Daya Tarik Penyanyi Dangdut Dalam Saweran Pada Hiburan Dangdut (Studi Deskriptif Tentang Daya Tarik Penyanyi Dangdut Dalam Saweran Pada Hiburan Dangdut Di Kota Bandung)

(1)

SURAT KETERANGAN

PEI\YERATIAN

HAK EKSKLUSIF

Bahwa yang bertandatangan dibawahini, penulis bersedia :

ooBahwa

hasil

penelitian dapat dionlinekan sesuai dengan peraturan yang

berlaku, untukkepentingan riset dan pendidikarf' .

Bandung,

{

September 2012

Catatan :

Bila keberatan dengan di-online-kan data nerusahaan di BAB IIUdi Bab vang mencantum data perusahaan (pengecualian khusus data perusahmt, boleh untuk tidak dionlinekan), ketikan pada lembar catatan ini,

Bab

IV

tidak perlu dionlinekan densan alasan meniasa identitas informan penelitian dan meniasa dari plasiat nada hasil oenelitian vans dilakukan.

Surat keterangan

ini

wajib ada (scan bentuk

knage/gambar/PDF),

baik penelitian di

perusahaan ataupun bukan diperusahaan dengan mengedit kalimat yang diperlukan.

Penulis,


(2)

(Studi Deskriptif Tentang Daya Tarik Penyanyi Dangdut Dalam Saweran Pada Hiburan Dangdut Di Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh :

TATANG KARTIWA NIM. 41808180

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

(4)

iv

Hiburan Dangdut Di Kota Bandung) Oleh:

Tatang Kartiwa NIM. 41808180

Penelitian ini di bawah Pembimbing : Desayu Eka Surya., S.Sos., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Daya Tarik Penyanyi Dangdut Dalam Saweran Pada Hiburan Dangdut di Kota Bandung. Untuk menjawab masalah diatas, maka diangkat sub fokus-sub fokus penelitian berikut ini : Daya tarik fisik, kesamaan dan keakraban. Sub fokus tersebut untuk mengukur fokus penelitian, yaitu : Daya tarik penyanyi dangdut dalam saweran pada hiburan dangdut.

Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan studi deskriptif. Subjek penelitiannya adalah penonton atau penyawer. Informan dipilih dengan teknik purposive sampling, untuk informan utama penelitian berjumlah 5 (lima) orang dari penonton atau penyawer, dan untuk memperjelas serta memperkuat data adanya informan kunci yang berjumlah 2 (dua) orang. Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, studi pustaka dan penelusuran data online (internet searching). Untuk uji keabsahan data dilakukan dengan triangulasi dan pengecekan anggota. Adapun teknik analisa data dengan mereduksi data, mengumpulkan data, menyajikan data, menarik kesimpulan, dan evaluasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1. Daya tarik fisik seorang penyanyi dangdut didasari atas faktor cantik, tampan, memiliki suara bagus, komunikatif dan berpenampilan semenarik mungkin serta sopan, 2. Kesamaan antara penyanyi dan penonton akan kegemarannya pada musik dangdut, bernyanyi, dan bergoyang menjadi ketertarikan satu sama lainnya, 3. Keakraban yang terjalin diantara penyanyi dan penonton dikarenakan faktor pendekatan penyanyi pada penonton, semakin dekat penyanyi dengan penonton, maka akan mendapat respon positif dan akan semakin akrab diantara keduanya.

Kesimpulan daya tarik penyanyi dangdut dalam saweran menunjukkan bahwa seorang penonton rela memberikan uang saweran dikarenakan kemampuan dari seorang penyanyi yang memiliki daya tarik didalamnya sebagai komunikator yang mampu membuat simpati terhadapnya.

Saran untuk penyanyi dangdut agar selalu mengutamakan suara karena sebagai seorang penyanyi itu merupakan faktor utama disamping faktor fisik, untuk masyarakat agar lebih menghormati sosok penyanyi saat pentas juga para penonton yang ada dalam lingkungan hiburan tersebut berlangsung, untuk peneliti selanjutnya lebih spesifik misalnya mengkaji sikap atau perilaku seorang penyanyi dangdut, komunikasi verbal dan nonverbal yang dilakukan oleh penyanyi dangdut dan lain sebagainya serta meneliti follow up dari para penggagas-penggagas musik dangdut dan kaya akan referensi sebagai literatur.


(5)

v

(A Descriptive Study In The Attraction Of Dangdut Singers Of Tipping In Dangdut Entertainment In Bandung)

By : Tatang Kartiwa NIM. 41808180 The study is under supervision: Desayu Eka Surya, S.Sos..M.Si

The aim of study is to find out the attraction of Dangdut singers of tipping in dangdut entertainment in Bandung. To do this, the writer takes the following sub- focuse of the study: Physical attraction, similarity and intimacy. This sub-focuse is to measure the focuse of the study: The attraction of dangdut singer of tipping in Dangdut entertainment.

The approach of study is qualitative approach with descriptive study. The subjects of the study is the audience or tipper. The informer is chosen with purpose sampling technique. For the main informer of the research, there are five audiences or tippers and to make it clear and reinforce the data, there are two key informers. The reseach data is obtained from the interview, observation, documentation, bibliography study and internet searching. To validate the data,the writer does it triangulation and member checking. While the techniques of data analysis are reducing data, collecting data, presenting data, making a conclusion and evaluating.

The findings of the reseach show: 1. Physical attractions of dangdut singers are beauty, good voice,communication, attrative appearance and politeness. 2. The similarity

between the singer’s and the audience’s hobby of dangdut music, singing and dancing become a mutual attraction. 3. The intimacy between the singers and the audience is due

to the singer’s approach to the audience: the closer the singer toward the audience, the

more positive response and the more intimate among them.

Conclusion The attraction of dangdut singer of tipping shows that an audience is willingly to tip the singer due to the ability of the singer in communicating and making the audience sympathy.

Suggestion dangdut singers are expected to always put the priority on voice as it is the main factor of the singer beside physical factor. all the people and the audience are expected to respect the singers on the stage. The researchers are expected to focuse more specific on attitude of dangdut singers, their verbal and non-verbal communication etc and study the follow up from the founders of dangdut music and a lot of references as literaure.


(6)

vi

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Alhamdulillah wa syukurillah puji syukur segala rahmat dan karuniaNya yang telah meridhoi segala upaya peneliti dalam menyelesaikan usulan penelitian

dengan judul “Daya Tarik Penyanyi Dangdut Dalam Saweran Pada Hiburan Dangdut (Studi Deskriptif Tentang Daya Tarik Penyanyi Dangdut Dalam Saweran Pada Hiburan Dangdut di Kota Bandung”.

Atas ridho Allah SWT, dan berkat kegigihan yang dicanangkan oleh peneliti, doa, semangat, bimbingan serta bantuan yang peneliti terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, sehingga pada akhirnya peneliti pun dapat menyelesaikan penulisan usulan penelitian tersebut.

Dimata peneliti keberkahan ini adalah sebuah anugerah yang selalu memotivasi agar terus melangkah maju tanpa mengenal putus asa karena apa

yang sudah menjadi prinsip peneliti, “berjuanglah tanpa mengenal putus asa,

karena hidup adalah sebuah perjuangan”.

Tidak lupa ucapan terima kasih yang tiada taranya peneliti sampaikan untuk Mamah, Bapak tercinta dan terkasih yang selalu ada untuk peneliti dalam doa, dukungan baik spiritual maupun moral, serta materi untuk peneliti yang tak terhingga besarnya dan tak terukur oleh apapun. Serta seluruh keluarga peneliti yang tak luput mendukung penuh dalam menjalankan segala aktivitas ini.


(7)

vii

besarnya kepada :

1. Yth. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia sekaligus Entrepreneur, yang turut memberikan ilmunya secara

khusus Entrepreneurship kepada peneliti, menyediakan sarana prasarana

dalam kegiatan belajar mengajar maupun inspirasi-inspirasinya dalam berwirausaha.

2. Yth. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan izin melalui surat penelitian.

3. Yth. Drs. Manap Solihat, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi dan Public Relations, yang telah memberikan ilmunya selama

perkuliahan dan memberikan izin mengikuti seminar usulan penelitian dan memberikan pengesahan usulan penelitian ini untuk diseminarkan.

4. Yth. Melly Maulin P, S.Sos., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi dan Public Relations dan selaku dosen wali dari peneliti, yang

telah memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu juga wawasan selama peneliti melakukan perkuliahan, serta yang selalu sabar menghadapi semua sikap anak didiknya untuk motivasi, nasehat, waktu dan tempat yang selalu diluangkan dan diberikan.


(8)

viii kepada peneliti selama ini.

6. Yth. Ibu dan Bapak Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi & Public Relations: Rismawaty, S.Sos., M.Si., Sangra Juliano P., S.I.Kom., Inggar Prayoga, S.I.Kom., Iin Rahmi Handayani, S.Sos., M.I.Kom., Adiyana Slamet, S.I.P., M.Si., Ari Prasetyo, S.Sos., M.I.Kom., Tine Agustin Wulandari, S.I.Kom., Olih Solihin S.Sos., M.I.Kom serta seluruh dosen-dosen yang telah memberikan ilmunya selama ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih yang tiada tara untuk segala jasanya serta dukungan yang telah diberikan kepada peneliti selama ini.

7. Ibu Ratna W., A.Md., selaku sekretariat Dekan FISIP, Ibu Astri Ikawati., A.Md,.Kom., dan Ibu Rr. Sri Intan Fajarini, S.I.Kom Selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNIKOM, yang telah membantu kelancaran proses administrasi skripsi penulis dari pra hingga pasca usulan penelitian.

8. Para Informan Penelitian, terima kasih sebesar-besarnya telah meluangkan waktu serta memberikan apa yang telah dialami, dirasakan, dilihat, serta pemikiran-pemikiran lainnya sebagai data penelitian yang dibutuhkan oleh peneliti.


(9)

ix senyum canda tawa dalam kebersamaan.

10.Sahabat terbaik, D’Ubs (Ericza Merdiana, Dara Tressia, Yona Dwi Ayu Lestari, Indri Andriani, Fachrul Ramdhani, Entry Noerdiawanty, Yayuk) semoga persahabatan dan kebersamaan kita abadi dan semangat untuk meraih gelar yang kita cita-citakan.

11.Kawan-kawan terdekat, Imaddudin, Teguh Sudrajat, Mauludin Dwiyanda Okiawan, Mohamad Riski Rahardianto, Harry Zandra, Dita Gita Listian, Azshar Afriansyah Suwarno, dan Dine, terima kasih untuk kebersamaan dan segala bantuan moril selama ini. Insya Allah tahun kita lulus bersama.

12.Teman–teman 3/2008, 4/2008, Humas 1, 2 dan 3 serta IK-Jurnal, Semangat selalu teruskan langkah kita meraih harapan dan cita-cita menuju masa depan yang cemerlang.

13.Teman-teman KDI 2 (Gita, Adi, Ekabima, Genta, Yuli, Andi, Kiki, Dessy, Arya, Rika, Davi, Imelda, Afriza, Fanny, Andrey, Novi, Citra, Renny dan Rizal) juga tidak lupa Rya Fitria KDI 3 yang tidak ada henti-hentinya memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti untuk menggapai segala cita dan untuk kebersamaan kita selama ini.

14.Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberi dukungan, arahan serta bantuan-bantuannya kepada penulis.


(10)

x dan dapat memberikan manfaat yang berarti.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Bandung, Agustus 2012 Peneliti

Tatang Kartiwa NIM.41808180


(11)

xi

Hal.

LEMBAR PENGESAHAN... i

SURAT PERNYATAAN... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 17

1.2.1 Pertanyaan Makro... 17

1.2.2 Pertanyaan Mikro... 17

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 18

1.3.1 Maksud Penelitian... 18

1.3.2 Tujuan Penelitian... 18

1.4 Kegunaan Penelitian... 19

1.4.1 Kegunaan Teoritis... 19

1.4.2 Kegunaan Praktis... 19

1.4.2.1 Bagi Peneliti... 19

1.4.2.2 Bagi Akademik... 20


(12)

xii

2.1.1.1 Definisi Ilmu Komunikasi... 23

2.1.1.2 Unsur-Unsur Dasar Komunikasi... 25

2.1.1.3 Proses Komunikasi... 28

2.1.1.4 Karakteristik Komunikasi... 28

2.1.1.5 Fungsi Komunikasi... 30

2.1.1.6 Tujuan Komunikasi... 31

2.1.1.7 Sifat Komunikasi... 33

2.1.1.8 Tatanan Komunikasi... 33

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi... 34

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi... 35

2.1.2.2 Komponen-Komponen Komunikasi Antar Pribadi... 36

2.1.2.3 Ciri-Ciri Komunikasi Antar Pribadi... 37

2.1.2.4 Jenis-Jenis Komunikasi Antar Pribadi... 39

2.1.2.5 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi... 40

2.1.2.6 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi... 41

2.1.3 Komunikasi Verbal dan Nonverbal... 44

2.1.3.1 Komunikasi Verbal... 44

2.1.3.2 Fungsi Bahasa... 45

2.1.3.3 Keterbatasan Bahasa... 46

2.1.3.4 Komunikasi Nonverbal... 49

2.1.3.5 Jenis Komunikasi Nonverbal... 51

2.1.3.6 Fungsi Komunikasi Nonverbal... 52

2.1.4 Tinjauan Tentang Interaksi Sosial... 53

2.1.4.1 Pengertian Interaksi Sosial... 54

2.1.4.2 Ciri-Ciri Interaksi Sosial... 55

2.1.4.3 Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial... 56

2.1.4.4 Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial... 57


(13)

xiii

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian... 67

3.1.1 Sejarah Kota Bandung... 67

3.1.2 Tinjauan Tentang Musik Dangdut... 72

3.1.2.1 Definisi Musik Dangdut... 72

3.1.2.2 Sejarah Musik Dangdut... 73

3.1.2.3 Bangsa Dangdut... 84

3.1.2.4 Jenis Musik Dangdut... 87

3.1.2.5 Dangdut Daerah... 91

3.1.2.6 Pong-Dut (Jaipong Dangdut)... 92

3.1.3 Tinjauan Tentang Penyanyi... 93

3.1.3.1 Definisi Penyanyi... 93

3.1.3.2 Eksistensi Penyanyi Saat Ini... 94

3.1.4 Tinjauan Tentang Saweran... 96

3.2 Metode Penelitian... 99

3.2.1 Desain Penelitian... 99

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data... 101

3.2.2.1 Studi Pustaka... 101

3.2.2.2 Studi Lapangan... 103

3.2.3 Teknik Penentuan Informan... 106

3.2.3.1 Informan Penelitian... 106

3.2.3.2 Informan Pendukung... 108

3.2.4 Teknik Analisa Data... 109

3.2.5 Uji Keabsahan Data... 112

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian... 115

3.2.6.1 Lokasi Penelitian... 115


(14)

xiv

4.1.1 Informan Penelitian... 122

4.1.2 Informan Pendukung... 130

4.2 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian... 133

4.2.1 Daya Tarik Fisik Penyanyi Dangdut Dalam Saweran Pada Acara Hiburan Dangdut di Kota Bandung... 133

4.2.2 Kesamaan Antara Penyanyi Dangdut dan Penonton Dalam Saweran Pada Acara Hiburan Dangdut di Kota Bandung... 144

4.2.3 Keakraban Antara Penyanyi Dangdut dan Penonton Dalam Saweran Pada Acara Hiburan Dangdut di Kota Bandung... 152

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian... 163

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 184

5.2 Saran... 186

5.2.1 Saran Untuk Penyanyi... 186

5.2.2 Saran Untuk Masyarakat... 187

5.2.3 Saran Untuk Peneliti Selanjutnya... 188

DAFTAR PUSTAKA... 189

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 194


(15)

xv

Tabel 3.1 : Kronologi Sejarah Kota Bandung... 71

Tabel 3.2 : Informan Penelitian... 107

Tabel 3.3 : Informan Pendukung... 108

Tabel 3.4 : Waktu Penelitian 2012... 116

Tabel 4.1 : Jadwal Wawancara Informan (Penyawer)... 119

Tabel 4.2 : Jadwal Wawancara Informan Pendukung... 119

Tabel L.12.1 : Pedoman Observasi... 225


(16)

xvi

Gambar 2.1 : Model Alur Kerangka Pemikiran... 66

Gambar 3.1 : Tabla India... 72

Gambar 3.2 : Komponen-Komponen Analisa Data Model Kualitatif.. 110

Gambar 4.1 : Informan Penelitian (Dave Alle)... 123

Gambar 4.2 : Informan Penelitian (Rian Diana)... 125

Gambar 4.3 : Informan Penelitian (Ipan Suparman)... 126

Gambar 4.4 : Informan Penelitian (Sony Surahman)... 128

Gambar 4.5 : Informan Penelitian (Lilis Djuhaeni)... 129

Gambar 4.6 : Informan Pendukung (Putri Mahesa)... 131

Gambar 4.7 : Informan Pendukung (Taufik Hidayat)... 132

Gambar 4.8 : Interaktif antara Penyanyi dengan Penonton di atas Panggung... 165 Gambar 4.9 : Kostum Penyanyi Dangdut Pada Acara Hajatan 1... 169

Gambar 4.10 : Kostum Penyanyi Dangdut Pada Acara Hajatan 2... 171

Gambar 4.11 : Penyanyi Dangdut dan Salah Satu Penonton Saat Bernyanyi Bersama Di atas Panggung... 175

Gambar 4.12 : Keakraban yang Terjalin antara Penyanyi dengan Penonton Saat Diatas Panggung... 180

Gambar 4.13 : Saweran Efek Dari Adanya Ketertarikan yang Ditimbulkan oleh Keakraban... 181

Gambar L.17.1 : Daya Tarik Fisik Penyanyi Dangdut Saat di Atas Panggung... 306

Gambar L.17.2 : Keakraban dan Kesamaan antara Penyanyi Dangdut dan Penonton di pertunjukkan diatas Panggung Melalui Bernyanyi dan Bergoyang Bersama... 306

Gambar L.17.3 : Salah Satu Cara Penonton Memberikan Uang Saweran.. 307


(17)

xvii

Gambar L.17.8 : Peneliti dengan Ibu Lilis Djuhaeni... 308

Gambar L.17.9 : Peneliti dengan Informan Pendukung... 309


(18)

xviii

Lampiran 2 : Persetujuan Pembimbing... 196

Lampiran 3 : Berita Acara Bimbingan Skripsi... 197

Lampiran 4 : Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Seminar Usulan Penelitian ... 189

Lampiran 5 : Izin Seminar Usulan Penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi... 199

Lampiran 6 : Lembar Revisi Usulan Penelitian... 200

Lampiran 7 : Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Sidang Sarjana... 201

Lampiran 8 : Izin Sidang Sarjana dari Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi... 202

Lampiran 9 : Lembar Revisi Skripsi... 203

Lampiran 10 : Surat Pengantar Wawancara... 204

Lampiran 11 : Pedoman Wawancara Informan... 205

Lampiran 12 : Pedoman Wawancara Informan Pendukung... 215

Lampiran 13 : Pedoman Observasi... 225

Lampiran 14 : Transkrip Observasi... 226

Lampiran 15 : Identitas Informan dan Informan Pendukung... 230

Lampiran 16 : Hasil Wawancara... 237


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perkembangan musik tanah air meningkat dengan pesat. Hal ini terbukti dengan munculnya berbagai jenis aliran musik disertai bintang-bintang baru yang menambah semaraknya jagat musik nusantara. Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa musik merupakan salah satu kebutuhan manusia selain kebutuhan-kebutuhan penting lainnya seperti makan dan minum. Selain sebagai hiburan untuk melepas segala penat setelah menjalani berbagai aktivitas, saat ini musik telah menjadi sebuah industri yang menjanjikan bagi sebagian orang, baik industri rekaman, industri pentas maupun industri musik lainnya. Bagaimana tidak, musik telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat kita bahkan dunia.

Musik yang kita ketahui selama ini memiliki berbagai macam jenis aliran. Diantara jenis musik yang di kenal oleh lapisan masyarakat adalah

Pop, Jazz, Rock, Blues, R&B (rhythm and blues), Country, Reggae, Hip Hop,

Funk, Latin, Keroncong, Dangdut dan lainnya. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya akan memfokuskan pada salah satu jenis aliran musik yang berkembang dan diyakini sebagai musik khas bangsa Indonesia yaitu Dangdut.

Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang


(20)

tahun 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung,

gambus, rock, pop, bahkan house music.1

Memang tidak dapat kita pungkiri, meskipun musik dangdut menjadi musik yang berkembang dan diminati di negeri ini, tidak sedikit orang yang

“mencibir” terhadap musik dangdut ini. Terkadang dangdut selalu diasosiasikan dengan keberadaan masyarakat kelas bawah yang miskin,

kampungan, tak berpendidikan dan sebagainya.2 Dahulu pada tahun 50

sampai 70-an, masih dalam kategori musik “kampungan”, mungkin orang

akan serta-merta lari menjauh, takut dengan cap itu. (Suseno, 2006:9)

Cemoohan terhadap musik dangdut dikemukakan Pono Banoe dalam

kamus musiknya yang menyatakan dangdut adalah :

“Cemooh atau kata ejekan bagi orkes melayu dengan gaya Hindustan

yang mengikuti suara tabla (gendang India) dengan cara

membunyikan suara tertentu sehingga terdengar suara “...dangduuut”.

1

http://pubdok-sumedang.blogspot.com/2011/07/jenis-jenis-musik.html/ dikutip pada hari Minggu, 26 Februari 2012/pukul 19:13 WIB

2

http://fasbandung.blogspot.com/2011/11/dangdut-dalam-sajak-godi-suwarna.html/ dikutip pada hari senin, 26 maret 2012/ pukul 10.36 WIB


(21)

Musik dangdut dikenal sebagai orkes melayu gaya baru guna membedakan dengan orkes melayu asli dari pantai timur Sumatra (Deli, Riau, dan sekitarnya disamping Malaysia). Pengganti tabla

dipergunakan bongo atau kendang tradisional setempat.” (Banoe,

2003:108)

Seiring berjalannya waktu dengan masuknya era modernisasi, musik dangdut menjadi aliran musik kontemporer yang diminati dan digemari oleh berbagai kalangan. Mulai dari kalangan masyarakat tingkat bawah hingga masyarakat tingkat tinggi, dari anak-anak hingga orang tua, dari pedagang kaki lima hingga pejabat tinggi. Sehingga hal tersebut membawa citra dangdut naik dan melambung.

Hingga saat ini, hiburan dangdut dapat kita nikmati dan saksikan diberbagai kesempatan acara, misalkan seperti resepsi pernikahan atau khitanan (hajatan), kampanye partai atau pemilihan kepala daerah, ulang tahun baik perusahaan, hari jadi kota ataupun seseorang, promosi suatu

produk, hiburan cafe dan karaoke, hiburan rakyat, acara televisi juga radio,

hingga acara suatu kenegaraan. Namun untuk memfokuskan penelitian ini, peneliti hanya akan membahas mengenai hiburan dangdut pada acara resepsi atau hajatan, baik itu resepsi pernikahan maupun khitanan di Kota Bandung.

Pada umumnya, masyarakat Indonesia baik yang berada di kota besar maupun di pelosok selalu menghadirkan hiburan musik dangdut setiap kali mengadakan suatu acara resepsi pernikahan ataupun khitanan. Ini dikarenakan musik dangdut sudah menjadi musik kontemporer yang sangat diminati oleh semua kalangan dan juga musik dangdut dapat menjadi suatu penarik minat para tamu undangan yang hadir, sehingga para tamu dan


(22)

masyarakat sekitar dapat terhibur serta acara resepsi menjadi meriah, dengan

begitu musik dangdut diidentikkan dengan “Musik Rakyat”.

Seperti halnya kota-kota besar di Indonesia, Kota Bandung merupakan salah satu kota tempat menjamurnya berbagai group dangdut atau yang sering disebut dengan Orkes Melayu (OM). Pendapat serupa

dikemukakan oleh Hasan Timoer dalam sebuah situs internet, "Di Bandung,

Perkembangan orkes Melayu tumbuh bagai jamur", kata lelaki yang

memimpin OM dangdut King Cobra.3 Penduduk Bandung asli berasal dari

etnis sunda. Tidak semua penduduk Bandung berasal dari suku Sunda, ini didukung karena Bandung merupakan kota pendidikan, kota belanja dan tujuan wisata. Penduduk Bandung yang berasal dari berbagai macam suku pendatang, baik dari dalam dan luar negeri, membuat Penduduk Bandung

sangat Kreatif.4 Dengan banyaknya pendatang yang berasal dari berbagai kota

di seluruh pelosok Indonesia dan bahkan mancanegara, menjadikan Kota Bandung memiliki karakteristik masyarakat yang heterogen. Dan dengan tidak menutup kemungkinan pendatang tersebut yang sebagian besar berasal dari pelosok yang notabene pasti menyukai dan penikmat musik dangdut, sehingga menimbulkan banyaknya permintaan hiburan dangdut dalam berbagai kesempatan. Dengan alasan tersebutlah, peneliti akan mengangkat Kota Bandung sebagai lokasi dalam penelitian ini.

3

http://mellowtone.multiply.com/journal/item/754/Dangdut_setelah_halal_di_TVRI?&show_ interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem/ di kutip pada hari Selasa, 27 Maret 2012/pukul 20:30 WIB.

4

http://bandung.jacktour.com/2011/04/penduduk-bandung.html/dikutip pada hari Senin, 26 Maret 2012/ pukul 10.45 WIB


(23)

Hiburan musik dangdut pada umumnya terdiri atas pemain musik dan penyanyi. Pemusik dalam setiap acara hiburan dangdut terkadang berbeda-beda di setiap kesempatan yang disesuaikan dengan permintaan atau jenis acara. Ada pemusik yang hanya menggunakan organ saja yang sering disebut

hiburan organ atau electone tunggal yaitu musik dangdut yang hanya

dimainkan satu orang, semua musik iringan lagu disimpan atau sudah

diprogram dalam keyboard. Ada yang berformat ideal pada umumnya yaitu

format Group OM (orkes melayu) yang sering digunakan dalam pentas live

yang terdiri dari 6-7 orang (keyboard, gitar, bass, drum, gendang, seruling).

Serta yang terakhir adalah format Orkestra atau Big Band, yaitu format band

yang melibatkan berpuluh-puluh musisi dengan berbagai instrumen. (Suseno,

2006:54-55)

Keberadaan group dangdut, tidak akan lepas dari peranan seorang penyanyi dangdut. Karena tanpa kehadiran seorang penyanyi suatu hiburan takkan berjalan dan rendah nilai hiburannya, begitupun sebaliknya. Penyanyi merupakan salah satu profesi yang ditekuni sejumlah orang. Tidak hanya sebatas perempuan saja laki-laki pun banyak yang menekuni profesi ini, entah itu sebagai hobi maupun sebagai mata pencaharian mereka.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, penyanyi adalah orang

yang menyanyi; biduan. (2003:868). Sedangkan dalam definisi umum,

penyanyi adalah orang yang melantunkan lagu atau nyanyian (My, 2008:4).


(24)

dangdut adalah seseorang baik pria maupun wanita yang melantunkan sebuah lagu atau nyanyian dengan genre musik dangdut.

Seorang penyanyi sudahlah tentu harus memiliki kemampuan bernyanyi (olah vokal) dengan baik. Namun seiring perkembangan jaman, seorang penyanyi dituntut untuk menjadi seorang yang multi talented. Bukan saja berkemampuan menyanyi yang harus ditonjolkan, seorang penyanyi pun dituntut harus bisa menari dan berakting di atas pentas. Seperti pendapat yang

dikemukakan oleh artis kawakan Indonesia “Titiek Puspa” pada saat peneliti

diarahkan oleh beliau dalam suatu acara ajang pencarian bakat di salah satu

stasiun televisi swasta beberapa waktu yang lalu, beliau mengatakan “menjadi

seorang penyanyi bukan sekedar singing saja, tapi harus bisa dancing dan

acting juga”. (Komentar, Jakarta, 2005)

Merujuk pada pendapat Titiek Puspa diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut : yang pertama adalah Singing, yang merupakan kemampuan bernyanyi seorang penyanyi saat melantunkan lagu haruslah sebaik mungkin

agar pesan dari lagu yang hendak disampaikan dan dimengerti oleh audiens

(penonton). Kedua dancing, seorang penyanyi pada saat ini dituntut untuk

bisa menari di atas pentas. Terlebih penyanyi dangdut yang sangat identik dengan goyangan, karena musiknya yang memang enak di dengar dan dapat membuat semua orang yang mendengarkannya menggerakkan anggota badannya.

Terakhir adalah acting, maksudnya yaitu seorang penyanyi harus bisa


(25)

sedih. Sehingga para penonton ikut larut dalam nyanyiannya. Acting juga dapat bermakna bahwa seorang penyanyi harus bisa berkomunikasi secara efektif dengan para penonton.

Pada saat akan memulai pertunjukkannya sudahlah pasti seorang penyanyi dangdut akan berinteraksi dengan para penonton yang hadir pada saat acara berlangsung. Misalkan dengan menyapa para hadirin sampai mengajak para penonton untuk bernyanyi bersama dan bahkan mengajak salah seorang penonton berjoget diatas pentas. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk pendekatan diri seorang penyanyi pada penonton agar terjadi keakraban diantara mereka. Disini penyanyi dangdut bertindak sebagai komunikator yang menyampaikan pesan-pesannya kepada sekelompok orang atau penonton yang menjadi komunikannya.

Dalam Buku Kantong Sosiologi SMA IPS, Raharjo mengemukakan

bahwa interaksi sosial adalah : “Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik

(sosial) berupa aksi saling memengaruhi”. (Raharjo, 2009:16)

Sama halnya dengan Raharjo, Tim Guru Indonesia mendefinisikan

interaksi sosial sebagai berikut : “Interaksi sosial adalah hubungan sosial

yang saling memengaruhi (hubungan timbal balik) antara individu dengan individu, antara kelompok dengan kelompok, maupun antara individu dengan

kelompok. (Tim Guru Indonesia, 2011:302)

Homans (dalam Ali, 2004:87) mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap


(26)

individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu

tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya.5

Merujuk pada uraian diatas mengenai definisi interaksi sosial, dapat dijelaskan bahwa dalam proses berinteraksi yang terjadi diantara para pelaku komunikasi (komunikator) yang ingin menyampaikan maksud dan tujuannya kepada komunikan sebagai sasaran dengan saling memberikan stimulus terhadap tindakan yang dilakukannya secara aktif dan juga saling memengaruhi satu sama lain.

Maka dalam suatu hiburan dangdut pun berlaku seperti apa yang didefinisikan para ahli diatas. Seorang penyanyi akan bertindak sebagai komunikator ketika berada diatas pentas dan akan berinteraksi dengan para penontonnya dengan melakukan komunikasi baik verbal maupun nonverbal

untuk menarik minat dan simpati para audience-nya dengan harapan agar

komunikasi yang dilakukan berhasil dan para audience atau penonton

mengikuti setiap pesan yang disampaikan penyanyi tersebut.

Menurut Hardjana dalam bukunya yang berjudul Komunikasi

Intrapersonal & Interpersonal mendefinisikan komunikasi verbal sebagai

berikut : “Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata

-kata, entah lisan maupun tertulis”. (Hardjana, 2007:22)

Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Hardjana diatas, Barata

pun mengungkapkan bahwa komunikasi verbal yaitu : “Komunikasi yang

dilakukan secara lisan maupun tertulis”. (Barata, 2003:82)

5

http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/ dikutip pada hari minggu, 1 April 2012/ pukul 15:05 WIB


(27)

Dua dari definisi mengenai komunikasi verbal diatas merupakan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi. Sehingga dengan demikian komunikasi verbal dapat disimpulkan sebagai proses komunikasi yang dilakukan oleh seorang komunikator dengan menggunakan kata-kata baik lisan maupun tertulis dalam menyampaikan pesan atau informasinya untuk memengaruhi komunikannya. Dalam hiburan dangdut, penyanyi dangdut mengaplikasikan komunikasi verbalnya dengan cara mengucapkan salam, menyapa penonton, mengajaknya untuk bernyanyi dan bergoyang bersama serta lainnya secara interaktif.

Selain berinteraksi dengan melakukan komunikasi secara verbal, seorang penyanyi dalam berinteraksi dengan penonton selalu mengandalkan komunikasi nonverbalnya di setiap aksi panggungnya. Komunikasi nonverbal merupakan kebalikan dari komunikasi verbal. Dalam prosesnya, komunikasi nonverbal tidak mengandalkan kata-kata seperti pada komunikasi verbal.

Komunikasi nonverbal merupakan suatu proses komunikasi dimana pesan yang disampaikan tidak menggunakan kata-kata melainkan dengan menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara. Maka dapat disimpulkan, komunikasi nonverbal merupakan komunikasi yang menggunakan isyarat yang bukan kata-kata.

Dari penjelasan komunikasi nonverbal diatas, disebutkan bahwa gerakan isyarat, ekspresi, pakaian merupakan komunikasi nonverbal. Seorang


(28)

penyanyi dangdut dalam suatu hajatan untuk menarik perhatian penontonnya sudahlah tentu akan berpenampilan semenarik mungkin untuk memikat simpati dan terkagum-kagum kepadanya. Komunikasi secara nonverbal yang dilakukan oleh penyanyi dangdut dalam setiap pentas ditunjukkannya melalui cara mereka berpakaian, menggoyangkan pinggulnya, memandang para

penonton, gaya rambut, make up, menggerak-gerakkan jari-jari tangannya

seraya menurunkannya dari atas ke bawah ketika bernyanyi, melambaikan

tangan pada penonton, hingga mengarahkan microphone kepada penonton

untuk mengikuti lagu yang dibawakannya.

Ada hal yang menarik dalam hiburan dangdut ini, yaitu “saweran”.

Saweran sudah menjadi salah satu identik atau ciri khas dalam suatu hiburan dangdut. Saweran berasal dari bahasa Sunda yaitu "sawer" yang artinya melempar uang biasanya dilakukan pada saat upacara kebesaran tradisional seperti, sunatan, kawinan dan sebagainya. Di dalam musik dangdut dari pendengar musik dangdut atau pengunjung dari pagelaran dangdut itu. Disini dapat dilihat mengapa saweran dalam musik dangdut cukup menarik? Karena kita tahu bahwa untuk jenis musik lain tidak ada istilah saweran apalagi uang tip yang kadang bisa melebihi bayaran dari biduan itu sendiri dan Indonesia banyak group-group dangdut yang selalu mengandalkan saweran dalam setiap

pertunjukan panggung grup-grup tersebut.6 Sehingga ciri khas saweran ini

menjadi daya tarik tersendiri dalam setiap hiburan dangdut bagi siapapun

6

http://www.iniunik.web.id/2011/06/dangdut-musik-asli-indonesia-sejarah.html#axzz1o8REofVx/ dikutip pada hari Minggu, 4 Maret 2012/ pukul 15:43 WIB.


(29)

yang menyaksikannya dan dimana pun hiburan itu berlangsung termasuk di Kota Bandung.

Menurut pendapat salah seorang penonton hiburan dangdut, Ilham

Manan yang dihubungi melalui telepon selularnya menjelaskan bahwa :

“Saweran dalam acara dangdutan memang sudah menjadi ciri khas

dan lumrah. Sebetulnya tidak harus ada saweran, tapi biasanya pada acara hajatan saweran dangdut selalu ada dan menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton. Karena saweran tidak dapat kita temui pada jenis musik yang lain, hanya dangdutan dan di acara hajatan saja yang biasanya penonton mau menyawer si biduan. Kita pun sebagai penonton merasa terhibur, karena terkadang ada saja kejadian-kejadian lucu saat si penonton menyawer. Bahkan si biduan pun menjadi tambah enerjik kalau di sawer, dan tentunya kita menjadi

senang, gembira melihatnya”. (Wawancara, Bandung, 28 Maret 2012, pukul 14:53 WIB)

Dapat disimpulkan secara sederhana bahwa saweran dalam hiburan dangdut merupakan interaksi antara penyanyi dangdut atau biduan dengan salah seorang penonton (penyawer) yang memiliki simbol-simbol makna tertentu yang menunjukkan tingkat kedalaman hubungan antara penyanyi

tersebut dengan penyawer.

Saweran dapat dilayangkan kepada si penyanyi (biduan) karena sebagai komunikator, seorang penyanyi akan menunjukkan keahliannya dalam menghibur (menyanyi dan bergoyang) yang menjadi daya tarik bagi penonton yang menyaksikannya. Sehingga apabila seorang penyanyi memiliki daya tarik dimata penontonnya, maka akan timbul rasa suka terhadap si penyanyi tersebut.

Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam buku Psikologi Komunikasi,


(30)

sebagai atraksi interpersonal (Atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere - ad:

menuju; trahere: menarik). (Rakhmat, 2008:110-111)

Dalam situs www.artikata.com didapat definisi Daya Tarik sebagai

berikut :

“Attraction an invisible power in a body by which it draws anything to itself; the power in nature acting mutually between bodies or ultimate particles, tending to draw them together, or to produce their cohesion or combination, and conversely resisting separation”.

(daya tarik merupakan kekuatan dalam tubuh yang mana kekuatan ini menarik segala sesuatunya sendiri, kekuatan alami yang saling berhubungan antara tubuh dan bagian-bagian kecil lainnya, yang cenderung untuk saling menyatu atau menghasilkan ikatan atau perpaduan, dan sebaliknya akan menahannya dari perpecahan atau

pemisahan).7

Masih dalam situs yang sama, definisi daya tarik adalah :

“Attraction an entertainer who attracts large audiences he was the

biggest drawing card they had”. (Daya tarik seorang penghibur yang

bisa menyedot perhatian pemirsanya dalam jumlah yang banyak

berarti memiliki kartu atau kemampuan daya tarik terbesar)8

Dalam buku Komunikasi Interpersonal, Suranto Aw mengemukakan

bahwa daya tarik seorang komunikator di mata komunikan merupakan modal penting untuk ketercapaian tujuan komunikasi. Hal ini disebabkan dengan daya tarik yang memadai, komunikator lebih mudah mendekatkan diri kepada komunikan, dan pada gilirannya dapat lebih mudah meyakinkan komunikan. Daya tarik komunikator meliputi :

1. Daya tarik fisik

Daya tarik fisik (physical attractivenes) memudahkan tercapainya

simpati dan peratian orang. Terdapat kecenderungan bahwa orang cantik atau tampan akan lebih menarik, sehingga lebih efektif dalam

7

http://www.artikata.com/arti-12510-attraction.html/di kutip pada hari minggu, 25 maret 2012/ pukul 22:32 WIB

8


(31)

mempengaruhi pendapat orang lain, diperlakukan lebih sopan dan menjadi pusat perhatian.

2. Kesamaan

Pada umumnya orang akan lebih tertarik kepada orang lain yang berpandangan sama dengan dirinya. Prinsip adanya kebersamaan ini menjadi salah satu faktor keberhasilan komunikasi. Seorang komunikator mempunyai kesamaan dengan komunikan akan memberi daya tarik tersendiri bila dibandingkan dengan komunikator yang memiliki perbedaan pada banyak hal dengan komunikan. Jika komunikan merasa bahwa komunikator mempunyai sifat yang menarik maka akan mendorong keterlibatan keduanya dalam komunikasi yang memuaskan.

3. Keakraban

Familiaritas atau sikap akrab merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya tarik komunikator di mata komunikan. Pada dasarnya seorang komunikan akan lebih menyenangi komunikator yang memiliki ubungan erat dengan dirinya. Komunikator yang berhasil mendekatkan hubungan lebih memperoleh tanggapan positif, sementara orang yang berusaha menjauhkan diri, tidak diperhatikan. (Suranto, 2011:121-122)

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa daya tarik merupakan proses awal terhadap kesan dari suatu bentuk komunikasi dan sangat berperan dalam bentuk kesan dari komunikan. Berdasarkan pengertiannya, daya tarik merupakan kekuatan yang dapat memikat perhatian, sehingga seseorang mampu mengungkapkan kembali stimuli (rangsangan) yang ia peroleh dari apa yang ia lihat.

Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa saweran dalam hiburan dangdut menjadikan hiburan tersebut beda dari yang lain dan mempunyai daya tarik tersendiri bagi para penggemar atau penontonnya. Saweran itu sendiri menjadi suatu fenomena yang menarik meskipun menimbulkan suatu gejala-gejala dalam prosesnya.


(32)

Banyaknya gejala dari proses saweran akibat adanya daya tarik yang ditimbulkan oleh sosok penyanyi dangdut dalam hiburan dangdut tersebut menjadi suatu pembicaraan yang mengundang pro dan kontra di kalangan masyarakat. Bila ditinjau dari sisi kontra atau negatifnya, saweran menjadi

sebuah ajang “perang sawer” atau ajang “saing-saingan” status sosial diantara penyawer. Seorang penyawer akan terasa terpancing apabila ada penyawer lain yang memberikan uang saweran lebih besar dan lebih banyak dari dirinya.

Sebenarnya saweran itu sudah merupakan suatu pelanggaran dari estetika kesenian, karena dengan saweran di dalam musik dangdut dapat terjadi perubahan dari keaslian atau originalitas (pure art) musik dangdut sendiri, dengan mengganti lirik lagu dangdut dengan lirik yang dibuat sendiri oleh biduanita dangdut itu dan biasanya lagu dangdut itu sudah jauh dari aslinya kalau sudah menghadapi para penyawer yang notabenenya ingin "kesohor" atau populer. Ada pepatah mengatakan biar tekor asal kesohor. Mungkin ini banyak yang menjadi alasan para penyawer di panggung-panggung dangdut hiburan kita. Ada yang beralasan rela menghamburkan uang untuk sekedar menyawer bukan hanya ingin kesohor, melainkan mencari kepuasan batin semata. Memang sungguh fenomenal "saweran"

dalam musik dangdut kita.9

Saweran pada hiburan dangdut pun dinilai seakan menurunkan nilai estetika hiburan itu sendiri. Bagaimana tidak, seorang penyanyi (dalam hal ini

9


(33)

penyanyi wanita) seolah-olah menghalalkan segala cara dengan berpakaian

yang sexy (minim) dan goyangan yang terlihat erotis untuk menarik simpatik

dan menjadikannya daya tarik tersendiri di hadapan penontonnya demi mendapatkan uang saweran. Namun hal tersebut dapat mengundang efek yang kurang menarik dan bahkan seolah merendahkan penyanyi atau biduanita tersebut, misalkan seperti pelecehan dengan memasukkan uang saweran pada sela-sela tubuh atau pakaian biduanita, memegang atau meraba-raba salah satu anggota badan, hingga memeluk biduanita tersebut dengan tidak ada rasa canggung dan malu. Terlebih hal tersebut dapat mengundang pertikaian atau kericuhan diantara para penyawer yang saling berebut sang biduanita. Sehingga tontonan yang disajikan tidak lagi bernilai hiburan namun terkesan seperti pornoaksi dan kekerasan.

Akan tetapi, dibalik itu semua terdapat gejala positif dalam suatu saweran. Seorang penyawer yang dengan sukarela memberikan uang saweran kepada penyanyi memang tidak semuanya seperti apa yang dijelaskan diatas, ada pula penyawer yang memang merasa terhibur dan terpenuhi kepuasan batinnya sehingga dengan perasaan gembira mereka memberikan uang saweran pada penyanyi tersebut sebagai imbalan dari permintaan yang telah terpenuhi. Dan tentunya hal itu tidak terlepas karena adanya suatu daya tarik yang dimunculkan dalam diri seorang penyanyi dangdut tersebut. Disatu sisi, saweran sangat berarti bagi penyanyi dan orkes melayu yang mengiringi. Karena dapat dirasakan bahwa saweran merupakan penghasilan tambahan bagi kehidupannya.


(34)

Untuk grup-grup musik dangdut papan atas dan penyanyi dangdut papan atas, saweran memang tidak diperlukan untuk mereka karena biasanya bayaran per grup mereka sudah melebihi standar hidup mereka. Karena itulah saweran diperlukan oleh pemusik dan penyanyi sebagai tambahan

penghasilan mereka.10

Seorang biduantita biasanya lebih banyak mendapat hasil dari saweran itu daripada bayarannya di panggung musik dangdut, karena itu menurut beberapa biduanita saweran itu merupakan seni dari musik dangdut itu sendiri. Tanpa saweran, itu bukan musik dangdut. Sebenarnya kalau kita membanding dari sudut etika, benar atau salah saweran itu sudah melanggar suatu etika kesenian karena kesenian itu harus benar-benar murni tanpa ada tambahan atau embel-embel apapun, tapi seperti yang sudah diuraikan di atas bahwa saweran itu perlu untuk kelangsungan hidup para pemusik dan penyanyi dangdut, karena itu disini etika dikesampingkan walaupun

sebenarnya saweran itu melanggar etika.11

Bertolak dari uraian diatas, maka peneliti menilai seorang penyanyi dangdut pada hiburan dangdut yang diiringi dengan adanya saweran adalah fenomena yang menarik untuk diangkat ke dalam sebuah penelitian dan ada dalam realitas kehidupan ini. Peneliti memiliki keyakinan dan harapan akan penelitian ini untuk mengkaji dan menelaah secara mendalam mengenai daya tarik seorang penyanyi dangdut dalam suatu hiburan pada acara hajatan yang

10

http://www.iniunik.web.id/2011/06/dangdut-musik-asli-indonesi-sejarah.html#axzz1o8REofVx/ dikutip pada hari Minggu, 4 Maret 2012/ pukul 15:43 WIB.

11


(35)

dapat menarik simpatik penontonnya untuk memberikan saweran kepadanya yang selama ini berkembang dalam hiburan musik dangdut tersebut.

Dalam penelitian ini pun peneliti memiliki harapan dapat menambah referensi atau gambaran mengenai daya tarik seorang penyanyi dangdut

dalam saweran pada suatu hiburan dangdut, karena banyak hal yang belum

kita ketahui dibalik saweran itu sendiri serta perilaku komunikasi dari penyanyi dalam hiburan dangdut. Dalam penelitian yang akan dikaji ini pun memiliki nilai tambah secara khusus untuk perkembangan ilmu komunikasi.

1.2Rumusan Masalah

Maka, dari latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti dapat menarik rumusan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Pertanyaan Makro

“Bagaimana Daya Tarik Penyanyi Dangdut Dalam Saweran

Pada Hiburan Dangdut (Studi Deskriptif tentang Daya Tarik Penyanyi Dangdut dalam Saweran Pada Hiburan Dangdut di Kota Bandung)?”

1.2.2 Pertanyaan Mikro

Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas dari fokus pada rumusan masalah yang masih bersifat umum dengan subfokus-subfokus terpilih dan dijadikannya sebagai pertanyaan mikro, yakni :


(36)

1. Bagaimana Daya Tarik Fisik penyanyi dangdut di mata penonton dalam saweran pada hiburan dangdut di Kota Bandung?

2. Bagaimana Kesamaan antara penyanyi dangdut dan

penonton dalam saweran pada hiburan dangdut di Kota Bandung?

3. Bagaimana Keakraban antara penyanyi dangdut dan

penonton dalam saweran pada hiburan dangdut di Kota Bandung?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Pada penelitian ini pun memiliki maksud dan tujuan yang menjadi bagian dari penelitian sebagai ranah kedepannya, adapun maksud dan tujuannya sebagai berikut:

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih jelas

tentang “Daya Tarik Penyanyi Dangdut Dalam Saweran Pada Hiburan Dangdut (Studi Deskriptif Tentang Daya Tarik Penyanyi Dangdut

Dalam Saweran Pada Hiburan Dangdut di Kota Bandung)”.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Daya Tarik Fisik penyanyi dangdut di mata


(37)

2. Untuk mengetahui Kesamaan antara penyanyi dangdut dan penonton dalam saweran pada hiburan dangdut di Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui Keakraban antara penyanyi dangdut dan

penonton dalam saweran pada hiburan dangdut di Kota Bandung.

1.4Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis, sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis peneliti berharap agar penelitian ini dapat mengembangkan kajian studi ilmu komunikasi secara umum dan

komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), baik

komunikasi verbal dan non verbal secara khusus.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa memberikan suatu masukan atau referensi tambahan yang dapat diaplikasikan dan menjadi pertimbangan.

Kegunaan secara praktis pada penelitian ini, sebagai berikut:

1.4.2.1Bagi Peneliti

Dapat dijadikan bahan referensi sebuah pengetahuan dan pengalaman serta penerapan ilmu yang diperoleh peneliti selama studi secara teoritis. Dalam hal ini khususnya mengenai


(38)

daya tarik penyanyi dangdut dalam saweran pada hiburan dangdut ditinjau dari kajian ilmu komunikasi.

1.4.2.2Bagi Akademik

Secara praktis penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa UNIKOM secara umum, dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi secara khusus yang dapat dijadikan sebagai literatur dan referensi tambahan terutama bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.

1.4.2.3 Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat berguna sebagai informasi, referensi dan evaluasi bagi para penyanyi dangdut mengenai daya tarik penyanyi dangdut dalam saweran pada hiburan dangdut di Kota Bandung.


(39)

21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

Istilah komunikasi kian hari kian populer. Begitu populernya sampai muncul berbagai macam istilah komunikasi. Ada komunikasi timbal balik, ada komunikasi tatap muka, ada komunikasi langsung, komunikasi tidak langsung, komunikasi vertikal, komunikasi horizontal, komunikasi dua arah dan lain sebagainya.

Komunikasi yang semula merupakan fenomena sosial, kemudian menjadi ilmu yang secara akademik berdisiplin mandiri, dewasa ini dianggap amat penting sehubungan dengan dampak sosial yang menjadi kendala bagi kemaslahatan umat manusia akibat perkembangan teknologi.

Ilmu komunikasi, apabila diaplikasikan secara benar akan

mampu mencegah dan menghilangkan konflik antarpribadi,

antarkelompok, antarsuku, antarbangsa dan antarras, membina kesatuan dan persatuan umat manusia penghuni bumi.

Pentingnya studi komunikasi karena

permasalahan-permasalahan yang timbul akibat komunikasi. Manusia tidak bisa hidup sendirian. Ia secara tidak kodrati harus hidup bersama manusia lain,


(40)

baik demi kelangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun demi keturunannya. Jelasnya, manusia harus hidup bermasyarakat.

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan

(message). Orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator) sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communicate). Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan.

Komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan Latin

communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama; sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan ole komunikator dan diterima oleh komunikan.

Untuk mengetahui lebih dalam dan jelas tentang Ilmu Komunikasi, diawali dengan pengertian dan asal kata dari para ahli terkemuka.


(41)

2.1.1.1 Definisi Ilmu Komunikasi

Definisi komunikasi sendiri telah mengalami kemajuan dalam perumusannya. Sebelum awal tahun 1970-an, komunikan dianggap sebagai individu yang pasif dan komunikator lebih berperan dalam suatu proses komunikasi. Namun sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, definisi-definisi yang diberikan para ahli pun menjadi semakin banyak dan beragam. Masing-masing punya penekanan arti, cakupan dan konteksnya yang berbeda satu sama lainnya.

Menurut Sendjaja yang dikutip dalam Webster’s New Collegiate

Dictionary edisi tahun 1977 dijelaskan bahwa komunikasi adalah :

“Suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui

sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”.

(Sendjaja, 2004:1.10)

Definisi lain mengenai komunikasi dari C.I. Hovland. Menurut

Hovland komunikasi dapat didefinisikan:

As the process by which an individuals-the communicator-transmits stimuli (ussualy verbal symbols) to modify the behavior of other individuals communicateest.”(komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan

mengubah atau membentuk perilaku orang-orang

lainnya/khalayak). (Budyatna & Mutmainnah, 2004 : 2.3)

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah: upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.


(42)

Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa

komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. (Effendy, 2003

:10)

Pada tahun 1981 Everett M. Rogers dan D. Lawrence Kincaid

dalam buku Communication Networks merumuskan komunikasi adalah

sebagai berikut :

Communication as a process in which the participants create and share information with one another in order to reach a mutual understanding” (komunikasi sebagai proses di mana para peserta membuat dan berbagi informasi dengan satu sama lain untuk

mencapai saling pengertian). (Budyatna & Mutmainnah, 2004 :

2.3)

Sedangkan menurut Gerald R. Muler dan Mark Steinberg

merumuskan definisi komunikasi, adalah :

That communication involves an intentional, transactional, symbolic process” (bahwa komunikasi melibatkan penyampaian

pesan yang disengaja, transaksional, dan proses simbolik).

(Budyatna & Mutmainnah, 2004 : 2.4)

Definisi diatas begitu singkat tetapi padat dan sarat akan makna. Maka dari itu, unsur-unsur yang terdapat Intensional, transaksional dan proses simbolik membuktikan bahwa proses komunikasi yang terjadi


(43)

karena faktor kesengajaan yang melibatkan antara komunikator dengan komunikan dimana komunikasi terjalin melalui simbol-simbol yang mendukung tercapainya tujuan bersama.

Untuk lebih memahami ilmu Komunikasi lebih mendalam, diabawah ini akan dijelaskan mengenai unsur-unsur dasar yang terkandung dalam suatu komunikasi.

2.1.1.2 Unsur-Unsur Dasar Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa

komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.

Menurut Daryanto dalam bukunya yang berjudul Ilmu

Komunikasi, unsur komunikasi, antara lain :

1. Sumber/komunikator,

2. Isi pesan,

3. Media/saluran,

4. Penerima/komunikan,

5. Umpan balik/feedback. (Daryanto, 2001:147)

Sedangkan menurut Cangara dalam bukunya, menjelaskan

unsur-unsur komunikasi sebagai berikut :

1. Sumber,

2. Pesan,

3. Media,


(44)

5. Pengaruh,

6. Tanggapan Balik, dan

7. Lingkungan. (Cangara, 2011:22-28)

Merujuk pada unsur-unsur komunikasi menurut Cangara diatas, dapat dijelaskan satu persatu mengenai unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut :

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai

pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim,

komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau

encoder.

Seorang komunikator dalam proses komunikasi akan

menyampaikan berbagai macam pesan. Pesan yang dimaksud dalam

proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information.

Dalam menyampaikan pesannya tersebut seorang komunikator

membutuhkan suatu perantara atau media. Media yang dimaksud di sini

ialah yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada

penerima.

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah seperti khalayak, sasaran, komunikan atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver.


(45)

Dari penyampaian suatu pesan yang dilakukan oleh komunikator

pada komunikan, diharapakan adanya pengaruh atau efek. Pengaruh atau

efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

Dengan adanya pengaruh atau efek tersebut, maka suatu proses

komunikasi akan menimbulkan suatu tanggapan balik atau sering disebut

dengan umpan balik diantara komunikator dan komunikan. Ada yang

beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.

Suatu kegiatan komunikasi tentunya akan melibatkan lingkungan

atau situasi, karena tanpa hal tersebut suatu kegiatan komunikasi tidaklah berjalan sesuai dengan kehendak. Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat memengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosila budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu.

Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung satu sama lainnya. Artinya, tanpa keikutsertaan satu unsur akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi.


(46)

2.1.1.3 Proses Komunikasi

Diatas tadi telah diungkapkan bahwa komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan.

Menurut Onong Uchjana Effendy, Proses komunikasi dalam

bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni :

1. Proses komunikasi secara primer, Proses ini adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial (gesture), isyarat, gambar, warna, dan lain

sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan”

pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

2. Proses komunikasi secara sekunder, adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah

memakai lambang sebagai media pertama. Seseorang

menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi media

kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. (Effendy,

2003:11&16)

Proses yang dijalani memiliki suatu karakteristik dari komunikasi tersebut, seperti halnya karakteristik komunikasi dibawah ini.

2.1.1.4Karakteristik Komunikasi

Dalam setiap proses berkomunikasi, seperti contoh-contoh definisi komunikasi yang diungkapkan sebelumnya komunikasi memiliki

karakteristik tersendiri. Menurut Sasa Djuarsa Sendjaja dalam bukunya

Pengantar Ilmu Komunikasi diperoleh gambaran bahwa pengertian komunikasi memiliki karakterisitik komunikasi, yaitu:


(47)

1. Komunikasi adalah suatu proses, Artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai suatu proses, komunikasi tidak statis tetapi dinamis dalam arti kata akan selalu mengalami perubahan dan berlangsung terus-menerus. 2. Komunikasi dalam upaya yang disengaja serta mempunyai

tujuan, Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar (tidak bermimpi), disengaja (sesuai kemauan) serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya (hasil/akibat yang ingin dicapai.

3. Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat, Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik, apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan.

4. Komunikasi bersifat simbolis, Dimana komunikasi pada

dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan

menggunakan lambang-lambang (verbal dan non verbal).

5. Komunikasi bersifat transaksional, Pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya pula dilakukan secara seimbang atau proporsional oleh masing-masing, pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Apa yang kita terima, nilai besar kecilnya tergantung pada apa yang kita berikan.

6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu,Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, faksimili, teleks, video-text, dan lain-lain, kedua faktor tersebut (ruang dan waktu) bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan dalam

berkomunikasi. (Sendjaja, 2004:1.13-1.16)

Dari penjelasan karakteristik diatas, komunikasi tentunya memiliki fungsi agar pesan yang hendak disampaikan dapat diterima dengan baik. Untuk itu dibawah ini akan dibahas tentang fungsi dari komunikasi.


(48)

2.1.1.5 Fungsi Komunikasi

Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, sehingga komunikasi itu sendiri memiliki fungsi-fungsi dalam kehidupan manusia.

Maka menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi

Teori dan Praktek, fungsi komunikasi terdiri sebagai berikut :

1. Menyampaikan informasi (to inform)

2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain)

4. Mempengaruhi (to influence). (Effendy, 2003:8)

Berbeda dengan pendapat Harold D. Lasswell dalam Cangara,

yang mengemukakan bahwa fungsi komunikasi antara lain :

1. Manusia dapat mengontrol lingkungannya,

2. Beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada,

3. Melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi

berikutnya. (Cangara, 2011:59)

Adapun dalam buku Ilmu Komunikasi oleh Daryanto,

menjelaskan beberapa fungsi komunikasi diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Fungsi Pertama : Komunikasi Sosial

Fungsi ini mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, serta terhindar dari tekanan dan ketegangan.

b. Fungsi Kedua : Komunikasi Ekspresif

Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan sendirian ataupun kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan memengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita). Perasaan -perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah, dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun terutama lewat puisi, lagu, tarian, lukisan, dan pemberian bunga maupun drama.


(49)

c. Fungsi Ketiga : Komunikasi Ritual

Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan seoanjang tahun

dan sepanjang hidup yang disebut para antropolog sebagai rites

of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun

(nyanyi Happy Birthday dan pemotongan kue), pertunangan

(melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan (ijab-qabul, sungkem kepada orang tua dan sebagainya), ulang tahun perkawinan, upacara kematian hingga kegiatan olahraga (olimpiade, PON dan sebagainya). Dalam acara-acara itu, orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik.

d. Fungsi Keempat : Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah

sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau

menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur. Apabila diringkas ke semua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (besifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasi

dalam arti pembicara menginginkan pendengarannya

memercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikan akurat dan layak untuk diketahui. Bahkan komunikasi yang menghibur (to intertain) pun secara tidak langsung membujuk

khalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka.(Daryanto,

2001:129-132)

Dari fungsi-fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka komunikasi pun memiliki tujuan penting dalam kehidupan manusia.

2.1.1.6 Tujuan Komunikasi

Suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh seorang komunikator terhadap komunikan sudahlah tentu mempunyai tujuan yang hendak di capai. Tujuan utama dari komunikasi adalah untuk membangun atau menciptakan pemahaman atau pengertian bersama. Saling memahami


(50)

atau mengerti bukan berarti harus menyetujui, tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan secara sosial.

Menurut Daryanto dalam buku Ilmu Komunikasi, mengemukakan

bahwa tujuan komunikasi antara lain :

a. Perubahan sikap (attitude change)

Seorang komunikan setelah menerima pesan, kemudian sikapnya berubah, baik positif maupun negatif. Dalam berbagai situasi, kita berusaha memengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita.

b. Perubahan pendapat (opinion change)

Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman.

Pemahaman ialah kemampuan memahami pesan secara cermat

sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Setelah

memahami arti komunikator maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan. Contoh: berita yang disampaikan oleh surat kabar. Informasi dapat diterima khalayak dalam waktu bersamaan, namun opini/pendapat yang muncul dari setiap individu berbeda-beda.

c. Perubahan perilaku (behavior change)

Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku ataupun tindakan seseorang. Contoh: Kampanye kesehatan, misalnya

mengenai merokok menyebabkan gangguan kesehatan.

Misalnya, setelah mengikuti kampanye tersebut, seorang perokok kemudian berusaha mengurangi atau berhenti merokok.

d. Perubahan sosial (social change)

Membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain sehingga menjadi hubungan yang semakin baik. Dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal. Contoh : Di perkantoran, seringkali terjadi komunikasi dilakukan bukan untuk menyampaikan informasi atau memengaruhi sikap semata, melainkan kadang-kadang terdapat maksud implisit di

baliknya, yakni untuk membina hubungan baik. (Daryanto,

2011:148-149)

Tujuan komunikasi diatas merupakan maksud dari penyampaian


(51)

komunikannya sebagai upaya pengendalian interaksi yang terjadi di sekitar lingkungan tempat mereka berada.

2.1.1.7 Sifat Komunikasi

Menurut Effendy dalam bukunya, ditinjau dari sifatnya

komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Komunikasi Verbal (Verbal Communication)

1) Komunikasi lisan (Oral Communication)

2) Komunikasi tulisan (Written Communication)

b. Komunikasi Nirverbal (Nonverbal Communication)

1) Komunikasi kial (Gestural/Body Communication)

2) Komunikasi gambar (Pictorial Communication)

3) Lain-lain

c. Komunikasi tatap muka (Face-to-face Communication)

d. Komunikasi bermedia (Mediated Communication) (Effendy,

2003:53)

2.1.1.8 Tatanan Komunikasi

Tatanan komunikasi yang dimaksudkan adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan

situasi komunikan seperti itu, Effendy mengklasifikasikan menjadi

bentuk-bentuk seperti berikut :

a. Komunikasi pribadi (Personal Communication)

1) Komunikasi intrapribadi (Intrapersonal Communication)

2) Komunikasi antarpribadi (Interpersonal Communication)

b. Komunikasi kelompok (Group Communication)

1) Komunikasi kelompok kecil (Small Group Communication),

misalnya ceramah (lecture), forum, simposium, diskusi panel, seminar, curahsaran (brainstorming) dan lain-lain.

2) Komunikasi kelompok besar (Large Group


(52)

c. Komunikasi massa (Mass Communication)

1) Komunikasi media massa cetak/pers (Printed Mass Media

Communication), misalnya surat kabar dan majalah.

2) Komunikasi media massa elektronik (electronic mass media

communication), misalnya radio, televisi, film dan lain-lain.

d. Komunikasi medio (Medio Communication)

Misalnya : surat, telepon, pamflet, poster, spanduk dan media

lainnya yang tidak termasuk media massa. (Effendy,

2003:53-55)

Proses komunikasi ini dilakukan dalam berbagai konteks yang salah satunya adalah komunikasi antar pribadi sebagai konteks komunikasi dalam penelitian ini khususnya. Untuk lebih memahami komunikasi antarpribadi, berikut penjelasannya seperti di bawah ini.

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi

Manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain sudah pasti akan melakukan interaksi dengan lainnya, dengan kata lain manusia akan melakukan kontak sosial dengan manusia lainnya (berkomunikasi) untuk memenuhi segala keinginan dan kebutuhannya. Karena disadari atau tidak, komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan atau pengembangan pribadi dan utuk kontak sosial. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dijelaskan mengenai komunikasi antar pribadi yang diawali dengan pengertian komunikasi antar pribadi itu sendiri.


(53)

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi/interpersonal merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari, meskipun demikian tidaklah mudah untuk memberikan definisi yang tepat dan dapat diterima oleh semua pihak. Sebagaimana layaknya konsep-konsep dalam ilmu sosial lainnya, komunikasi antarpribadi pun memiliki banyak definisi sesuai dengan persepsi ahli-ahli komunikasi yang memberikan batasan pengertian. Para ahli merumuskan pengertian komunikasi antarpribadi secara berbeda-beda.

Menurut Deddy Mulyana dalam bukunya yang berjudul

Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mengemukakan bahwa :

“Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun

nonverbal.” (Mulyana, 2010:81)

Pendapat senada dikemukakan oleh Agus M. Hardjana (2003:85)

yang mengatakan :

“Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antardua atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan


(54)

Sedangkan menurut Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book”. (Devito, 1989:4) sebagai :

“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek

dan beberapa umpan balik seketika”. (The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback). (Effendy, 2003:59-60)

Berdasarkan definisi dari beberapa pakar komunikasi diatas

menunjukkan bahwa komunikasi antarpribadi (interpersonal

communication) merupakan komunikasi yang terjadi secara tatap muka antara dua orang (diadik) atau tiga orang (triadik) dan menghasilkan efek atau umpan balik secara langsung.

2.1.2.2 Komponen-Komponen Komunikasi Antar Pribadi

Asumsi dari komunikasi antarpribadi dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi antarpribadi akan terjadi apabila suatu komunikator menyampaikan pesan atau informasi yang dapat berupa lambang baik verbal maupun nonverbal kepada komunikannya. Berdasarkan asumsi tersebut maka terdapat komponen-komponen yang saling berperan satu sama lain dalam komunikasi antarpribadi.

Menurut Suranto komponen-komponen dalam komunikasi

antarpribadi tersebut diantaranya adalah :

1. Sumber/Komunikator, merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, yakni keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang bersifat emosional maupun informasional dengan orang lain.


(55)

2. Encoding, suatu aktifitas internal pada komunikator dalam menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan non-verbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan.

3. Pesan, merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal maupun non-verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain.

4. Saluran, merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum.

5. Penerima/komunikan, adalah seeorang yang menerima, memahami dan menginterpretasi pesan.

6. Decoding, merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melalui indera, penerima mendapatkan macam-macam data

dalam bentuk “mentah”, berupa kata-kata dan simbol-simbol

yang harus diubah ke dalam pengalaman-pengalaman yang mengandung makna.

7. Respon, yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan baik bersifat positif, netral maupun negatif.

8. Gangguan (noise), merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik dan phsikis.

9. Konteks komunikasi, komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, ada tiga dimensi yaitu ruang, waktu dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi (ruangan, halaman, jalanan). Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi tersebut dilaksanakan (pagi, siang, malam). Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya yang mempengaruhi suasana komunikasi (adat istiadat, situasi rumah, norma sosial, dan

lainnya). (Suranto, 2011:7-9)

2.1.2.3 Ciri-Ciri Komunikasi Antar Pribadi

Setiap menjalani aktifitas kehidupan sehari-hari, komunikasi antarpribadi merupakan jenis komunikasi yang selalu dilakukan oleh semua orang. Sehingga dengan demikian, terdapat ciri-ciri yang membedakan komunikasi antarpribadi dengan jenis komunikasi lainnya.


(1)

B.

Pendidikan Formal

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2008 – Sekarang

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia,

Bandung.

-

2. 2001 – 2004 SMU Pasundan 3 Cimahi Berijazah

3. 1998 – 2001 SMP PGRI 3 Cimahi Berijazah

4. 1992 – 1998 SDN Bhinakarsa I Cimahi Berijazah

C.

Pendidikan Non Formal

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2011 Kursus bahasa Inggris di L.I.E.B.E Course

(Life Is Everything Became Expert) - 2. 2009 Pelatihan “Table Manner Course” Hotel

Jayakarta Bandung. Bersertifikat 3. 2000 Kursus bahasa Inggris di PQEC English

Course -

D.

Pengalaman Organisasi

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2006 Anggota PAMMI Jakarta -

2. 2001 – 2002 Anggota Paduan Suara SMA Pasundan 3

Cimahi -

3. 1998 – 2001 Pengurus OSIS SMP PGRI 3 Cimahi -


(2)

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2009 Komunitas Artis Peduli Bencana (KAPB) “Beramal Lewat Suara, Musibah Situ Gintung”

Bersertifikat

2. 2009

Pelatihan Melejitkan Potensi dan Pengembangan DiriPersonal Development

and Self Empowerment UNIKOM

Bersertifikat

3. 2009 Peserta “Mentoring Agama Islam”

UNIKOM. Bersertifikat

4. 2010 Peserta Study Tour ke Media Massa

TRANS TV”. Bersertifikat

5. 2010

Peserta “Seminar Fotografi, Lomba Foto Essay dan Apresiasi Seni” HIMA IK & PR

FISIP UNIKOM.

Bersertifikat

6. 2011

Peserta SHUTTER Prodi Ilmu Komunikasi

dan Public Relations FISIP UNIKOM. Bersertifikat

7. 2011

Panitia “Sosialisasi Buku Pedoman

Penulisan Skripsi dan Pelaksanaan Sidang

FISIP UNIKOM”.

Bersertifikat

F.

Prestasi

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2005

Penghargaan atas Jasa dan Pengabdian Kepada Masyarakat dan Pemerintah Kota Cimahi di

Bidang Seni Suara

Walikota Cimahi

2. 2005

“Finalis KDI 2”

(Kontes Dangdut Indonesia TPI 2005)


(3)

No. Tahun Uraian Keterangan

3. 2004 “

JABAR KARAOKE FESTIVAL” Soga Enterprise Bandung

Juara Harapan III

4. 2003

“Festival Penyanyi Dangdut Indonesia 2003” PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu

Indonesia) KOTA BANDUNG

Juara Harapan I

5. 2003

Gebyar Karaoke Dangdut Matahari Palaguna

Bandung Juara III

6. 2002

“Festival Tembang Melayu-Dangdut Garuda

FM 2002” Juara II

7. 2002 Festival OK Cosmo FM dan Sarimi Juara Harapan III

8. 2001

“Lomba Karaoke HUT KEMERDEKAAN RI KE-56 Kel. Cigugur Tengah Kec. Cimahi

Tengah”

Juara I

9. 2001 Lomba Karaoke Pekan Raya Cimahi Lita FM Juara I 10. 2001 “Lomba Karaoke Ramayana Cimahi” Juara III

11. 2001 Arden Singing Contest V Juara III

12. 2001

Lomba Nyanyio Lagu Dangdut HUT Ke-1

Sahara Klub Dangdut dan Karaoke Bandung Juara Harapan

13. 2000

“Lomba Karaoke Dangdut dan POP Indonesia

Radio Mora FM dan CIMOL Cimindi Plaza” Juara Favorit 14. 1998 “Festival Karaoke Mantili Enterprise” Juara I 15. 1998

Lomba Nyanyi Ganesha Suara Pelajar


(4)

16. 1997

“Festival Karaoke Anak Se-Kec.Bandung

Kulon Pada Hari Sumpah Pemuda Ke-69” Juara II

17. 1997

Lomba Karaoke Pesta Anak Hotel Horison

Bandung Juara II

18. 1997

Lomba Karaoke HUT RI Ke-52 Se-Kel.

Cigugur Tengah Juara III

19. 1997

Lomba Karaoke HUT RI Ke-52 Se-Kel.

Cigugur Tengah Juara Umum

20. 1995

Lomba Karaoke Anak HUT Kemerdekaan RI

Ke-50 Cigugur Tengah Juara I

G.

Pengalaman Kerja

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2011-2012 Malam Pergantian Tahun Baru 2012 dan Promosi

Wisata Laut Provinsi Bengkulu - 2. 2011 Praktek Kerja di Bid. Humas dan Protokol

Pemerintah Kota Cimahi -

3. 2011 MC (Master Of Ceremony) Malam Pelantikan

Pengurus DKC (Dewan Kesenian Cimahi) - 4. 2010 Malam Pergantian Tahun Baru 2011 “Andarista

Musik –Kota Karawang” -

5. 2010 Pilkada Bupati Bangka – Prov. Bangka Belitung - 6. 2010 Pilkada Walikota Bontang – Kalimantan Timur -


(5)

No. Tahun Uraian Keterangan

7. 2009

Malam Pergantian Tahun Baru 2010 “Hotel Sari

Ater Resort –Kota Subang” -

8. 2009

Perayaan Hari Raya Idul Adha 1430 H dan Pesta

Laut “Pantai Jawai –Kalimantan Barat” - 9. 2009 Malam Pertemuan Ketua DPRD Se-Indonesia -

10. 2008 - 2010 Guswara Entertainment -

11. 2008 Pilkada Gubernur Kalimantan Timur -

12. 2008 Pilkada Gubernur Jawa Barat -

13. 2008 Pilkada Bupati Kalimantan Selatan -

14. 2008

HUT Ke-40 PT. ANTAM Tbk. Pulau Gebe – Maluku Utara -

15. 2007-2010

Nada, Dakwah dan Pengobatan Gratis bersama MKGR GOLKAR dan Yayasan Mutiara Iman

Jakarta

-

16. 2006

Malam Apresiasi Seni Kunjungan Ibu Perdana Menteri Malaysia di Rumah Dinas Wakil Presiden

RI Jussuf Kalla – Jakarta

-

17. 2006 Pilkada Bupati Aceh Tamiang – NAD - 18. 2006

Malam Pergantian Tahun Baru 2007 Kota

Cimahi -


(6)

No. Tahun Uraian Keterangan

20. 2006

FTV “Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang

Bombay” Produksi Starvision Jakarta -

21. 2005 FTV “Dangdut Happy Banget” Produksi Starvision

Jakarta -

22. 2005 Penyiar Radio Dangdut TPI Jakarta -

23. 2005 Pilkada Walikota Samarinda – Kalimantan Timur - 24. 2005 Peresmian Gedung Baru Pemkot Cimahi -

25. 2005

Launching Komix-G Kota Pontianak (Kal-Bar)

dan Kota Tasikmalaya (Ja-Bar) -

26. 2005-2007 Talent TPI dan MNC Group -

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan dan seperlunya.

Bandung, Agustus 2012 Peneliti

Tatang Kartiwa NIM : 41808180