Studi kasus mengenai pelayaran laut Indonesia dan Internasional

104 f Lingkungan Nasional Pengaruh lingkungan strategis nasional, antara lain berupa: a. Terjadinya Krisis EkonomiMultidimensi yang berdampak pada kemunduran usaha di bidang angkutan laut dan usaha penunjangnya b. Pelaksanaan Otonomi DaerahDesentralisasi yang menimbulkan perubahan kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam penyelenggaraan transportasi berdasarkan UU no. 32 tahun 2004.

2. Studi kasus mengenai pelayaran laut Indonesia dan Internasional

Menurut pengalaman dari kesalahan yang terjadi di kehidupan sekarang seperti yang tertuang diatas mengingatkan kita terhadap beberapa kasus pelayaran laut yang nasibnya berada didasar lautan, telah hancur berkeping-keping, sampai kepada dampak ancaman yang ditimbulkan terhadap lingkungan laut disekitarnya. Dengan demikian pembelajaran yang tepat dan efisien adalah dengan meninjau kembali beberapa kasus yang telah terjadi dan mempelajari pola-pola kecelakaan yang telah terjadi dan bersiap-siap untuk menanggulangi ancaman kejadian yang serupa untuk terjadi kembali. Dengan demikian kasus-kasus yang telah terjadi dalam sejarah pelayaran laut Indonesia dan Internasional yang menangkap perhatian masyarakat adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 105 a Pembajakan terhadap Kapal MV Jahan Moni Pembajakan yang diatur dalam Konvensi Hukum Laut United Nation Convention on The Law of The Sea UNCLOS 1982 merupakan tindakan kejahatan yang terjadi di laut bebas. Namun sebaliknya kegiatan pelanggaran terhadap kapal-kapal di dalam laut teritorial tidak dapat dianggap sebagai perompakan menurut hukum internasional. Karena pada kenyataannya justru sebagian besar insiden perompakan terjadi di laut teritorial suatu negara. Jadi mengenai aksi pembajakan yang sering terjadi di perairan Somalia jika mengacu pada konvensi ini maka hal ini kurang relevan dengan kenyataan yang sebenarnya. Mengingat bahwa pembajakan yang terjadi di Somalia terjadi baik di luar laut teritorial maupun di sekitar perairan laut negaranya. Sejak ditemukannya kapal sebagai sarana untuk melakukan penjelajahan laut, teknologi pelayaran telah berkembang begitu pesat. Bersamaan dengan itu, penggunaan kapal dan teknologi pelayaran juga menjadi sarana baru untuk melakukan kejahatan. Pada bulan Desember 2011 masyarakat Bangladesh dikejutkan dengan penyanderaan yang terjadi terhadap awak kapal MV Jahan Moni yang berbendera Bangladesh. Penyanderaan yang terjadi di wilayah laut Arab ini dilakukan oleh kelompok pembajak Laut Lepas di Somalia, yang memang sering beroperasi di wilayah tersebut. Para pembajak menuntut dibayarnya sejumlah tebusan jika pihak dari Bangladesh menginginkan dilepaskannya para awak dan kapal yang sandera. Pada bulan Maret 2011, seluruh awak kapal MV Jahan Moni pun dilepaskan setelah menerima uang tebusan. Menurut data yang ada, Bangladesh bukanlah korban pertama dari tindakan pembajakan di Laut Lepas ini. Universitas Sumatera Utara 106 Pembajakan sebuah kapal MV Jahan Moni milik Negara Bangladesh yang bermuatan minyak mentah dan bahan kimia. Dampak yang terjadi akibat pembajakan di Laut Lepas di kawasan Teluk Aden sangatlah tinggi. Menurut data yang ada, Bangladesh bukanlah korban pertama dari tindakan pembajakan di Laut Lepas ini. Pembajakan sebuah kapal MV Jahan Moni milik Negara Bangladesh yang bermuatan minyak mentah dan bahan kimia. Dampak yang terjadi akibat pembajakan di Laut Lepas di kawasan Teluk Aden sangatlah tinggi. Resiko dari pembajakan di Laut Lepas semakin bertambah karena membahayakan keselamatan manusia. Seperti Navigasi kapal MV Jahan Moni dapat terancam dan mengakibatkan tubrukan karena kapal tersebut dipaksa untuk bergerak dalam situasi yang tidak normal. Lingkungan pun menjadi ikut terancam, ketika tindakan pembajakan di Laut Lepas mengarah kepada kapal MV Jahan Moni yang membawa pasokan minyak. 27 b Kronologi Kejadian tenggelamnya KM. Dumai Express 10 Pada tanggal 22 November 2009, pukul 05.30, KM. Dumai Express 10 merapat di dermaga penumpang pelabuhan domestik Sekupang, Batam. Proses pemuatan penumpang dimulai sekitar pukul 06.00. Pada pukul 07.45, Surat Ijin Berlayar diberikan oleh Syahbandar pelabuhan Sekupang kepada Nakhoda. Proses embarkasi penumpang masih terus berlanjut hingga kapal berangkat pada pukul 08.05. Nakhoda memerintahkan untuk lepas tali tambat dan memulai perjalanan. Kondisi perairan Pelabuhan Sekupang berdasarkan berita cuaca yang dikeluarkan 27 Hasyim Djalal, Piracy in South East Asia : Indonesia Regional Responses, Jurnal Hukum Internasional, Volumer 1 No.3 April 2004, Depok : Lembaga Pengkajian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004, hlm 422 Universitas Sumatera Utara 107 oleh Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam adalah cerah berawan. Angin berkecepatan 15 knots dari arah Barat Laut. Rute yang digunakan oleh KM. Dumai Express 10 untuk menuju ke Dumai adalah rute perairan luar dengan rencana akan singgah terlebih dahulu di pelabuhan Bengkalis untuk menurunkan penumpang. Kapal bertolak dari Pelabuhan Sekupang dengan haluan 286 o menuju wilayah perairan Karang Banteng, Selat Singapura dan melaju dengan kecepatan rata-rata 26 knots. Kendali kemudi kapal dipegang oleh Nakhoda. Mualim 1 melakukan pencatatan kegiatan operasi kapal di deck log book. Petugas pemeriksa tiket dibantu oleh dua orang awak kapal lainnya melakukan pemeriksaan dan penghitungan ulang jumlah penumpang. Dari hasil pemeriksaan ditemukan penambahan jumlah penumpang dari manifes awal. Total keseluruhan penumpang yang memegang tiket menjadi 255 orang dewasa. Hasil dari pemeriksaan tiket ini disampaikan oleh Mualim I ke agen perusahan yang berada di Bengkalis, Provinsi Riau. Mualim I juga mengkonfirmasikan jumlah penumpang yang akan turun di pelabuhan tersebut. Selain Nakhoda dan Mualim I, juru mudi dan pemilik kapal juga berada di Anjungan kapal. Pada pukul 08.23, KM. Dumai Express 10 sampai di perairan Karang Banteng. Nakhoda merubah arah haluan ke 270 o dengan Pulau Nipa berada sebelah kiri haluan dengan kecepatan rata-rata 26 knots. Pukul 08.44, kapal telah sampai di sebelah utara Pulau Nipa. Nakhoda kapal masih mempertahankan haluan kapal dan kecepatannya. Sekitar pukul 09.00, kapal telah mencapai perairan di antara pulau Nipa dan Pulau Karimun Kecil. Cuaca yang semula baik berubah menjadi bergelombang dengan ketinggian ombak berkisar antara 2.5 Universitas Sumatera Utara 108 meter hingga 4 meter. Kecepatan angina menjadi sampai dengan 22 knots dari Tenggara. Mengetahui kondisi ini, Nakhoda meminta arahan dari pemilik kapal. Oleh pemilik kapal, Nakhoda disarankan untuk meneruskan perjalanan dengan menurunkan kecepatan kapal. Selanjutnya untuk mengimbangi pergerakan gelombang, Nakhoda menurunkan putaran mesin kapal dan merubah haluan bervariasi. Beberapa hempasan gelombang mengenai kapal. Kapal terus bergerak dengan kecepatan bervariasi. Pada pukul 09.28, kapal telah berada di posisi sekitar perairan Pulau Iyu Kecil. Beberapa hempasan ombak besar terus menghantam badan kapal. Beberapa saat kemudian, Nakhoda dan awak kapal lainnya yang berada di anjungan mendengar bunyi retakan yang berasal dari ruangan depan di bawah anjungan. Juru Mudi diperintahkan oleh Nakhoda untuk turun memeriksa kondisi tersebut. Juru Mudi mendapati di ruang penumpang tepatnya di dinding depan bangunan atas di geladak utama bagian haluan sudah retak dan air masuk melalui retakan tersebut. Selanjutnya air menggenangi ruang penumpang depan di geladak utama. Juru mudi segera melaporkan kondisi tersebut ke Nakhoda. Penumpang yang juga mengetahui kondisi ini mulai panik dan sebagian sudah ada yang mengenakan life jacket yang diambil dari bawah kursi penumpang dan di loker Arah masuknya air laut ke ruang akomodasi Lubang Sirkulasi udara pendingin ruangan atas. Nakhoda masih berusaha untuk mengendalikan kapal dan merubah haluan kapal dengan cikar kiri mengarah ke pulau Iyu Kecil. Kondisi hempasan gelombang memperparah kerusakan dinding depan bangunan atas. Air laut yang masuk ke ruang akomodasi geladak utama semakin bertambah banyak dan menyebabkan haluan kapal mulai terendam. Universitas Sumatera Utara 109 Badan kapal miring ke kiri dengan haluan menungging ke bawah. Nakhoda segera mematikan putaran mesin induk kapal dan memerintahkan awak kapal untuk melakukan evakuasi penumpang. Penumpang yang berada di ruang VIP geladak kedua berusaha keluar melalui pintu akses ke geladak ketiga. Sebagian penumpang yang ada di geladak utama memecahkan kaca samping kapal dan keluar melewatinya. Beberapa awak kapal mengembangkan ILR yang berada di bagian buritan kapal dan geladak ketiga. Awak kapal dan sebagian penumpang sudah ada yang menceburkan diri ke laut. Berdasarkan keterangan awak kapal, 4 dari 5 ILR berhasil dikembangkan dan selanjutnya berupaya menyelamatkan penumpang dan awak kapal yang masih berada di kapal maupun yang telah berada di laut. Namun kondisi cuaca masih buruk disertai dengan gelombang tinggi mempersulit proses evakuasi awak kapal dan penumpang ke ILR. Sekitar Pukul 09.55, KM. Dumai Express 10 tenggelam sepenuhnya di posisi 01 o 12’ 500” LU 103 o 20’ 30” BT atau 1.3 Nmil sebelah utara Pulau Iyu Kecil, pada kedalaman kurang lebih 38 m. 28

B. Upaya – Upaya Penanggulangan Berbagai Permasalahan yang

Dokumen yang terkait

Pengaturan Batas Wilayah Laut Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan Relevansinya Dengan United Nations Convention On The Aw Of The Sea 1982

1 80 85

IMPLEMENTASI UNITED NATION CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982 (UNCLOS 1982) TERHADAP PENETAPAN ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA (ALKI)

0 4 13

Terjemahan Modal Pada Teks „United Nations Convention On The Law Of The Sea (Unclos ‟82)‟ Dalam Bahasa Indonesia

0 1 16

Terjemahan Modal Pada Teks „United Nations Convention On The Law Of The Sea (Unclos ‟82)‟ Dalam Bahasa Indonesia

0 0 2

Terjemahan Modal Pada Teks „United Nations Convention On The Law Of The Sea (Unclos ‟82)‟ Dalam Bahasa Indonesia

0 0 12

Terjemahan Modal Pada Teks „United Nations Convention On The Law Of The Sea (Unclos ‟82)‟ Dalam Bahasa Indonesia

0 0 40

Pengaturan Batas Wilayah Laut Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan Relevansinya Dengan United Nations Convention On The Aw Of The Sea 1982

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN - Pengaturan Batas Wilayah Laut Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan Relevansinya Dengan United Nations Convention On The Aw Of The Sea 1982

0 0 12

PENGATURAN BATAS WILAYAH LAUT MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN RELEVANSINYA DENGAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982 SKRIPSI

0 0 9

BAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PEROMPAKAN A. Perompakan Menurut UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) - Tinjauan Yuridis Tentang Perompakan Kapal Laut Di Perairan Somalia

1 1 10