76,5 minoritas pada STEMI 18,4 . Kolesterol total golongan meningkat, mayoritas pada STEMI 53,8, minoritas pada NSTEMI 23,5. Hasil analisis
chi square test yang dilakukan pada kolesterol total terhadap ACS diperoleh hasil
tidak signifikan p = 0,106 p 0,05. Pada kolesterol LDL yang tergolongnormal, mayoritas pada NSTEMI
82,4 dan minoritas pada STEMI 59,0 . Kolesterol LDL golonganmeningkat, mayoritas pada STEMI 41,0, minoritas pada NSTEMI
17,6. Hasil analisis chi square testyang dilakukan pada kadar kolesterol LDL terhadap ACS diperoleh hasil tidak signifikan p = 0,162 p 0,05.
Pada kolesterol HDL yang tergolongnormal mayoritas pada NSTEMI 23,5 dan minoritas pada Unstable angina 4,2 . Kolesterol HDL golongan
menurun, mayoritas pada Unstable angina 95,8, minoritas pada NSTEMI 76,8 . Hasil analisis chi square testyang dilakukan pada kadar kolesterol HDL
terhadap ACS diperoleh hasil tidak signifikan p = 0,052 0,05. Pada lemak trigliserida yang tergolongnormal mayoritas pada Unstable
angina 79,2 dan minoritas pada STEMI 56,4 . Lemak trigliserida
golongan meningkat, mayoritas pada STEMI 43,6, dan minoritas pada Unstable angina
20,8 . Hasil analisis chi square testyang dilakukan pada lemak trigliserida terhadap ACS diperoleh hasil tidak signifikan p = 0,117
0,05.
5.3. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di dapat bahwa jumlah pasien yang menderita ACS lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan, yaitu sebanyak59 orang
pasien adalah laki-laki 73,8 dan 21 orang pasien perempuan 26,3 . Hal ini sejalan dengan penelitian Puteri 2013 yaitu dari 194 orang pasien didapati
sebanyak 158 orang pasien laki-laki 81,4 dan 36 orang pasien perempuan 18,6. Pada penelitianAbidin 2012 yaitu dari 132 orang pasien yang menjadi
responden didapati laki-laki yang menderita penyakit kardiovaskuler sebanyak 99
Universitas Sumatera Utara
orang 75, sedangkan pada perempuan sebanyak 33 orang 25. Pada penelitian Zahara 2013 yaitu dari 98 orang pasien didapati mayoritas paasien
laki-laki sebanyak 73 orang 74,5 sedangkan untuk perempuan sebanyak 25 orang 25,5. Wanita usia paruh baya mungkin jauh lebih jarang mengalami
CVD dibandingkan pria. Perbandingan ini berkurang secara progresif setelah menopause, dan ini terjadi terutama disebabkan oleh peran estrogen. Kerja
estrogen yang berpotensi menguntungkan adalah sebagai antioksidan, menurunkan LDL dan meningkatkan HDL, menstimulasi ekspresi dan aktivitas
oksida nitrat sintase, serta menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan produksi plasminogen Philip, 2007.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 80 orang penderita ACSditemukan jumlah terbanyak pada umur antara 40-60 tahun yaitu sebanyak
61 orang 76,3 dan sisanya pasien yang berusia 60 tahun sebanyak 19 orang 23,8. Ini masih sejalan dengan penelitian Abidin 2012 yang menyatakan
bahwa dari 132 orang pasien, sebagian besar kejadian penyakit kardiovaskuler terjadi pada usia 40-60 tahun yaitu sebanyak 87 kasus 65,9. Pada penelitian
Zahara 2013 dari 98 orang pasien ACS juga didapati frekuensi terbanyak pasien yang menderita ACS pada kelompok usia 40-59 tahun yaitu sejumlah 57 orang
58,16. Hubungan antara usia dan timbulnya penyakit mungkin hanya mencerminkan lebih panjangnya paparan terhadap faktor-faktor aterogenik
Santoso dan Setiawan, 2005. ACS umumnya terjadi pada pasien dengan usia diatas 40 tahun. Walaupun begitu, usia yang lebih muda dari 40 tahun dapat juga
menderita penyakit tersebut William et al, 2007. Pada hasil penelitian dapat dilihat juga bahwa mayoritas kejadian pada
ACS ditemukan pada kategori STEMI yaitu sebanyak 39 orang pasien 48,8 dan minoritas kejadian didapati pada kategori NSTEMI yaitu sebanyak 17 orang
21,3. Tidak sejalan dengan penelitian Puteri 2014 yang menyatakan bahwa dari 194 orang pasien ACS terdapat frekuensi paling dominan pada kategori
STEMI yaitu sebanyak 114 orang pasien58,9 dan minoritas kejadian ditemukan pada kategori Unstable angina yaitu sebanyak 39 orang pasien
20,1. Pada penelitian Zahara 2013 yaitu dari 98 orang pasien ACS
Universitas Sumatera Utara
ditemukan mayoritas kejadian pada kategori STEMI dengan jumlah pasien sebanyak 51 orang 52 dan minoritas kejadian pada katgori Unstable angina
yaitu sebanyak 23 orang pasien 23,5, namun literatur lain menyebutkan bahwa kejadian tahunan NSTEMI lebih tinggi dibandingkan dengan STEMI. Seperti
penelitian Chew dkk juga menyebutkan hasil yang sama dengan penelitian ini yaitu kejadian ACS terbanyak adalah kategori NSTEMI, sebanyak 1015 dari 4398
kasus 23 diikuti Unstable angina dan yang terakhir STEMI. Zahara, 2013. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, didapati frekuensi penderita
ACS yang masuk kategori meningkat pada kadar kolesterol totalsebanyak 35 orang 43,8 dan hasil analisis Chi Square Testyang dilakukan pada kadar
kolesterol total terhadap kriteria ACSyaitu nilai p = 0,106 p 0,05, yang berarti bahwa pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar
kolesterol total baik dengan kategori normal maupun kolesterol total yang mengalami peningkatan hiperkolesterolemia terhadap kejadian ACS. Sesuai
dengan penelitian Herman 2015 dan Sulistyo 2012 membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar kolesterol total dengan kejadian PJK.
Pada hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa frekuensi penderita ACS yang masuk kategori meningkat pada kadar kolesterol LDLsebanyak 25 orang 32,3
dan hasil analisis Chi Square Testyang dilakukanpada kadar kolesterol LDL dengan kriteriaACS diperoleh hasil tidak signifikan karena nilai p = 0,162 p
0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan baik antara kadar kolesterol LDL kategori normal maupun yang mengalami peningkatan
hiperkolesterolemia LDL terhadap kejadian ACS. Sesuai dengan penelitian Herman 2015 dan Sulistyo 2012 membuktikan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara kadar kolesterol LDL dengan kejadian PJK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi penderita ACS yang masuk
kategori menurun pada kadar kolesterol HDLsebanyak 73 orang 91,3 dan menurut hasil analisis Chi Square Testpada kadar kolesterol HDL diperoleh hasil
p = 0,052 p 0,05 yang dalam artian bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara kadar kolesterol HDL terhadap kejadian ACS. Sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
penelitian Zahara 2015 dan Sulistyo 2012 yang juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar kolesterol HDL dengan kejadian PJK.
Dilihat dari hasil penelitian ini bahwa frekuensi penderita ACS yang masuk kategori meningkat pada kadar trigliseridasebanyak 26 orang 32,5 dan
berdasarkan atas hasil analisis Chi Square Testpada kadar trigliserida diperoleh hasil yaitu p = 0,117 p 0,05, yang juga berarti bahwa pada penelitian ini tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara kadar kolesterol trigliserida terhadap kejadian ACS. Berdasarkan hasil penelitian Zahara 2015 dan Julio 2011 juga
tidak menemukan hubungan yang bermakna antara kadar trigliserida dengan kejadian PJK, namun tidak sesuai dengan penelitian Diana 2012 yang
membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kadar trigliserida dengan kejadian PJK.
Pada penelitian Tungsubutra 2007 menyatakan bahwa ada hubungan antara dislipidemia dengan ketiga kriteria ACS. Menurut peneliti, perbedaan hasil
yang diperoleh pada penelitian tersebut mungkin disebabkan karena adanya perbedaan metode penelitian yang digunakan, pada penelitian ini desain yang
digunakan adalah retrospective study sedangkan penelitian lain banyak yang menggunakan desain case control.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN