anak adalah pelacuran anak, baik yang berstatus sebagai pelajar dan tidak berstatus sebagai pelajar.
Hasil penelitian terhadap karakteristik sampel berdasarkan umur sesuai dengan tabel 5.2. seluruh sampel berada pada kelompok usia dibawah 18 tahun. Hal ini
sejalan dengan survey yang telah dilakukan oleh BPS Badan Pusat Statistik, 2013 yang menyatakan bahwa tingkat pengangguran yang paling banyak merupakan
kelompok usia lulusan SMA atau sederajat. Hal ini yang mungkin menyebabkan anak-anak yang menjadi pengangguran tersebut lebih memilih menjadi anak jalanan.
5.2.2. Berdasarkan Hasil
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa persentase faktor yang paling
banyak mempengaruhi tingkah laku adalah merokok sebanyak 62 orang 76,5 dibanding faktor-faktor yang lainnya seperti seks bebas, narkotika, dan kriminalitas.
Hal ini sesuai dengan data dari Riskesdas 2010, didapati bahwa 38,4 laki-laki dan 0,9 perempuan yang merokok. Dan juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nurul 2013 yang mengatakan bahwa prevalensi merokok pada anak jalanan laki-laki usia 13-15 tahun sebesar 41,3.
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kehidupan Anak Jalanan Terhadap Perilaku Hidup Kegiatan Mencari Nafkah
Berjualan Mengamen
Tukang Semir Sepatu
Membersihkan Kaca Mobil
Mengemis 26
23 14
11 7
Hasil penelitian terhadap kehidupan anak jalanan terhadap perilaku hidup bebas atau kegiatan sehari hari ditemukan sebagian besar anak jalanan banyak yang
berjualan diikuti dengan mengamen, tukang semir sepatu, menyapu kaca mobil dan pengemis. Hal ini sesuai berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia dengan Departemen Sosial terhadap anak-anak jalanan bahwa anak-anak jalanan memilih bekerja sebagai penjual makanan ringan, minuman ringan,
Universitas Sumatera Utara
penjual koran, penyemir sepatu, pengamen, pemulung, penyapu angkot dan pengemis. Pada umumnya mereka menempatkan diri di pusat perbelanjaan pasarmal, terminal
bus, stasiun kereta api, taman kota, perempatan jalan, tempat pembuangan sampah, dan dermaga pelabuhan.
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Cara Anak Jalanan Menghabiskan Penghasilan Menghabiskan
Sendiri Diberikan
Kepada Orangtua Untuk Sekolah
Membeli Barang Terlarang
Untuk Maksiat 42
21 12
5 1
Dari penelitian ini sebagian anak-anak jalanan menghabiskan uang hasil dari kerjanya dengan cara menghabiskan sendiri sebanyak 42 orang, diberikan kepada
orang tua sebanyak 21 orang, dipakai untuk keperluan sekolah sebanyak 12 orang, membeli barang terlarang sebanyak 5 orang, dan untuk berbuat maksiat sebanyak 1
orang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novalia yang menyatakan bahwa sebagian pendapatan yang mereka dapatkan biasanya digunakan
untuk membiayai hidup mereka dan tidak jarang untuk membiayai biaya dan beban keluarganya pula, untuk ditabung, dan tidak jarang pula untuk membiayai sekolah
mereka sendiri.
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alasan Anak jalanan Mencari Nafkah Sendiri Memenuhi
Kebutuhan Tidak Mampu
Membantu Orangtua
Ingin Membeli Sesuatu
Mencari Tambahan
24 23
16 13
5
Dari penelitian ini ditemukan juga alasan anak-anak jalanan mencari nafkah sendiri sebanyak 24 orang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, 23 orang dengan
alasan tidak mampu, 16 orang ingin membantu orang tua, 13 orang ingin membeli sesuatu, dan 5 orang ingin mencari tambahan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
oleh Tauran 2000 yang mengatakan bahwa penyebab anak turun ke jalan dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu menopang kehidupan ekonomi keluarga, mencari
kompensasi dari kurangnya perhatian keluarga dan sekedar mencari tambahan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8. Distribusi Frekeunsi Berdasarkan Pendapatan Anak Jalanan 50000
50000-100000 110000-150000
51 21
9
Ditemukan juga dalam penelitian ini pendapatan anak-anak jalanan sebanyak 51 orang 50000, sebanyak 21 orang sebesar 50.000
– 100000, dan sebanyak 9 orang pendapatan sebesar 110000
– 150000. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri 2013 yang menyatakan bahwa pendapatan anak jalanan di kota
Medan rata-rata Rp 26000 – Rp 35000 per harinya.
Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alasan Anak Jalanan Melakukan Seks Bebas Coba-coba
Memuaskan Nafsu Mencari Ketenangan
Kebutuhan 18
13 2
1
Ditemukan dari penelitian ini alasan anak-anak jalanan melakukan seks bebas sebanyak 18 orang karena coba-coba, 13 orang ingin memuaskan nafsu, 2 orang ingin
mencari ketenangan, dan 1 orang anak karena kebutuhan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yeni 2011 yang mengatakan bahwa perilaku seksual
yang dilakukan oleh anak jalanan muncul karena ada rasa ingin tahu yang besar dan dorongan untuk mencoba pengalaman baru di masa remaja.
Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pasangan Anak Jalanan Melakukan Seks Bebas Teman
PSK Pacar
18 12
4
Sebagian besar anak-anak jalanan melakukan seks bebas dengan teman sebanyak 18 orang, 12 orang dengan PSK, dan 4 orang dengan pacar. Kehidupan
anak-anak jalanan sangat dekat dengan kehidupan seks bebas, baik yang dilakukan dengan cara disodomi oleh orang yang lebih dewasa maupun dengan PSK jalanan
Setiawan, 2007. Seks bebas dikalangan anak jalanan sudah menjadi hal yang lazim, anak jalanan melakukan seks bebas dengan sesama anak jalanan dengan pola
hubungan yang saling menguntungkan Taufiq dan Nisa, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penggunaan Kondom Saat Melakukan Seks Bebas Tidak Pernah Menggunakan
Kadang Menggunakan Kadang Tidak 19
15
Sebanyak 19 orang anak tidak pernah menggunakan kondom, 15 orang anak terkadang memakai kondom terkadang tidak memakai. Ditemukan juga 14 orang anak
melakukan nya di penginapan, 13 orang anak melakukan nya ditempat teman, dan 7 orang anak melakukan nya di rumah sendiri.
Hasil penelitian terhadap gambaran perilaku anak jalanan terhadap tindakan kriminal terdapat sebanyak 31 orang melakukan tindakan kriminal. Hal ini sesuai
dengan penelitian Suyatno 2010 yang mengatakan bahwa untuk bertahan hidup di tengah kehidupan kota yang keras, anak jalanan biasanya melakukan berbagai
pekerjaan di sektor informal, baik yang legal maupun yang illegal di mata hukum dan tidak jarang pula ada anak-anak jalanan yang terlibat pada jenis pekerjaan yang
berbau kriminal seperti : mengompas, mencuri, bahkan menjadi bagian dari komplotan perampok.
Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Tindakan Kriminal Pencurian
Pemukulan Perampokan
17 8
6
Dari 31 orang anak yang pernah melakukan tindakan kriminal sebanyak 17 anak melakukan pencurian, 8 orang anak melakukan pernah melakukan pemukulan,
dan 6 orang anak pernah melakukan perampokan.
Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alasan Anak Melakukan Tindakan Kriminal Untuk Membeli Makan
Untuk Membeli Rokok Untuk Membeli Narkotika
16 8
7
Universitas Sumatera Utara
Ditemukan juga tujuan anak-anak jalanan melakukan tindakan kriminal sebanyak 16 orang anak karena ingin membeli makanan, 8 orang anak membeli rokok
dan 7 orang anak ingin membeli narkoba. Dari penelitian ini ditemukan anak-anak jalanan yang menggunakan narkotika
sebanyak 45 orang anak pernah menggunakan narkotika dan sebanyak 36 orang anak tidak pernah menggunakan narkotika.
Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Narkotika Yang Digunakan Lem
Ganja Sabu
Inex 16
14 13
2
Diantara jenis-jenis narkotika yang pernah digunakan sebanyak 16 orang anak menggunakan lemngelem, 14 orang anak pernah menggunakan ganja, 13 orang anak
menggunakan sabu, dan 2 orang anak menggunakan inex. Tabel 5.15. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Cara Mendapatkan Narkotika
Membeli Dari Pengedar Membeli Dari Teman
Dikasih 18
16 11
Dari 45 orang anak yang pernah menggunakan narkotika ditemukan sebanyak 18 orang anak mendapatkan barang tersebut membeli dari pengedar, 16 orang anak
membeli dari teman, dan 11 orang anak dikasih.
Tabel 5.16. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tujuan Anak Jalanan Menggunakan Narkotika Dikasihdipaksa Teman
Ingin Efek Tenang Ketagihan
Coba-coba 16
10 11
8
Dari penelitian ini juga ditemukan tujuan anak-anak jalanan menggunakan zat tersebut sebanyak 16 orang anak disuruhdipaksa teman, 10 orang anak ingin
mendapatkan efek tenang, 11 orang anak karena ketagihan, dan 8 orang anak karena penasarancoba-coba. Suyatno 2010 menemukan, bahwa pengamen dan anak
jalanan lainnya cenderung rawan terjerumus dalam tindakan yang salah.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu perilaku menyimpang yang popular dikalangan anak-anak jalanan adalal ngelem yang secara harfiah memang berarti menghisap lem, seperti
menggunakan merk : Aica-Aibon, U-hu dan sejenis cat dan pembersih kuku. Dan diperkirakan sekitar 65-70 anak yang seharian hidup di jalanan menggunakan zat
ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan penelitian ini adalah : 1.
Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa persentase anak jalanan yang berperilaku baik sebanyak 37 orang dan diikuti yang berperilaku buruk sebanyak 44
orang serta faktor yang paling banyak mempengaruhi tingkah laku buruk anak jalanan adalah merokok dibanding faktor-faktor yang lainnya seperti seks bebas, narkotika,
dan kriminalitas. 2.
Hasil penelitian terhadap kehidupan anak jalanan terhadap perilaku hidup bebas atau kegiatan sehari hari ditemukan sebagian besar anak jalanan banyak yang
berjualan diikuti dengan mengamen, tukang semir sepatu, menyapu kaca mobil dan pengemis.
3. Hasil penelitian terhadap gambaran perilaku anak jalanan terhadap tindakan
kriminal terdapat sebanyak 31 orang melakukan tindakan kriminal.
6.2. Saran
Dari seluruh proses dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu: 1. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah kota Medan,
guna mengambil langkah-langkah untuk mencegah terjadinya peningkatan jumlah anak jalanan serta membina anak jalanan agar tidak sampai membuat tindakan yang
buruk. 2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah dan
masyarakat dalam menyikapi anak jalanan.
Universitas Sumatera Utara