Gambaran Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Anak Jalanan Di Kota Medan Tahun 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Diawali dari banyaknya anak jalanan sekarang ini, anak yang cenderung

hidupnya selalu berada di jalanan yang sering mangkal disetiap pemberhentian lampu
merah, di tempat-tempat pertokoan, ataupun di tempat warung-warung nasi, ada yang
mengemis, mengamen, menjual Koran, menyemir sepatu, dan lain-lain. Hasil dari
mengemis dan berjulan tersebut mereka sisihkan untuk membeli makanan dan untuk
uang saku mereka ketika disekolah dan di jalanan, jika tidak diberi oleh orang tuanya.
Status pendidikan mereka ada yang bersekolah, dan ada yang sudah tidak
melanjutkan sekolahnya lagi karena ketidaksanggupan orang tuanya untuk
membiayai mereka sekolah.
Salah satu kebiasaan anak jalanan yaitu bekerja dipagi hari dengan berjualan
Koran tanpa sarapan pagi. Kebiasaan makan yang dikonsumsi anak jalanan, jika
mereka berada di jalanan bersama teman-temanya yang sering dimakan seperti
kerupuk,tahu isi, bakwan. Ada juga yang mengatakan untuk mengisi perutnya dalam
satu hari hanya 2 kali makan saja, seperti daging,kepiting jarang dikonsumsi mereka,

memakan daging hanya di waktu idul adha saja. Jika ketersediaan bahan makanan
tidak mencukupi maka akan mempengaruhi tingkat konsumsi pangan seseorang yang
pada akhirnya akan berdampak pada status gizi buruk. sedangkan diusia mereka yang
sekarang, dimana masa anak untuk tumbuh dan berkembang untuk menjadi anak
yang maksimal.

1
Universitas Sumatera Utara

2

Menurut penelitian Nur’aini (2009), pada dasarnya ada tiga faktor utama
sebagai penyebab anak turun ke jalanan yaitu : kemiskinan, faktor-faktor keluarga
dan pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan yang buruk secara bersamaan dapat
memberi tekanan yang begitu besar pada anak sehingga meninggalkan rumah dn
melarikan diri kejalan. Ada juga yang mengatakan anak jalanan yang berasal dari
keluarga tanpa ayah, orang tua sakit berkepanjangan, keluarga terlibat hutang,
perceraian dan lain-lain yang menjadikan anak lebih betah di jalan.
Menurut penelitian Kurniajati (2012), anak jalanan hidup secara mandiri di
jalan tanpa ada pengawasan dari orang tua. Anak-anak jalann tersebut memenuhi

kebutuhan hidup mereka dengan bekerja sebagai pengamen atau hanya sebagai
pengemis di pinggir jalan atau di toko-toko. Kondisi yang seperti ini menyebabkan
munculnya berbagai permasalahan yang dialami oleh anak-anak jalanan tersebut,
antara lain ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar seperti
kebutuhan pendidikan, kebutuhan kesehatan, kebutuhan bermain dan lain-lain.
Fenomena anak jalanan diberbagai kota merupakan sebuah fenomena yang
tidak bisa dianggap remeh, terlebih dengan adanya berbagai kasus eksploitasi yang
dekat dengan kehidupan anak jalanan. Eksploitasi anak merupakan tindakan yang
tidak berkeperi kemanusiaan. Meskipun larang-larangan eksploitasi anak secara
ekonomi maupun seksual anak ada dalam undang-undangkan, tetapi pada
kenyataanya masih terjadi, contohnya; anak bayi yang diajak orang tuanya mengemis,
mengamen di pingir perempatan lampu lalu lintas, buruh pabrik, menjual tubuh, dan
yang lebih buruk lagi tidak sedikit orang tua yang menyuruh, memaksa anak yang
belum dewasa buat kerja menjadi TKW dan TKI, dan lain-lain. Maraknya tindakan

Universitas Sumatera Utara

3

eksploitasi anak secara ekonomi diasumsikan karena Undang-undang No.23 Tahun

2002 Tentang Perlindungan Anak yang belum cukup memberi sanksi terhadap pelaku
tindak pidana eksploitasi anak. Oleh karena itu, pelaku eksploitasi anak secara
ekonomi kurang takut atau meremahkan sanksi yang ada dalam UUPA tersebut.
Untuk itu, diperlukan tela'ah terhadap sanksi pidana eksploitasi anak secara ekonomi
dalam undang-undang perlindungan anak no.23 tahun 2002 ( Shabah,2010).
Anak jalanan merupakan fenomena besar di Indonesia. Dibutuhkan upaya yang
lebih besar dari pemerintah untuk memberikan rumah singgah kepada anak jalanan
untuk mengatasi dan mengurangi banyaknya anak jalanan di Indonesia, karena hanya
20 % anak jalanan yang berada dirumah singgah. Sebagian besar anak jalanan tidak
mendapatkan pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan, menjadi pengamen, dan
lain sebagainya. Dan salah satu faktor mereka menjadi anak jalanan adalah karena
kemiskinan. Sebenarnya banyak anak – anak jalanan yang berharap bahwa mereka
bisa merasakan duduk di bangku sekolah. Tapi apa daya, dengan kondisi ekonomi
yang seperti itu mereka berfikir bahwa mereka tidak sanggup untuk membayar biaya
sekolah. Sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah ini adalah meningkatkan
jumlah lembaga dan meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan
sosial bagi anak jalanan dan kampanye sosial. Dan rasa peduli dari masyarakat pun
sangat dibutuhkan ( Oktariana,2012).
Anak jalanan juga merupakan salah satu aset yang sangat berharga untuk
menjadi penerus Indonesia di masa yang akan datang. Sebagian besar hidup anakanak tersebut ada di jalanan yang notabene merupakan kehidupan yang keras,

sehingga tidak mengherankan jika mereka memiliki perilaku dan moral yang sedikit

Universitas Sumatera Utara

4

berbeda dari anak seusianya. Bagi sebagian besar orang beranggapan bahwa anak
jalanan cukup meresahkan pengguna jalan. Tetapi mereka hanyalah anak-anak yang
masih belum mengerti apa-apa, yang mereka bisa lakukan adalah bagaimana caranya
mencari sesuap nasi di jalanan agar bisa menyambung hidupnya( Al affiat, 2012).
Anak membutuhkan asupan gizi yang seimbang dan aktivitas fisik yang cukup
agar pertumbuhan dan tinggi badan yang optimal. anak jalanan usia sekolah
seharusnya memiliki frekuensi pola makan yang baik dalam masa pertumbuhannya,
yang meliputi makanan lengkap (full meal) dan makanan selingan (snack), Untuk
membentuk generasi cerdas, banyak faktor yang harus diperhatikan, di antaranya
status gizi dan kesehatan. Nutrisi adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
tumbuh dan berkembang. Tanpa asupan nutrisi yang adekuat maka tumbuh kembang
anak akan terganggu ( Hardinsyah, 2012).
Berbagai masalah kesehatan yang di jumpai dikalangan usia anak jalanan
secara langsung dilihat dari keadaan zat gizi, karena zat gizi sangat dipengaruhi oleh

kecukupan asupan makanan dan keadaan individu. Kedua faktor tersebut selain
dipengaruhi oleh masalah ekonomi dan pelayanan kesehatan, juga dipengaruhi pola
asuh anak yang tidak memadai. Adapun masalah yang timbul pada anak jalanan yaitu
pola makan mereka yang kurang memadai dan tidak teratur. Masih ada anak jalanan
yang masih sekolah jarang untuk sarapan pagi hanya meminum teh manis saja.
Keadaan kurang gizi akan mudah terkena penyakit infeksi. Hal ini disebabkan karena
sistem kekebalan tubuh yang dialami melemah.
Menurut profil kesejahteraan sosial anak, hasil Survei dan Pemetaan Sosial
Anak jalanan yang dilakukan oleh Unika Atmajaya Jakarta di 12 Kota Besar di

Universitas Sumatera Utara

5

Indonesia, menyebutkan jumlah anak jalanan mencapai 39.861 anak. Dari sekitar
hampir 40 ribu anak jalanan tersebut, 48 persen adalah anak anak yang baru turun ke
jalanan sejak tahun 1998 atau setelah terjadinya krisis. Dengan demikian dapat
diperkirakan bahwa populasi sebelum krisis adalah sekitar 20 ribu anak. Berdasarkan
survey terungkap bahwa alasan dari sebagian besar anak- anak bekerja di jalan,
karena membantu pekerjaan orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa alasan ekonomi

keluarga merupakan pendorong utama semakin banyaknya anak – anak bekerja di
jalan setelah terjadi krisis. Pada tahun 2002 jumlah anak jalanan mengalami
peningkatan lebih dari 100 % dibandingkan angka tahun 1998. Menurut hasil Susenas
yang diselenggarakan dengan kerjasama BPS dan Pusdatin Kementrian sosial pada
tahun 2002 jumlah anak jalanan sebanyak 94.674 Anak (PKPA,2002)
Berdasarkan Data Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara
bahwa jumlah anak jalanan di Sumut tahun 2010 berjumlah 2267 jiwa, tahun 2011
berjumlah 2.099 jiwa dan tahun 2012 berjumlah 2948 jiwa. Sedangkan di Kota
Medan tahun 2010 berjumlah 63 jiwa, tahun 2011 berjumlah 75 jiwa dan tahun 2012
berjumlah 663 jiwa. Sedangkan untuk tahun 2013 terdapat 350 jiwa, Setiap tahunnya
mengalami penurunan dan peningkatan. Dari keseluruhan jumlah total penduduk kota
Medan yaitu 2121053 jiwa (BPS Propvinsi Sumut tahun 2010, 2011,2012 dan 2013).
Aspek konsumsi merupakan unsur terpenting yang menentukan apakah
ketersediaan pangan benar- benar dapat meningkatkan status gizi masyarakat. Dari
aspek konsumsi dapat diketahui tingkat penyediaan pangan yang telah dilakukan
sejalan atau tidak dengan tingkat konsumsi. Dengan cara ini maka ketersediaan

Universitas Sumatera Utara

6


pangan dapat mendukung gizi seimbang dan menyumbang terhadap kualitas sumber
daya manusia (Dinkes Provsu 2006).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti diwilayah kota Medan, di
peroleh anak jalanan yang sudah putus sekolah, ada yang masih melanjutkan
sekolahnya. Seharinya mereka mendapatkan uang ± 7.000-15000/harinya, terkadang
juga mengalami penurunan dibawah 7.000/harinya. mereka mangkal disetiap
pemberhentian lampu merah, ada yang mengemis, mengamen,berjualan, menjadi
tukang semir sepatu. Pada saat mereka melakukan aktifitas di jalan makanan yang
sering mereka konsumsi adalah bakwan, tahu isi, kerupuk demi mengisi perut mereka
di jalan. Ada juga anak jalanan yang mengatakan tidak sarapan pagi, sementara
hanya diwaktu siang hari baru mengisi perutnya dengan nasi bersama temannya. jika
asupan zat gizi anak jalanan tidak teratur akan berdampak pada masalah kesehatan
yaitu pada masalah status gizi. Jika, status kesehatan anak jalanan buruk maka dapat
menyebabkan status gizi buruk.
Dari masalah diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Gambaran Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Anak Jalanan Di Kota Medan Tahun
2014.

1.2


Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Gambaran Konsumsi Pangan dan
Status Gizi Anak Jalanan Di Kota Medan Tahun 2014.
1.3 TUJUAN PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara

7

1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menegetahui konsumsi pangan dan status gizi anak jalanan di kota
medan tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1. Untuk

mengetahui


karakteristik

anak

jalanan

(umur,

jenis

kelamin,

pendidikan,penghasilan,pekerjaan)
2. Untuk mengetahui jenis, jumlah, frekuensi, yang dimakan anak jalanan sehari-hari.
3. Untuk mengetahui status gizi anak jalanan di Kota Medan tahun 2014.

1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Memberikan informasi kepada pemerintah atau lembaga dinas sosial bahwasanya
masih ada anak jalanan yang berkeliaran, tidak berada di rumah singgah.

2. Memberikan masukan kepada Pusat Kajian Perlindungan anak ( PKPA) untuk
membuka pendidikan formal kepada anak jalanan yang tidak bersekolah membuat
kerajinan tangan seperti membuat bunga dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara