Latar Belakang Tinjauan Yuridis Terhadap Keselamatan dan Keamanan Pelayaran di Laut Indonesia dan Laut Internasional Berdasarkan United Nations Convention On The Law Of The Sea (UNCLOS) dan Undang-Undang No 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi merupakan urat nadi perekonomian masyarakat dan bangsa Indonesia. Aktivitas perkembangan transportasi di Indonesia yang terdiri dari berbagai matra transportasi laut dan transportasi lainnya semakin meningkat. Hal ini merupakan dampak dari aktivitas perekonomian dan aktifitas sosial budaya dan masyarakat. Disamping itu, proses deregulasi proses pembaruan regulasi di bidang transportasi secara nasional juga telah memicu peningkatan aktifitas transportasi. Memahami sepenuhnya bahwa kesadaran manusia terhadap pelestarian lingkungan semakin tinggi, sehingga kecelakaan transportasi di laut yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan pencemaran menjadi bahan pertimbangan yang signifikan. Peningkatan aktifitas transportasi secara nasional baik dalam matra transportasi darat, laut, udara, perkeretaapian tersebut di sisi lain juga berdampak semakin meningkatnya insiden dan kecelakaan transportasi. Tingginya kasus kecelakaan laut di Indonesia saat ini harus menjadi perhatian seluruh pihak, bukan hanya pemilik kapal tetapi juga pemerintah, instansi terkait dan masyarakat yang harus lebih aktif dalam memberikan informasi. Penyebab utama kecelakaan laut pada umumnya adalah karena faktor kelebihan angkutan dari daya angkut yang ditetapkan, baik itu angkutan barang maupun orang. Bahkan tidak jarang pemakai jasa pelayaran memaksakan diri naik kapal meskipun kapal sudah penuh Universitas Sumatera Utara 2 dengan tekad asal dapat tempat diatas kapal. Hal tersebut secara tidak langsung merupakan budaya orang Indonesia yang merupakan contoh yang sangat tidak baik dikarenakan oleh tidak sabarnya dalam menunggu kedatangan kapal selanjutnya. Hal ini berbeda dengan factor yang terjadi di pelayaran laut Internasional karena umumnya pada Negara lain, para administrasi kapal telah dengan sigap menghitung dan mengkalkulasikan segala aspek dan dampak yang terdapat safety procedure yang telah mereka dapatkan dalam pelatihan keamanan pelayaran laut Internasional namun tetap saja ada beberapa human error yang cenderung membahayakan pelayaran laut di Indonesia maupun di laut Internasional, hal ini membawa kita kepada factor kedua dalam penyebab kecelakaan dalam pelayaran laut. Dalam rangka pengintegrasian sarana dan prasarana transportasi yang memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan transportasi, perlu standarisasi atau peraturan sistem dan prosedur, serta sumber daya manusia yang profesional untuk mewujudkan pelayanan penyelenggaraan transportasi yang utuh dan berhasil guna serta berdaya guna. Maka untuk itu diperlukan suatu sistem tata pemerintahan yang baik dimana pemerintah mempunyai fungsi sebagai pembinaan terhadap pelayanan transportasi meliputi aspek pengaturan, aspek pengawasan dan aspek pengendalian. Aspek pengaturan, meliputi penetapan kebijakan umum dan kebijakan teknis antara lain penentuan standar, norma, pedoman, kriteria, perencanaan, prosedur termasuk persyaratan keamanan dan keselamatan. Aspek pengawasan, meliputi kegiatan pemantauan, penilaian, dan investigasi, rekomendasi dan Universitas Sumatera Utara 3 tindakan korektif serta penegakan hukum terhadap penyelenggaraan transportasi agar sesuai standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur dan perencanaan yang telah ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Aspek pengendalian meliputi arahan, bimbingan dan petunjuk, perijinan, sertifikasi dan pelatihan serta bantuan teknis di bidang pembangunan dan pengoperasian. Pelayaran di laut merupakan hal yang serius untuk diperhatikan aspek keselamatan dan keamanannya dikarenakan telah terjadi berbagai kasus yang perlu kita perhatikan dalam sejarah pelayaran laut di Indonesia maupun di laut Internasional seperti contohnya berikut : 1. Pada bulan Desember 2011 masyarakat Bangladesh dikejutkan dengan penyanderaan yang terjadi terhadap awak kapal MV Jahan Moni yang berbendera Bangladesh. Penyanderaan yang terjadi di wilayah laut Arab ini dilakukan oleh kelompok pembajak Laut Lepas di Somalia, yang memang sering beroperasi di wilayah tersebut. Para pembajak menuntut dibayarnya sejumlah tebusan jika pihak dari Bangladesh menginginkan dilepaskannya para awak dan kapal yang sandera. Pada bulan Maret 2011, seluruh awak kapal MV Jahan Moni pun dilepaskan setelah menerima uang tebusan. Menurut data yang ada, Bangladesh bukanlah korban pertama dari tindakan pembajakan di Laut Lepas ini. Pembajakan sebuah kapal MV Jahan Moni milik Negara Bangladesh yang bermuatan minyak mentah dan bahan kimia. Dampak yang terjadi Universitas Sumatera Utara 4 akibat pembajakan di Laut Lepas di kawasan Teluk Aden sangatlah tinggi. 2. Sekitar Pukul 09.55, KM. Dumai Express 10 tenggelam sepenuhnya pada posisi 01 o 12’ 500” LU 103 o 20’ 30” BT atau 1.3 NM 3 sebelah Utara Pulau Iyu Kecil, pada kedalaman kurang lebih 30 m. Kejadian ini mengakibatkan total loss kapal. Sebanyak 254 penumpang beserta awak kapal dapat diselamatkan tim penolong. 42 orang ditemukan meninggal dan 33 orang lainnya tidak dapat ditemukan.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaturan Batas Wilayah Laut Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan Relevansinya Dengan United Nations Convention On The Aw Of The Sea 1982

1 80 85

IMPLEMENTASI UNITED NATION CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982 (UNCLOS 1982) TERHADAP PENETAPAN ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA (ALKI)

0 4 13

Terjemahan Modal Pada Teks „United Nations Convention On The Law Of The Sea (Unclos ‟82)‟ Dalam Bahasa Indonesia

0 1 16

Terjemahan Modal Pada Teks „United Nations Convention On The Law Of The Sea (Unclos ‟82)‟ Dalam Bahasa Indonesia

0 0 2

Terjemahan Modal Pada Teks „United Nations Convention On The Law Of The Sea (Unclos ‟82)‟ Dalam Bahasa Indonesia

0 0 12

Terjemahan Modal Pada Teks „United Nations Convention On The Law Of The Sea (Unclos ‟82)‟ Dalam Bahasa Indonesia

0 0 40

Pengaturan Batas Wilayah Laut Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan Relevansinya Dengan United Nations Convention On The Aw Of The Sea 1982

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN - Pengaturan Batas Wilayah Laut Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan Relevansinya Dengan United Nations Convention On The Aw Of The Sea 1982

0 0 12

PENGATURAN BATAS WILAYAH LAUT MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN RELEVANSINYA DENGAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982 SKRIPSI

0 0 9

BAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PEROMPAKAN A. Perompakan Menurut UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) - Tinjauan Yuridis Tentang Perompakan Kapal Laut Di Perairan Somalia

1 1 10