membuktikan bahwa salah satu pemegang saham memberikan tanda-tangan elektronik di luar wilayah Republik Indonesia maka RUPS dimaksud akan
berakibat batal demi hukum
41
Selanjutnya perlu dipahami dengan dengan baik oleh praktisi hukum bahwa suatu tanda-tangan elektronis, bukanlah suatu gambar tanda-tangan yang
di-scan kemudian ditempatkan pada suatu dokumen, sehingga suatu dokumen memang terkesan pada layar monitor komputer sudah ditandatangani. Pengertian
tanda-tangan elektronis yang sebenarnya menurut Undang-Undang ITE .
42
Melihat kondisi saat ini segala sesuatu menjadi lebih mudah dengan adanya teknologi informasi. Saat ini batas wilayah, waktu dan jarak semakin tidak
terasa dengan adanya kemajuan teknologi informasi. Dalam era yang serba sederhana dan canggih ini dikenal juga istilah Paperless, terbukti salah satunya
bisa dibuat dengan berbagai cara antara lain dengan sebuah kode digital yang
ditempelkan pada pesan yang dikirimkan secara elektronis, yang secara khusus akan memberikan identifikasi khusus dari pengirimnya. Indonesia sendiri
kemungkinan akan mengarah kepada praktek Penggunaan tanda-tangan digital berdasarkan “public-key” yaitu sebuah bentuk enkripsi data yang menggunakan 2
jenis kunci berbeda public-key private key.
C. Mekanisme RUPS melalui media Teleconference menurut UU Perseroan Terbatas
41
Munir Fuady. “Doktrin-Doktrin Dalam Corporative Law Dan Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia”. Bandung: Aditya Bakti, 2002 hal 23
42
Edmon Makarim. “Pengantar Hukum Telematiaka”. Jakarta: Raja Grafindo, 2007 hal 268
Universitas Sumatera Utara
dengan ketentuan baru dalam UUPT 402007 yang mengatur mengenai RUPS melalui media elektronik
43
43
R.B. Simatupang. ”Aspek Hukum Dalam Bisnis”. Jakarta: Rineka Cipta, 2009 hal 76
. UUPT mengatur bahwa penyelenggaraan RUPS dapat dilakukan melalui
media telekonferensi, video konferensi, atau sarana media elekronik lainnya yang memungkinkan semua peserta RUPS melihat dan mendengar serta secara
langsung serta berpartisipasi dalam rapat Pasal 77 UUPT. Dalam ketentuan UUPT, penyelenggaraan RUPS dapat dilakukan dengan
memanfaatkan perkembangan Teknologi Video Call atau Teleconference. Pemanfaatan kecanggihan ini memungkinkan para pemegang saham perusahaan
tidak harus bertatap muka secara langsung tetapi dapat bertatap muka melalui media elektronik yang saling dapat berhubungan seperti layaknya bertatap muka
secara langsung. Tujuan yang akan dicapai dalam suatu rapat tentunya akan membahas suatu hal yang berkaitan dengan kepentingan atau masalah dalam PT
itu sendiri. Kemajuan teknologi informasi ini sangat mempermudah selain lebih efisen juga lebih efektif. Hal ini menimbulkan dampak dalam UUPT
mensyaratkan bahwa setiap perubahan AD PT harus dibuatkan NotulenRisalah rapat yang harus dituangkan dalam akta otentik.
RUPS PT yang dilaksanakan melalui media telekonferensi, video konferensi atau sarana media elektronik lainnya di dalam kerangka Badan Hukum
PT di Indonesia memang merupakan cara RUPS yang baru diperkenalkan melalui UUPT Nomor 40 Tahun 2007 dengan ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 77
UUPT yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a.Selain penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76, RUPS dapat juga dilakukan melaui media telekonferensi, video koferensi atau
sarana media elektronik lainnya yang memungkinkan semua peserta RUPS saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat.
b.Persyaratan kuorum dan persyaratan pengambilan keputusan adalah persyaratan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini danatau sebagaimana
diatur dalam anggaran dasar perseroan. c.Persyaratan sebagaimana dimaksud pada Ayat 2 dihitung berdasarkan
keikutsertaan peserta RUPS sebagaimana dimaksud pada Ayat 1. d.Setiap penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada Ayat 1
harus dibuatkan risalah rapat yang disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta RUPS.
Media elektronik yang didukung dengan keberadaan komunikasi dapat berbentuk video konferensi video conference dan audio konferensi audio
conference. Audio konferensi sendiri adalah suatu sistem yang menggunakan jaringan internet untuk mengirimkan data paket suara dari suatu tempat ke tempat
yang lainnya menggunakan perantara protokol internet. Penggunaan audio konferensi dalam penyelenggaraan RUPS PT tidak diakui oleh UUPT Nomor 40
Tahun 2007 karena substansi dalam Pasal 77 Ayat 1 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 menetapkan bahwa semua peserta RUPS saling melihat dan mendengar
secara langsung seolah-olah hadir secara fisik, sedangkan audio konferensi hanya mengirimkan suara tanpa dapat melihat lawan bicara dalam pertemuan yang
sedang berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
Maksud dari Pasal 77 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 adalah lex spesialis bagi pasal 76 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 dan ini merupakan pergeseran
paradigma tentang sahnya suatu RUPS. Keberadaaan pasal 77 Nomor. 40 Tahun 2007 adalah untuk memenuhi asas manfaat yang diterjemahkan bahwa RUPS
melalui video konferensi dapat dilakukan dimanapun tidak terbatas pada ruang, tempat, wilayah tertentu sebagaimana RUPS konvensional yang disyaratkan
dalam Pasal 76 Nomor 40 Tahun 2007. Video konferensi atau yang biasa disebut telekonferensi telah lama dikenal
lebih dari sepuluh tahun silam yang kemudian ditandai dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Telekonferensi
dalam telekomunikasi merupakan pertemuan berbasis elektronik secara langsung live di antara dua atau lebih partisipan manusia atau mesin yang dihubungkan
dengan suatu sistem telekomunikasi yang biasanya berupa saluran telepon. Penggunaan telekonferensi memiliki kelebihan efektifitas biaya dan waktu.
Telekonferensi dapat berbentuk konferensi audio atau konferensi video. Konferensi audio merupakan salah satu jenis telekonferensi dimana seseorang
dapat melakukan percakapan interaktif didalamnya. Dengan audio konferensi ini, seseorang dapat berbicara dengan lebih dari satu orang melalui speaker.
Sedangkan dalam video konferensi para partisipannya dapat saling melihat gambar video dan saling mendengar melalui perantaraan kamera, monitor, atau
pengeras suara masing-masing. Pada praktiknya konferensi yang sering disaksikan melalui layar televisi
masih sebatas wilayah indonesia saja. Misalnya pada saat Presiden Republik Indonesia meresmikan beberapa proyek pembangunan di beberapa wilayah
Universitas Sumatera Utara
Propinsi di Indonesia secara bersamaan sedangkan presiden tetap berada di Jakarta namun dapat saling melihat, mendengar dan berpatisipasi secara langsung
antara Presiden dengan para Menteri dan Gubernur beserta jajarannya ditempatnya masing-masing melalui video konferensi jaringan komputer yang
terhubung dengan sambungan telepon atau peralatan komunikasi. Hanya saja pada waktu itu masih bersifat pengenalan saja terhadap teknologi informasi yang
memang baru berkembang di Indonesia. Sejak saat itu hingga saat ini penggunaan video konferensi melalui media elektronik semacam itu terus berkembang pesat
dalam dunia bisnis. Seiiring dengan perkembangan teknologi informasi dan telematika, dokumen elektronik yang dihasilkan dari alat cetak printer, fax dan
scanner yang terhubung langsung dengan media elektronik seperti video konferensi sudah diaakui sebagai alat bukti yang sah sejak ditetapkannya Undang-
undang Informasi Transaksi Eletronik Nomor 11 Tahun 2008 pada tanggal 21 April 2008 UUITE.
Dengan demikian ketentuan mengenai RUPS PT melalui video konferensi seperti telekonferensi atau video konferensi seperti yang dimaksud dalam Pasal 77
UUPT Nomor 40 Tahun 2007 benar-benar dapat diterapkan dalam dunia bisnis di Indonesia, meskipun RUPS melalui video konferensi ini masih rawan terhadap
pemalsuan oleh karena sampai saat tesis ini dibuat belum ada Peraturan Pemerintah yang mengatur dengan tegas mengenai tanda tangan elektronik yang
harus dibubuhkanditerakan oleh peserta RUPS pada NotulenRisalah RUPS melalui video konferensi tersebut.
Pada ketentuan Pasal 77 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 sudah secara jelas menyatakan bahwa ketentuan mengenai RUPS mealui video konferensi seperti
Universitas Sumatera Utara
telekonferensi, video konferensi atau sarana media elektronik lainnya sangat berbeda dengan ketentuan-ketentuan untuk mengadakan RUPS secara
konvensional yang dimaksud dalam Pasal 76 UUPT Nomor 40 Tahun 2007. RUPS melalui video konferensi dapat dilakukan dengan mengabaikan ketentuan-
ketentuan yang diterapkan dalam pelaksanaan RUPS secara konvensional. Adapun perbedaan yang dimaksud yaitu apabila RUPS melaui video konferensi
dapat dilakukan tanpa kehadiran fisik para pemegang saham sebagai peserta RUPS serta persyaratan kuorum dan persyaratan pengambilan keputusan dihitung
berdasarkan keikutsertaan peserta RUPS, dalam hal ini pemegang saham tidak diperkenankan untuk menguasakan keikutsertaannya dalam RUPS kepada orang
lain. RUPS tersebut hanya dapat dilakukan di wilayah negara Republik
Indonesia. Namun apabila pemegang saham tidak dapat hadir secara langsung dalam RUPS, mereka dapat menggunakan media telekonferensi, video konferensi,
atau sarana media elekronik lainnya baik dari dalam maupun dari luar wilayah negara Republik Indonesia. Hasil RUPS dimaksud dibuatkan risalahnya dengan
disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta RUPS baik secara fisik atau secara elektronik. Ketentuan UUPT yang dimaksud seakan membuka jalan untuk
diakuinya dokumen elektronik sebagai alat pembuktian di depan hakim. Mari kita melihat ketentuan mengenai Alat Bukti dalam Hukum Acara
Perdata Menurut Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Perdata RUU- KUHPER. Dalam pasal 85 jo 87a bahwa para pihak dapat melakukan
pembuktian dengan semua alat bukti baik berupa fakta baik tertulis maupun lisan,
Universitas Sumatera Utara
akte dan dokumen lainnya. Alat bukti antara lain:surat, pengakuan,kesaksian, persangkaan, sumpah.
Dalam kaitannya dengan pasal 77 UUPT tersebut, alat bukti yang paling berhubungan adalah alat bukti surat. Berikut beberapa definisi menurut RUU
tersebut : 1
Surat adalah segala sesuatu yang mengandung buah pikiran yang ditandatangani atau dibubuhi cap jempol tangan.
2 Akta adalah surat yang ditandatangani dan dibuat dengan tujuan untuk
dibuat sebagai alat bukti. 3
Akta terdiri dari akta otentik dan bawah tangan, akta otentik adalah akta yang dibuat dengan bentuk tertentu yang ditentukan UU dan dibuat oleh
atau dihadapan pejabat berwenang. Setiap daftar hadir maupun risalah rapat yang dibuat dalam rapat yang
dilakukan dengan media elektronik merupakan akta dibawah tangan, karena merupakan surat yang ditandatangani oleh orang-orang yang berkepentingan
yang dibuat dengan tujuan sebagai alat bukti. Dalam RUU tersebut tidak dibahas apakah alat bukti surat itu dalam arti luas hingga mencakup alat bukti surat secara
elektronik. Untuk selanjutnya kita patut menelisik ke Undang-Undang baru yang
merupakan Lex Specialis mengenai masalah Teknologi Informasi, UU Informasi dan Transaksi Elektronik UU ITE, karena menurut Ketentuan Pasal 2 UU ITE :
Undang-Undang ini berlaku untuk setiap Orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di
wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia danatau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia.
Berdasarkan ketentuan Pasal 77 jo Pasal 79 Ayat 1, 5, 6, 7 jo Pasal 81 jo Pasal 82 jo Pasal 83 jo Pasal 86 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 jo Pasal 1
angka 12 jo Pasal 11 UUITE Nomor 11 Tahun 2008, maka pelaksanaan RUPS melalui video konferensi adalah sebagai berikut :
a.Menyusun Bahan Yang Akan Dibicarakan Dalam RUPS Direksi sebagai pimpinan PT harus mempersiapkan dan menyusun bahan-
bahan yang akan dibicarakan dalam RUPS melalui video konferensi dan menyediakan dikantor Perseroan tersebut sejak tanggal dilakukan pemanggilan
RUPS kepada para pemegang saham sampai dengan tanggal RUPS diadakan. Direksi wajib memberikan salinan bahan-bahan yang akan dibicarakan dalam
RUPS kepada para pemegang saham secara cuma-cuma jika diminta sesuai ketentuan Pasal 82 Ayat 3 dan Ayat 4 UUPT Nomor 40 Tahun 2007. Dan
apabila perlu dengan mengirimkannya kepada para pemegang saham melalui sarana pos kilat atau ekspres, surat elektronik electronic mail, yang biasa disebut
e-mail, atau melalui fax faximile agar lebih cepat diterima oleh pemegang saham sehingga pemegang saham mempunyai cukup waktu untuk mempelajari terlebih
dahulu bahan-bahan RUPS. b.Melakukan Pemanggilan Kepada Para Pemegang Saham
Pemanggilan RUPS kepada para pemegang saham Perseroan harus sesuai dengan ketentuan Pasal 79 ayat 1 jo Pasal 81 Ayat 1 UUPT Nomor 40 Tahun
2007 Pemanggilan harus dilakukan oleh Direksi kepada para pemegang saham Perseroan paling lambat 14 empatbelas atau 15 limabelas hari sebelum
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan RUPS melalui video konferensi diselenggarakan, hal ini apabila RUPS diadakan atas permintaan seperti yang dimaksud padala Pasal 79 Ayat 2
UUPT Nomor 40 Tahun 2007. Pemanggilan ini dapat dilakukan dengan surat tercatat danatau dengan memuat iklan dalam surat kabar. Hal ini sesuai dengan
ketentuan Pasal 82 Ayat 1 dan Ayat 2 UUPT Nomor 40 Tahun 2007. Pemanggilan RUPS melalui video konferensi menurut ketentuan Pasal 82
ayat 3 disyaratkan bahwa : Dalam panggilan RUPS dicantumkan tanggal, waktu, tempat dan mata
acara rapat disertai pemberitahuan bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam RUPS telah tersedia di kantor Perseroan sejak tanggal dilakukan pemaggilan
RUPS dampai dengan tanggal diadakannya RUPS. Persyaratan pencantuman ”tempat” dalam panggilan RUPS melalui video
konferensi tidak mungkin dilakukan karena tempat berlangsungnya RUPS melalui video konferensi tersebut sesungguhnya berlangsung dibanyak tempat sesuai
keberadaan masing-masing para pemegang saham pada saat menjadi peserta dan secara langsung turut berpartisipasi dalam RUPS melalui video konferensi.
Oleh karena itu dalam pemanggilan RUPS yang diadakan melalui video konferensi tidak perlu dicantumkan ”tempat” di mana RUPS tersebut diadakan,
akan tetapi harus dicantumkan dan dijelaskan bahwa RUPS akan dilaksanakan melalui video konferensi. Mengenai penjelasan tentang video konferensi pada
pemanggilan RUPS harus dijelaskan pula perangkat yang harus disediakan atau dipersiapkan yakni hardware dan software komputer serta peralatan pendukung
lainnya dan bisa juga menetapkan websites tertentu. Hal ini sangat penting agar
Universitas Sumatera Utara
pada saat RUPS berlangsung peserta RUPS dapat mengikuti pelaksanaan RUPS yang sedang berlangsung dengan lancar.
Oleh karena Pasal 77 Ayat 1 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 mengharuskan penggunaan sarana video konferensi yang digunakan tersebut
memungkinkan semua peserta RUPS saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat. Kata memungkinkan tersebut bersifat
imperatif. Oleh karena itu, tidak dapat dikesampingkan atau dilanggar. Sehingga melalui sarana media elektronik yang dipergunakan adalah sarana media
elektronik yang dapat menampilan gambar video dan suara audio secara sekaligus. Maka jenis media elektronik yang dapat dipilih berdasarkan ketentuan
Pasal 77 Ayat 1 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 adalah video konferensi.Tetapi dapat juga dipergunakan sarana media elektronik lainnya yang dapat
menampilkan gambar dan suara secara sekaligus.
c.Pelaksananaan RUPS melalui video konferensi Menurut Pasal 76 jo Pasal 77 UUPT Nomor 40 Tahun, RUPS diadakan di
tempat kedudukan Perseroan atau di tempat Perseroan melakukan kegiatan usahanya yang utama sebagaimana ditentukan dalam AD Namun dalam Ayat 2
ditentukan bahwa RUPS Perseroan Terbuka dapat diadakan di tempat kedudukan bursa di mana saham Perseroan dicatatkan. Dalam Ayat 3 dinyatakan bahwa
tempat pelaksanaan RUPS sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 dan Ayat 2 harus terletak di wilayah negara Republik Indonesia.
Dalam hal ini jika dalam RUPS hadir danatau diwakili semua pemegang saham dan semua pemegang saham menyetujui diadakannya RUPS dengan
Universitas Sumatera Utara
agenda tertentu, RUPS dapat diadakan di manapun dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat 3. RUPS sebagaimana dimaksud
pada Ayat 4 dapat mengambil keputusan jika keputusan tersebut disetujui dengan suara bulat.
Dalam ketentuan di atas, dapat diketahui bahwa Pasal 76 Ayat 4 77 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 menyatakan bahwa RUPS dapat diadakan di
manapun dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat 3. Hal ini menunjukkan bahwa RUPS tidak wajib dilakukan di lokasi dimana
Perseroan Terbatas berada. RUPS yang diselenggarakan melaui video konferensi dengan mengacu pada ketentuan Pasal 77 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 yaitu
merupakan pelaksanaan RUPS yang diselenggarakan tanpa memerlukan kehadiran fisik dan berkumpulnya para pemegang saham pada satu tempat, tetapi
cukup saling bertatap muka dan berbicara melaui monitor dari video konferensi yang dapat memunculkan dan merekam gambar visual dari para pemegang saham
yang turut seta dalam RUPS tersebut meskipun tempat pelaksanaan RUPS diantara para pemegang saham tersebut saling berjauhan, tetapi keputusan RUPS
tetap sah dan mengikat. RUPS tersebut hanya dapat dilakukan di wilayah negara Republik
Indonesia. Namun apabila pemegang saham tidak dapat hadir secara langsung dalam RUPS, mereka dapat menggunakan media telekonferensi, video konferensi,
atau sarana media elekronik lainnya baik dari dalam maupun dari luar wilayah negara Republik Indonesia Para pemegang ketika melakukan RUPS video
konferensi memang benar-benar berada dalam wilayah Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Setiap peserta RUPS melalui video konfrensi dapat tetap berada pada tempat keberadaannya masing-masing tidak bertemu dan berkumpul di satu
tempat pada tanggal dan waktu yang telah ditentukan dalam surat panggilan kepada pemegang saham. Para pemegang saham harus siap berada dihadapan
seperangkat media elektronik komputer yang minimal telah dilengkapi dengan alat cetak printer, pemindai scanner, pengirim-penerima surat atau dokumen
tercetak dia tas kertas faksimile atau program fasilitas pengirim-penerima surat atau dokumen elektronik e-mail, kamera web camera, mikropon micropon,
speaker headset serta pesawat telepon yang dilengkapi fasilitas koneksi internet cepat yang tersambung pada perangkat komputer.
Perangkat video konfrensi sebagai sarana penghubung antara peserta RUPS sehingga semua peserta RUPS dapat saling melihat melaui layar monitor
hasil rekaman web camera, mendengar pembicaraan atau berbicaa secara langsung melalui scanner atau faksimile atau e-mail serta langsung berinteraksi
dalam pengambilan keputusan-kepusan RUPS tersebut sekaligus menyetujui dan menandatangani NotulenRisalah RUPS baik secara fisik maupun secara
elektronik. Jenis RUPS inilah yang baru dikenal dalam UUPT Nomor 40 Tahun 2007.
Pelaksanaan RUPS melaui video konfrensi pada hari, tanggal dan jam yang telah ditentukan sesuai panggilan diselenggarakan dengan ketentuan dan tata
cara yang sama dengan pelaksanaan RUPS secara konvensional baik untuk RUPS Tahunan maupun untuk RUPSLB. Yakni dimana sejak dibukanya sampai
ditutupnya RUPS oleh ketua rapat sama dengan pelaksanaan RUPS Konvensional hanya saja pada pelaksanaan RUPS melaui video konfrensi dipergunakan fasilitas
Universitas Sumatera Utara
sarana media elektronik seperti video konferensi sedangkan pada pelaksanaan RUPS secara Konvensional dilagsungkan tanpa adanya media perantara.
Perbedaanya hanya pada teknik penandatanganan NotulenRisalah RUPS. Menurut ketentuan Pasal 77 Ayat 4 UUPT Nomor 40 Tahun 2007. Risalah
RUPS melalui video konfrensi dan ditandatangani oleh semua peserta RUPS. Sedangkan pada pelaksanaan RUPS secara Konvensional NotulenRisalah RUPS
sekurang-kurangnya ditandatangani oleh ketua rapat dan salah satu pemegang saham yang ditunjuk oleh peserta RUPS dalam Rapat. Dalam hal RUPS dengan
menggunakan media elektronik sangat erat kaitannya dengan informasi elektronik dan atau dokumen elektronik maupun hasil cetaknya.
Pasal 1 UUITE Nomor 11 Tahun 2008 meyebutkan : Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat,
diteruskan, dikirimkan,diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,
danatau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik,termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf,
tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
Dalam Penjelasan Pasal 77 Ayat 4 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 disebutkan bahwa :
Yang dimaksud dengan disetujui dan ditandatangani adalah disetujui dan ditandatangani secara fisik atau secara elektronik. Berdasarkan ayat tersebut,
NotulenRisalah RUPS melaui video konferensi dapat ditandatangani oleh peserta RUPS dengan cara :
Universitas Sumatera Utara
1Ditandatangani oleh semua peserta RUPS secara fisik. 2Ditandatangani oleh semua peserta RUPS secara elektronik.
3Ditandatangani oleh sebahagian peserta RUPS secara fisk dan sebahagian peserta RUPS secara elektronik.
Penandatanganan NotulenRisalah RUPS tidak harus dilakukan oleh semua peserta atau seluruh pemegang saham, oleh karena adanya ketentuan Pasal
90 Ayat 1 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa : Setiap penyelenggaraan RUPS, risalah RUPS wajib dibuat dan
ditandatangani oleh ketua rapat dan paling sedikit 1 satu orang pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS.
Dalam penjelasan Pasal 90 Ayat 1 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 tersebut disebutkan sebagai berikut :
Penandatanganan oleh ketua rapat dan paling sedikit 1 satu orang pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS dimaksudkan untuk
menjamin kepastian dan kebenaran isi NotulenRisalah RUPS tersebut. Berpedoman pada ketentuan-ketentuan dalam UUPT Nomor 40 Tahun
2007 tersebut di atas, maka NotulenRisalah RUPS yang diselenggarakan melalui video
Penandatanganan secara elektronik masih diragukan keabsahannya karena belum ada peraturan perundang-undangan yang dapat menafsirkan bagaimana
bentuk, cara, teknik, metode pembuatan tanda tangan elektronik, maka cara penandatangan yang dipilih adalah penandatanganan secara fisik pada
NotulenRisalah RUPS yang telah diselenggarakan dan disetujui secara
Universitas Sumatera Utara
elektronik. konferensi dapat ditandatangani dengan memilih salah satu dari ketiga cara sebagai berikut :
1Ditandatangani oleh Ketua RUPS dan paling sedikit 1 satu orang pemegang saham secara fisik.
2Ditandatangani oleh ketua RUPS secara fisik dan paling sedikit 1 satu orang pemegang saham secara elektronik.
3Ditandatangani oleh ketua RUPS dan paling sedikit 1 satu orang pemegang saham secara elektronik.
NotulenRisalah RUPS yang dilakukan melalui video konferensi juga dapat memuat keputusan-keputusan mengenai perubahan AD tertentu yang harus
dimintakan persetujuan dari danatau yang harus diberitahukan atau dilaporkan kepada menteri hukum dan hak ajasi manusia dimana keputusan-keputusan RUPS
tersebut harus dinyatakan dalam akta notaris yang dalam prakteknya disebut Akta Persetujuan Keputusan Rapat PKR. Untuk memenuhi ketentuan dalam Pasal 21
Ayat 5 UUPT Nomor 40 Tahun 2007, maka di dalam NotulenRisalah RUPS harus dimuat juga pemberian kuasa kepada ketua RUPS yakni direksi untuk
menyatakan keputusan-keputusan RUPS tersebut kedalam Akta Otentik Akta PKR. Untuk menjamin kepastian dan kebenaran isi NotulenRisalah RUPS
tersebut sesuai dengan ketentuan dalam penjelasan Pasal 90 Ayat 1 UUPT Nomor 40 Tahun 2007, hingga lebih lanjut NotulenRisalah RUPS melalui video
konferensi yang ditandatangani dengan cara demikian itu dapat dianggap sebagai dokumen yang sah dan dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah menurut hukum
sebagai dasar pembuatan Akta PKR dihadapan Notaris oleh ketua RUPS selaku
Universitas Sumatera Utara
pemegang kuasa dari RUPS yang dilaksanakan melalui media elektronik seperti video konferensi.
d.Penandatanganan Notulen Rapat Yang dimaksud dengan tanda tangan secara fisik adalah tanda tangan yang
dilakukan dengan menggunkan tinta di atas media kertas atau disebut secara manual seperti yang biasa dilakukan dalam praktek sehari-hari, sedangkan yang
dimaksud dengan tanda tangan secara elektronik menurut penjelasan Pasal 10 ayat 6 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 adalah :
Yang dimaksud dengan tanda tangan secara elektronik adalah tanda tangan yang dilekatkan atau disertakan pada data elektronik oleh pejabat yang berwenang
yang membuktikan keotentikan data yang berupa gambar elektronik dari tanda tangan pejabat yang berwenang tersebut yang dibuat melalui media komputer.
Menurut Pasal 1 angka 12 UUITE Nomor 11 Tahun 2008, yang dimaksud dengan tanda tangan elektronik adalah :
Tanda tangan yang terdiri atas informasi elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan informasi elektronik lainnya yang digunakan
sebagai alat verifikasi dan autentikasi. Pada dasarnya tanda tangan elektronik merupakan identitas elektronik
yang bertujuan untuk menunjukan identitas dan status subjek hukum sebagai bentuk persetujuan terhadap kewajiban-kewajiban yang melekat pada sebuah surat
elektronik. Jadi setiap risalah rapat yang dibuat dalam RUPS dengan menggunakan
media elektronik telekonferensi lalu penandatanganan secara elektronik berlaku pula UU ITE ini, karena perbuatan hukum yang dilakukan berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
suatu perseroan terbatas yang berkedudukan di wilayah Indonesia dan dari perbuatan hukum tersebut mempunyai akibat hukum di wilayah Indonesia
44
a. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat,
diteruskan, dikirimkan,diterima, atau disimpan dalam bentuk analog digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya,yang dapat dilihat,
ditampilkan,danatau didengar melalui Komputer atau Sistem
Elektronik,termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol
atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
. Dalam hal RUPS dengan menggunakan media elektronik sangat erat
kaitannya dengan informasi elektronik dan atau dokumen elektronik maupun hasil cetaknya. Mari kita pelajari bagaimana UU ITE mengatur mengenai dokumen
elektronik dan penandatanganan secara elektronik yang dianggap sah sehingga memiliki kekuatan hukum sebagai alat bukti.
Dalam UU ITE dalam Ketentuan Umum dijelaskan beberapa definisi sebagai berikut:
b. Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi
Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi.
Menurut Pasal 5 UU ITE, informasi elektronik danatau Dokumen Elektronik merupakan alat bukti hukum yang sah namun bukanlah alat bukti
44
Nindyo Pramono. “Bunga Rampai Hukum Bisnis”. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006 hal 107-108
Universitas Sumatera Utara
baru, melainkan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia
45
Dalam Pasal 77 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur bahwa penyelenggaraan RUPS dapat dilakukan melalui media
telekonferensi, video konferensi,atau sarana media elekronik lainnya yang . Ketentuan yang perlu diperhatikan agar suatu
informasi elektronik danatau Dokumen Elektronik adalah sah harus menggunakan Sistem Elektronik yang diatur dalam UU ITE ini -antara lain
terdapat dalam Pasal 6 dan Pasal 7, mengenai persyaratan tandatangan elektronik, karena dalam hakekatnya semua informasi dapat disajikan bukan hanya dalam
media kertas, namun juga media elektronik. Namun informasi dalam Sistem Elektronik, informasi yang asli dengan
salinannya tidak relevan lagi untuk dibedakan sebab Sistem Elektronik pada dasarnya beroperasi dengan carapenggandaan yang mengakibatkan informasi
yang asli tidak dapat dibedakan lagi dari salinannya, oleh karena itu perlu carasistem yang dapat memastikan bahwa informasi yang diberikan adalah
benarvalid, diberikan oleh pihak yang berhakberwenang dan dapat dipertanggung jawabkan.
Apabila semua informasi dan dokumen elektronik yang dihasilkan dalam RUPS dengan media elektronik tersebut telah memenuhi semua persyaratan
sebagaimana ditentukan dalam UU ITE, maka semua informasi dan dokumen elektronik tersebut dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah menurut hukum
Negara ini.
45
Pitlo. “Pembuktian dan Kadaluarsa”. Jakarta: Intermasa, 1986 hal 52
Universitas Sumatera Utara
memungkinkan semua peserta RUPS melihat dan mendengar serta secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat
46
1. RUPS diadakan di tempat kedudukan Perseroan atau di tempat Perseroan
melakukan kegiatan usahanya yang utama sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar.
. Beberapa Dasar Hukum Sebagai Acuan Pasal 76 Undang-Undang PT
Nomor 40 Tahun 2007
2. RUPS Perseroan Terbuka dapat diadakan di tempat kedudukan bursa
dimana saham Perseroan dicatatkan. 3.
Tempat RUPS sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 dan Ayat 2 harus terletak di wilayah negara Republik Indonesia.
4. Jika dalam RUPS hadir danatau diwakili semua pemegang saham dan
semua pemegang saham menyetujui diadakannya RUPS dengan agenda tertentu, RUPS dapat diadakan di manapun dengan memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat 3. 5.
RUPS sebagaimana dimaksud pada Ayat 4 dapat mengambil keputusan jika keputusan tersebut disetujui dengan suara bulat.
Penjelasan Pasal 76 Ayat 1 Cukup jelas.
Ayat 2 Cukup jelas. Ayat 3 Cukup jelas.
46
M. Yahya Harahap. “Hukum Perseroan Terbatas” Jakarta: Sinar Grafika, 2009 hal 306
Universitas Sumatera Utara
Ayat 4 Yang dimaksud dengan “ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 3” adalah RUPS harus diadakan di wilayah negara Republik Indonesia. Ayat 5
Cukup jelas.
Pasal 77 – Undang-Undang PT Nomor 40 Tahun 2007
1. Selain penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76,
RUPS dapat juga dilakukan melalui media telekonferensi, video konferensi, atau sarana media elektronik lainnya yang memungkinkan
semua peserta RUPS saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat.
2. Persyaratan kuorum dan persyaratan pengambilan keputusan adalah
persyaratan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini danatau sebagaimana diatur dalam anggaran dasar Perseroan.
3. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada Ayat 2 dihitung berdasarkan
keikutsertaan peserta RUPS sebagaimana dimaksud pada Ayat 1. 4.
Setiap penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 harus dibuatkan risalah rapat yang disetujui dan ditandatangani oleh semua
peserta RUPS. Penjelasan Pasal 77
Ayat 1 Cukup jelas. Ayat 2 Cukup jelas.
Ayat 3 Cukup jelas. Ayat 4 Yang dimaksud dengan “disetujui dan ditandatangani” adalah disetujui
dan ditandatangani secara fisik atau secara elektronik.
Universitas Sumatera Utara
D.Legalitas dan Akibat Hukum Pengambilan Keputusan RUPS Melalui Teleconference Dikaitkan dengan UU Perseroan Terbatas dan UU ITE
Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik UU ITE memiliki asas diantaranya netral teknologi atau kebebasan memilih teknologi. Hal ini
termasuk memilih jenis tanda tangan elektronik yang dipergunakan untuk menandatangani suatu informasi elektronik danatau dokumen elektronik.
Asas netral teknologi dalam UU ITE perlu dipahami secara berhati-hati, dan para pihak yang melakukan transaksi elektronik sepatutnya menggunakan
tanda tangan elektronik yang memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah seperti diatur dalam pasal 11 Ayat 1 UU ITE.
Tanda Tangan Elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah selama memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Data pembuatan Tanda Tangan Elektronik terkait hanya kepada Penanda Tangan;
b. Data pembuatan Tanda Tangan Elektronik pada saat proses penandatanganan elektronik
hanya berada dalam kuasa Penanda Tangan; c. Segala perubahan terhadap Tanda Tangan Elektronik yang terjadi setelah waktu
penandatanganan dapat diketahui; d. Segala perubahan terhadap Informasi Elektronik yang terkait dengan Tanda
Tangan Elektronik tersebut setelah waktu penandatanganan dapat diketahui; e. Terdapat cara tertentu yang dipakai untuk mengidentifikasi siapa
Penandatangannya;
Universitas Sumatera Utara
f. Terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa Penanda Tangan telah memberikan persetujuan terhadap Informasi Elektronik yang terkait.
Dengan adanya UU ITE paling tidak sudah ada pagar yang menjaga kita dalam bertransaksi dengan menggunakan media elektronik. Jadi tidak ada
salahnya jika kita mencoba melaksanakan RUPS dengan media elektronik. Pasal 5
1 Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik danatau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.
2 Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik danatau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 merupakan perluasan dari alat bukti yang
sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia. 3 Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila
menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang‐Undang ini.
4 Ketentuan mengenai Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 tidak berlaku untuk:
a. surat yang menurut Undang‐Undang harus dibuat dalam bentuk tertulis Penjelasan Huruf a-Surat yang menurut Undang‐Undang harus dibuat tertulis
meliputi tetapi tidak terbatas pada surat berharga, surat yang berharga, dan surat yang digunakan dalam proses penegakan hukum acara perdata, pidana, dan
administrasi Negara; dan b. surat beserta dokumennya yang menurut Undang‐Undang harus dibuat dalam
bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta. Pasal 6
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal terdapat ketentuan lain selain yang diatur dalam Pasal 5 Ayat 4 yang mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli,
Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin
keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan.
Penjelasan Pasal 6 Selama ini bentuk tertulis identik dengan informasi danatau dokumen
yang tertuang di atas kertas semata, padahal pada hakikatnya informasi danatau dokumen dapat dituangkan ke dalam media apa saja, termasuk media elektronik.
Dalam lingkup Sistem Elektronik, informasi yang asli dengan salinannyatidak relevan lagi untuk dibedakan sebab Sistem Elektronik pada dasarnya beroperasi
dengan carapenggandaan yang mengakibatkan informasi yang asli tidak dapat dibedakan lagi dari salinannya.
Pasal 7 Setiap Orang yang menyatakan hak, memperkuat hak yang telah ada, atau
menolak hak Orang lain berdasarkan adanya Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik harus memastikan bahwa Informasi Elektronik danatau
Dokumen Elektronik yang ada padanya berasal dari Sistem Elektronik yang memenuhi syarat berdasarkan Peraturan Perundang‐Undangan.
1 Tanda Tangan Elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah selama memenuhipersyaratan sebagai berikut:
a. data pembuatan Tanda Tangan Elektronik terkait hanya kepada Penanda Tangan;
Universitas Sumatera Utara
b. data pembuatan Tanda Tangan Elektronik pada saat proses penandatanganan elektronik hanya berada dalam kuasa Penanda Tangan;
c. segala perubahan terhadap Tanda Tangan Elektronik yang terjadi setelah waktu penandatanganan dapat diketahui;
d. segala perubahan terhadap Informasi Elektronik yang terkait dengan Tanda Tangan Elektronik tersebut setelah waktu penandatanganan dapat diketahui;
e. terdapat cara tertentu yang dipakai untuk mengidentifikasi siapa Penandatangannya; dan
f. terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa Penanda Tangan telah memberikan persetujuan terhadap Informasi Elektronik yang terkait.
2 Ketentuan lebih lanjut tentang Tanda Tangan Elektronik sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
1 Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik ataupun privat.
2 Para pihak yang melakukan Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib beriktikad baik dalam melakukan interaksi danatau pertukaran
Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik selama transaksi berlangsung.
3 Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 diatur dengan Peraturan Pemerintah....
Dalam pasal 5 Ayat 1 dan 2 UU ITE hanya disebutkan bahwa dokumen elektronik danatau hasil cetaknya adalah alat bukti hukum yang sah dan
merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia, sehingga permasalahannya apakah dokumen elektronik
Universitas Sumatera Utara
tersebut dapat dipersamakan akta dibawah tangan risalah rapat yang dibuat di bawah tangan atau bahkan setara dengan akta otentik yang dibuat oleh notaris
dalam kedudukan, nilai, derajat dan kekuatan pembuktiannya dalam Hukum Acara Perdata di Indonesia.
Oleh UU PT bahwa setiap perubahan anggaran dasar baik yang memerlukan persetujuan maupun yang hanya cukup diberitahukan kepada
Menteri wajib dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris dalam bahasa Indonesia
47
. Jika tidak dimuat dalam akta berita acara rapat yang dibuat oleh notaris harus dinyatakan dalam akta notaris paling lambat 30 tigapuluh hari
terhitung sejak tanggal keputusan RUPS
48
Dapatlah diambil kesimpulan bahwa risalah rapat dari RUPS modern yang merupakan Dokumen Elektronik tidak dapat disetarakan dengan akta otentik yang
. Selanjutnya ditentukan bahwa jika lewat dari batas waktu yang telah ditentukan di atas, maka risalah rapat perubahan
anggaran dasar tersebut tidak dapat dinyatakan dalam akta notaris. Oleh karena itu berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas dan ketentuan
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5 Ayat 4 huruf b UU ITE : “ Ketentuan mengenai Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku untuk : a. surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk tertulis; dan
b. surat beserta dokumennya yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.”
47
G.H.S. Lumban Tobing. “Peraturan Jabatan Notaris”. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999 hal 53.
48
Herlien Budiono. “Kompilasi Hukum Kenotariatan”. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007 hal 211
Universitas Sumatera Utara
dibuat oleh atau dihadapan notaris; oleh karena otensitas dari akta notaris bersumber dari Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Jabatan Notaris No. 30 Tahun
2004, yaitu notaris dijadikan sebagai pejabat umum, sehingga akta yang dibuat oleh notaris dalam kedudukannya tersebut memperoleh sifat akta otentik.
Akta yang dibuat oleh notaris mempunyai sifat otentik, bukan oleh karena undang-undang menerapkan demikian, tetapi karena akta itu dibuat oleh atau
dihadapan pejabat umum. Hal ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata yang menyatakan: “Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam
bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta
dibuatnya”
49
Singkatnya, segala bentuk tulisan atau akta yang bukan akta otentik disebut akta di bawah tangan atau dengan kata lain segala jenis akta yang tidak
dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum. Tetapi dari segi hukum pembuktian, agar suatu tulisan bernilai sebagai akta dibawah tangan, diperlukan persyaratan
pokok : .
Jika tidak dapat disetarakan dengan akta otentik baik dari segi fungsi maupun dari segi kekuatan pembuktiannya, apakah kekuatan hukum pembuktian
Dokumen Elektronik dalam hal ini risalah RUPS modern dapat disetarakan dengan akta yang dibuat di bawah tangan.
50
49
http:notarissby.blogspot.com
50
http:www.legalitas.orgartikelalatbuktielektronikdokumenelektromikkedudu kannilai derajatkekuatanpembuktianhukum.
1. surat atau tulisan itu ditanda tangani;
Universitas Sumatera Utara
2. isi yang diterangkan di dalamnya menyangkut perbuatan hukum rechtshandeling atau hubungan hukum recht bettrekking;
3. sengaja dibuat untuk dijadikan bukti dari perbuatan hukum yang disebut didalamnya.
Daya kekuatan pembuktian akta dibawah tangan, tidak seluas dan setinggi derajat akta otentik. Akta otentik memiliki daya pembuktian lahiriah, formil dan
materiil. Tidak demikian dengan akta dibawah tangan, yang padanya tidak mempunyai daya kekuatan pembuktian lahiriah, namun hanya terbatas pada daya
pembuktian formil dan materiil dengan bobot yang jauh lebih rendah dibandingkan akta otentik
51
Dalam UU ITE diatur bahwa informasi elektronikdokumen elektronik danatau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah, dan merupakan
perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia. Tapi, tidak sembarang informasi elektronikdokumen elektronik dapat
dijadikan alat bukti yang sah .
52
1. dapat menampilkan kembali informasi elektronik danatau dokumen elektronik secara utuh sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan; . Menurut UU ITE, suatu informasi elektronik
dokumen elektronik dinyatakan sah untuk dijadikan alat bukti apabila menggunakan sistem elektronik yang sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
UU ITE, yaitu sistem elektronik yang andal dan aman, serta memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut:
51
R. Ali Rido. “Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf”. Bandung: Alumni, 2001 hal 17
52
http:id.wikipedia.orgwikiKonferensi_video
Universitas Sumatera Utara
2. dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan, kerahasiaan, dan keteraksesan informasi elektronik dalam penyelenggaraan sistem elektronik
tersebut; 3. dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam penyelenggaraan
sistem elektronik tersebut; 4. dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan dengan bahasa,
informasi, atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan dengan penyelenggaraan sistem elektronik tersebut; dan
5. memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan, kejelasan, dan kebertanggungjawaban prosedur atau petunjuk.
Pihak yang mengajukan informasi elektronik tersebut harus dapat membukt ikan bahwa telah dilakukan upaya yang patut untuk memastikan bahwa
suatu sistem elektronik telah dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan, kerahasiaan, dan keteraksesan informasi elektronik tersebut
53
53
Sentosa Sembiring. “Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas”. Jakarta: Nuansa Mulia, 2006 hal 34
. Bagaimanapun juga UU ITE harus bisa menjelaskan bagaimana
membuktikan suatu sistem elektronik memenuhi syarat yg diatur dalam UU ITE, agar alat bukti berupa informasidokumen elektronik tidak dipertanyakan lagi
keabsahannya. Karena dalam UU ITE sendiri pengaturan mengenai sistem elektronik masih akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah, maka
sangat diharapkan pengaturannya nanti dapat menghindari perdebatan yang tidak perlu mengenai keabsahan alat bukti tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum dokumen elektronik dapat dijadikan suatu bukti yang sah, maka harus diuji lebih dahulu syarat
minimal yang ditentukan oleh undang-undang yaitu pembuatan dokumen elektronik tersebut dilakukan dengan menggunakan sistem elektronik yang andal,
aman dan beroperasi sebagaimana mestinya. Oleh karena itu dapat dipertanyakan apakah dokumen elektronik dalam
hal ini risalah RUPS modern sudah memenuhi batas minimal pembuktian, oleh karena dalam teori hukum pembuktian disebutkan bahwa agar suatu alat bukti
yang diajukan di persidangan sah sebagai alat bukti, harus dipenuhi secara utuh syarat formil dan materiil sesuai dengan yang ditentukan oleh undang-undang
54
a. dibuat secara sepihak atau berbentuk partai sekurang-kurangnya dua
pihak; .
Batas minimal pembuktian akta otentik cukup pada dirinya sendiri, oleh karena nilai kekuatan pembuktian yang melekat pada akta otentik adalah
sempurna dan mengikat, pada dasarnya ia dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan bantuan atau dukungan alat bukti yang lain. Sedangkan pada akta dibawah tangan
agar mempunyai nilai pembuktian haruslah dipenuhi syarat formil dan materil yaitu :
b. ditanda tangani pembuat atau para pihak yang membuatnya;
c. isi dan tanda tangan diakui.
Kalau syarat diatas dipenuhi, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 1975 KUH Perdata juncto Pasal 288 RBG maka nilai kekuatan pembuktiannya sama
54
Otentikasi Dokumen Elektronik Menggunakan Tanda Tangan Digital,
http:wwwinformatika.org~rinaldiKriptografiMakalahMakalah12.pdf, 2 Desember 2009.
Universitas Sumatera Utara
dengan akta otentik; dan oleh karena itu juga mempunyai batas minimal pembuktian yaitu mampu berdiri sendiri tanpa bantuan alat bukti lain.
Dari Pasal 1 point 4, Pasal 5 Ayat 3, Pasal 6 dan Pasal 7 UU ITE dapat dikategorikan syarat formil dan materil dari dokumen elektronik agar mempunyai
nilai pembuktian, yaitu : a.
berupa informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima atau disimpan, yang dapat dilihat, ditampilkan danatau didengar melalui
Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tulisan, suara, gambar...dan seterusnya yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang
yang mampu memahaminya; b.
dinyatakan sah apabila menggunakanberasal dari Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang;
c. dianggap sah apabila informasi yang tecantum didalamnya dapat diakses,
ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan.
Dari syarat-syarat formil dan materil tersebut dapat dikatakan bahwa dokumen elektronik agar memenuhi batas minimal pembuktian haruslah didukung
dengan saksi ahli yang mengerti dan dapat menjamin bahwa sistem elektronik yang digunakan untuk membuat, meneruskan, mengirimkan, menerima atau
menyimpan dokumen elektronik adalah sesuai dengan ketentuan dalam undang- undang; kemudian juga harus dapat menjamin bahwa dokumen elektronik tersebut
tetap dalam keadaan seperti pada waktu dibuat tanpa ada perubahan apapun ketika diterima oleh pihak yang lain integrity, bahwa memang benar dokumen tersebut
Universitas Sumatera Utara
berasal dari orang yang membuatnya authenticity dan dijamin tidak dapat diingkari oleh pembuatnya non repudiation.
Hal ini bila dibandingkan dengan bukti tulisan, maka dapat dikatakan dokumen elektronik mempunyai derajat kualitas pembuktian seperti bukti
permulaan tulisan begin van schriftelijke bewijs, dikatakan seperti demikian oleh karena dokumen elektronik tidak dapat berdiri sendiri dalam mencukupi batas
minimal pembuktian, oleh karena itu harus dibantu dengan salah satu alat bukti yang lain. Dan nilai kekuatan pembuktiannya diserahkan kepada pertimbangan
hakim, yang dengan demikian sifat kekuatan pembuktiannya adalah bebas vrij bewijskracht.
Berdasarkan penalaran hukum di atas, maka dapatlah disimpulkan dokumen elektronik dalam hukum acara perdata dapat dikategorikan sebagai alat
bukti persangkaan Undang-Undang yang dapat dibantah rebuttable presumption of law atau setidak-tidaknya persangkaan hakim rechtelijke vermoden.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan