BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis
Tuntutan otonomi daerah secara penuh terus dilakukan agar setiap daerah dapat memainkan peranan dan posisi yang strategis sebagai pemilik sumber daya di daerahnya
sendiri. Pelaksanaan otonimi daerah juga diharapkan sebagai upaya untuk mempercayai masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam mengatur dan mengembangkan potensi
daerahnya sendiri. Terlalu besarnya dominasi negara selama ini yang menjadi alasan penting bagi masyarakat untuk melakukan perubahan yang mendasar pada pemerintahan
daerah terlebih dalam pemerintahan desa. Proses prencanaan, pengambilan keputusan dan program pembangunan kerap kali dilakukan dengan sistem dari atas kebawah top-
down. Rencana program-program pembangunan diseragamkan di buat ditingkat pusar atas dan dilakukan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten, sedangkan potensi setiap
daerah berbeda-beda. Sistem perencanaan pembangunan top-donw yang bersifat sentralistik ini menyebabkan mandulnya partisipasi masyarakat. sejauh ini, partisipasi
masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam peleksanaan program-program kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat
pelaksanaan tetapi juga mulai dari tahap perencanaan bahkan pengambilan keputusan. Suatu skema baru otonomi daerah, yang didalamnya termuat semangat melibatkan
masyarakat, dengan menekankan bahwa kualitas otonomi daerah akan ditentukan oleh
Universitas Sumatera Utara
sejauh mana keterlibatan masyarakat, maka dengan sendirinya harus ditunjukkan adanya saluran aspirasi masyarakat semenjak dini.
Di sini dapat kita ketahui bahwa sudah seharusnya ide awal proses pembangunan harus menyertakan masyarakat di dalam perumusannya. Maka perumusan ini merupakan
proses perumusan yang umum, yang mana pada rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan pokok-pokok harapan, dan kepentingan dasarnya. Artinya skema politik dan
sistem perencanaan pembangunan yang lama, dimana rakyat hanya menerima putusan dari pemerintah sistem bottom-up supaya dapat terlaksana dengan baik. Dalam UU No.
25 Tahun 2004, pemerintah meletakan komitmen politik untuk memperbaiki kualitas pembangunan manusia Indonesia mulai dari pemetaan sisitem perencanaan pembangunan
yang melibatkan peran serta profesional masyarakat dan pemerintah daerah dari sejak awal tahap perencanaan sampai pemanfaatan dan pelestarian. Untuk mendukung
pelaksanaan amanat UU No.25 Tahun 2004 ini, maka pemerintah atas nama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Kepala Bappena ssudah mengeluarkan surat edaran
tentang sisitem perencanaan pembangunan Daerah. Dalam surat edaran tersebut pemerintah daerah diwajibkan menyusun rencana pembangunan jangka panjang
RPJPD, rencana pembangunan jangka menengah RPJMD, dan rencana kerja pemerintah daerah RKPD sebagai rencana tahunan. Setiap proses penyusunan harus
mempunyai koordinasi antara instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan, melalui sutu forum yang disebut sebagai musyawarah perencanaan
pembangunan atau yang disebut dengan Musrenbang. Berkaitan dengan hasil penelitian ini dapat dijelaskan secara keseluruhan
beberapa indikasi mengenai keberadaan partisipasi masyarakat Kecamatan Medan Johor
Universitas Sumatera Utara
khususnya dalam Program Pembangunan Pemeliharaan Drainase di lokasi penelitian. Adapun hasil penelitian tersebut terbagi dalam sub bagian analisis berikut ini.
5.1.1. Keterlibatan Masyarakat Kecamatan Medan Johor dalam Perencanaan Pembangunan Pemeliharaan Drainase.
Partisipasi dalam pembangunan dipandang sebagai sebuah metodelogi yang mengantarkan pelaku-pelakunya untuk dapat memahami masalah-masalah yang dihadapi,
sehingga dapat menganalisa dan mencari selusi dari masalah yang dihadapi tersebut, sehingga memberikan kerangka untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan.
Hasil wawancara terhadap informan kunci menginterpretasikan bahwa dalam hal keikutsertaan Masyarakat Kecamatan Medan Johor baik yang langsung berdekatan lokasi
domisilinya dengan lokasi pembangunan pemeliharaan drainase dimaksud masih belum mendapatkan ruang yang memadai. Artinya sebagai anggota masyarakat kecamatan yang
membutuhkan hasil program pembangunan tersebut juga masih merasa keterlibatan mereka dalam proses perencanaan Pembangunan saluran Drainase di lokasi penelitian
sangat minim sekali. Padahal banyak sebenarnya masyarakat yang mengharapkan bahwaw sebagai obyek pembangunan berarti masyarakat terkena langsung atas kebijakan
dan kegiatan pembangunan. Dalam hal ini perlu masyarakat Kecamatan Medan Johor ikut dilibatkan baik dari segi formulasi kebijakan maupun aplikasi kebijakan tersebut,
sebab merekalah yang dianggap lebih tahu tentang kondisi lingkungannya. Partisipasi masyarakat apalagi hingga ke tahap pengawasan terhadap pelaksanaan
proyek pembangunan seperti drainase merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam rangka mensinergikan antara keinginan penguasa dengan dengan keinginan rakyat.
Universitas Sumatera Utara
Yang mana pada dasarnya partisipasi masyarakat timbul tidaklah semata-mata dengan sendirinya melainkan ada hal-hal yang mampu mempengaruhinya, sehingga masyarakat
merasa sadar dan terdorong untuk terlibat lebih jauh dalam segala aspek kehidupan negara. Perencanaan pembangunan merupakan sebuah instrumen yang sangat penting.
Sebab perencanaan partisipatif merupakan sala satu dari serangkaian perjalanan pembangunan dan juga tahap awal yang sangat menentukan bagi keberhasilan proses
pembangunan khususnya di Kecamatan Medan Johor. Pada fase ini sudah selayaknya pembangunan di Kecamatan Medan Johor merupakan hasil dari musyawarah yang
senantiasa memperhatikan aspirasi masyarakat secara utuh. Disamping hal tersebut penyusunan perencanaan dan proses pembangunan
merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lainnya. Dalam tahap penyusunan perencanaan, proses pemebangunan yang nantinya akan terjadi dalam periode
perencanaan tersebut diperkirakan akan sesuai dengan kerangka perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Perencanaan merupakan jawaban sementara atas persoalan-
persoalan pembangunan yang dihadapi masyarakat. Jadi dalam hal ini perencanaan cendrung menetapkan langkah-langkah yang hendak dilakukan dengan belajar dari
pengalaman-pengalaman yang sebelumnya untuk mencapai tujuan tertentu. Bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang terus-menerus dan menyeluruh dari
penyusunan suatu rencana, penyusunan program kegiatan, pelaksanaan serta pengawasan dan evaluasi dari pelaksanaannya. Kembali hasil wawancara terhadap informan kunci di
lokasi penelitian ini dilaksakan menggambarkan bahwa manajemen yang telah dilakukan justru kurang efektif. Informan kemudian memaparkan bahwa selama pembangunan
pemeliharaan drainasi di Kecamatan Medan johor dilaksanakan, pernah disaksikan secara langsung bahwa ada salah satu anggota masyarakat jusrtru menunjukkan kemarahan yang
Universitas Sumatera Utara
cukup mengganggu jalannya proses pembangunan. Masyarakat tersebut menilai bahwa pembangunan yang sedang dilakukan tanpa kompromi sehingga setiap jam-jam sibuk,
banyak sekali dijumpai titik kemacetan lalu lintas. Padahal ekses penghambatan penyelesaian pelaksanaan pembagunan sebagaimana
ekses di atas dapat dihindari jika saja program pembangunan pemeliharaan drainase di Kecamatan Medan Johor itu sendiri telah menerapkan perencanaan yang berbasis
prakarsa masyarakat dimana perencanaan yang sepenuhnya mencerminkan kebutuhan kongkrit masyarakat dan dalam proses penyusunannya benar-benar melibatkan aspirasi
masyarakat setempat dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat dan mencapai kehidupan baru yang lebih baik dan bermakna melalui langkah-langkah pembangunan.
Untuk menampung keinginan masyarakat dalam pembangunan ditempuh dengan sistem perencanaan dari bawah ke atas bottom up. Inilah yang sebenarnya merupakan
perencanaan partisipatif.
5.1.2. Kondisi Aksesibilitas Masyarakat Kecamatan Medan Johor Mengajukan Alternatif atau Keputusan Dalam Perencanaan hingga Pengawasan Program
Pembangunan Pemeliharaan Drainase.
Meskipun pemberdayaan masyarakat bukan semata-mata sebuah konsep ekonomi, dari sudut pandang kita pemberdayaan masyarakat secara implisit mengandung arti
menegakkan demokrasi. Demokrasi secara harafiah berarti kedaulatan rakyat di dalam rangkaian pembangunan, dimana kegiatan pembangunan yang berlangsung adalah dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep ini menyangkut masalah penguasaan
Universitas Sumatera Utara
teknologi, pemilikan modal, akses ke pasar dan ke dalam sumber-sumber informasi, serta keterampilan manajemen.
Agar demokrasi dapat berjalan, maka aspirasi masyarakat yang tertampung harus diterjemahkan menjadi rumusan-rumusan kegiatan yang nyata. Untuk menerjemahkan
rumusan menjadi kegiatan nyata tersebut, negara mempunyai birokrasi. Birokrasi ini harus dapat berjalan efektif, artinya mampu menjabarkan dan melaksanakan rumusan-
rumusan kebijaksanaan publik public policies dengan baik, untuk mencapai tujuan dan sasaran yang dikehendaki. Dalam paham bangsa Indonesia, masyarakat adalah pelaku
utama pembangunan, sedangkan pemerintah birokrasi berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan iklim yang menunjang. Selanjutnya
berturut-turut akan dibahas tujuan pembangunan, konsep pemberdayaan masyarakat dalam konteks perkembangan paradigma pembangunan, pendekatan, aspek kelembagaan
beserta mekanismenya serta strategi dalam mewujudkannya. Salah satu fokus penelitian ini tentu melihat bagaimana sebenarnya keberadaan
keterbukaan bagi akses masyarakat tersebut hingga ke taraf pengusulan alternatif dalam rangkaian pembangunan drainase di Kecamatan Medan Johor atau keleluasaan
masyarakat di lokasi penelitian dalam memuttuskan apa yang menjadi kebutuhan hingga bagaimana drainase yang diinginkan.
Sebagian besar informan penelitian mendeskripsikan interpretasi terhadap pertanyaan yang diajukan dengan cukup antusias. Adapun informasi yang diterima
melalui hasil wawancara yang dilakukan menjelaskan bahwa hampir keseluruhan cenderung menginginkan bahwa saluran drainase yang sesuai dengan kondisi di
lingkungan mereka berdomisili haruslah memiliki kedalaman yang cukup disertai pelindung.
Universitas Sumatera Utara
Jelaslah bahwa sebenarnya hasil pelaksanaan pembangunan pemeliharaan saluran drainase yang telah dilakukan tidak singkron dengan keinginan masyarakat di Kecamatan
Medan Johor pada umumnya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa keterbukaan terhadap akses masyarakat dalam mengajukan alternatif atau memutuskan sendiri apa
yang menjadi keinginannya masih belum terwujud dengan semestinya.
5.1.3. Sosialisasi Informasi Program Pembangunan Pemeliharaan Drainase bagi Masyarakat di Kecamatan Medan Johor Kota Medan.
Salah satu aspek penting dalam implementasi kebijakan pembangunan adalah adanya asas transparansi atau keterbukaan. Prasyarat ini adalah mutlak mengingat dalam
era demokrasi saat ini masyarakat berhak mengetahui secara lebih spesifik, konsep dan penerapan kebijakan macam apa yang dapat segera diwujudkan dan sekaligus memberi
manfaat yang sebesar-besaranya bagi hajat hidup masyarakat itu sendiri. Karenanya disisi lain ketertutupan aparatur pemerintah dalam memutuskan berbagai kebijakan dalam
pembangunan akan berdampak pada kurang efektifnya penerapan kebijakan dan terhambatnya proses pembangunan yang dijalankan. Sehingga boleh jadi ketertutupan
justru menimbulkan resistensi di masyarakat. Hasil wawancara menjelaskan bahwa selama pelaksanaan program pembangunan
pemeliharaan Drainase di Kecamatan Medan Johor berlangsung, banyak informan beranggapan bahwa sosialisasi program pembangunan pemeliharaan Drainase di
Kecamatan Medan Johor yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah kota masih sangat minim. Padahal sosialisasi program tersebut juga termasuk dalam ruang debat publik,
Universitas Sumatera Utara
sehingga masyarakat bisa mengetahui darimana dan kemana anggaran belanja daerah dialokasikan dan bagaimana pendistribusiannya.
Sosialisasi kebijakan sebelumnya juga penting guna pengawasan yang lebih baik dan efektif, artinya masyarakat juga akan turut mengawasi. Sosialisasi juga jangan
sekadar formalitas dan kerangka kerja saja, penjelasan yang lebih detail pada kenyataannya akan mampu menyumbangkan legitimasi yang lebih kuat dari masyarakat
terhadap setiap kegiatan proyek-proyek pembangunan. Orientasi kerja dan kinerja aparatur juga selayaknya harus lebih kepada urgensi kebutuhan masyarakat, ketimbang
sekadar formalitas pengalokasikan dana pembangunan proyek dalam setiap tahun anggaran untuk proyek-proyek rutin, dalam hal APBD misalnya, selain ada fungsi
alokasi, maka fungsi fiskal anggaran tersebut harus optimal. Sehingga aparatur akan lebih luwes lagi mengelola anggaran daerah, yang merupakan hasil optimal dari partisipasi
masyarakat. Demikian juga dengan sosialisasi Perda Peraturan Daerah, harus diumumkan secara jelas dan terbuka, sehingga anggota masyarakat akan merasa “well-
informed” dengan kebijakan pemerintah di daerahnya. Selama ini tidak jarang masyarakat kurang mengetahui perda-perda apa saja yang mengakomodir kepentingan
yang lebih luas, dan apa saja manfaat perda-perda yang telah dan akan dikeluarkan. Dalam hal kebijakan publik ada komitmen terhadap pola kepemerintahan yang
baik good-governance, yang dalam Peraturan Pemerintah No.12000 dijelaskan bahwa kepemerintahan yang baik adalah yang mampu mengembangkan dan menerapkan
prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektifitas supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.
Pemerintahan yang bijaksana memiliki arti tidak sekadar mengandalkan legalitas hukum yang dimiliki untuk menjalankan administrasi publik, akan tetapi juga berusaha
Universitas Sumatera Utara
menumbuhkan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap proses administrasi dan hasil-hasil pembangunan yang dicapai Nisjar dalam Sedarmajanti,
2004. Dengan dermikian transparansi adalah suatu prinsip atau karakteristik dalam mengembangkan sistim kepemerintahan yang baik.
Budaya transparansi memang relatif baru bagi kita, meskipun di negara-negara yang menganut faham demokrasi hal demikian tidaklah tabu. Soal bagaimana proses
pembelajaran seluruh lapisan masyarakat, khususnya aparatur pemerintahan dalam mewujudkan transparansi kebijakan publik, semestinya dimulai dari aparatur
pemerintahan sendiri, atau peran proaktif para wakil rakyat.di DPR maupun DPRD. Sementara itu dikalangan akademisi harus dibiasakan untuk secara terbuka dan sportif
mendiskusikan bagian-bagian dari kebijakan pemerintahan, terutama yang langsung menyangkut hajat hidup orang banyak. Misalkan soal pendidikan, kesehatan, perumahan,
pangan, subsidi, kenaikan BBM, dana kompensasi dan lain sebagainya. Adanya argumentasi akademik dari dasar pengambilan keputusan yang didiskusikan secara
terbuka, baik melalui saluran media massa ataupun seminar-seminar, akhirnya akan menjadi sebuah tradisi akademis yang sangat bermanfaat, sehingga implementasi
kebijakan tidak melulu menjadi polemik yang menimbulkan pertentangan politik yang tak berujung di kemudian hari.
Transparansi atau keterbukaan memerlukan pula data-data yang lengkap, dan ini juga merupakan tugas pihak-pihak yang kompeten untuk itu, disisi pemerintah misalnya
ada Badan-badan yang berwewenang mempublikasikan data-data baku seperti BPS Badan Pusat Statistik atau Bapeda serta instansi resmi lainnya yang memiliki otoritas
untuk itu. Adakalanya data-data pembangunan tidak secara lengkap disajikan dengan berbagai alasan kendala teknis, padahal semestinya data-data dan informasi baku harus
Universitas Sumatera Utara
lebih cepat disosialisasikan dengan kesenjangan waktu time-gap yang tidak terlalu lama. Dalam hal ini kita memang jauh tertinggal dari negara-negara industri maju dalam
hal kecepatan merilis data-data pembangunan mutakhir, baik di tingkat pusat maupun daerah. Pentingnya data ini dapat menghindarkan situasi informasi yang asimetrik
assymetric information, dimana terjadinya ketimpangan informasi antara aparatur dengan masyarakat. Iklim demikian menjadi tidak sehat bagi proses demokratisasi dan
mungkin saja akan membuka celah untuk terjadinya korupsi, kolusi dan manipulasi. Untuk mengoreksinya, lembaga otoritas harus membuat peraturan keterbukaan informasi.
Tidak jarang bahwa kegagalan atau kelalaian menyampaikan informasi yang lengkap dapat digolongkan sebagai tindakan pidana, dengan hukuman kurungan, denda ataupun
sanksi administratif .
5.1.4. Keberadaan Wadah Komunikasi Masyarakat Kecamatan Medan Johor yang Terfokus pada Program Pembangunan Pemeliharaan Drainase.
Dikatakan bahwa pembangunan adalah merupakan proses, yang penekanannya pada keselarasan antara aspek kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah. Jika dilihat dari
segi ilmu komunikasi yang juga mempelajari masalah proses, yaitu proses penyampaian pesan seseorang kepada orang lain untuk merubah sikap, pendapat dan perilakunya.
Dengan demikian pembangunan pada dasarnya melibatkan minimal tiga komponen, yakni komunikator pembangunan, bisa aparat pemerintah ataupun masyarakat, pesan
pembangunan yang berisi ide-ide atau pun program-program pembangunan, dan komunikan pembangunan, yaitu masyarakat luas, baik penduduk desa atau kota yang
menjadi sasaran pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian pembangunan di Indonesia adalah rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia, harus bersifat pragmatik
yaitu suatu pola yang membangkitkan inovasi bagi masa kini dan yang akan datang. Dalam hal ini tentunya fungsi komunikasi harus berada di garis depan untuk merubah
sikap dan perilaku manusia Indonesia sebagai pemeran utama pembangunan, baik sebagai subjek maupun sebagai objek pembangunan.
Hasil wawancara dengan informan penelitian ini menjelaskan bahwa dalam hal pelaksanaan Program Pembangunan Pemeliharaan drainase di Kecamatan medan johor
belum menyertakan forum komunikasi khusus yang juga memfokuskan informasi dan komunikasinya terhadap program pembangunan tersebut. Mayoritas masyarakat yang
hidup dengan pola kota metropolitan masih menjadi problema utama dan memberikan hambatan yang sangat berarti bagi berkumpulnya masyarakat di kecamatan Medan Johor
pada suatu waktu tertentu. Tingkat kepadatan jadwal dalam pelaksanaan rutinitas masyarakat di Kecamatan Medan Johor sehari-hari justru semakin meningkat seiring
dengan perkembangan zaman. Oleh karenanya keberadaan lembaga ataupun forum komunikasi khusus masih jauh dari harapan sebagaimana konsepsi partisipasi masyarakat
yang telah dipaparkan sebelumnya.
5.1.5. Kerjasama antara Masyarakat Kecamatan Medan Johor dengan Aparatur Pemerintah dalam rangka Pengawasan Program Pembangunan
Pemeliharaan Drainase.
Mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan dengan mencapai keadaan yang baik dan sinergi antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil dalam
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan sumber-sumber alam, sosial, lingkungan dan ekonomi. Prasyarat minimal untuk mencapai good governance adalah adanya transparansi, akuntabilitas, partisipasi,
pemberdayaan hukum, efektifitas dan efisiensi, dan keadilan. Kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah harus transparan, efektif dan efisien, serta mampu menjawab
ketentuan dasar keadilan. Sebagai bentuk penyelenggaraan negara yang baik maka harus keterlibatan masyarakat di setiap jenjang proses pengambilan keputusan. Namun dalam
mengeluarkan kebijakan publik masih diwarnai keputusan, kebijakan, danatau ketetapan yang tidak sesuai dengan ketentuan keinginan masyarakat
Konsep good governance dapat diartikan menjadi acuan untuk proses dan struktur hubungan politik dan sosial ekonomi yang baik. Human interest adalah faktor terkuat
yang saat ini mempengaruhi baik buruknya dan tercapai atau tidaknya sebuah negara serta pemerintahan yang baik. Sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan
bahwa setiap manusia memiliki kepentingan. Baik kepentingan individu, kelompok, danatau kepentingan masyarakat nasional bahkan internasional. Dalam rangka
mewujudkan setiap kepentingan tersebut selalu terjadi benturan. Begitu juga dalam merealisasikan apa yang namanya “good governance” benturan kepentingan selalu
lawan utama. Kepentingan melahirkan jarak dan sekat antar individu dan kelompok yang membuat sulit tercapainya kata “sepakat”.
Demi mennggapai mimpi pemerintahan yang baik, reformasi birokrasi juga menjadi salah satu jawaban. Menuju nagara dan pemerintahn yang baik tentu harus
memiliki birokrasi yang berkompeten agar memicu usaha peningkatan kapasitas dan kwalitas birokrasi. Tidak lagi dengan birokrasi yang cenderung berbelit-belit, dipersulit
dan lama. Banyak jalur birokrasi yang harus dipangkas dan beberapa jalan pintas yang
Universitas Sumatera Utara
legal dan bisa ditenpuh dalam mencapai birokrasi yang mudah dan cepat. Hal ini tentu akan berdampak pada mininya celah terjadinya korupsi melalui administrasi.
Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan
secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara. Negara
berperan memberikan pelayanan demi kesejahteraan rakyat dengan sistem peradilan yang baik dan sistem pemerintahan yang dapat dipertanggungjawaban kepada publik. Meruju
pada 3 tiga pilar pembangunan berkelanjutan. Dalam pembangunan ekonomi, lingkungan, dan pembangunan manusia. Good governance menyentuh 3 tiga pihak
yaitu pihak pemerintah penyelenggara negara, pihak korporat atau dunia usaha penggerak ekonomi, dan masyarakat sipil menemukan kesesuaiannya. Ketiga pihak
tersebut saling berperan dan mempengaruhi dalam penyelenggaraan negara yang baik. Sinkronisasi dan harmonisasi antar pihak tersebut menjadi jawaban besar. Namun dengan
keadaan Indonesia saat ini masih sulit untuk bisa terjadi. Sebagaimana fokus penelitian ini menyangkut keberadaan kerjasama yang dijalin
antara Ketiga pihak dalam pemahaman di atas, Kerjasama antara Masyarakat Kecamatan Medan Johor dengan Aparatur Pemerintah dalam rangka Pengawasan Program
Pembangunan Pemeliharaan Drainase masih belum berjalan sebagaimana konsep good governance yang sama-sama dicitakan. Oleh karenanya Pemerintah Kota Medan serta
penyelenggara Program Pembangunan Pemeliharaan Drainase di kecamatan Medan Johor seharusnya memperhatikan bagaimana mengelola sumberdaya lembaga yang ada
agar sesuai dengan kebutuhan yang ada dan tujuan yang ingin dicapai, sehingga efisiensi kerja dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang direncanakan.
Universitas Sumatera Utara
5.1.6. Ciri Tindakan Masyarakat Kecamatan Medan Johor dalam Mengawasi Program Pembangunan Pemeliharaan Drainase.
Anggota masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan semata, tetapi sebagai subjek pembangunan pula. Partisipasi masyarakat adalah pemberdayaan
masyarakat, peran sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan dan implementasi program atau proyek pembangunan, dan merupakan aktualisasi, ketersediaan, dan
kemauan masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi program pembangunan
Pembangunan melalui partisipasi masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan yang berkaitan
dengan potensi sumber daya lokal berdasarkan kajian musyawarah, yaitu peningkatan aspirasi berupa keinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam masyarakat, peningkatan
motivasi dan peran serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan, dan peningkatan rasa memiliki pada kelompok masyarakat terhadap program kegiatan yang
telah disusun. Dikembangkan oleh Bappenas bersama BPS semacam angka indeks kesejahteraan
rakyat yang menggabungkan indikator ekonomi, kesehatan, dan pendidikan ke dalam suatu angka indeks. Di
dunia internasional indeks kesejahteraan semacam ini telah dikembangkan oleh UNDP yang dikenal
dengan nama Human Development Index HDI seperti telah dikemukakan di atas.
Manusia juga harus mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi melalui pembangunan
spiritual, sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat, dalam rangka membangun masyarakat
berakhlak. Terkait dengan itu adalah pembangunan budaya, yakni untuk menciptakan, di atas budaya
yang menjadi jati diri
Universitas Sumatera Utara
bangsa Indonesia, sikap budaya kerja keras, disiplin, kreatif, ingin maju, menghargai
prestasi dan siap bersaing. Ukurannya tentu sangat relatif dan terutama bersifat kualitatif.
Dalam pembangunan budaya perlu dikembangkan orientasi kepada ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemberdayaan teknologi, merupakan jawaban yang
berjangkauan jauh ke depan dan berkesinambungan dalam membangun masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera. Pemberdayaan masyarakat harus pula berarti
membangkitkan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakatnya. Masyarakat yang secara politik terisolasi bukanlah masyarakat
yang berdaya, artinya tidak seluruh aspirasi dan potensinya tersalurkan. Maka, aspek politik juga terdapat dalam pemberdayaan masyarakat.
5.2. Pembahasan