PENDAHULUAN ANALISIS FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA BALITA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT Analisis Faktor Risiko Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Balita Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta.

2

1. PENDAHULUAN

Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Berbagai upaya pengendalian telah dilakukan untuk menurunkan insidensi dan kematian akibat tuberkulosis, tetapi pada tahun 2014 tuberkulosis masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian. Jumlah kasus baru tuberkulosis paru pada tahun 2014 sebanyak 5,2 juta dan sebanyak 3 juta kasus terkonfimasi bakteriologis WHO, 2015. Jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia terus meningkat. Jumlah kasus baru tuberkulosis pada tahun 2015 sebanyak 130 per 100.000 penduduk, meningkat dibandingkan jumlah kasus baru tuberkulosis pada tahun 2014 sebesar 129 per 100.000 penduduk Kemenkes, 2016. Di Jawa Tengah jumlah kasus baru tuberkulosis sebesar 89,01 per 100.000 penduduk pada tahun 2014, menurun dibandingkan jumlah kasus baru tuberkulosis pada tahun 2013 yaitu sebesar 114 per 100.000 penduduk. Jumlah kasus baru tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis pada tahun 2014 di Jawa Tengah sebesar 55,99 per 100.000 penduduk Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2015. WHO 2015 menyatakan kasus baru tuberkulosis di dunia pada usia di bawah 15 tahun mencapai 1 juta dengan jumlah kematian sebanyak 140.000 setiap tahun. Kemenkes RI 2013 menyatakan bahwa tuberkulosis anak merupakan penyakit tuberkulosis yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun. Kasus tuberkulosis pada anak di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 proporsi kasus tuberkulosis pada anak sebesar 7,1, dan mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 8, 59 dari seluruh kasus tuberkulosis pada semua kelompok umur Kemenkes, 2016. Di Jawa Tengah proporsi kasus tuberkulosis anak di antara kasus baru tuberkulosis paru yang tercatat sebesar 6,63 pada tahun 2014. Kasus tuberkulosis paru pada anak di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BBKPM Surakarta sebagian besar terjadi pada usia balita. Menurut Soetjiningsih 2002, balita merupakan anak usia di bawah lima tahun. Kasus tuberkulosis paru anak pada tahun 2013 yakni 93 kasus, dan sebanyak 69 anak berusia balita. Kasus tuberkulosis paru anak meningkat pada tahun 2014 menjadi 106 kasus dan sebanyak 83 anak berusia balita. Kasus tuberkulosis anak pada tahun 2015 yakni 89 kasus, dan sebanyak 67 anak berusia balita. Kasus tuberkulosis paru anak pada tahun 2016 yakni 70 kasus dan sebanyak 49 anak berusia balita BBKPM, 2016. Balita mempunyai risiko lebih besar untuk tertular tuberkulosis karena imunitas selularnya belum berkembang sempurna imatur. Tuberkulosis pada balita dapat 3 menyebabkan hemoptisis berat yang dapat mengakibatkan kematian Rahajoe et.al , 2015. Faktor risiko terjadinya infeksi tuberkulosis paru pada balita antara lain kontak dengan penderita tuberkulosis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat dan tingkat pengetahuan orang tua yang rendah Rahajoe et.al 2015, Ngastiyah 2005. Kemenkes 2013 menyatakan bahwa sekitar 50-60 anak yang tinggal dengan pasien tuberkulosis paru dewasa dengan BTA sputum positif akan terinfeksi tuberkulosis. Salah satu faktor utama berkembangnya kuman Mycobacterium tuberculosis di Indonesia yaitu status ekonomi yang rendah karena ketidakmampuan menciptakan lingkungan rumah dan sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan. Lingkungan rumah yang tidak sehat meningkatkan risiko penularan tuberkulosis paru. Tingkat pengetahuan ibu merupakan faktor penting dalam melindungi balita dari infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Kemenkes 2014 menyatakan lebih dari 43 juta anak Indonesia serumah dengan perokok dan terpapar asap tembakau. Anak yang terpapar asap tembakau dapat mengalami pertumbuhan paru yang lambat, sehingga mudah terkena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah riwayat kontak serumah, status ekonomi, paparan asap rokok anggota keluarga, pengetahuan ibu tentang tuberkulosis paru merupakan faktor risiko kejadian tuberkulosis paru pada balita di BBKPM Surakarta.

2. METODE PENELITIAN

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA BALITA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU Analisis Faktor Risiko Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Balita Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta.

0 2 16

PENDAHULUAN Analisis Faktor Risiko Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Balita Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta.

0 2 7

DAFTAR PUSTAKA Analisis Faktor Risiko Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Balita Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta.

0 15 4

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN Hubungan perilaku merokok dengan kejadian tuberkulosis paru di balai besar kesehatan paru masyarakat (bbkpm) surakarta.

0 2 14

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU Hubungan perilaku merokok dengan kejadian tuberkulosis paru di balai besar kesehatan paru masyarakat (bbkpm) surakarta.

0 1 15

ANGKA KEJADIAN PENEMUAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN BRONKIEKTASIS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT Angka Kejadian Penemuan Tuberkulosis Paru Pada Pasien Bronkiektasis Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Tahun 2012 Sampai 2013.

0 3 14

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA.

0 2 8

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA.

0 1 5

FAKTOR RISIKO TERJADINYA RELAPSE PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA Faktor Risiko Terjadinya Relapse Pada Penderita Tuberkulosis Paru Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta.

0 2 17

PENDAHULUAN Faktor Risiko Terjadinya Relapse Pada Penderita Tuberkulosis Paru Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta.

0 2 7