 0 – 28 hari
a Masa neonatal dini : 0 – 7 hari
b Masa neonatal lanjut : 8 – 28 hari
2 Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun
c Masa pra-sekolah : usia 1 – 6 tahun
d Masa sekolah : usia 6 – 1820 tahun
1 Masa pra-remaja : usia 6 – 10 tahun
2 Masa remaja :
a Masa remaja dini
a.1 Wanit, usia 8 – 13 tahun a.2 Pria, usia 10 – 15 tahun
b Masa remaja lanjut
b.1 Wanita, usia 13 – 18 tahun b.2 pria, usia 15 – 20 tahun
Perkembangan Mental anak balita yang disebut : SKALA YAUMIL – MINI
1. Dari lahir sampai 3 bulan :
a. Belajar mengangkat kepala
b. Belajar mengikuti obyek dengan matanya
c. Melihat kemuka orang dengan tersenyum
48
2. Dari 3 sampai 6 bulan :
a. Mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada dengan
bertopeng tangan. b.
Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau diluar jangkauannya.
3. Dari 6 sampai 6 bulan :
a. Dapat duduk tanpa dibantu
b. Dapat tengkurap dan berbalik sendiri
c. Dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
4. Dari 9 sampai 12 bulan :
a. Dapat berdiri sendiri tanpa bantuan
b. Dapat berjalan dengan dituntun
c. Menirukan suara
5. Dari 12 sampai 18 bulan :
a. Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
b. Menyusun 2 atau 3 kotak
c. Dapat mengatakan 5 – 10 kata
6. Dari 18 sampai 12 bulan :
a. Naik turun tangga
b. Menyusun 6 kotak
c. Menunjuk mata dan hidungnya
7. Dari 2 sampai 3 tahun :
a. Beljart meloncat, memanjat, melompat dengan satu kali
49
b. Membuat jembatan dengan 3 kotak
c. Mampu menyusun kalimat
8. Dari 3 sampai 4 bulan :
a. Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
b. Berjalan pada jarak kaki
c. Berjalan berpakaian dan membuka pakaian sendiri
9. Dari 4 sampai 5 tahun :
a. Melompat dan menari
b. Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan badan
c. Menggambar segi empat dan segi tiga
Soetjiningsih, 1995
h. Genogram
Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan konstelasi keluarga atau pohon keluarga dan genogram
merupakan alat pengkajian informatif yang digunakan untuk mengetahi keluarga dan riwayat serta sumber-sumber keluarga atau bagan geneologis
dan genetika, genogram keluarga memuat informasi tentang tiga generasi keluarga. keluarga inti dan keluarga asal masing-masing orang tua,
setatus sehat atau sakit, kelas social, etnis agama, pekerjaan dan tempat tinggal.
Laki-laki digambarkan dengan kotak wanita dan lingkaran garis horizontal terputus-putus menunjukan terpisah atau bercerai. Anggota
50
keluarga diidentifikasi dengan melingkari semua anggota rumah tangga dengan garis terputus-putus. Biasanya genogram keluarga dibuat
pada saat kunjungan pertama dan direfisi kemudian setelah dapat informasi baru. Memberi tahu keluarga tentang latar belakang informasi
diperlukan untuk memahami masalah-masalah spesifik yang dialami oleh keluarga, disertai dengan penjelasan metode pohon keluarga, biasanya
mencukupi sebagai penjelasan untuk mendapatkan pertisipasi anggota keluarga.
2. Pengkajian data fokus yang digolongkan menjadi dua yaitu data subyektif
dan data obyektif : a.
Data subyektif Pada pasien yang menderita gastroenteritis data subyektif yang
ditemukan adalah : 1
Nyeri atau kram pada abdomen serangan dan lamanya lokasi dan penyebarannya, karakter dan beratnya, faktor penghilang dan
pemberatnya. 2
Sering defekasi BAB : warna kehijauan , hijau, mungkin mengandung darah.
3 Penurunan nafsu makan : anoreksia mual, muntah polifagia.
4 Demam
b. Data obyektif
Pada pasien gastroenteritis data obyektif yang sering ditemukan adalah :
51
1 Penurunan berat badan atau kegagalan untuk meningkatkan berat
badan. 2
Hiperaktif bising usus. 3
Peka rangsang. 4
Dehidrasi mata : cekung, turgor kulit buruk, selaput lendir kering, takada air mata saat menangis.
5 Ketidak seimbangan elektrolit.
tucker, 1999, toalbot, laura A 1999
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratoriumdiagnostik a.
Hamtest fases-untuk memeriksa adanya darah lebih umum dengan yang bakterial.
b. Evaluasi fases terhadap volume, warna, konsistensi adanya kus atau
pus. c.
Hitung darah lengkap dengan deferensial. d.
Uji antigen imonosasi enzim-untuk memastikan rota firus. e.
Kultur feses juka anak dihospilitasi, pus dalam feses atau diare yang berkepanjangan untuk menentukan fatogen.
f. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan pfarasit.
g. Aspirasi duodenum jika diduga coli lamblia.
Cecily L.Betz,2002
52
I. PATHWAY
Infeksi bakteri, virus, parasit
Masuk ke lambung Lolos dari asam lambung
Masuk ke usus Mengiritasi mukosa usus
Gastroenteritis Makanan beracun
Reaksi inflamasi Zat makanan yang tidak
dapat diserap
Gangguan Keseimbangan
cairan dan elektrolit
Tubuh kehilangan
Na K Gg.
Eliminasi : BAB
Resiko kerusakan
integritas kulit
Kontak cairan feses
dengan kulit sering
Defekasi sering
Motilitas usus terganggu
Hipermotilitas
Sekresi elektrolit
-
Tubuh kehilangan cairan elektrolit
Devisit Vol cairan Waktu absorbsi
nutrient
¯
Intake nutrient Nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh Hipomotilitas
Bakteri tumbuh
berlebih Metabolisme
KH oleh bakteri
Gas toksik Kembung
anoreksia, mual, muntah
Tekanan osmotik
-
Pergeseran cairan elektrolit ke
rongga usus Merangsang
peningkatan sekresi cairan elektrolit
ke rongga usus
Isi rongga usus Abdomen tegang
Nyeri
Lama sembuh
Cemas
53
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
banyak cairan melalui rute normal muntah, diare dan kurangnya asupan cairan.
2. Gangguan pole eliminasi : BAB berhubungan dengan inflamasi, iritasi,
adanya toksin atau malabsorbsi. 3.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrien, asupan makanan tidak adekuat.
4. Nyeri berhubungan hiperperistaltik, iritasi mukosa usus.
5. Ansietas berhubungan dengan eliminasi yang sering dan tidak terkontrol.
6. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pasase
feces yang sering. Carpenito, Lynda juall, 1999; Tucker, 1999; Engrang, Barbara, 1998
J. FOKUS INTERVENSI