Retribusi Daerah Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

Sedangkan jenis retribusi perizinan tertentu untuk pemerintah kabupatenkota yaitu sebagai berikut: 1. Retribusi izin mendirikan bangunan 2. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol 3. Retribusi izin gangguan 4. Retribusi izin trayek 5. Retribusi izin usaha perikanan

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini diperinci menurut pendapatan yang mencakup: a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerahBUMD b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik NegaraBUMN dan c. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

4. Lain-lain PAD yang sah

Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut: a. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan b. Jasa giro c. Pendapatan bunga d. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah e. Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan, pengadaan barang, dan jasa oleh daerah f. Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing g. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan h. Pendapatan denda pajak i. Pendapatan denda retribusi j. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan k. Pendapatan dari pengembalian l. Fasilitas sosial dan fasilitas umum m. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan n. Pendapatan dari angsurancicilan penjualan o. Hasil pengelolaan dana bergulir

2.1.2 Kemandirian Keuangan Daerah

2.1.2.1 Pengertian Kemandirian Keuangan Daerah

Menurut Abdul Halim 2008:232 pengertian kemandirian keuangan adalah sebagai berikut: “Kemandirian keuangan daerah otonomi fiskal adalah kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah”. Menurut Dwirandra dalam Abdul Halim 2001:167 menjelaskan definisi kemandirian keuangan sebagai berikut: “Kemandirian keuangan daerah artinya daerah harus memiliki keuangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya”. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian keuangan daerah merupakan kemampuan pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan seperti pajak dan retribusi untuk membiayai kegiatan pemerintahan.

2.1.2.2 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Menurut Abdul Halim 2008:232 kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah PAD dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain, misalnya bantuan pemerintah pusat atau dari pinjaman. Menurut Abdul Halim 2008:232 cara menghitung kemandirian keuangan daerah sebagai berikut: Rasio Kemandirian= Pendapatan Asli Daerah Bantuan Pemerintah PusatProvinsi dan Pinjaman Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal terutama pemerintah pusat dan provinsi semakin rendah, dan demikian pula sebaliknya. Menurut Paul Harvey dalam Abdul Halim 2001: 261, ada empat macam pola hubungan kemandirian keuangan dalam pelaksanaan otonomi daerah antara lain: 1. Pola hubungan instruktif, peranan pemerintah pusat lebih dominan dari pada kemandirian pemerintah daerah daerah tidak mampu melaksanakan otonomi daerah. 2. Pola hubungan konsultatif, campur tangan pemerintah pusat sudah mulai berkurang, karena daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi. 3. Pola hubungan partisipatif, peranan pemerintah pusat semakin berkurang, mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi. 4. Pola hubungan delegatif, campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam melaksanakan otonomi daerah.

2.1.3 Belanja Modal

2.1.3.1 Pengertian Belanja Modal

Menurut Deddi Nordiawan Ayuningtyas Hertianti 2014:179 menjelaskan pengertian belanja modal adalah: “Belanja modal adalah belanja yang dilakukan pemerintah yang menghasilkan aktiva tetap tertentu”.