dalam 2 dua pandanganaliran, baik aliran Monistis maupun aliran Dualistis yang saling bertolak belakang.
3. Unsur-Unsur Tindak Pidana
Mengenai istilah atau pengertian tindak pidana di dalamnya juga terdapat unsur- unsur tindak pidana. Adapun unsur-unsur tindak pidana yang dikemukakan oleh
para pakar hukum pun terdapat perbedaan pandangan, baik pandanganaliran monistis dan pandanganaliran dualistis.
14
Menurut aliran monistis, apabila ada orang yang melakukan tindak pidana maka
sudah dapat dipidana. Sedangkan aliran dualistis dalam memberikan pengertian tindak pidana memisahkan antara perbuatan pidana dan pertanggungjawaban
pidana, sehingga berpengaruh dalam merumuskan unsur-unsur tindak pidana. Menurut pakar hukum simon
15
, seorang penganut aliran monistis dalam merumuskan unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut :
1. Perbuatan hukum positif atau negatif; berbuat atau tidak berbuat atau
membiarkan; 2.
Diancam dengan pidana; 3.
Melawan hukum; 4.
Dilakukan dengan kesalahan; 5.
Orang yang mampu bertanggungjawab. Sedangkan menurut pakar hukum Moeljatno
16
, seorang penganut aliran dualistis merumuskan unsur-unsur perbuatan pidanatindak pidana sebagai berikut :
1. Perbuatan manusia;
2. Memenuhi rumusan dalam undang-undang ini merupakan syarat formil;
3. Bersifat melawan hukum ini merupakan syarat formil.
B. Perbuatan yang Tergolong Tindak Pidana Pornoaksi
14
Ibid. Hal 82
15
Ibid.Hal 82-83
16
Ibid. Hal 83
Perbuatan adalah sesuatu yang diperbuat dilakukan tindak; tindak pidana perbuatan yang dapat melawan hukum menurut undang-undang
17
. Selanjutnya menurut Moeljatno
18
“Perbuatan yang oleh aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana barang siapa yang melanggar laangan tersebut”.
Selanjutnya Moeljatno juga mengatakan : “Menurut wujudnya dan sifatnya, perbuatan-perbuatan pidana ini adalah
perbuatan-perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan ini juga merugikan masyarakat, dalam arti bertentangan dengan atau menghambat akan terlaksananya
tata dalam pergaulan yang dianggap baik dan adil”.
19
Dari paparan diatas, maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa suatu Perbuatan akan menjadi suatu tindak pidana apabila perbuatan itu :
a. Melawan Hukum;
b. Merugikan masyarakat;
c. Dilarang oleh aturan pidana;
d. Pelakunya dapat diancam dengan pidana.
Penentuan perbuatan mana yang dipandang sebagai perbuatan pidana mengacu
pada Pasal 1 ayat 1 KUHP yang mengenal asas legalitas principle of legality, yakni asas yang menentukan bahwa tiap-tiap perbuatan pidana harus ditentukan
oleh suatu aturan undang-undang sebelum seseorang dapat dituntut untuk dipidana karena perbuatannya.
17
Tim Penyususn Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakata.
18
Moeljatno. 1983. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana. Bina Aksara. Jakarta. Hal 9.
19
Loc.Cit.
Jadi menurut penulis suatu perbuatan dapat disebut sebagai “tindak pidana” harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :
1. Perbuatan manusia;
2. Memenuhi rumusan dalam undang-undang;
3. Bersifat melawan hukum.
20
Adapun unsur-unsur perbuatan yang tergolong sebagai tindak pidana pornoaksi dapat penulis jabarkan dengan berpedoman dari apa yang disebutkan diatas yaitu
sebagai berikut : a.
Suatu pengungkapan atau perbuatan dan semacamnya nyanyian, syair, pertunjukan, gerakan badan atau segala apa yang mampu membangkitkan
rangsangan nafsu birahi yaitu rangsangan yang dapat menimbulkan nafsu untuk melakukan hubungan seks.
b. Objek yang dikatagorikan sebagai pornoaksi tersebut adalah menyinggung rasa
susila atau norma-norma dalam masyarakat bagi yang membaca, melihat, atau yang mendengar atau hanya menimbulkan pikiran-pikiran dan mengakibatkan
tindakan-tindakan maksiat melanggar UU Pornografi, asas kesusilaan, dan norma-norma yang lainnya yang bertentangan dengan dengan ketentuan
hukum yang berlaku. Pornoaksi merupakan suatu gejala sosial yang terjadi didalam kehidupan
masyarakat yang sangat bertentangan dengan Undang-Undang, norma agama, ketertiban dan keamanan. Jika kita tinjau dari akibat yang ditimbulkan akan
menghambat proses perkembangan dan pembangunan kehidupan masyarakat luas
20
Moeljatno dalam Tri Adrisman. 2007. Hukum Pidana, Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia Hal 83.
terutama kepada prilaku moral yang kurang baik dan merupakan ancaman moral generasi muda penerus bangsa yang berlandaskan kepada falsafah Pancasila
dengan salah satu sila utamanya “Ketuhanan Yang Maha Esa” . Namun demikian belum adanya penanganan aparat penegak hukum yang mampu meniadakan
pornoaksi dalam arti menindak gejala sosial tersebut seperti halnya gejala kejahatan lainnya.
Penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana pembunuhan, penipuan, dan pencurian yang diproses oleh aparat kepolisian dapat dikenakan sanksinya dengan
tegas dan hukum berlaku efektifnya. Tetapi terhadap pornoaksi sulit untuk dilakukan. Penegak hukum tidak mampu melaksanakan fungsinya secara penuh,
sehingga dalam hal demikian, hukum hanya berusaha mencegah agar pornoaksi tidak meluas secara pesat. Sebagai konsekuensi dari segi hukum pidana, bahwa
pornoaksi itu dilarang. Namun kenyataannya dalam masyarakat, pornoaksi tidak dapat dihilangkan. Hal ini berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia
dan alamiah yang dimiliki oleh masyarakat. Lambatnya proses penanganan oleh penegak hukum yaitu kepolisian yang
merupakan awal penanganan dalam proses penegakan hukum terhadap perbuatan tindak pidana pornoaksi hal ini mengakibatkan didalam kehidupan masyarakat
pornoaksi berkembang secara luas. Kultur kebudayaan masyarakat Indonesa yang beraneka ragam memiliki persepsi sendiri terhadap pandangan mengenai
pornoaksi. Artinya ada suatu budaya di Indonesia menegaskan bahwa masalah pornoaksi tergantung pada penilaian dan sikap masyarakat.
C. Tinjauan Tentang Pornoaksi