Analisis Dan Arahan Pengembangan Komoditas Padi Dalam Mendukung Kemandirian Pangan Dan Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Belitung Timur

ANALISIS DAN ARAHAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PADI
DALAM MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DAN
PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN BELITUNG TIMUR

AGUSTIAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis dan Arahan
Pengembangan Komoditas Padi dalam Mendukung Kemandirian Pangan dan
Pengembangan Wilayah di Kabupaten Belitung Timur adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015
Agustian
NRP A156140254

RINGKASAN
AGUSTIAN. Analisis dan Arahan Pengembangan Komoditas Padi dalam
Mendukung Kemandirian Pangan dan Pengembangan Wilayah di Kabupaten
Belitung Timur. Dibimbing oleh SANTUN R.P. SITORUS dan UNTUNG
SUDADI.
Kabupaten Belitung Timur, dengan sumberdaya wilayah daratan seluas
2.506,90 km2 atau 250.690 ha, memiliki potensi sangat besar di bidang pertanian
khususnya tanaman pangan. Produksi padi di Kabupaten Belitung Timur tertinggi
kedua di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung setelah Kabupaten Bangka Selatan.
Pada tahun 2013 produksi padi di Kabupaten Belitung Timur mencapai 3.366,05
ton GKP atau setara dengan 2.127,34 ton beras. Kondisi ini baru memenuhi
17,30% kebutuhan beras wilayah. Oleh karena itu, hingga saat ini sebagian besar
kebutuhan pangan khususnya beras di Kabupaten Belitung Timur masih
didatangkan dari luar daerah. Dari sisi PDRB, sektor pertanian merupakan

kontributor terbesar bagi pembentukan PDRB Kabupaten Belitung Timur sebesar
25,56% dan kontribusi subsektor tanaman pangan sebesar 2,44% merupakan
kontributor terbesar ketiga setelah perikanan dan perkebunan.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi luasan dan sebaran lahan
terkini yang berpotensi untuk pengembangan komoditas padi; (2) Mengetahui
kecamatan yang menjadi basis komoditas padi berdasarkan keunggulan
komparatif dan kompetitif; (3) Mengetahui tipologi wilayah kecamatan untuk
pengembangan komoditas padi berdasarkan tingkat perkembangan wilayah; dan
(4) Merumuskan arahan pengembangan wilayah berbasis komoditas padi dalam
mendukung kemandirian pangan dan pengembangan wilayah di Kabupaten
Belitung Timur.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui
wawancara/kuesioner di lapangan. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait
dengan komoditas padi. Penentuan responden petani, para pakar, dan stakeholders
lainnya menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis ketersediaan dan kesesuaian lahan, Location Quotient
(LQ) dan Shift Share Analysis (SSA), Principal Component Analyisis (PCA) dan
Cluster Analysis (CA), analisis finansial land rent, serta Analytical Hierarchy
Process (AHP) dan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal
Solution (TOPSIS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Belitung Timur memiliki
lahan tersedia dan sesuai untuk pengembangan komoditas padi seluas 7.551 ha.
Kecamatan basis bagi komoditas padi hasil analisis LQ dan SSA adalah
Kecamatan Gantung (Basis Padi Sawah), Kecamatan Simpang Renggiang (Basis
Padi Ladang), Kecamatan Dendang (Basis Padi Ladang), Kecamatan Manggar
(Basis Padi Ladang), dan Kecamatan Damar (Basis Padi Ladang). Kecamatan
Simpang Pesak dan Kelapa Kampit merupakan kecamatan nonbasis komoditas
padi. Dari hasil analisis tipologi wilayah diperoleh tiga tipe kawasan yaitu tipologi
pertumbuhan (Kecamatan Manggar dan Damar), tipologi pengembangan
(Kecamatan Simpang Pesak, Simpang Renggiang, dan Dendang), serta tipologi
pemantapan (Kecamatan gantung).

Dari hasil analisis land rent terhadap ketiga tipologi wilayah diperoleh ratarata land rent usahatani padi per ha pada tipologi pertumbuhan sebesar Rp.
3.338.726,- per tahun, tipologi pengembangan sebesar Rp. 8.545.320,- per tahun,
dan tipologi pemantapan sebesar Rp. 19.559.723,- per tahun.
Arahan pengembangan komoditas padi di Kabupaten Belitung Timur
berdasarkan hasil analisis AHP-TOPSIS meliputi areal seluas 4.166 ha dan terbagi
dalam tiga prioritas pengembangan yaitu: prioritas 1 dengan luas 2.041 ha
(Kecamatan Gantung), prioritas 2 dengan luas 1.715 ha (Kecamatan Simpang
Renggiang), dan prioritas 3 dengan luas 410 ha (Kecamatan Dendang).

Pemanfaatan areal tersebut diperkirakan mampu meningkatkan kondisi
kemandirian pangan Kabupaten Belitung Timur melalui peningkatan produksi
padi hingga 70,14% (skenario 1), 71,24% (skenario 2), dan 81,83% (skenario 3).
Demikian juga halnya terhadap perekonomian wilayah mampu meningkat sebesar
Rp. 50,89 milyar per tahun serta berdampak pada penciptaan lapangan kerja baru
bagi 15.623 orang atau sebesar 28,42% dari total angkatan kerja.
Kata kunci: kesesuaian lahan, ketersediaan lahan, land rent, padi ladang, padi
sawah, TOPSIS

SUMMARY
AGUSTIAN. Analysis and Development Direction of Paddy Commodity for
Supporting Food Self-Sufficiency and Regional Development in East Belitung
Regency. Supervised by SANTUN R.P. SITORUS and UNTUNG SUDADI.
East Belitung Regency with land resource average of 250690 hectares or
2506.9 km2 has tremendous potential in agriculture sector, especially food crops.
The rice production of East Belitung Regency is the second highest after that of
South Bangka Regency in the Province of Bangka Belitung Archipelago. In 2013,
rice production in East Belitung Regency reached 3366.05 tons unhusked rice at
harvest or about 2127.34 tons of rice. This condition only fulfilled 17.30% of the
total regional rice needed. Therefore, until now most of foods, especially rice in

East Belitung Regency are still imported from outside the region. Agriculture was
the largest contributor to the formation of East Belitung Regency’s GDP by
25.56% and contribution of the food crops subsector of 2.44% was the third
largest contributor behind fisheries and plantation.
The objectives of this research are: (1) to identify the extent and distribution
of the present potential land for paddy development; (2) to determine the
subdistricts of paddy production centers based on the comparative and
competitive advantages; (3) to determine the typology of subdistricts for the
development of paddy based on the level of regional development; (4) to
formulate regional development direction based on paddy commodity for
supporting food self-sufficiency and regional development in East Belitung
Regency.
This study used primary data that were obtained through direct observation
and interview. Secondary data were obtained from the relevant agencies.
Participants of farmers, experts, and other stakeholders were choosen using
purposive sampling method. The analytical methods used in this study were: land
availability and suitability analyses, Location Quotient (LQ) and Shift Share
Analysis (SSA), Principal Component Analysis (PCA) and Cluster Analysis (CA),
land rent financial analysis, Analytical Hierarchy Process (AHP) and Technique
for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS).

The results showed that East Belitung Regency had suitable and available
land for paddy development of about 7551 hectares. The basis district of paddy
commodity based on the results of LQ and SSA analysis were: Gantung
Subdistrict (Wetland Paddy), Simpang Renggiang Subdistrict (Dryland Paddy),
Dendang Subdistrict (Dryland Paddy), Manggar Subdistrict (Dryland Paddy), and
Damar Subdistrict (Dryland Paddy). Simpang Pesak and Kelapa Kampit
Subdistricts were not basis of neither wetland nor dryland paddy in East Belitung
Regency. The result of typology analysis indicated three regions, namely growth
typology represented by Manggar and Damar Subdistricts, development typology
represented by Simpang Pesak, Simpang Renggiang, and Dendang Subdistricts,
and stabilized typology represented by Gantung Subdistrict.
Based on the results of land rent analysis, the averages land rent for paddy
farming in the growth tipology, development typology, and stabilized typology

were Rp. 3338726/ha/year, Rp. 8545320/ha/year, and Rp. 19559723/ha/year,
respectively.
The development direction of paddy commodity based on the results of
AHP-TOPSIS analysis in East Belitung Regency was 4166 hectares, and divided
into three priorities, namely: first priority with 2041 hectares spread over Gantung
Subdistrict, second priority with 1715 hectares spread over Simpang Renggiang

Subdistrict, and third priority with 410 hectares spread over Dendang Subdistrict.
Those areas were expected to be able to increase food self-sufficiency up to
70.14% (1st scenario), 71.24% (2nd scenario), and 81.83% (3rd scenario). In
addition, the program can also increase regional economic of about Rp. 50.89
billions/year, provision of new jobs for 15623 people or 28.42% of the total
labour force in East Belitung Regency.

Key words : dryland paddy, land availability, land rent, land suitability, TOPSIS,
wetland paddy

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


ANALISIS DAN ARAHAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PADI
DALAM MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DAN
PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN BELITUNG TIMUR

AGUSTIAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:

Dr Ir Widiatmaka, DEA


Judul Tesis : Analisis dan Arahan Pengembangan Komoditas Padi dalam
Mendukung Kemandirian Pangan dan Pengembangan Wilayah di
Kabupaten Belitung Timur
Nama
: Agustian
NRP
: A156140254

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus
Ketua

Dr Ir Untung Sudadi, M.Sc
Anggota

Diketahui oleh


Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus

Dr Ir Dahrul Syah, M.ScAgr

Tanggal Ujian: 12 Oktober 2015
27 Oktober 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulillah, Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini yang berjudul Analisis dan Arahan Pengembangan Komoditas Padi
dalam Mendukung Kemandirian Pangan dan Pengembangan Wilayah di
Kabupaten Belitung Timur.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus sebagai Ketua Komisi Pembimbing
sekaligus Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah dengan kesabaran
dan keikhlasannya telah meluangkan waktu untuk mengarahkan dan
membuka wawasan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
2. Bapak Dr Ir Untung Sudadi, M.Sc sebagai Anggota Komisi Pembimbing
yang juga dengan kesabaran dan keikhlasannya telah meluangkan waktu
untuk mengarahkan dan membuka wawasan penulis dalam menyelesaikan
tesis ini.
3. Bapak Dr Ir Widiatmaka, DEA selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas
masukan dan sarannya.
4. Segenap dosen dan staf manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan
Wilayah IPB yang telah mengajar dan membantu penulis selama mengikuti
studi.
5. Pimpinan dan staf Pusbindiklatren Bappenas atas kesempatan beasiswa yang
diberikan kepada penulis.
6. Bapak Bupati, Sekretaris Daerah, Kepala Badan Kepegawaian Daerah, serta
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Belitung Timur yang telah
memberikan ijin serta dukungan baik moril maupun materil unuk mengikuti
tugas belajar pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB.
7. Ayah Ibunda terkasih serta Istri Anak tercinta yang telah memberikan ridho,
ijin serta dorongan semangat sehingga memberikan kekuatan yang besar
kepada penulis.
8. Rekan-rekan PWL IPB baik kelas khusus Bappenas maupun reguler yang
juga memberikan dorongan moral untuk kesuksesan penulis.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan baik
moril maupun materil selama studi dan penulisan tesis ini.

Bogor, Oktober 2015
Agustian
NRP A156140254

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
4
6
6
6
9

2 TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Padi
Ketahanan Pangan
Sumberdaya Lahan Pertanian dan Pengembangan Komoditas Padi
Kesesuaian Lahan dan Areal yang Berpotensi untuk Pengembangan
Komoditas Padi
Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis dalam Perencanaan dan
Pengembangan Komoditas Padi
Pengembangan Wilayah dan Peranan Komoditas padi dalam
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Hasil Penelitian Terdahulu Terkait Topik Penelitian

10
10
11
13

3 BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Bahan dan Alat
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data

21
21
21
21
22
22

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Kondisi Fisik Wilayah
Geografi dan Administrasi
Iklim
Geologi dan Jenis Tanah
Hidrologi
Alokasi Penggunaan Lahan
Kondisi Sosial Wilayah
Demografi
Tingkat Pendidikan dan Ketenagakerjaan
Kondisi Perekonomian Wilayah
Pendapatan Regional

35
35
35
36
36
37
38
39
39
39
40
40

14
17
17
19

5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Areal yang Berpotensi untuk Pengembangan Komoditas
Padi Berdasarkan Aspek Biofisik dan Ketersediaan Lahan
Kecamatan Basis Komoditas Padi Berdasarkan Keunggulan
Komparatif dan Kompetitif Wilayah
Tipologi Kecamatan Berdasarkan Tingkat Perkembangan Wilayah
untuk Pengembangan Komoditas Padi
Arahan Prioritas Pengembangan Komoditas Padi di Kabupaten
Belitung Timur
Analisis Land Rent Usahatani Padi Sawah
Prioritas Pengembangan Komoditas Padi di Kabupaten
Belitung Timur

42

6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

66
66
67

DAFTAR PUSTAKA

68

LAMPIRAN

73

RIWAYAT HIDUP

89

42
46
49
57
57
60

DAFTAR TABEL
1 Komposisi Penyediaan Padi Nasional
2 Proyeksi Kebutuhan Beras Kabupaten Belitung Timur Tahun
2008-2032
3 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Belitung Timur ADHB Sektor
Pertanian Tahun 2009-2013
4 Potensi Lahan Sawah yang Sesuai dan Tersedia untuk Pengembangan
Komoditas Padi
5 Deskripsi Jenis dan Sumber Data, Teknik Analisis dan Output yang
Diharapkan Tiap Tujuan Penelitian
6 Jenis dan Jumlah Responden Penelitian
7 Skala Dasar Ranking AHP
8 Luas Wilayah per Kecamatan Kabupaten Belitung Timur
9 Penyebaran Tekstur Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Belitung
Timur
10 Karakteristik DAS di Kabupaten Belitung Timur
11 Alokasi Penggunaan Lahan Berdasarkan RTRW Kabupaten Belitung
Timur Tahun 2014-2034
12 Komposisi Penduduk Kabupaten Belitung Timur Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2013
13 Komposisi Penduduk Kabupaten Belitung Timur Berdasarkan
Pendidikan Tahun 2013
14 Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2013
15 Gambaran PDRB Kabupaten Belitung Timur dari Tahun 2009-2013
16 Areal Potensi Pengembangan Padi pada Tutupan Lahan Eksisting
Tahun 2013 di Kabupaten Belitung Timur
17 Nilai LQ Luas Pertanaman Tanaman Pangan Kabupaten Belitung
Timur Tahun 2013
18 Nilai SSA Luas Pertanaman Tanaman Pangan Kabupaten Belitung
Timur Tahun 2011 dan 2013
19 Keunggulan Komparatif Tiap Kecamatan di Kabupaten Belitung Timur
Berdasarkan Nilai LQ Luas Pertanaman Tanaman Pangan Tahun 2013
20 Variabel Penentu Tipologi Kecamatan Berdasarkan Tingkat
Perkembangan Wilayah untuk Pengembangan Komoditas Padi
21 Nilai Eigenvalues dan Variance Kumulatif
22 Nilai Factor Loadings Variabel Penentu Tipologi Kecamatan
23 Kategori Variabel Penciri pada Masing-Masing Tipologi Berdasarkan
Perkembangan Kecamatan Berbasis Komoditas Padi
24 Tipologi Kecamatan Berdasarkan Tingkat Perkembangan Wilayah
Berbasis Komoditas Padi di Kabupaten Belitung Timur Tahun 2013
25 Nilai Land Rent Usahatani Padi Masing-Masing Tipologi Tahun 2013
26 Hasil Pembobotan Kriteria dan Nilai CI Berdasarkan analisis AHP
27 Arahan Pengembangan Komoditas Padi di Kabupaten Belitung Timur

2
3
5
16
22
23
32
35
37
37
38
39
40
40
41
45
47
47
48
50
51
52
54
54
57
62
63

DAFTAR GAMBAR
1 Kontribusi sektor primer terhadap pembentukan PDRB Kabupaten
Belitung Timur Tahun 2009-2013
2 Kerangka pemikiran penelitian
3 Diagram Alir Tahapan Penelitian
4 Diagram Alir Analisis Kesesuaian Lahan Padi
5 Proses Pemilihan Arahan Prioritas Pengembangan Padi dengan
AHP-TOPSIS
6 Peta Administrasi Kabupaten Belitung Timur
7 Peta Kelas Ketersediaan ahan Komoditas Padi di Kabupaten Belitung
Timur
8 Peta Wilayah yang Sesuai dan Berpotensi untuk Pengembangan
Komoditas Padi
9 Peta Kecamatan Basis/Nonbasis Bagi Komoditas Padi Sawah/Ladang
di Kabupaten Belitung Timur Tahun 2013
10 Scree plot eigenvalues
11 Grafik Nilai Tengah Kelompok Variabel Tipologi Wilayah Berdasarkan
Komoditas padi
12 Peta Tipologi Kecamatan Berdasarkan Komoditas Padi di Kabupaten
Belitung Timur
13 Grafik Ranking of Alternatives Kecamatan Prioritas Pengembangan
Komoditas Padi Berdasarkan Analisis TOPSIS
14 Peta Arahan Lokasi Pengembangan Komoditas Padi di Kabupaten
Belitung Timur

4
9
24
25
31
36
43
44
49
51
55
56
63
64

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kriteria Kesesuaian Lahan Padi Sawah yang Digunakan dalam
Evaluasi
2 Peta Satuan Lahan (Land Unit) Kabupaten Belitung Timur
3 Peta Tutupan Lahan (Land Cover) Kab. Belitung Timur Tahun 2013
4 Peta Pola Ruang dalam RTRW Kabupaten Belitung Timur Tahun
2013-2034
5 Data Luas Pertanaman Tanaman Pangan Kabupaten Belitung Timur
6 Data Variabel Penentu Tipologi Kecamatan Berbasis Komoditas Padi di
Kabupaten Belitung Timur Menurut Kecamatan Tahun 2013
7 Analisis Land Rent Masing-Masing Tipologi Kecamatan
8 Kuesioner untuk Input Data pada Metode AHP-TOPSIS
9 Matriks Perbandingan Berpasangan dari Rata-Rata Geometrik Berbagai
Kriteria Hasil Wawancara Para Ahli dalam Metode AHP

73
74
75
76
77
78
79
82
88

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan,
ketahanan pangan diartikan sebagai terpenuhinya pangan bagi setiap rumah
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, merata dan terjangkau. Menurut Ariani dan Rachman (2003),
ketahanan pangan merupakan ketersedian pangan dengan jumlah dan kualitas
yang cukup, terdistribusi dengan harga yang terjangkau dan aman untuk
dikonsumsi masyarakat sepanjang waktu. Dari definisi tersebut dapat diketahui
bahwa ketahanan pangan memiliki tiga subsistem yaitu ketersediaan, konsumsi,
dan distribusi pangan.
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang pemenuhannya menjadi hak
asasi setiap orang. Penyediaan pangan yang cukup, beragam, bergizi, seimbang
dan aman, baik secara kualitas maupun kuantitas merupakan pondasi yang sangat
penting dalam pembangunan sumberdaya manusia yang berkualitas untuk
melaksanakan pembangunan. Begitu pentingnya arti dan kedudukan pangan
dalam segala aspek kehidupan manusia memberikan konsekuensi bahwa
ketersediaan pangan mutlak diperlukan setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 yang
merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
maka ketahanan pangan menjadi urusan wajib yang harus diselengarakan oleh
pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Bahkan lebih
tegas lagi bahwa kemandirian dan kedaulatan pangan di suatu daerah merupakan
tanggung jawab yang harus dipenuhi dan diselenggarakan.
Salah satu paradigma baru pembangunan pangan setelah diberlakukannya
otonomi daerah adalah penyediaan pangan yang semula sentralistik menjadi
desentralistik dengan pertimbangan yang lebih komprehensif, sehingga tujuantujuan pemantapan ketahanan pangan dan perbaikan gizi masyarakat lebih
terakomodasi. Perwujudan kemandirian pangan pada era otonomi daerah saat ini
menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat di daerah. Hal ini
mengisyaratkan bahwa kebutuhan pangan sejauh mungkin harus dapat dipenuhi
dari produksi dalam negeri, dengan mengandalkan keunggulan sumber daya,
budaya dan selera masing-masing daerah yang beragam. Untuk mencapai hal
tersebut perlu diselenggarakan suatu sistem pangan yang memberikan
perlindungan, baik bagi pihak yang memproduksi maupun yang mengonsumsi.
Sistem pangan tersebut antara lain mencakup ketersediaan dan cadangan pangan,
distribusi dan perdagangan pangan, serta konsumsi pangan.
Indonesia memiliki penduduk dengan jumlah dan tingkat pertumbuhan yang
tinggi. Menurut BPS (2014), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015
diproyeksikan mencapai 255.461.700 jiwa. Tingginya jumlah penduduk tersebut
akan sangat berpengaruh terhadap penyediaan pangan pokok terutama beras
nasional, apalagi tingkat konsumsi beras penduduk Indonesia masih sangat tinggi
dibandingkan dengan negara lain. Pada tahun 2013, data BPS menunjukkan
bahwa tingkat konsumsi beras penduduk Indonesia mencapai 139 kg/kapita/tahun.

2
Angka ini tergolong tinggi dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand yang
hanya 65-70 kg/kapita/tahun.
Menurut Widiatmaka et al. (2013), hingga saat ini salah satu permasalahan
utama dalam penyediaan pangan di Indonesia adalah tingginya ketegantungan
terhadap produksi padi di pulau Jawa. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2013 produksi
padi nasional mencapai 67.391.608 ton dengan luas panen 12.672.003 hektar.
Akan tetapi, pemanenan padi di pulau Jawa mencapai 6.034.176 hektar atau
47,62% dari total luas panen padi nasional. Untuk produksi padi, pulau Jawa
mampu menyumbang sebesar 52,86% padahal luas pulau Jawa hanya 7% dari luas
daratan nasional. Kenyataan ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan nasional
tergantung pada pulau Jawa. Setidaknya ada dua hal yang menjadi alasan penting,
yaitu: (1) Luas tanam padi di pulau Jawa masih lebih dominan daripada pulau
lain; dan (2) Produktivitas padi di pulau Jawa masih tertinggi dibandingkan
dengan wilayah lain di Indonesia. Komposisi penyediaan pangan nasional pada
tahun 2013 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Penyediaan Padi Nasional Tahun 2013
Wilayah

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Pulau Jawa
Luar Pulau Jawa
Jumlah
Sumber : BPS (2014)

6.034.176
6.637.827

35.621.053
31.770.555

Rataan Produktivitas
(ton/ha)
5,90
4,79

12.672.003

67.391.608

5,32

Kabupaten Belitung Timur, dengan sumberdaya wilayah daratan seluas
2.506,90 km2 atau 250.690 ha, memiliki potensi sangat besar di bidang pertanian.
Produksi padi di Kabupaten Belitung Timur tertinggi kedua di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung setelah Kabupaten Bangka Selatan. Meskipun demikian, hingga
saat ini sebagian besar kebutuhan pangan khususnya beras di Kabupaten Belitung
Timur masih didatangkan dari luar daerah. Hal ini dikarenakan produksi
pangannya tidak mampu mengimbangi tingginya konsumsi pangan pokok. Oleh
karena itu, pembangunan sektor pertanian khususnya tanaman pangan harus
menjadi perhatian pemerintah daerah sebagai upaya mengurangi ketergantungan
perekonomian daerah pada sektor pertambangan, ketergantungan impor pangan
dari luar daerah, serta untuk mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan
demi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan data dasar Kabupaten Belitung Timur tahun 2014 tercatat
bahwa ketersediaan pangan pokok khususnya padi pada tahun 2013 baru
mencapai 3.366,05 ton GKP atau setara dengan 2.127,34 ton beras. Dengan
jumlah penduduk 118.263 jiwa, maka kebutuhan konsumsi total beras pada tahun
2013 di Kabupaten Belitung Timur 12.294,621 ton. Perhitungan tersebut
didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu tingkat konsumsi beras penduduk
Kabupaten Belitung Timur sebesar 103,96 kg/kapita/tahun dan konversi GKP ke
beras sebesar 63,20% sesuai dengan angka konversi nasional. Kondisi ini baru
memenuhi 17,30% kebutuhan pangan, sedangkan 82,70% sisanya disuplai dari
luar Kabupaten Belitung Timur terutama pulau Jawa dan Sumatera Selatan.

3
Hal ini sangat mengkhawatirkan mengingat suplai bahan pangan
Kabupaten Belitung Timur yang merupakan wilayah kepulauan berasal dari luar
menggunakan transportasi laut, sehingga apabila cuaca buruk pasokan terhambat
dan dikhawatirkan mengakibatkan kerawanan pangan baik transien maupun
kronis. Pada Tabel 2 disajikan proyeksi kebutuhan beras di Kabupaten Belitung
Timur selama 25 tahun (dari tahun 2008 sampai dengan 2032).
Tabel 2. Proyeksi Kebutuhan Beras Kabupaten Belitung Timur Tahun 2008-2032
Jumlah Penduduk
(jiwa)
1
2008
107.499
2
2009
108.125
3
2010
110.315
4
2011
113.315
5
2012
116.356
6
2013
118.263
7
2014
121.252
8
2015
123.243
9
2016
125.657
10
2017
128.070
11
2018
130.484
12
2019
132.897
13
2020
135.311
14
2021
137.724
15
2022
140.137
16
2023
142.551
17
2024
144.964
18
2025
147.378
19
2026
149.791
20
2027
152.205
21
2028
154.618
22
2029
157.031
23
2030
159.445
24
2031
161.858
25
2032
164.272
Sumber : Bappeda Kabupaten Belitung Timur (2014)
No

Tahun

Kebutuhan Beras
(kg/tahun)
11.175.596
11.240.675
11.468.347
11.780.227
12.096.370
12.294.621
12.605.358
12.812.388
13.063.288
13.314.188
13.565.089
13.815.989
14.066.889
14.317.789
14.568.689
14.819.589
15.070.490
15.321.390
15.572.290
15.823.190
16.074.090
16.324.991
16.575.891
16.826.791
17.077.691

Dengan kondisi sebagaimana diuraikan di atas, maka diperlukan komitmen
yang kuat dari Pemerintah Kabupaten Belitung Timur dalam mewujudkan
kemandirian pangan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012. Salah
satu perwujudannya adalah dengan meningkatkan sisi produksi (supply side
strategy) dan memprioritaskan pembangunan subsektor tanaman pangan
khususnya untuk komoditas padi agar ancaman rawan pangan kronis maupun
transien dapat dihindari atau diminimalisasi. Belum optimalnya pembangunan
subsektor tanaman pangan khususnya komoditas padi di Kabupaten Belitung
Timur salah satunya dikarenakan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan untuk
meningkatkan produksi tidak didasarkan pada analisis potensi wilayah untuk
pengembangan komoditas tersebut. Padahal arahan kesesuaian lahan dan

4
pewilayahan kecamatan yang berpotensi untuk pengembangan komoditas padi
sangat diperlukan sebagai dasar penyusunan kebijakan prioritas pembangunan
sehingga pembangunan untuk mencapai tujuan meningkatkan kondisi
kemandirian pangan serta mengembangkan perekonomian wilayah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk
memberikan arahan pengembangan komoditas padi berdasarkan tingkat
kesesuaian dan potensi lahan terkini (up to date) berbasis kecamatan di Kabupaten
Belitung Timur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi
perbaikan terhadap kebijakan umum ketahanan pangan (KUKP) di Kabupaten
Belitung Timur, khususnya untuk subsistem ketersediaan sebagai cerminan
kemandirian pangan.

Perumusan Masalah
Kabupaten Belitung Timur memiliki potensi yang cukup besar di bidang
pertanian. Pertanian dalam struktur perekonomian Kabupaten Belitung Timur
merupakan salah satu sektor primer pembentuk PDRB, selain sektor
pertambangan dan penggalian, yang pada tahun 2013 mencapai jumlah Rp.
3.506.738 juta. Sektor pertanian merupakan kontributor terbesar bagi
pembentukan PDRB Kabupaten Belitung Timur di tahun 2013 dengan kontribusi
25,56 persen. Sektor pertambangan dan penggalian berkontribusi 13,75 persen.
Pada tahun 2013 sektor pertanian mampu tumbuh 5,36 persen, sedangkan sektor
pertambangan dan penggalian laju pertumbuhannya 1,15 persen. Kontribusi sektor
primer terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Belitung Timur tahun
2009-2013 disajikan pada Gambar 1.

30,00
25,00
20,00
% 15,00
10,00
5,00
2009
1. PERTANIAN

2010

2011

2012

2013 Tahun

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN

Gambar 1. Kontribusi Sektor Primer terhadap Pembentukan PDRB Kabupaten
Belitung Timur Tahun 2009-2013.

5
Dalam sektor pertanian, subsektor tanaman pangan merupakan kontributor
terbesar ketiga setelah perikanan dan perkebunan dalam struktur PDRB
Kabupaten Belitung Timur tahun 2009-2013. Distribusi persentase PDRB
Kabupaten Belitung Timur atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha
tahun 2009-2013 disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Belitung Timur Atas Dasar
Harga Berlaku Sektor Pertanian Tahun 2009-2013.
Persentase Kontribusi terhadap
PDRB (%)
2009 2010
2011
2012
2013
Pertanian
26,91 26,92
25,86 25,58
25,56
a. Tanaman Pangan
2,45
2,41
2,43
2,42
2,44
b. Tanaman Perkebunan
3,63
3,63
3,51
3,52
3,59
c. Peternakan dan hasil-hasilnya
0,69
0,67
0,67
0,66
0,67
d. Kehutanan
0,53
0,50
0,46
0,46
0,45
e. Perikanan
19,60 19,71
18,79 18,52
18,39
Sumber : Bappeda Kabupaten Belitung Timur (2014)
Lapangan Usaha

Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, maka seharusnya pembangunan
perekonomian di Kabupaten Belitung Timur diutamakan di wilayah perdesaan
guna meningkatkan kesejahteraan petani. Berbagai program pembangunan sektor
pertanian dengan komoditas padi di Kabupaten Belitung Timur harus
mendapatkan prioritas. Hal ini selain dapat meningkatkan kemandirian pangan
daerah, juga dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani yang pada akhirnya berperan dalam mengembangkan perekonomian
wilayah. Bertitik tolak dari hal ini, maka seharusnya pembangunan perekonomian
di Kabupaten Belitung Timur diutamakan di wilayah perdesaan.
Kegiatan pembangunan dalam mendukung pengembangan komoditas padi
meningkat di Kabupaten Belitung Timur selama beberapa tahun belakangan ini.
Bukti nyata keseriusan pemerintah daerah terlihat dari meningkatnya penyediaan
sarana prasarana maupun perluasan areal tanam padi melalui kegiatan pencetakan
sawah. Akan tetapi kegiatan ini belum dapat dilakukan secara optimal akibat
minimnya data dan informasi mengenai kondisi lahan eksisting yang memiliki
potensi biofisik sesuai untuk pengembangan padi. Berdasarkan uraian di atas
dapat dirumuskan permasalahan pokok dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Belum diketahuinya lahan yang berpotensi untuk pengembangan komoditas
padi.
2. Belum diketahuinya wilayah/kecamatan basis bagi komoditas padi
berdasarkan keunggulan komperatif dan kompetitif.
3. Belum diketahuinya tipologi wilayah untuk pengembangan pertanaman padi
berdasarkan tingkat perkembangan wilayah.
4. Belum diketahuinya prioritas arahan pengembangan komoditas padi dalam
mendukung kemandirian pangan dan pengembangan wilayah di Kabupaten
Belitung Timur.

6
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan
pengembangan wilayah berbasis komoditas padi dalam mendukung kemandirian
pangan dan pengembangan wilayah di Kabupaten Belitung Timur. Tujuan khusus
penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi luasan dan sebaran lahan terkini yang berpotensi untuk
pengembangan komoditas padi.
2. Mengetahui kecamatan yang menjadi sentra produksi komoditas padi
berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif.
3. Mengetahui tipologi wilayah kecamatan untuk pengembangan komoditas padi
berdasarkan tingkat perkembangan wilayah.
4. Mengetahui pendapatan bersih per hektar yang diterima petani dalam
usahatani padi selama satu tahun (land rent).

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Belitung Timur dalam
pengembangan komoditas padi demi meningkatkan kemandirian pangan
daerah.
2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Belitung Timur dalam
revisi RTRW Kabupaten dan Perencanaan Tata Guna Lahan.
3. Sebagai bahan masukan bagi para pihak demi terwujudnya kemandirian
pangan di Kabupaten Belitung Timur.

Kerangka Pemikiran
Subsektor tanaman pangan khususnya padi memiliki peranan yang sangat
penting dalam ketahanan nasional, yaitu dalam hal mewujudkan ketahanan
pangan, pembangunan wilayah, pengentasan kemiskinan, dan penyerapan tenaga
kerja. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia
sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000.
Badan Pusat Statistik memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia pada tahun
2015 mencapai 255.461.700 jiwa. Kebutuhan pangan meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk. Namun demikian, tidak semua kebutuhan pangan
dapat dipenuhi karena kapasitas produksi dan distribusi pangan cenderung
menurun atau semakin terbatas. Hal ini yang mengakibatkan ketidakstabilan
pangan yang terjadi secara nasional setelah Indonesia mampu berswasembada
beras di tahun 1984.
Kondisi di atas mengajak stakeholders untuk bekerja keras dalam
mengurangi ketergantungan pangan beras terhadap pulau Jawa. Ancaman alih
fungsi atau konversi lahan pertanian yang tinggi serta menurunnya daya dukung
lahan pertanian di pulau Jawa merupakan alasan mendasar yang menuntut setiap
daerah agar mampu mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan di
daerahnya. Bahkan daerah yang memiliki potensi pengembangan komoditas padi
harus mampu memberikan kontribusi terhadap penyediaan beras nasional yang

7
selama ini masih tergantung terhadap pasokan dari pulau Jawa. Selain itu, peranan
subsektor tanaman pangan telah terbukti secara empiris mampu bertahan baik
ketika kondisi ekonomi normal maupun krisis.
Peranan subsektor tanaman pangan khususnya komoditas padi sangat
penting dan strategis dalam mewujudkan kemandirian pangan dan laju
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Belitung Timur. Oleh karena itu diperlukan
penelitian untuk mengetahui basis wilayah kecamatan untuk pengembangan
komoditas padi. Setiap wilayah kecamatan memiliki karakteristik sumberdaya
alam, sumberdaya buatan, sumberdaya manusia, dan sumberdaya sosial yang
berbeda termasuk aspek spasial. Pewilayahan pengembangan komoditas padi
didasarkan pada potensi wilayah yang mengacu pada tiga aspek yaitu spasial,
biofisik, dan sosial ekonomi. Aspek spasial yang dimaksud adalah bahwa lahan
yang potensial untuk pengembangan komoditas padi adalah lahan yang sesuai
secara biofisik serta tidak bertentangan dengan RTRW maupun kawasan hutan
sebagai bagian dari perlindungan fungsi ekosistem. Aspek sosial ekonomi
menyangkut input maupun sarana prasarana produksi untuk pertanian padi.
Evaluasi kesesuaian lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan
untuk penggunaan tertentu. Evaluasi kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan
membandingkan karakteristik lahan dan kualitas lahan dengan persyaratan
penggunaan lahan untuk jenis tertentu (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
Untuk mengetahui areal yang sesuai dan berpotensi pengembangan komoditas
padi berdasarkan aspek biofisik dan ketersediaan lahan dapat dilakukan dengan
cara overlay (tumpang tindih) peta administrasi skala 1:100.000, peta pola ruang
RTRW yang telah dintegrasikan dengan peta kawasan hutan skala 1:50.000 dan
peta tutupan lahan (land cover) skala 1:100.000. Hasil overlay merupakan peta
ketersediaan lahan untuk pengembangan komoditas padi skala 1:100.000. Untuk
mengetahui areal yang sesuai dan berpotensi pengembangan komoditas padi maka
dilakukan evaluasi kesesuaian lahan pada peta ketersediaan lahan tersebut. Peta
ketersediaan lahan skala 1:100.000 dioverlay dengan peta topografi/kelas lereng
skala 1:50.000, peta jenis tanah skala 1:250.000 serta peta curah hujan Kabupaten
Belitung Timur. Proses evaluasi didasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk padi
sawah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
Kementerian Pertanian tahun 2011 menggunakan analisis kesesuaian lahan
metode FAO (1976). Hasil overlay berupa peta kelas kesesuaian lahan dan
berpotensi pengembangan padi di Kabupaten Belitung Timur skala 1:250.000.
Untuk mengetahui kecamatan basis bagi komoditas padi dilakukan dengan
teknik analisis LQ (Location Quotient) dan SSA (Shift Share Analysis) yang
menunjukkan pemusatan suatu komoditas maupun trend pertumbuhannya. Dalam
analisis LQ dan SSA digunakan data luas pertanaman tanaman pangan selama dua
titik tahun terakhir dengan ketentuan bila nilai LQ>1 dan SSA(+) untuk
komoditas padi di suatu kecamatan maka kecamatan tersebut merupakan basis
bagi komoditas padi atau sebaliknya bila nilai LQ