Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Ekstrak Samsu Putih Daun Titanus

36 dikocok kuat-kuat selama 10 menit dan dengan penambahan 1 tetes HCl 2N buihbusa tidak hilang Depkes RI, 1995.

4.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Ekstrak Samsu Putih Daun Titanus

Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol dan esktrak samsu putih daun titanus terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa Tabel 4.3, 4.4, 4.5. Tabel 4.3 Data hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus No. Konsentrasi mgml Diameter daerah hambatan mm Ekstrak etanol Ekstrak samsu putih 1. 500 17,33 14,6 2 400 16,9 13,4 3 300 16,23 12,96 4 200 15,46 12,33 5 100 14,83 11,86 6 75 13,53 7,86 7 50 12,1 7,33 8 25 11,36 7,13 9 12,5 7,83 6,25 7,16 11 Blanko DMSO - - Keterangan : : Diameter rata- rata tiga kali pengulangan; - : Tidak ada hambatan 37 Tabel 4.4 Hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis No. Konsentrasi mgml Diameter daerah hambatan mm Ekstrak etanol Ekstrak samsu putih 1. 500 17,2 14,96 2 400 16,96 13,9 3 300 16,63 13,56 4 200 16,23 13 5 100 15,5 12,03 6 75 13,23 8,6 7 50 12,2 7,9 8 25 11,13 7,46 9 12,5 8,5 10 6,25 7,43 11 Blanko DMSO - - Tabel 4.5 Hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa No. Konsentrasi mgml Diameter daerah hambatan mm Ekstrak etanol Ekstrak samsu putih 1. 500 16,4 14,0 2 400 15,73 13,56 3 300 15.26 12,46 4 200 14,66 11,63 5 100 14,23 11,1 6 75 13,03 7,53 7 50 12,03 6,9 8 25 11,03 6,56 9 12,5 7,7 10 6,25 7,03 11 Blanko DMSO - - Keterangan : : Diameter rata- rata tiga kali pengulangan; - : Tidak ada hambatan 38 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol, ekstrak samsu putih daun titanus dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Pseudomonas aeruginosa. Efektivitas antimikroba terhadap spesies bakteri atau suatu galur bakteri berbeda antara yang satu dengan yang lain. Sensitivitas setiap bakteri patogen terhadap suatu antimikroba harus diuji dengan berbagai konsentrasi untuk menentukan tingkat konsentrasi yang menyebabkan pertumbuhan bakteri tersebut terhambat atau mati Tim Mikrobiologi FK Brawijaya, 2003. Pada Tabel 4.3, 4.4 dan 4.5 terlihat bahwa konsentrasi yang dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Ditjen POM 1995 dengan batas daerah hambatan yang efektif lebih kurang 14-16 mm. Berdasarkan hasil pengukuran diameter daerah hambatan memperlihatkan bahwa ekstrak etanol daun titanus memberikan aktivitas antibakteri yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Stapyhlococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 100 mgml dengan diameter daerah hambat berturut-turut 14,83, 15,5 mm, dan 14,23 mm. Konsentrasi Hambat Minimun KHM diperoleh pada konsentrasi 6,25 mgml untuk bakeri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa berturut-turut adalah 7,16 mm, 7,43 mm, 7,03 mm, sedangkan ekstrak samsu putih daun titanus memberikan aktivitas antibakteri yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Stapyhlococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 500 mgml dengan diamteter hambat berturut-turut 14,6 mm, 14,96 mm dan14,0 mm. KHM diperoleh pada konsentrasi 25 mgml untuk bakteri Staphylococcus aureus 39 Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa berturut-turut adalah7,13 mm, 7,46 mm dan 6,56 mm. Data di atas menunjukkan bahwa ekstrak etanol memberikan hasil yang lebih besar daripada ekstrak samsu putih sesuai dengan batas daerah hambat yang dinilai efektif menurut Farmakope Indonesia yaitu diameter daya hambat lebih kurang 14 mm – 16 mm. Hal ini disebabkan karena pelarut samsu putih yang digunakan untuk maserasi simplisia mengandung etanol 19. Adanya aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol dan ekstrak samsu putih karena adanya kandungan senyawa metabolit sekunder yang bersifat sebagai antibakteri yaitu steroidtriterpenoid, saponin, flavonoid dan tanin Robinson, 1991. Mekanisme antibakteri flavonoid adalah membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler. Flavonoid juga berperan dalam menghambat metabolisme energi. Senyawa ini akan menganggu metabolisme energi dengan cara yang mirip dengan sistem respirasi, karena dibutuhkan energi yang cukup untuk penyerapan aktif berbagai metabolit dan untuk biosintesis makromolekul Ngajow, et al., 2013. Tanin memiliki aktivitas antibakteri, toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri Akiyama et al., 2001. Mekanisme kerja tanin yaitu dapat melewati membran sel karena tanin dapat berpresipitasi pada pada protein Abdollahzadeh et al., 2011. Tanin juga dapat membentuk ikatan hidrogen dengan protein di dinding sel bakteri, jika ikatan hidrogen terbentuk maka akan terjadi denaturasi protein yang menyebabkan metabolisme bakteri terganggu Mailoa, et al., 2014. Mekanisme steroid sebagai antibakteri berhubungan dengan membran lipid dan sensitivitas terhadap 40 komponen steroid yang menyebabkan kebocoran pada liposom. Mekansisme kerja saponin yaitu menyebabkan kebocoran pada protein dan enzim tertentu dari sel Madduluri, et al., 2013. Saponin merupakan zat aktif permukaan yang dapat meningkatkan permeabilitas membran sehingga terjadi hemolisis sel, apabila saponin berinteraksi dengan kuman maka kuman tersebut akan pecah atau lisis Poeloengan dan Praptiwi, 2010. Pada penelitian ini aktivitas antibakteri terhadap ketiga bakteri memberikan hasil yang berbeda, yaitu aktivitas bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis gram positif memberikan aktivitas yang lebih besar dibandingkan dengan Pseudomonas aeruginosa gram negatif pada berbagai konsentrasi. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan komposisi dan struktur dinding sel yang dimiliki oleh masing-masing bakteri uji. Perbedaan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif terdapat pada komposisi dan struktur dinding selnya. Dinding sel bakteri gram positifmengandung banyak lapisan peptidoglikan dan asam teikoat Pratiwi, 2008. Struktur dinding sel bakteri gram positif memiliki kandungan lipid yang rendah 1-4, sehingga memudahkan bahan bioaktif masuk kedalam sel, sedangkan struktur dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks, berlapis tiga yaitu lapisan luar lipoprotein, lapisan tengah lipopolisakarida yang berperan sebagai penghalang masuknya bahan bioaktif antibakteri dan lapisan dalam berupa peptidoglikan dengan kandungan lipid yang tinggi Salni, et al., 2011. Dinding sel bakteri gram negatif tidak mengandung asam teikoat dan karena hanya mengandung sejumlah kecil peptidoglikan maka dinding sel bakteri gram negatif lebih tahan terhadap kerusakan mekanis Pratiwi, 2008. 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap daun titanus Leea aequata L. diperoleh kesimpulan: 1. Hasil karakterisasi simplisia daun titanus diperoleh kadar air 4 kadar sari larut air 8,11, kadar sari larut etanol 9,61, kadar abu total 7,58 dan kadar abu tidak larut dalam asam 0,65 . 2. Hasil skrining serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun titanus menunjukkan hasil positif pada alkaloid, flavonoid, glikosida, tanin, saponin, steroidtriterpenoid. 3. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun titanus memberikan aktivitas antibakteri yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Stapyhlococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 100 mgml sedangkan ekstrak samsu putih efektif pada konsentrasi 500 mgml.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memformulasi ekstrak etanol dalam bentuk sediaan dengan mempertimbangkan pengujian toksisitas terlebih dahulu.