Pengaruh pemberian cendawan mikoriza arbuskula (cma) dan dosis pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (zea mays l.)

PENGARUH PEMBERIAN CENDAWAN MIKORIZA
ARBUSKULA (CMA) DAN DOSIS PUPUK KANDANG AYAM
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
JAGUNG (Zea mays L.)

RANI FARIDA
A24062237

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN

RANI FARIDA. Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula
(CMA) dan Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Jagung (Zea mays L.). (Dibimbing oleh M.A. Chozin).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian cendawan
mikoriza arbuskula (CMA) dan pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan

produksi jagung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Mei 2011 di Kebun
Percobaan Leuwikopo IPB Darmaga Bogor. Analisis derajat infeksi akar oleh
CMA dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan
Bioteknologi LPPM IPB.
Rancangan yang digunakan berupa Rancangan Split plot dengan rancangan
lingkungan berupa rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan dua
faktor perlakuan dan tiga ulangan. Faktor pertama sebagai petak utama yaitu
CMA yang terdiri dari 2 perlakuan yaitu tanpa CMA (M0) dan dengan
10 g/tanaman CMA (M1). Faktor kedua sebagai anak petak yaitu pupuk kandang
ayam yang terdiri dari 5 taraf yaitu: 0 ton/ha (A0); 5 ton/ha (A1); 10 ton/ha (A2);
15 ton/ha (A3); dan 20 ton/ha (A4). Pada dosis pupuk kandang 0 ton/ha digunakan
pupuk anorganik sebanyak 100 % dosis rekomendasi sedangkan untuk dosis
pupuk kandang lainnya digunakan pupuk anorganik sebanyak 50 % dosis
rekomendasi. Dengan demikian, terdapat 10 kombinasi perlakuan dengan
3 ulangan sehingga terdapat 30 satuan percobaan yang digunakan dalam
penelitian ini. Peubah yang diamati adalah persentase tumbuh, tinggi tanaman,
diameter batang, jumlah daun per tanaman, umur tasseling, umur silking, umur
panen, bobot brangkasan, lingkar tongkol, panjang tongkol, bobot tongkol, bobot
pipilan, bobot tongkol dan bobot pipilan per ubinan (ukuran 2.5 m x 2.5 m), dan
persentase infeksi CMA.

Secara umum perlakuan CMA serta interaksinya dengan pupuk kandang
ayam tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi jagung, namun
dilihat dari hasil rata-rata pipilan jagung per hektar menunjukkan perlakuan

dengan CMA cenderung menghasilkan bobot pipilan jagung yang lebih tinggi
(6.87 ton/ha) dibandingkan tanpa CMA (6.69 ton/ha). Penggunaan dosis pupuk
kandang ayam memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi
jagung. Dosis pupuk kandang ayam ini memberikan pengaruh linier terhadap
tinggi tanaman dan produksi pipilan jagung. Hal ini menunjukkan semakin tinggi
penggunaan dosis pupuk kandang ayam hingga dosis 20 ton/ha, maka
pertumbuhan dan produksi jagung semakin meningkat. Terjadinya peningkatan
pertumbuhan dan hasil ini diduga karena pupuk kandang ayam mengandung
berbagai unsur hara baik unsur hara mikro maupun makro yang dibutuhkan oleh
tanaman.

PENGARUH PEMBERIAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) DAN
DOSIS PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
JAGUNG (Zea mays L.)
Effect of Vesicle Arbuscular Mycorrhiza (VAM) and Chicken Manure Dose Toward Growth and
Production of Maize (Zea mays L.)

Rani Farida1 dan M.A Chozin2
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
2
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
1

Abstract

The application of VAM and chicken manure dose was investigated toward growth and production of maize
using splitplot design by complete randomized design methode. The first factor as the main plot is VAM (without
VAM and with VAM) and the second factor as subplot is the dose of chicken manure (0, 5, 10, 15, and 20
tons/ha). Doses of chiken manure 0 ton/ha was used to determine 100 % inorganic fertilizer and the other dose
of chicken manure was used to determine 50 % of inorganic fertilizer. Statistically, the application of the VAM
did not provide significant effect on the growth and yield of maize. However, at 9 weeks after planting, the use
of VAM provide more high-than plant height without the use of VAM. In several treatment with VAM showed
growth and higher production than without VAM. Application doses of chicken manure showed a significant
effect on the growth and yield of corn. Doses of chicken manure give a linear response of plant height at 9 week
after planting and corn grains.

Keywords : maize, mycorrhiza, chicken manure


PENGARUH PEMBERIAN CENDAWAN MIKORIZA
ARBUSKULA (CMA) DAN DOSIS PUPUK KANDANG AYAM
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
JAGUNG (Zea mays L.)

RANI FARIDA
A24062237

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

PENGARUH PEMBERIAN CENDAWAN MIKORIZA
ARBUSKULA (CMA) DAN DOSIS PUPUK KANDANG AYAM
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
JAGUNG (Zea mays L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

RANI FARIDA
A24062237

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul

: PENGARUH PEMBERIAN CENDAWAN
MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) DAN DOSIS
PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG
(Zea mays L.)

Nama


: RANI FARIDA

NIM

: A24062237

Menyetujui,
Pembimbing

Prof. Dr. Ir. M.A. Chozin, M.Agr
NIP 19500303 197603 1 002

Mengetahui.
Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr.
NIP 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus : ...............................................................................


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat pada tanggal
16 November 1988. Penulis merupakan anak bungsu dari Bapak Enjang Syafe’i
Muchtar (Alm) dan Ibu Opoh Syarifah.
Tahun 2000 penulis lulus dari SD Negeri Lembang XI, kemudian pada
tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 1 Lembang, Bandung.
Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 1 Lembang pada tahun 2006. Tahun
2006 penulis diterima di IPB melalui USMI. Selanjutnya tahun 2008 penulis
diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian IPB.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan, rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Dosis
Pupuk Kandang Ayam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.).
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam meraih gelar Sarjana

Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura di Institut Pertanian
Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. M.A. Chozin,
M.Agr yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan
penelitian dan penulisan skripsi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada Ir. Heni Purnamawati, MSc.Agr selaku pembimbing akademik,
Dr. Ir. Suwarto, MS selaku wakil urusan, teknisi kebun di Kebun Percobaan
Leuwikopo IPB Darmaga, staf dan laboran di Laboratorium Pusat Penelitian
Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi LPPM IPB yang telah memberikan fasilitas
dan bantuan selama pelaksanaan penelitian. Kepada rekan-rekan mahasiswa S1
Departemen Agronomi dan Hortikultura angkatan 43 dan 44, serta semua pihak
yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada kedua orang tua dan kakakkakak yang telah memberikan dorongan baik secara moril maupun materiil.
Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, November 2011

Penulis

v


DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

viii

PENDAHULUAN .......................................................................................
Latar Belakang ........................................................................................
Tujuan ......................................................................................................
Hipotesis ..................................................................................................


1
1
3
4

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
Deskripsi dan Syarat Tumbuh Jagung .....................................................
Pupuk Kandang Ayam .............................................................................
Cendawan Mikoriza Arbuskula ...............................................................

5
5
7
9

BAHAN DAN METODE ............................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................
Bahan dan Alat ........................................................................................
Metode Penelitian ....................................................................................
Pelaksanaan Penelitian ............................................................................


12
12
12
12
13

HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................
Kondisi Umum ........................................................................................
Derajat Infeksi Akar ................................................................................
Pertumbuhan Vegetatif ............................................................................
Komponen Hasil ......................................................................................
Bobot Brangkasan dan Produksi .............................................................

15
17
18
20
22
23

KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................
Kesimpulan ..............................................................................................
Saran ........................................................................................................

29
29
29

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

30

LAMPIRAN .................................................................................................

34

v

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Parameter Vegetatif Tanaman Jagung umur 9 MST pada
Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Ayam.........................................

20

2. Rata-rata Ukuran Tongkol Jagung pada Perlakuan Dosis Pupuk
Kandang Ayam................................................................................

22

3. Rata-rata Bobot Brangkasan tanaman Jagung pada Perlakuan
Dosis Pupuk Kandang Ayam...........................................................

23

4. Rata-rata Bobot Tongkol Jagung pada Perlakuan Dosis Pupuk
Kandang Ayam................................................................................

24

5. Rata-rata Bobot Pipilan Jagung pada Perlakuan Dosis Pupuk
Kandang Ayam................................................................................

25

6. Rata-rata Bobot Pipilan per Hektar pada Perlakuan CMA dan
Dosis Pupuk Kandang Ayam...........................................................

26

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Penampang Longitudinal Akar yang Terinfeksi CMA.....................

10

2. Histogram Persentase Infeksi Akar CMA pada Berbagai Dosis
Pupuk Kandang Ayam.......................................................................

19

3. Hubungan Dosis Pupuk Kandang Ayam dengan Tinggi Tanaman
Jagung................................................................................................

21

4. Hubungan Dosis Pupuk Kandang Ayam dengan Hasil Pipilan
Kering Jagung per Hektar..................................................................

25

5. Histogram Rata-rata Bobot Pipilan Jagung per Hektar pada
Perlakuan CMA dan Dosis Pupuk Kandang Ayam..........................

26

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Deskripsi Jagung Varietas Bisma.....................................................

35

2. Kandungan Hara Pupuk Kandang Ayam.........................................

35

3. Prosedur Analisis Derajat Infeksi Akar CMA pada Akar
Tanaman Jagung...............................................................................

36

4. Data Curah Hujan.............................................................................

36

5. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Perlakuan CMA dan Dosis
Pupuk Kandang Ayam......................................................................

37

6. Bobot Pipilan Jagung per Ubin pada Perlakuan CMA dan Dosis
Pupuk Kandang Ayam......................................................................

38

viii

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki kandungan gizi
dan serat kasar yang cukup memadai untuk digunakan sebagai bahan pangan
pengganti beras. Jagung selain digunakan sebagai bahan pangan juga banyak
digunakan sebagai bahan pakan ternak dan bahan baku produk industri. Kasryno
et al. (2007) menyatakan bahwa peran jagung sebenarnya telah berubah lebih
sebagai bahan baku industri dibanding sebagai bahan pangan, dimana
diperkirakan lebih dari 55 % kebutuhan jagung dalam negeri digunakan untuk
pakan sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar 30 % dan selebihnya
digunakan untuk benih. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan jagung terus
mengalami peningkatan mengingat perkembangan sektor peternakan yang diiringi
dengan peningkatan industri pangan dan pakan.
Perkembangan produksi jagung di Indonesia berdasarkan data BPS (2011)
menunjukkan bahwa produktivitas jagung pada tahun 2009 sebesar 4.24 ton/ha
dan mengalami peningkatan sebesar 4.48 % pada tahun 2010 menjadi 4.43 ton/ha,
namun pada tahun 2011 produktivitas jagung diramalkan mengalami penurunan
menjadi 4.41 ton/ha. Pada tahun 2010 produksi jagung nasional sebesar 18.4 juta
ton dan belum mencukupi kebutuhan jagung nasional sebesar 20 juta ton. Kandi
(2011) menyatakan bahwa Asosiasi Pabrik Pakan Ternak Indonesia memprediksi
impor jagung sebagai bahan baku pakan ternak pada 2011 akan mencapai 2 juta
ton, atau naik 33.3% dibanding impor 2010 sebanyak 1.5 juta ton. Oleh karena itu,
produksi jagung nasional harus segera dipacu.
Terjadinya ketidakseimbangan antara laju produksi dan kebutuhan jagung
antara lain disebabkan oleh hasil panen rata-rata jagung ditingkat petani relatif
rendah. Salah satu penyebab rendahnya hasil panen yang dicapai yaitu pemberian
pupuk oleh kebanyakan petani tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman serta
jumlah hara yang tersedia di dalam tanah (Musfal, 2008).
Pupuk memegang peran penting dalam meningkatkan produksi pertanian
termasuk jagung. Akan tetapi, secara umum lahan pertanian akan kehilangan

2
bahan organik karena terangkut dalam bentuk hasil panen, pembakaran sisa
panen, dan erosi tanah.
Penggunan berbagai jenis pupuk telah dilakukan dalam upaya peningkatan
unsur-unsur

hara

yang hilang. Penggunaan pupuk anorganik memberikan

dampak yang nyata yaitu dapat menyediakan unsur hara yang banyak dan
langsung diserap oleh tumbuhan dalam waktu yang relatif singkat. Akan tetapi,
penggunaan pupuk anorganik juga ternyata memiliki kelemahan antara lain dapat
menyebabkan kerusakan struktur tanah seperti tanah menjadi lebih keras dan pH
tanah menjadi lebih masam (Juliardi, 2009). Pemberian pupuk anorganik secara
terus-menerus dalam jangka panjang akan menaikkan keasaman tanah (Yusnaini
2009) yang berdampak buruk terhadap mikroorganisme yang ada di dalam tanah
dan apabila dibiarkan berlarut-larut maka kesuburan alami tanah akan merosot
(Suratmi, 2009).
Penggunaan

pupuk

anorganik

sebaiknya

dikombinasikan

dengan

penggunaan pupuk organik atau pupuk hayati. Melalui sistem ini kesuburan tanah
dapat dikembalikan sehingga daur ekologis di dalam tanah dapat kembali
berlangsung dengan baik. Melalui cara ini maka penggunaan pupuk anorganik
dapat

dikurangi.

Menurut

Mugnisjah

(2008),

konsep

pertanian

yang

mengupayakan keberkelanjutan dengan meminimalkan masukan dari luar serta
memperhatikan dampak negatif dari kegiatan pertanian dikenal dengan istilah
LEISA (Low-External-Input and Sustainable Agriculture).
Pupuk organik yang banyak digunakan oleh petani salah satunya yaitu pupuk
kandang ayam. Menurut Yusnaini (2009) sebagai akibat dari perbaikan kualitas
tanah melalui penambahan bahan organik, terutama pupuk kandang ayam,
produksi tanaman jagung mengalami peningkatan yang tidak berbeda jika
dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik 100%. Sutedjo (1987) menyatakan bahwa pupuk kandang ayam mengandung nitrogen (N) tiga kali lebih
besar dari pada pupuk kandang yang lainnya. Selanjutnya dikemukakan bahwa
kandungan unsur hara dari pupuk kandang ayam lebih tinggi karena bagian cair
(urine) bercampur dengan bagian padat.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi tanah sebagai
media tumbuh tanaman yaitu dengan penggunaan teknologi berbasis mikroba,

3
seperti penggunaan mikoriza. Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) merupakan
suatu cendawan yang hidup secara simbiosis mutualisme dengan akar tanaman.
Cendawan mikoriza arbuskula bermanfaat bagi tanaman terutama dalam
meningkatkan penyerapan unsur hara, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
kekeringan, dan ketahanan terhadap serangan patogen akar (Imas et al., 1992).
Tanaman yang bersimbiosis dengan CMA pertumbuhannya relatif lebih baik
bila dibandingkan dengan tanaman yang tidak bersimbiosis dengan CMA. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara inokulasi
mikoriza, bahan organik, dan aplikasi fosfat alam pada luas daun mentimun
(Rosliani et al., 2006). Hal ini didukung oleh temuan yang menyatakan bahwa
tanaman yang diberi mikoriza mempunyai jumlah daun yang lebih banyak
dibandingkan dengan tanaman yang tidak diinokulasi dengan mikoriza
(Wachjar et al., 2002; Mayerni dan Hervani, 2008). Kabirun (2002) menyatakan
bahwa aplikasi mikoriza dapat meningkatkan bobot kering tajuk dan akar,
sedangkan menurut Mawardi dan Djazuli (2006) aplikasi mikoriza berpengaruh
terhadap peningkatan bobot kering tajuk tanaman, namun tidak berpengaruh
terhadap peubah bobot kering akar. Meningkatnya serapan air dan hara
menyebabkan produksi biomas khususnya pada bagian atas tanaman (batang dan
daun) juga ikut meningkat dengan pemberian cendawan mikoriza, namun tidak
berbeda nyata pada biomas akar. Yusnaini (2009) menyatakan bahwa peningkatan
kolonisasi CMA pada akar tanaman akibat pemberian pupuk kandang ayam,
selain disebabkan oleh peningkatan bahan organik tanah dan pH, juga
kemungkinan disebabkan oleh tingginya kandungan fosfor (P) dan kalsium pada
pupuk kandang ayam.
Penggunaaan pupuk organik yang berupa pupuk kandang ayam dan pupuk
hayati yang berupa CMA, diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan dan
produksi jagung.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk kandang ayam
yang

dikombinasikan

dengan

pertumbuhan dan produksi jagung

cendawan

mikoriza

arbuskula

terhadap

4
Hipotesis
1. Pemberian dosis pupuk kandang ayam dapat meningkatan pertumbuhan dan
produksi jagung.
2. Pemberian cendawan mikoriza arbuskula dapat meningkatkan pertumbuhan
dan produksi jagung.
3. Terdapat interaksi antara penggunaan pupuk kandang ayam dan mikoriza
terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi jagung.

5

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi dan Syarat Tumbuh Jagung
Jagung (Zea mays L.) termasuk tanaman semusim dari jenis graminae yang
memiliki batang tunggal dan termasuk tanaman monoceous. Siklus hidup tanaman
ini terdiri dari fase vegetatif dan generatif.
Jagung memiliki akar serabut dan memiliki batang tegak dengan daun
tunggal di setiap buku (Farnham et al., 2003). Jagung mempunyai akar serabut
dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar
kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula
dan embrio. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di
ujung mesokotil. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar
seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan
dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52 % akar
adventif dan seminal serta 48 % akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar
adventif yang muncul pada satu atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi
dari akar penyangga adalah menyangga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi
rebah batang serta membantu penyerapan hara dan air (Subekti et al., 2007). Akar
seminal berfungsi dalam pengambilan air pada 2-3 minggu setelah tanam. Akar
adventif berkembang pada minggu berikutnya dan mengambil alih tugas dalam
penyerapan air dan hara. Akar tanaman jagung mampu tumbuh hingga 1-2 meter
(Farnham

et

al.,

2003).

Perkembangan

akar

jagung

(kedalaman

dan

penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, sifat fisik dan kimia
tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan.
Iriany et al. (2007) mengemukakan bahwa tanaman jagung dapat tumbuh
optimal pada tanah yang gembur, drainase baik, dengan kelembaban tanah cukup,
dan akan layu bila kelembaban tanah kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila
batangnya terendam air. Pada dataran rendah, umur jagung berkisar antara 3-4
bulan, tetapi di dataran tinggi di atas 1000 m dpl berumur 4-5 bulan. Menurut
Warisno (1998) suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung rata-rata
23ºC-27ºC.

6
Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap
buku berhadapan satu sama lain. Bunga jantan dan betina terletak pada bagian
yang terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang.
Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlah daunnya ditentukan pada saat
inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotipe, lama penyinaran, dan suhu
(Subekti et al., 2007).
Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun
interval waktu antar tahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat
berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu
(1) fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan
pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase
pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka
sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini
diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase reproduktif, yaitu
fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis (Subekti et al., 2007).
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk
silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat
tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi
tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu
kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith).
Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles
yang tinggi, dan lingkaran-lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan
bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler
yang

tinggi

di

bawah

epidermis

menyebabkan

batang

tahan

rebah

(Subekti et al., 2007). Tanaman jagung memerlukan beberapa minggu untuk
berkembang dari benih hingga dewasa, rata-rata tingginya mencapai 2-3.5 m
(Riahi dan Ramaswamy, 2003).
Sesudah koleoptil muncul di atas permukaan tanah, daun jagung mulai
terbuka. Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang erat
melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang. Jumlah daun
umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka
sempurna adalah 3-4 hari setiap daun (Subekti et al., 2007). Daun tanaman jagung

7
mampu berkembang hingga 20-21 helai daun, walaupun jagung memproduksi 20
helai daun namun hanya 14-15 saja yang menyelesaikan stadia vegetatifnya
(Farnham et al., 2003).
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoceuos) karena bunga
jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina muncul dari
axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di
ujung tanaman. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar
ovary yang matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga
30.5 cm atau lebih sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung
bergantung pada panjang tongkol dan kelobot (Subekti et al., 2007).
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, yang bergantung pada
varietasnya. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang
terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar
dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris
biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau
perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah (Subekti
et al., 2007).

Pupuk Kandang Ayam
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan
atau manusia. Pupuk kandang ayam termasuk salah satu jenis pupuk organik.
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal
tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara yang tersedia bagi
tanaman (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006). Pupuk organik bersifat bulky
dengan kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga perlu diberikan dalam
jumlah banyak (Setyorini, 2005).
Pupuk organik berperan selain sebagai sumber hara juga berperan dalam
memperbaiki sifat kimia, fisika, dan biologi tanah. Pupuk organik sangat
bermanfaat bagi peningkatan kualitas maupun kuantitas produk pertanian,
mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan kualitas lahan secara
berkelanjutan. Suriadikarta dan Simanungkalit (2006) mengemukakan bahwa

8
penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Pupuk organik dapat
berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam
pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya pada
porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Sutedjo
(1987) menyatakan bahwa pupuk organik mempunyai fungsi yang penting yaitu
menggemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad
renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, yang keseluruhannya dapat
meningkatkan kesuburan tanah.
Pupuk kandang adalah campuran antara kotoran hewan dengan sisa
makanan dan alas tidur hewan (Marsono dan Sigit, 2001), selanjutnya Hartatik
dan Widowati (2006) mengemukakan bahwa pupuk kandang merupakan semua
produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah
hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Salah satu jenis pupuk kandang
yang banyak digunakan oleh petani yaitu pupuk yang berasal dari kandang ayam.
Peranan pupuk organik terhadap sifat fisik tanah adalah memperbaiki
struktur tanah. Pada perbaikan sifat kimia tanah pupuk organik menyumbang hara
ke tanah dan meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah sedangkan
perbaikan sifat biologi tanah, pupuk organik yang berasal dari berbagai sumber
bahan organik dapat membawa jasad renik yang bermanfaat bagi perbaikan sifat
fisik dan kimia tanah, pada akhirnya akan berpengaruh positif pada pertumbuhan
dan hasil tanaman (Kapugu, 2009).
Pemberian pupuk organik yang berupa kotoran ayam sebanyak 1000 kg
dalam 1 hektar tanah pertanian, berarti telah terkandung 40 kg N, 32 kg P 2O5, dan
19 kg K2O (Sutedjo, 1987). Lebih lanjut dikemukakan kandungan unsur hara dari
pupuk kandang ayam lebih tinggi karena bagian cair (urine) bercampur dengan
bagian padat. Menurut Yusnaini (2009) pupuk kandang ayam mengandung bahan
organik yang memiliki pH dan kandungan kalsium yang tinggi.
Pemberian pupuk organik ke dalam tanah, selain dapat meningkatkan pH
dan kandungan bahan organik tanah, juga dapat meningkatkan aktivitas CMA
dalam menginfeksi akar tanaman jagung. Yusnaini (2009) menyatakan bahwa

9
pemberian pupuk organik berupa kotoran ayam dapat meningkatkan kolonisasi
CMA pada akar tanaman jagung.

Cendawan Mikoriza Arbuskula
Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) merupakan cendawan yang hidup
secara simbiosis mutualisme dengan akar tanaman. Cendawan mikoriza arbuskula
merupakan salah satu tipe cendawan mikoriza dan termasuk ke dalam golongan
endomikoriza (Delvian, 2005). Cendawan mikoriza arbuskula bermanfaat bagi
tanaman terutama dalam meningkatan unsur hara dan meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap kekeringan.
Cendawan mikoriza merupakan golongan cendawan yang memiliki
kemampuan menyerang organ tanaman di bawah tanah dan mampu bertahan
hidup dengan memanfaatkan unsur-unsur organik tanaman. Adapun mikoriza
merupakan suatu struktur yang terbentuk sebagai akibat kerjasama yang saling
menguntungkan antara cendawan dan akar tanaman.
Cendawan mikoriza dapat menyerap unsur hara yang terdapat dalam bentuk
yang tidak dapat diserap oleh akar tanaman, juga membantu melindungi akar
tanaman dari serangan organisme mikro lainnya yang dapat menimbulkan
penyakit pada tanaman (Indriyanto, 2008). Menurut Fakuara (1988) kebanyakan
tanaman khususnya yang memiliki nilai ekonomi bagi manusia membentuk
mikoriza secara berlimpah pada akarnya, selanjutnya berdasarkan penelitian
Nurbaity et al. (2009) menemukan bahwa tidak adanya respon CMA dari sumber
inang inokulan yang berbeda (jarak dan sorgum) membuktikan bahwa CMA dapat
berasosiasi dengan semua jenis tanaman. Asosiasi ini melibatkan dua macam
organ dari CMA yang terdapat dalam akar yang terinfeksi yaitu arbuskel dan
vesikel (Gambar 1).

10

Gambar 1. Penampang Longitudinal Akar yang Terinfeksi CMA
(Sumber: Brundrett et al. dalam Delvian, 2005)

Arbuskel merupakan hasil dari berlimpahnya cabang-cabang hifa dikotom
yang akhirnya tidak dapat dipertahankan lebih lama dalam bentuk cabang dikotom
tersebut tetapi nampak sebagai massa protoplasma yang berbutir-butir dan
bercampur dengan protoplasma sel inang (Imas et al., 1992), selanjutnya
Indriyanto (2008) menyatakan bahwa arbuskulus merupakan sistem percabangan
hifa yang terdapat dalam sel korteks akar tumbuhan inang. Peranan arbuskel
sebagai pemindah unsur hara diantara simbion-simbion (Imas et al., 1992) dan
membantu dalam mentransfer nutrient (terutama fosfat) dari tanah ke sistem
perakaran (Rao, 1994). Delvian (2005) mengemukakan bahwa arbuskula adalah
struktur yang paling berarti dalam kompleks CMA yang berfungsi sebagai tempat
pertukaran metabolit antara cendawan dan tanaman.
Struktur yang dimiliki CMA selanjutnya yaitu vesikula. Vesikula
merupakan struktur yang dibentuk secara interkalar atau apikal, seringkali
dijumpai pada hifa-hifa utama. Vesikel merupakan organ berbentuk oval seperti
kantong karena adanya penggelembungan bagian ujung hifa. Vesikel ini berfungsi
sebagai penyimpan berbagai zat yang telah diambil dari akar tanaman, misalnya

11
karbohidrat, lemak, tanin, maupun zat yang telah diambil dari lingkungan,
misalnya asam amino, nitrat, amonium, dan sejumlah unsur fosfor dan kalium (K)
yang kemudian ditransfer ke dalam sel-sel tubuh inang (Indriyanto, 2008).
Vesikula berfungsi sebagai organ reproduktif atau organ yang berfungsi sebagai
tempat menyimpan makanan kemudian diangkut ke dalam sel dimana pencernaan
oleh sel berlangsung (Delvian, 2005). Miselium yang terdapat diluar akar
berperan dalam pertambahan permukaan untuk penyerapan unsur hara terutama
fosfor (Imas et al., 1992).
Peristiwa simbiosis pada cendawan ini sangat kompleks, tetapi aspek utama
meliputi transfer nutrient mineral, khususnya phospat dari tanah ke tanaman
(Delvian, 2006), selain adanya kecocokan antara cendawan dan inang ternyata
mikoriza dapat terbentuk karena adanya pengaruh positif dari kondisi fisiologis
akar, sehingga pada umumnya mikoriza terbentuk pada bagian ujung akar yang
masih muda (Indriyanto, 2008; Khasa et al., 2008). Di sisi lain, aplikasi mikoriza
dapat mengurangi pengaruh cekaman kekeringan dengan meningkatkan kadar
prolina di dalam daun, sehingga mampu meningkatkan kemampuan tanaman
beradaptasi terhadap adanya cekaman kekeringan (Mawardi dan Djazuli, 2006).
Terjadinya asosiasi cendawan pembentuk mikoriza dengan akar tanaman
dikendalikan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal yang
mempengaruhinya yakni lingkungan. Indriyanto (2008) mengemukan bahwa
kondisi lingkungan yang tidak terlalu basah dengan aerasi dan drainase yang baik
juga merupakan kondisi lingkungan yang mendukung terbentuknya mikoriza.
Selain itu, keberadaan mikroba tanah yang hidup di rhizosfer yang dapat hidup
berdampingan dengan cendawan pembentuk mikoriza juga berpengaruh terhadap
proses pembentukan mikoriza.

12

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB Darmaga
Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Analisis pupuk kandang ayam dilaksanakan di
Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB
Darmaga Bogor sedangkan analisis derajat infeksi akar oleh CMA dilakukan di
Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi LPPM IPB.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2011.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu benih jagung varietas Bisma sebanyak 25 kg/ha
(deskripsi varietas disajikan pada Lampiran 1), pupuk kandang ayam (jenis ayam
pedaging),

pupuk anorganik berupa pupuk urea, SP-18 dan KCl, inokulan

campuran CMA dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro)
Bogor, karbofuran, dan kapur dolomite. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seperangkat alat budidaya pertanian, ajir, timbangan, dan karung.

Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan berupa Rancangan Split Plot dengan
rancangan lingkungan berupa rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT)
dengan dua faktor perlakuan dan tiga ulangan. Faktor pertama sebagai petak
utama yaitu CMA yang terdiri dari 2 perlakuan yaitu tanpa CMA (M0) dan dengan
CMA sebanyak 10 g/tanaman (M1). Faktor kedua sebagai anak petak yaitu pupuk
kandang ayam yang terdiri dari 5 taraf yaitu: 0 ton/ha (A0); 5 ton/ha (A1);
10 ton/ha (A2); 15 ton/ha (A3); dan 20 ton/ha (A4). Dalam penelitian ini terdapat
10 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 30 satuan percobaan.
Model rancangan yang digunakan adalah :

13
Yijk = µ + αi + βj + ij+ τk + (ατ)ij +

ijk

keterangan :
Yijk

= nilai pengamatan pengaruh CMA ke-i, ulangan ke-j, dan pupuk
kandang ayam ke-k

µ

= rataan umum

αi

= pengaruh perlakuan CMA ke-i

βj

= pengaruh perlakuan kelompok ke-j

ij

= pengaruh galat (a)

τk

= pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam ke-k

(ατ)ij

= pengaruh interaksi CMA ke-i dan pupuk kandang ayam ke-k
pada kelompok ke-j

ijk

= pengaruh galat acak

Apabila hasil uji F (α = 5%) menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilakukan
uji lanjut menggunakan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf
5 %.

Pelaksanaan Penelitian
Analisis Pupuk Kandang Ayam
Analisis kandungan hara pupuk kandang ayam dilakukan untuk mengetahui
kandungan hara N, P, dan K yang terdapat pada contoh pupuk kandang ayam
kering (Lampiran 2).
Persiapan Lahan
Persiapan lahan diawali dengan pengolahan lahan seluas 770 m2. Perlakuan
ditempatkan pada petak-petak percobaan berukuran 4 m x 5 m, jarak antar petak
perlakuan 50 cm, dan jarak antar kelompok (ulangan) 100 cm.
Penanaman
Jarak tanam yang digunakan yaitu 75 cm x 40 cm. Penanaman benih jagung
dilakukan dengan cara ditugal dengan kedalaman lubang tanam sekitar 5 cm.
Petakan yang mendapat perlakukan CMA, diberi CMA sebanyak 10 g/lubang
tanam kemudian benih jagung ditanam sebanyak 2 biji per lubang dan diberi

14
karbofuran sebanyak 5 butir/lubang tanam. Pemberian kapur dolomite dengan
dosis 2 ton/ha diberikan 1 minggu sebelum tanam.
Pemupukan
Aplikasi perlakuan pupuk kandang ayam dilakukan 2 minggu sebelum
penanaman dengan dosis sesuai perlakuan yaitu 0, 5, 10, 15, dan 20 ton/ha atau
sebanyak 0, 10, 20, 30, dan 40 kg/petak. Pemupukan dengan pupuk kandang ayam
dilakukan dengan cara ditebar di atas lahan yang telah diolah kemudian dicampur
dan diratakan.
Pemberian pupuk anorganik pada dosis pupuk kandang ayam 0 ton/ha
menggunakan 100 % dosis rekomendasi, sedangkan untuk dosis pupuk kandang
ayam 5, 10, 15, dan 20 ton/ha digunakan 50 % dosis rekomendasi. Dosis
rekomendasi berasal dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian Bogor (BB Biogen) yaitu: 135 kg N/ha dalam bentuk pupuk
urea, 36 kg P2O5/ha dalam bentuk pupuk SP-36, dan 30 kg K2O/ha dalam bentuk
pupuk KCl. Pemberian pupuk urea dilakukan secara split yaitu 1/3 bagian pada
saat tanam dan 2/3 bagian pada saat tanaman berumur 4 MST.
Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi kegiatan penyulaman, pengendalian OPT (organisme
pengganggu tanaman), dan pembumbunan. Melalui pemeliharaan ini diharapkan
tanaman dapat tumbuh secara baik dan optimal.
Penyulaman dilakukan terhadap benih-benih jagung yang tidak tumbuh.
Penyulaman ini dilakukan pada 1 minggu setelah tanam (MST) sehingga
diharapkan populasi tanaman dalam petakan dapat terpenuhi secara optimal.
Pengendalian OPT dilakukan untuk mengendalikan hama, penyakit, dan
gulma pada tanaman jagung. Pengendalian hama dilakukan dengan pemberian
insektisida Karbofuran sebanyak 5 butir/tanaman pada saat penanaman benih dan
4 MST. Pengendalian gulma dilakukan secara manual setiap dua minggu sekali.
Penyiangan pada 4 MST dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembumbunan.
Pembumbunan dilakukan dengan cara menaikkan atau menimbun tanah
pada tanaman jagung sehingga terbentuk guludan. Pembumbunan ini bertujuan
untuk menutup akar jagung yang terbuka sehingga tanaman jagung mampu berdiri

15
secara tegak dan kokoh. Penyiraman pada pertanaman tanaman jagung dilakukan
dengan memanfaatkan turunnya hujan.
Pemanenan
Panen hasil dilakukan pada saat terbentuk black layer atau pada saat 75 %
tanaman telah berwarna kuning ditandai kelobot dan rambut jagung yang
mengering serta biji apabila ditekan dengan kuku tidak berbekas.
Pengeringan dan Pemipilan
Pengeringan dilakukan terhadap tongkol jagung dengan menggunakan panas
matahari selama 3 hari. Tongkol yang telah mengalami proses pengeringan
selanjutnya dipipil. Hail pipilan jagung selanjutnya dijemur kembali dengan panas
matahari selama 3 hari.
Analisis Infeksi CMA
Analisis infeksi CMA pada akar tanaman jagung diamati pada fase vegetatif
maksimum tanaman jagung yaitu pada 7 MST. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui persentase akar yang terinfeksi CMA. Proses analisis infeksi akar
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pengamatan
Persentase Tumbuh. Dihitung pada 1 MST untuk mengetahui daya
tumbuh benih di lapang.
Tinggi Tanaman. Pengukuran dilakukan dengan mengukur tinggi
tanaman (cm) dari atas permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi dimulai pada
2 MST hingga 75 % tanaman jagung telah muncul bunga (tassel).
Diameter batang. Pengukuran dilakukan dengan mengukur diameter
batang (cm) tanaman jagung pada 30 cm di atas permukaan tanah yang dimulai
pada 5 MST hingga 75 % tanaman jagung telah muncul bunga (tassel).
Jumlah daun. Pengamatan dilakukan dengan menghitung daun yang telah
terbuka sempurna dimulai pada 2 MST hingga 75 % tanaman jagung telah muncul
bunga (tassel).
Umur tasseling. Dihitung sejak tanam hingga 75 % tanaman dalam
petakan membentuk bunga.

16
Umur silking. Dihitung sejak tanam hingga 75 % tanaman dalam petakan
membentuk silk (rambut jagung).
Umur panen. Dihitung sejak tanam hingga 75 % tanaman dalam petakan
memenuhi kriteria panen yaitu telah terbentuk black layer atau terlihat rambut dan
kelobot jagung yang mengering.
Bobot brangkasan. Diukur dengan menimbang brangkasan tanaman
jagung per tanaman (g) dan per ubin (kg). Ubinan yang digunakan berukuran
2.5 m x 2.5 m.
Bobot tongkol. Diukur setelah mengalami proses pengeringan selama
3 hari. Bobot tongkol yang diukur yaitu bobot jagung per tanaman (g) dan per
ubin (kg). Ubinan yang digunakan berukuran 2.5 m x 2.5 m.
Bobot pipilan. Diukur setelah mengalami proses pengeringan selama
3 hari. Bobot pipilan yang diukur yaitu bobot jagung per tanaman (g) dan per ubin
(kg). Ubinan yang digunakan berukuran 2.5 m x 2.5 m.
Ukuran tongkol. Berupa lingkar tongkol (cm) yang diukur pada bagian
tengah tongkol dan panjang tongkol (cm) yang diukur dari pangkal tongkol
hingga ujung tongkol berisi.
Persentase infeksi akar. Diukur pada saat masa vegetatif akhir sekitar 6075 HST.

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum
Penelitian dilaksanakan pada musim hujan dengan rata-rata curah hujan
sebesar 177 mm/bulan (Lampiran 4). Curah hujan tersebut cukup baik untuk
pertumbuhan tanaman jagung. Menurut Dinas Pertanian Majalengka (2011) curah
hujan optimal untuk tanaman jagung sekitar 100-300 mm/bulan. Tanah yang
berada di lokasi percobaan termasuk ke dalam jenis tanah Latosol dengan warna
coklat kemerahan. Tanal Latosol dicirikan antara lain solum tanahnya tebal
(1.3-5.0 m), warna tanah merah, coklat hingga kekuningan, tekstur tanah liat,
struktur remah, dan derajat keasaman tanah berkisar antara pH 4.5-6.6. Umumnya
tanah Latosol relatif memiliki kandungan bahan organik rendah (Rukmana, 2004).
Secara umum pertumbuhan tanaman jagung di lapang cukup baik. Daya
tumbuh benih di lapangan rata-rata sebesar 93.29 %. Penyulaman dilakukan pada
1 MST agar tercapai populasi tanaman yang optimal. Pertumbuhan tanaman
jagung cukup baik meskipun terdapat beberapa organisme pangganggu. Gulma
bersaing dengan tanaman dalam memperoleh air, hara, dan cahaya. Menurut
Fadhly dan Tabri (2007) antara stadia V3 (jumlah daun terbuka sempurna 3 helai)
dan V8 (jumlah daun terbuka sempurna 8 helai), tanaman jagung membutuhkan
periode yang tidak tertekan oleh gulma. Gulma dominan yang ditemukan pada
lahan penelitian berupa Cyperus rotundus, Cynodon dactylon, dan Mimosa
pudica. Pengendalian gulma dilakukan melalui secara manual setiap 2 minggu
sekali yaitu pada saat tanaman berumur 2 MST dan 4 MST, yang mana pada
2 MST tanaman jagung memasuki stadia V3 dan 4 MST memasuki stadia V8.
Hama yang ditemukan selama penelitian ini antara lain: belalang, penggerek
batang (Ostrinia furnacalis), penggerek tongkol (Helicoverpa armigera), ulat
pemakan daun (Spodoptera litura), dan kutu daun (Aphis sp.). Penyakit yang
ditemukan antara lain karat daun dan bulai.
Fase reproduktif tanaman jagung diawali dengan munculnya bunga jantan
(tassel) pada umur 65 HST dan bunga betina (silk) pada umur 69 HST. Panen
dilakukan sebulan setelah tanaman berbunga yaitu pada umur 98 HST yang

18
ditandai dengan terbentuknya black layer serta kelobot, dan rambut jagung yang
mengering.
Berdasarkan analisis statistik (ANOVA taraf 5 %) dosis pupuk kandang
ayam memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi jagung
sedangkan secara umum perlakuan CMA serta interaksi antara pupuk kandang
ayam dan CMA tidak menunjukkan pengaruh nyata. Walaupun demikian
perlakuan dengan CMA rata-rata memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
perlakuan tanpa CMA. Rekapitulasi sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 5.

Derajat Infeksi Akar
Hasil analisis infeksi akar yang dilakukan pada masa vegetatif akhir
(7 MST) menunjukkan bahwa perlakuan CMA berpengaruh nyata terhadap
derajat infeksi akar. Perlakuan dengan CMA memberikan derajat infeksi yang
lebih besar (51.31 %) dibandingkan perlakuan tanpa CMA (16.89 %).
Perlakuan dengan CMA memberikan derajat infeksi akar lebih tinggi
dibandingkan tanpa CMA. Terdapatnya infeksi akar pada perlakuan tanpa CMA
(16.89 %) mengindikasikan bahwa terdapat CMA indigenus di lahan pertanaman
jagung. Terdapatnya cendawan indegenus pada lahan penelitian dapat
memungkinkan terjadinya persaingan antara cendawan mikoriza indigenus
dengan CMA yang diinokulasikan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Wachjar et al. (2002) pada bibit kelapa sawit ditemukan bahwa
lebih tingginya serapan P-tajuk pada bibit tanaman kontrol dibandingkan dengan
bibit-bibit yang diberi perlakuan inokulasi CMA diduga karena bibit tersebut
diinfeksi oleh cendawan mikoriza indigenus sehingga ada kemungkinan terjadi
persaingan

antara

cendawan

mikoriza

indigenus

dengan

CMA

yang

diinokulasikan.
Dosis pupuk kandang ayam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
derajat infeksi akar tanaman jagung. Meskipun demikian, perlakuan dengan
pemberian CMA menunjukkan adanya infeksi akar yang cukup tinggi. Hal ini
membuktikan bahwa CMA yang digunakan dapat tumbuh baik pada kondisi
percobaan. Zuhry dan Puspita (2008) menyatakan bahwa peningkatan pemberian
CMA yang diikuti dengan meningkatnya infeksi akar akan memproduksi jalinan

19
hifa secara intensif sehingga akan meningkatkan kapasitas penyerapan unsur hara.
Semakin banyak akar yang terinfeksi maka semakin besar pula tingkat penyerapan
hara.
Dosis pupuk kandang ayam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
derajat infeksi akar. Walaupun demikian, rata-rata derajat infeksi CMA cenderung
meningkat pada pemberian pupuk kandang ayam dibandingkan tanpa penggunaan
pupuk kandang ayam (dosis 0 ton/ha) (Gambar 2).

Gambar 2. Histogram Persentase Infeksi Akar CMA pada Berbagai Dosis Pupuk
Kandang Ayam

Infeksi akar oleh CMA pada akar tanaman jagung tersebut dapat disebabkan
oleh kandungan unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang ayam. Kandungan
unsur hara N, P, dan K yang cukup tinggi pada pupuk kandang ayam
memungkinkan semakin banyak pupuk kandang yang diberikan maka jumlah
unsur-unsur tersebut semakin banyak. Hal ini diduga dapat mempengaruhi infeksi
CMA terhadap akar tanaman jagung. Yusnaini (2009) menyatakan bahwa
peningkatan kolonisasi CMA pada akar tanaman akibat pemberian kandang ayam,
selain disebabkan oleh peningkatan bahan organik tanah dan pH, juga
kemungkinan disebabkan oleh tingginya kandungan fosfor dan kalsium pada
kandang ayam. Dengan demikian, kebutuhan tanaman akan unsur hara untuk

20
memenuhi proses fotosintesis dapat terpenuhi. Hasil fotosintesis yang berupa gula
tereduksi (karbohidrat) digunakan selain bagi tanaman inang juga bagi CMA. Hal
ini menyebabkan CMA dapat tumbuh dengan baik mengingat kebutuhan CMA
akan karbohidrat sebagai hasil fotosintat dapat terpenuhi dari akar tanaman inang
yang banyak menghasilkan gula tereduksi (karbohidrat).

Pertumbuhan Vegetatif
Parameter pertumbuhan vegetatif yang diamati pada 9 MST meliputi tinggi
tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Pemberian CMA memberikan
pengaruh nyata pada tinggi tanaman jagung umur 9 MST. Perlakuan dengan CMA
menunjukkan tinggi tanaman yang lebih tinggi (228.08 cm) dibandingkan tanpa
CMA (216.01 cm). Perlakuan CMA tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
parameter jumlah daun maupun diameter batang.
Dosis pupuk kandang ayam sebanyak 20 ton/ha menghasilkan tinggi
tanaman paling tinggi (239.49 cm) dan berbeda nyata dengan semua perlakuan.
Tinggi tanaman terendah diperoleh pada perlakuan kontrol (0 ton/ha) yaitu
205.83 cm. Pengaruh dosis pupuk kandang ayam terhadap parameter
pertumbuhan vegetatif tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung umur 9 MST
pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Ayam
Dosis pupuk kandang ayam
(ton/ha)

Tinggi tanaman
(cm)

Jumlah daun
(helai)

Diameter batang
(cm)

0
5
10
15
20

205.83 d
214.60 c
221.98 bc
228.33 b
239.49 a

13.02 b
13.25 b
13.43 ab
13.77 a
13.83 a

2.04 b
2.05 b
2.20 a
2.27 a
2.28 a

Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %.

Tinggi tanaman jagung pada 9 MST memberikan respon linear terhadap
dosis pupuk kandang ayam dengan persamaan y = 205.8 + 1.6x (R2 = 0.87) yang
dicapai hingga dosis pupuk kandang ayam sebanyak 20 ton/ha. Hal ini berarti
setiap penambahan dosis pupuk kandang ayam akan menyebabkan peningkatan

21
terhadap tinggi tanaman jagung. Hubungan antara dosis pupuk kandang ayam
dengan tinggi tanaman jagung ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan Dosis Pupuk Kandang Ayam dengan Tinggi Tanaman
Jagung
Dosis pupuk kandang ayam sebanyak 20 ton/ha menghasilkan jumlah daun
paling banyak (13.83 helai), namun tidak berbeda nyata dengan dosis 15 ton/ha.
Dosis pupuk kandang ayam sebanyak 0 ton/ha menghasilkan jumlah daun paling
sedikit (13.02 helai) namun tidak berbeda nyata dengan dosis 5 ton/ha. Dosis
10 ton/ha menghasilkan jumlah daun yang tidak berbeda nyata dengan semua
perlakuan.
Dosis pupuk kandang ayam sebanyak 20 ton/ha menghasilkan ukuran
diameter batang paling besar (2.28 cm) namun tidak berbeda nyata dengan dosis
10 dan 15 ton/ha. Dosis 0 ton/ha menghasilkan diameter batang yang paling kecil
(2.04 cm) tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis 5 ton/ha.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh
terhadap penambahan tinggi, jumlah daun, dan diameter tanaman jagung.
Semakin tinggi dosis pupuk kandang ayam yang diberikan maka semakin baik
pula pertumbuhan vegetatif tanaman jagung. Hal tersebut dapat disebabkan
kandungan unsur hara N, P, dan K yang cukup tinggi pada pupuk kandang ayam
memungkinkan semakin banyak pupuk kandang yang diberikan maka jumlah

22
unsur-unsur tersebut semakin banyak pula. Susanti et al. (2007) menyatakan
bahwa tersedianya N, P, dan K pada pupuk kandang ayam meningkat sejalan
dengan peningkatan dosis pupuk kandang ayam tersebut. Unsur hara yang
terkandung dalam pupuk kandang ayam terutama unsur hara makro yang berupa
N, P, dan K berguna bagi pertumbuhan tanaman. Yuwono (2007) menyatakan
bahwa unsur N dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman, unsur K dapat
memperkuat tubuh tanaman sehingga batang lebih kokoh dan kuat, dan unsur P
digunakan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan, pertumbuhan akar,
dan pembentukan biji. Hartatik dan Widowati (2006) menyatakan bahwa aplikasi
pemberian pupuk kandang ayam selalu memberikan respon tanaman yang terbaik.

Komponen Hasil
Dosis pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap panjang
tongkol tetapi berpengaruh nyata terhadap lingkar tongkol. Tabel 2 berikut ini
merupakan rata-rata ukuran tongkol jagung pada perlakuan dosis pupuk kandang
ayam.
Tabel 2. Rata-rata Ukuran Tongkol Jagung pada Perlakuan Dosis Pupuk
Kandang Ayam
Dosis pupuk kandang ayam
(ton/ha)
0
5
10
15
20

Panjang tongkol
(cm)