Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

(1)

LAMPIRAN 1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

No. Nama Kabupaten/Kota

Kriteria

Sampel Sampel

1 2

1 Kabupaten Bogor  - -

2 Kabupaten Sukabumi  - -

3 Kabupaten Cianjur  - -

4 Kabupaten Bandung   1

5 Kabupaten Garut   2

6 Kabupaten Tasikmalaya   3

7 Kabupaten Ciamis  - -

8 Kabupaten Kuningan  - -

9 Kabupaten Cirebon  - -

10 Kabupaten Majalengka  - -

11 Kabupaten Sumedang   4

12 Kabupaten Indramayu  -

13 Kabupaten Subang   5

14 Kabupaten Purwakarta   6

15 Kabupaten Karawang   7

16 Kabupaten Bekasi  - -

17 Kabupaten Bandung Barat  - -

18 Kota Bogor  - -

19 Kota Sukabumi   8

20 Kota Bandung  - -

21 Kota Cirebon  - -

22 Kota Bekasi  - -

23 Kota Depok  - -

24 Kota Cimahi  - -

25 Kota Tasikmalaya  - -


(2)

LAMPIRAN 2

Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Belanja_modal 36 50596 692368 238410.72 162765.130

Pajak_daerah 36 2086 477595 78784.89 116096.243

Retribusi_daerah 36 4296 60254 21543.92 14331.466

Hasil_pengelolaan_kek ayaan_daerah_yang_di pisahkan

36 1610 52790 9790.06 14004.555

Lain_lain_PAD_yang_

sah 36 5833 140864 56930.56 34203.876

Valid N (listwise) 36

Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 36

Normal Parametersa,b

Mean 0E-7

Std.

Deviation 122912.75971897

Most Extreme Differences

Absolute .183

Positive .183

Negative -.109

Kolmogorov-Smirnov Z 1.096

Asymp. Sig. (2-tailed) .181

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

(4)

Hasil Uji Autokorelasi Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -25479.74699

Cases < Test Value 18

Cases >= Test Value 18

Total Cases 36

Number of Runs 14

Z -1.522

Asymp. Sig. (2-tailed) .128

a. Median

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

a. Dependent Variable: Belanja_modal

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

Pajak_daerah .411 2.434

Retribusi_daerah .308 3.250

Hasil_pengelolaan_kekayaan_daerah_yang_

dipisahkan .550 1.818


(5)

Hasil Uji Regresi Berganda Coefficientsa

a. Dependent Variable: Belanja_modal

Hasil Uji F ANOVAa

Model Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

1

Regression 39847294028

0.591 4 99618235070.148 5.840 .001

b

Residual 52876412756

0.632 31 17056907340.666

Total 92723706784

1.222 35

a. Dependent Variable: Belanja_modal

b. Predictors: (Constant), Lain_lain_PAD_yang_sah, Retribusi_daerah, Hasil_pengelolaan_kekayaan_daerah_yang_dipisahkan, Pajak_daerah

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 199001.321 62722.513 3.173 .003

Pajak_daerah .954 .297 .680 3.215 .003

Retribusi_daerah -.060 2.777 -.005 -.022 .983

Hasil_pengelolaan_ kekayaan_daerah_y ang_dipisahkan

.543 2.125 .047 .256 .800

Lain_lain_PAD_yan


(6)

Hasil Uji t

Coefficientsa

a. Dependent Variable: Belanja_modal

Hasil Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb

Mode l

R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .656a .430 .356 130602.095 1.101

a. Predictors: (Constant), Lain_lain_PAD_yang_sah, Retribusi_daerah, Hasil_pengelolaan_kekayaan_daerah_yang_dipisahkan, Pajak_daerah b. Dependent Variable: Belanja_modal

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 199001.321 62722.513 3.173 .003

Pajak_daerah .954 .297 .680 3.215 .003

Retribusi_daerah -.060 2.777 -.005 -.022 .983

Hasil_pengelolaan_ kekayaan_daerah_y ang_dipisahkan

.543 2.125 .047 .256 .800

Lain_lain_PAD_yan


(7)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Erlina, 2011. Metodologi Penelitian, USU Press, Medan.

Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Halim, Abdul, 2007. Akuntansi Sektor Publik, Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta. Nordiawan et al, 2007. Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat, Jakarta. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis, CV Alfabeta, Bandung.

________, 2010. Metode Penelitian Bisnis, CV Alfabeta, Bandung.

Umar, Husein, 2013. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi Kedua, Cetakan 12, Rajawali Pers, Jakarta.

Jurnal, Skripsi, dan Tesis:

Adisti, Julia, 2015. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat”, Skripsi, Universitas Sumatera Utara.

Handoko, Anton Dwi, 2009. “Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Peningkatan Belanja Modal Pada Pemerintah

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara”, Skripsi, Universitas

Sumatera Utara.

Hartiningsih, Nina dan Edyanus Herman Halim, 2015. “Pengaruh Pendapatan Asli

Daerah Terhadap Belanja Modal di Provinsi Riau”, Jurnal Tepak

Manajemen Bisnis, Universitas Riau.

Jaya, I Putu Ngurah Panji Kartika dan A.A.N.B. Dwirandra, 2014. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Pada Belanja Modal dengan Pertumbuhan

Ekonomi Sebagai Variabel Pemoderasi”, Jurnal Akuntansi, Universitas

Udayana.

Panggabean, Henri Edison H., 2009. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Toba Samosir”, Tesis, Universitas Sumatera Utara.


(8)

Pelealu, Andreas Marzel, 2013. “Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kota

Manado Tahun 2003-2012”, Jurnal EMBA, Universitas Sam Ratulangi

Manado.

Rangkuti, Lili Habriani, 2009. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Langsung di Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara”, Skripsi, Universitas Sumatera Utara.

Santosa dan Rahayu , 2005. “Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah Kabupaten Kediri, Jurnal Dinamika Pembangunan.

Siregar, Febrina Nuzulani, 2015. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Kalimantan Tengah”, Skripsi, Universitas Sumatera Utara.

Undang-Undang:

Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-undang No. 34 Tahun 2000 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Website:


(9)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variable (X) mempengaruhi variabel lainnya (Y)”.

3.2. Definisi Operasional

Berdasarkan perumusan masalah dan metode analisis, maka variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel-variabel bebas dan variabel-variabel terikat.

1. Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang dapat

mempengaruhi perubahan dalam variabel independen yang menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel tidak bebas (variabel dependen) dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya (Erlina, 2011: 37).

2. Variabel dependen (variabel terikat) adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan. Menurut Sugiyono (2009:39) menyatakan bahwa pengertian variabel terikat adalah “variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.


(10)

3.3. Skala Pengukuran Variabel

Tabel 3.1

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Pengukuran Skala

Pajak Daerah (X1)

Iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah daerah pembangunan daerah.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Tahun

2010-2013

Rasio

Retribusi Daerah (X2)

Pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapatkan jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh daerah.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Tahun

2010-2013

Rasio

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (X3)

Dapat dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

pemerintah/BUMN, dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha

masyarakat.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Tahun

2010-2013

Rasio

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah (X4)

Seluruh pendapatan daerah selain Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan pemerintah.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Tahun

2010-2013

Rasio

Belanja Modal (Y)

Pengeluaran anggaran untuk anggaran perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

Realisasi Anggaran Belanja

Modal dari Tahun 2010-2013 Rasio


(11)

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Erlina (2011: 80), “Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat periode 2010-2013 sebanyak 26 kabupaten/kota yang terdiri dari 17 kabupaten dan 9 kota.

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina, 2011: 81). Teknik Pengambilan sampel yaitu

menggunakan teknik purposive sampling, dimana penulis melakukan pemilihan

sampel yang memenuhi kriteria penelitian.

Adapun kriteria-kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Barat.

2. Kabupaten/Kota yang memiliki Laporan Realisasi APBD yang telah

dipublikasikan di Direkorat Jenderal Perimbangan Keuangan Republik Indonesia selama periode 2010-2013.

Berdasarkan kriteria diatas, berikut adalah tabel 3.2. yang membahas mengenai proses dari populasi menjadi sampel:

Tabel 3.2

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

Sumber data diolah peneliti

No Kriteria Jumlah

1. Kabupaten/Kota yang sudah ada di Provinsi Jawa Barat 26 2. Kabupaten/Kota yang memiliki Laporan Realisasi APBD yang

lengkap dan telah dipublikasikan selama periode 2011-2013 (17)


(12)

Tabel 3.3

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

No. Nama Kabupaten/Kota

Kriteria

Sampel Sampel

1 2

1 Kabupaten Bogor  - -

2 Kabupaten Sukabumi  - -

3 Kabupaten Cianjur  - -

4 Kabupaten Bandung   1

5 Kabupaten Garut   2

6 Kabupaten Tasikmalaya   3

7 Kabupaten Ciamis  - -

8 Kabupaten Kuningan  - -

9 Kabupaten Cirebon  - -

10 Kabupaten Majalengka  - -

11 Kabupaten Sumedang   4

12 Kabupaten Indramayu  -

13 Kabupaten Subang   5

14 Kabupaten Purwakarta   6

15 Kabupaten Karawang   7

16 Kabupaten Bekasi  - -

17 Kabupaten Bandung Barat  - -

18 Kota Bogor  - -

19 Kota Sukabumi   8

20 Kota Bandung  - -

21 Kota Cirebon  - -

22 Kota Bekasi  - -

23 Kota Depok  - -

24 Kota Cimahi  - -

25 Kota Tasikmalaya  - -

26 Kota Banjar   9

Berdasarkan daftar tersebut, maka yang menjadi kriteria dalam penelitian ini terdapat 9 sampel yakni 7 kabupaten dan 2 kota. Maka dari hasil tersebut,


(13)

jumlah seluruh laporan realisasi APBD yang akan diteliti adalah sebanyak 36 kabupaten/kota (28 kabupaten dan 8 kota) selama periode tahun 2010-2013.

Tabel 3.4

Daftar Sampel Penelitian

No. Nama Kabupaten/Kota

1. Kabupaten Bandung 2. Kabupaten Garut 3. Kabupaten Tasikmalaya 4. Kabupaten Sumedang 5. Kabupaten Subang 6. Kabupaten Purwakarta 7. Kabupaten Karawang 8. Kota Sukabumi 9. Kota Banjar

3.5. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan bersifat kuantitatif. Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengelolanya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

pooled data yaitu kombinasi antara data runtut waktu (time series), yaitu suatu metode kuantitatif untuk menentukan pola data masa lampau yang telah dikumpulkan secara teratur menurut urutan waktu kejadian dan silang tempat (cross section), yaitu sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam suatu kurun waktu (Umar, 2013:42). Sumber data penelitian ini diperoleh

dari situs dan sumber-sumber data


(14)

3.6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder yang diunduh dari situs Direkorat Jenderal Perimbangan Keuangan Republik Indonesia

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tenik analisis statistik dengan menggunakan SPSS, yaitu statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan analisis regresi untuk pengujian hipotesis penelitian.

3.7.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menurut Ghozali (2006:19) merupakan “metode untuk mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menganalisa data kuantitatif secara deskriptif”. Pengukuran statistik deskriptif ini meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi. Minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data bersangkutan bervariasi dari rata-rata.

3.7.2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi klasik. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya estimasi yang bisa mengingat tidak pada semua data dapat


(15)

diterapkan regresi. Asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah berdistribusi normal, non-multikolinieritas, non-autokorelasi, dan homoskedastisitas.

3.7.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2006 : 110). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan pengujian berikut:

1. Uji Kolmogrov Smirnov

Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan melalui analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui

Kolmogrorov-Smirnov test (K-S). Uji K-S dilakukan dengan

membuat hipotesis:

1) Jika nilai signifikan > 0.05 maka distribusi normal, dan 2) Jika nilai signifikan < 0.05 maka distribusi tidak normal Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah:

Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal 2. Histogram

Pengujian dengan model histogram memiliki ketentuan bahwa data normal berbentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal. Jika data melenceng ke kanan


(16)

atau melenceng ke kiri berarti data tidak terdistribusi secara normal.

3.7.2.2. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2006: 105), uji heteroskedastisitas bertujuan

“menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Jika variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pada grafik scatter plot. Dasar analisis uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

3.7.2.3. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2006: 95), uji autokorelasi bertujuan “menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara


(17)

kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)”. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi maka dapat dideteksi dengan uji Runs test. Untuk pengujian yang dilakukan dengan Runs Test, Jika nilai sig. > 0,05 maka disimpulkan tidak ada autokorelasi.

3.7.2.4. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2006 : 91) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan

variance inflation factor (VIF). Ketentuan suatu model regresi tidak terdapat gejala multikolinearitas adalah jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10 dan Tolerance > 0,1. (Ghozali, 2006 : 92). Cara untuk perbaikan jika terjadi multikolinearitas yaitu :

1. Mengeluarkan satu atau lebih variabel dependen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi dan identifikasikan variabel independen lainnya untuk membantu prediksi.

2. Menggabungkan data cross section dan time series (pooling data). 3. Menambah data penelitian.


(18)

3.7.3. Analisis Regresi

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

berganda (multiple regression analysis). Regresi berganda dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Pada regresi berganda terdapat satu variabel terikat dan lebih dari satu variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah belanja modal, sedangkan yang menjadi variabel bebas adalah pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Hipotesis dianalisis dengan regresi berganda untuk melihat pengaruh masing-masing variabel yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah secara bersama-sama terhadap belanja modal, dengan rumus:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

3.7.4. Pengujian Hipotesis

3.7.4.1. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Membandingkan F hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

H0 diterima dan Ha ditolak jika F hitung < Ftabel untuk a = 5 % H0 diterima dan Ha ditolak jika F hitung > F tabel untuk a = 5 %

Jika tingkat signifikansi dibawah 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jika pada perhitungan Fhitung > Ftabel dan tingkat signifikansinya (0,000)


(19)

< 0,05 maka menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen secara serempak adalah signifikan terhadap variabel dependen.

3.7.4.2. Uji Parsial (Uji t)

Uji t dalam penelitian ini digunakan untuk menguji signifikansi koefisien variabel bebas dalam memprediksi variabel terikat. Uji ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

H0 diterima dan Ha ditolak jika t hitung < t tabel untuk a = 5 % H0 diterima dan Ha ditolak jika t hitung > t tabel untuk a = 5 %

Jika tingkat signifikansi dibawah 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Tingkat signifikansinya (0,000) < 0,05 berarti masing-masing variabel independen berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel dependen.

3.7.4.3. Uji R2 atau Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen.


(20)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskriptif Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah kabupaten/kota di Jawa Barat yang memiliki laporan realisasi APBD yang lengkap dan telah dipublikasikan di Direkorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) selama periode 2010-2013. Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa data Laporan Realisasi

APBD yang dapat diakses dari situs DJPK, ya

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling,

sehingga diperoleh sampel sebanyak 36 kabupaten/kota. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menginput dan menghitung data dengan Microsoft Excel dan melakukan pengujian dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 20.0.

4.2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan dalam perhitungan

statistik deskriptif adalah pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, dan belanja modal. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut.


(21)

Tabel 4.1

Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Belanja_modal 36 50596 692368 238410.72 162765.130

Pajak_daerah 36 2086 477595 78784.89 116096.243

Retribusi_daerah 36 4296 60254 21543.92 14331.466

Hasil_pengelolaan_kek ayaan_daerah_yang_di pisahkan

36 1610 52790 9790.06 14004.555

Lain_lain_PAD_yang_

sah 36 5833 140864 56930.56 34203.876

Valid N (listwise) 36

Sumber: Output SPSS 20.0 , diolah peneliti, 2016 Dari hasil pengujian diatas diketahui bahwa :

1. Jumlah unit analisis (N) dalam penelitian ini adalah sebanyak 36

kabupaten/kota yang terdapat di DJPK dari tahun 2010 sampai 2013.

2. Variabel dependen yaitu belanja modal yang memiliki nilai minimum

50596 dimiliki oleh Kota Sukabumi pada tahun 2010 dan nilai maksimum sebesar 692368 dimiliki oleh Kabupaten Garut pada tahun 2013. Nilai Rata-rata (mean) sebesar 238410,72 dengan standar deviasi 162765,130. 3. Variabel independen yang pertama, yaitu pajak daerah memiliki nilai .

minimum 2086 dimiliki oleh Kota Banjar pada tahun 2010 dan nilai maksimum sebesar 477595 dimiliki oleh Kabupaten Karawang pada tahun 2012. Nilai rata-rata (mean) 78784,89 dengan standar deviasi sebesar 116096,243.

4. Variabel independen yang kedua, yaitu retribusi daerah memiliki nilai minimum sebesar 4296 dimiliki oleh Kota Banjar pada tahun 2012, dan


(22)

nilai maksimum sebesar 60254 dimiliki oleh Kabupaten Bandung pada tahun 2010. Nilai rata-rata (mean) sebesar 21543,92 dengan standar deviasi sebesar 14331,466.

5. Variabel independen yang ketiga, yaitu hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan memiliki nilai minimum sebesar 1610 dimiliki oleh Kabupaten Garut pada tahun 2012, dan nilai maksimum sebesar 52790 dimiliki oleh Kabupaten Bandung pada tahun 2010. Nilai rata-rata (mean) sebesar 9790,06 dengan standar deviasi sebesar 14004,555.

6. Variabel independen yang keempat adalah lain-lain PAD yang sah

memiliki nilai minimum 5833 dimiliki oleh Kota Banjar pada tahun 2010. Nilai maksimum sebesar 140864 dimiliki oleh Kota Sukabumi pada tahun 2013. Nilai rata-rata (mean) sebesar 56930,56 dengan standar deviasi sebesar 34203,876.

4.3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan melalui analisa statistik yaitu dengan menggunakan pendekatan

Kolmogorov-Smirnov test dan histogram. Jika nilai sig. > 0,05, maka H0

ditolak, artinya data terdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai sig < 0,05, maka H0 gagal ditolak, artinya data tidak terdistribusi normal. Hasil

pengujian normalitas dengan menggunakan pendekatan


(23)

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 36

Normal Parametersa,b

Mean 0E-7

Std.

Deviation 122912.75971897

Most Extreme Differences

Absolute .183

Positive .183

Negative -.109

Kolmogorov-Smirnov Z 1.096

Asymp. Sig. (2-tailed) .181

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Output SPSS 20.0, diolah peneliti, 2016

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diperoleh nilai Kolmogorov – Smirnov

sebesar 1,096 dan signifikan pada 0,181 sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi berdistribusi normal, dimana nilai signifikansinya 0,181 > 0,05.


(24)

Gambar 4.1 Histogram

Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan grafik histogram tersebut bahwa data berdistribusi normal. Hal itu ditunjukkan dari bentuk grafik yang berbentuk lonceng dan terlihat tidak menceng ke kiri ataupun ke kanan. Sehingga model regresi memenuhi asumsi normalitas dan layak untuk dipakai dalam penelitian ini.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji grafik plot. Dalam penelitan ini digunakan uji grafik plot untuk melihat apakah data


(25)

berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot dibawah ini.

Gambar 4.2 Scatterplot

Berdasarkan grafik scatterplot pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik tersebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu yang berarti tidak terjadi heterokedastisitas dan model regresi layak dipakai untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belanja modal.

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada


(26)

periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Runs Test. Untuk pengujian yang dilakukan dengan

Runs Test, Jika nilai sig. > 0,05 maka disimpulkan tidak ada

autokorelasi.

Berikut ini merupakan hasil dari uji Runs Test. Tabel 4.3

Hasil Uji Autokorelasi Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -25479.74699

Cases < Test Value 18

Cases >= Test Value 18

Total Cases 36

Number of Runs 14

Z -1.522

Asymp. Sig. (2-tailed) .128

a. Median

Sumber: Output SPSS 20.0, diolah peneliti, 2016

Berdasarkan Tabel 4.3, diketahui nilai probabilitas atau Asymp. Sig. adalah 0,128, di mana lebih besar dari 0,05, maka disimpulkan tidak terjadi gejala autokorelasi.

d. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Ketentuan suatu model regresi tidak terdapat gejala multikolinearitas adalah jika nilai

Variance Inflation Factor (VIF) < 10 dan Tolerance > 0,1. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut:


(27)

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

a. Dependent Variable: Belanja_modal

Sumber: Output SPSS 20.0, diolah peneliti, 2016

Dari tabel diatas terlihat nilai Tolerance setiap variabel independen berada diatas 0,10 (Tol > 0,10) dan nilai VIF setiap variabel independen juga lebih kecil dari 10 (VIF < 10), maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

4.4. Analisis Regresi

Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dimana semua variabel dimasukkan untuk menguji pengaruh satu atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan uji asumsi klasik yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat digunakan (layak) dilakukan analisis statistic. Berikut ini merupakan hasil pengolahan data dengan analisis regresi linear berganda.

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

Pajak_daerah .411 2.434

Retribusi_daerah .308 3.250

Hasil_pengelolaan_kekayaan_daerah_yang_

dipisahkan .550 1.818


(28)

Tabel 4.5

Hasil Uji Regresi Berganda Coefficientsa

a. Dependent Variable: Belanja_modal

Sumber: Output SPSS 20,0, diolah peneliti, 2016

Dari hasil pengujian pada Tabel 4.5 diatas dapat diperoleh model persamaan linier berganda, yaitu :

Y = 199001,321 + 0,954X1 – 0,60X2 + 0,543X3 - 0,698X4 + e

Model persamaan linier berganda diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Nilai konstanta sebesar 199001,321 artinya apabila nilai variabel

independen pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah bernilai nol maka nilai variabel dependen belanja modal konstan di199001,321.

2. Pajak daerah memiliki koefisien regresi sebesar 0,954. Hal ini

menunjukkan bahwa jika variabel pajak daerah bertambah satu satuan, maka variabel belanja modal juga mengalami kenaikan sebesar 0,954.

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 199001.321 62722.513 3.173 .003

Pajak_daerah .954 .297 .680 3.215 .003

Retribusi_daerah -.060 2.777 -.005 -.022 .983

Hasil_pengelolaan_ kekayaan_daerah_y ang_dipisahkan

.543 2.125 .047 .256 .800

Lain_lain_PAD_yan


(29)

3. Retribusi daerah memiliki koefisien regresi sebesar -0,60. Hal ini menunjukkan bahwa variabel retribusi daerah memiliki hubungan yang berlawanan dengan belanja modal. Setiap kenaikan satu satuan retribusi, maka belanja modal akan turun sebesar 0,60 dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya dianggap tetap.

4. Hasil pengeloaan kekayaan daerah yang dipisahkan memiliki koefisien

regresi sebesar 0,543. Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan bertambah satu satuan, maka variabel belanja modal juga mengalami kenaikan sebesar 0,543. 5. Lain-lain PAD yang sah memiliki koefisien regresi sebesar -0,698. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel lain-lain PAD yang sah memiliki hubungan yang berlawanan dengan belanja modal. Setiap kenaikan satu satuan retribusi, maka belanja modal akan turun sebesar 0,698 dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya dianggap tetap.

4.5. Pengujian Hipotesis

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan pengujian uji signifikansi simultan (Uji-F), uji signifikansi parsial (Uji-t) dan uji koefisien determinasi (R2).

a. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji signifikansi koefisien regresi secara keseluruhan dan pengaruh variabel bebas secara bersama-sama. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan statistik F (uji F). Jika F hitung < F tabel dan nilai Sig. > 0,05, maka variabel


(30)

independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, sedangkan jika F hitung > F tabel dan nilai Sig. < 0,05, maka variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 4.6 Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

1

Regression 39847294028

0.591 4 99618235070.148 5.840 .001

b

Residual 52876412756

0.632 31 17056907340.666

Total 92723706784

1.222 35

a. Dependent Variable: Belanja_modal

b. Predictors: (Constant), Lain_lain_PAD_yang_sah, Retribusi_daerah, Hasil_pengelolaan_kekayaan_daerah_yang_dipisahkan, Pajak_daerah

Dari uji F yang telah dilakukan diperoleh Fhitung sebesar 5,840 sedangkan Ftabel sebesar 2,63. Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil tersebut maka pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah berpengaruh signfikan secara simultan terhadap belanja modal. Fhitung lebih besar dari

Ftabel (5,840 > 2,63) dan signifikansi penelitian lebih kecil dari 0,05 ( 0,001

< 0,05) dengan demikian Ha diterima.

b. Uji Parsial ( Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi koefisien variabel bebas dalam memprediksi variabel terikat. Uji ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan ketentuan sebagai berikut:


(31)

H0 diterima dan Ha ditolak, jika t hitung < t tabel untuk a = 5% H0 ditolak dan Ha diterima, jika t hitung > t tabel untuk a = 5%

Jika tingkat signifikansi dibawah 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Tingkat signifikansinya (0,000) < 0,05 berarti masing-masing variabel independen berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 4.7 Hasil Uji t

Coefficientsa

a. Dependent Variable: Belanja_modal

Sumber: Output SPSS 20,0, diolah peneliti, 2016

T tabel dalam penelitian ini adalah sebesar 2,03951. Dari hasil Uji Signifikan Parsial (t) di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen secara parsial, yaitu:

1. Pajak Daerah (X1)

Besarnya t hitung untuk variabel pajak daerah adalah sebesar 3,215 dengan nilai signifikansi 0,03. Hasil tersebut menunjukkan t hitung lebih besar dari t

tabel (3,215 > 2.03951). Dilihat dari signifikansinya, pajak daerah memiliki

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 199001.321 62722.513 3.173 .003

Pajak_daerah .954 .297 .680 3.215 .003

Retribusi_daerah -.060 2.777 -.005 -.022 .983

Hasil_pengelolaan_ kekayaan_daerah_y ang_dipisahkan

.543 2.125 .047 .256 .800

Lain_lain_PAD_yan


(32)

nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,003 < 0,05). Maka dari hasil analisa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.

2. Retribusi Daerah (X2)

Besar thitung variabel retribusi daerah adalah sebesar -0,022 dengan nilai signifikansi 0,983. Hasil tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih kecil dari ttabel (-0,022 < 2.03951). Dilihat dari signifikansinya, kebijakan hutang memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,983 > 0,05). Maka dari hasil analisa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak.

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (X3)

Besar t hitung variabel hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah sebesar 0,256 dengan nilai signifikansi 0,800. Hasil tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih kecil dari t tabel (0,256 < 2.03951). Dilihat dari signifikansinya, kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,800 > 0,05). Maka dari hasil analisa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak.


(33)

4. Lain-lain PAD yang Sah (X4)

Besar t hitung variabel lain-lain PAD yang sah adalah sebesar -0,958 dengan nilai signifikansi 0,346. Hasil tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih kecil dari t tabel (-0,958 < 2.03951). Dilihat dari signifikansinya, kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,345 > 0,05). Maka dari hasil analisa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak.

c. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)

Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar variabel independen

menjelaskan variabel dependennya. Apabila nilai R2 semakin mendekati satu,

maka variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Hasil output SPSS dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini.

Tabel 4.8

Hasil Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb

Mode l

R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .656a .430 .356 130602.095 1.101

a. Predictors: (Constant), Lain_lain_PAD_yang_sah, Retribusi_daerah, Hasil_pengelolaan_kekayaan_daerah_yang_dipisahkan, Pajak_daerah b. Dependent Variable: Belanja_modal

Sumber: Output SPSS 20,0, diolah peneliti, 2016

Dari tabel 4.7 diatas diketahui nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,656 yang berarti bahwa korelasi atau hubungan belanja modal (variabel dependen)


(34)

dengan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah (variabel independen) mempunyai hubungan yang cukup erat, yaitu sebesar 65,6%. Besarnya pengaruh variabel independen pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah terhadap variabel dependen yaitu belanja modal ditunjukkan oleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,356, artinya variabel pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah berpengaruh terhadap belanja modal sebesar 35,6% sisanya sebesar 64,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil uji statistik F yang dilakukan, menunjukkan bahwa variabel pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pad yang sah berpengaruh signifikan secara simultan terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat yang terdaftar di DJPK tahun 2010-2013.

Pada pengujian statistik uji t, secara parsial pajak daerah berpengaruh terhadap belanja modal, sedangkan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pad yang sah tidak berpengaruh terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat yang terdaftar di DJPK tahun 2010-2013.


(35)

Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2015), dimana secara parsial variabel lain-lain PAD yang sah berpengaruh terhadap belanja modal, sedangkan secara simultan seluruh variabel independen Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal.

Santoso dan Rahayu (2005) menyebutkan bahwa PAD sebagai salah satu penerimaan daerah mencerminkan tingkat kemandirian daerah. Semakin besar PAD, maka menunjukkan bahwa pemerintah daerah mampu melaksanakan desentralisasi fiskal dan ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat akan semakin berkurang.


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Dari uraian dan penjelasan sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

1. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa PAD secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat.

2. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pajak daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap belanja modal, sedangkan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat.

5.2. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Analisis data yang digunakan hanya pada kabupaten/kota di

provinsi Jawa Barat.

2. Periode pengamatan dalam penelitian ini terbatas, karena hanya mencakup tahun 2010-2013.

3. Penelitian ini hanya menggunakan PAD sebagai variabel


(37)

mempengaruhi variabel dependen (belanja modal) sebesar 35,6%, oleh sebab itu masih terdapat sekitar 64,4% faktor-faktor lain yang mempengaruhi belanja modal yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

5.3. Saran

Berdasarkan hasil pengujian dan kesimpulan penelitian ini, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel independen lain (contoh: DAU, DAK, DBH, dan lain-lain) yang dapat mempengaruhi belanja modal.

2. Memperluas penelitian dengan menambah sampel penelitian dari

seluruh kabupaten/kota yang ada di masing-masing provinsi di Indonesia, selain dari provinsi Jawa Barat (contoh: DKI Jakarta, Surabaya, Kalimantan, dan lain-lain) agar dapat membandingkan hasil dari penelitian-penelitian tersebut.

3. Periode pengamatan yang lebih panjang (lebih dari 3 periode)

sehingga hasil yang diperoleh dapat digeneralisasi dan menggambarkan kondisi sesungguhnya.


(38)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belanja Modal

Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal adalah “pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/ inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset”.

Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), belanja modal terdiri dari 5 kategori utama, yaitu:

1. Belanja Modal Tanah

Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/pembelian/pembebasan, penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataaan, pematangan tanah, pembuat sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.

2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin, serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 bulan, dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.


(39)

3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

4. Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

5. Belanja Modal Fisik Lainnya

Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/ pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan. Termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.


(40)

2.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 bahwa “Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Menurut Halim (2007:96), PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.

2.3. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2.3.1. Pajak Daerah

Menurut UU No. 28 Tahun 2009, pajak daerah yang disebut pajak adalah “kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Terkait dengan pendapatan pajak yang berbeda bagi provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Menurut UU tersebut, jenis pendapatan pajak untuk provinsi meliputi objek pendapatan berikut: 1. Pajak kendaraan bermotor.

2. Bea balik nama kendaraan bermotor. 3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor. 4. Pajak kendaraan di atas air.


(41)

6. Pajak air permukaan.

Selanjutnya, jenis pajak kabupaten/kota tersusun atas: 1. Pajak hotel.

2. Pajak restoran. 3. Pajak hiburan. 4. Pajak reklame.

5. Pajak penerangan jalan.

6. Pajak pengambilan bahan galian golongan C. 7. Pajak parkir.

2.3.2. Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Pendapatan retribusi juga berbeda untuk provinsi dan kabupaten/kota, terkait dengan UU No. 34 Tahun 2000. Untuk provinsi, jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:

1. Retribusi pelayanan kesehatan.

2. Retribusi pemakaian kekayaan daerah. 3. Retribusi penggantian biaya cetak peta. 4. Retribusi pengujian kapal perikanan.

Selanjutnya, jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten/kota meliputi objek pendapatan berikut:


(42)

2. Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan. 3. Retribusi penggantian biaya cetak KTP.

4. Retribusi penggantian biaya cetak akte catatan sipil.

5. Retribusi pelayanan pemakaman.

6. Retribusi pelayanan pengabuan mayat.

7. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum. 8. Retribusi pelayanan pasar.

9. Retribusi pengujian kendaraan bermotor.

10. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran. 11. Retribusi penggantian biaya cetak peta.

12. Retribusi pengujian kapal perikanan. 13. Retribusi pemakaian kekayaan daerah.

14. Retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan. 15. Retribusi jasa usaha tempat pelelangan.

16. Retribusi jasa usaha terminal.

17. Retribusi jasa usaha tempat khusus parkir.

18. Retribusi jasa usaha tempat penginapan/pesanggrahan/villa. 19. Retribusi jasa usaha penyedotan kakus.

20. Retribusi jasa usaha rumah potong hewan. 21. Retribusi jasa usaha pelayanan pelabuhan kapal. 22. Retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olahraga. 23. Retribusi jasa usaha penyeberangan di atas air. 24. Retribusi jasa usaha pengelolaan limbah cair.


(43)

25. Retribusi jasa usaha penjualan produksi usaha daerah. 26. Retribusi izin mendirikan bagunan.

27. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol. 28. Retribusi izin gangguan.

29. Retribusi izin trayek.

2.3.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:

1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah. 2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara. 3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau

kelompok usaha masyarakat.

2.3.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemda. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 menjelaskan PAD yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut: 1. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan.

2. Jasa giro.


(44)

4. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah.

5. Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan, pengadaan barang, dan jasa oleh daerah

6. Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan. 8. Pendapatan denda pajak.

9. Pendapatan denda retribusi.

10. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan. 11. Pendapatan dari pengembalian.

12. Fasilitas sosial dan umum.

13. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. 14. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

2.4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Berdasarkan Pasal 64 ayat (2) UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, maka:

Pada orde baru, APBD dapat didefenisikan “Sebagai rencana operasional keuangan pemda, di mana pada satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.” Pada orde lama,

definisi APBD adalah “Rencana pekerjaan keuangan (financial workplan)

yang dibuat untuk suatu jangka waktu ketika badan legislatif (DPRD) memberikan kredit kepada badan eksekutif (kepala daerah) untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi dasar (grondslag) penetapan anggaran dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk menutup pengeluaran tadi”. (Halim, 2007:20)


(45)

Menurut UU No. 17 Tahun 2003, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah “Suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)”. Dalam UU tersebut, ditetapkan bahwa laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri atas:

a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

b. Neraca

c. Laporan Arus Kas (LAK)

d. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

2.5. Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 3 ayat (4) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, fungsi APBD adalah:

1. Fungsi Otorisasi

Anggaran daerah merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

2. Fungsi Perencanaan

Anggaran daerah merupakan pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

3. Fungsi Pengawasan

Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Fungsi Alokasi

Anggaran daerah diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian. 5. Fungsi Distribusi

Anggaran daerah harus mengandung arti/ memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

6. Fungsi Stabilisasi

Anggaran daerah harus mengandung arti/ harus menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.


(46)

2.6. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Struktur APBD

Gambar 2.1

Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:

a. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah terdiri atas:

1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Mencakup pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

2) Dana Perimbangan

Mencakup dana bagi hasil (pajak dan sumber daya alam), dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.

3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Mencakup hibah (barang atau uang dan/atau jasa), dana darurat, dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota, dana

Pembiayaan Pengeluaran:

Pembayaran Pokok Pinjaman Penyertaan Modal

Pembentukan Dana Cadangan dan lain-lain

Pendapatan

SURPLUS

Penerimaan:

SiLPA (tahun sebelumnya) Pencairan Dana Cadangan Penerimaan Pinjaman Daerah, dan lain-lain

DEFISIT Belanja


(47)

penyesuaian dan dana otonomi khusus, serta bantuan keuangan dari provinsi atau pemda lainnya.

b. Belanja Daerah

Belanja daerah dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu: 1) Belanja Tidak Langsung

Merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung terdiri atas belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. 2) Belanja Langsung

Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung terdiri atas belanja pegawai (honorarium/upah), belanja barang dan jasa, dan belanja modal.

c. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Penerimaan pembiayaan mencakup:

1) Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya. 2) Pencairan dana cadangan.


(48)

4) Penerimaan pinjaman daerah.

5) Penerimaan kembali pemberian pinjaman.

6) Penerimaan piutang daerah. Pengeluaran pembiayaan mencakup:

1) Pembentukan dana cadangan.

2) Penerimaan modal (investasi) pemda. 3) Pembayaran pokok utang.

4) Pemberian pinjaman daerah.

2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang menjadi pembanding peneliti dalam melakukan penelitian.

Tabel 2.1

Tinjauan penelitian terdahulu

Nama Peneliti

dan Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Adisti (2015)

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal Pada

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat

Independen:

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dependen:

Belanja Modal

PAD, DAU, dan DAK secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

pengalokasian belanja modal. PAD, DAU, dan DAK tidak berpengaruh signifikan terhadap pengalokasian belanja modal. Handoko (2009) Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Peningkatan Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat

Independen: Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dependen: Peningkatan Belanja Modal Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh signifikan positif terhadap peningkatan belanja modal.


(49)

Rangkuti (2009)

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Langsung di Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Dependen: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Independen:

Belanja Langsung

Secara simultan, pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah berpengaruh signifikan terhadap belanja langsung.

Secara parsial hanya lain-lain PAD yang sah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja langsung. Sedangkan pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja langsung. Siregar (2015)

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah Independen: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Dependen:

Belanja Modal

Pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Sedangkan secara parsial hanya lain-lain PAD yang sah yang berpengaruh dan signifikan terhadap belanja modal.

Sumber : data diolah oleh peneliti 2.8. Kerangka Konseptual

Menurut Sugiyono (2010:89), “kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan”. Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(50)

2. 3. 4.

5.

6.

7.

8. 9. 10.

11.

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Jika sumber-sumber pendapatan daerah (misalnya: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah) telah diperoleh dan dikelola dengan baik untuk membiayai urusan pemerintah daerah, khususnya belanja modal, maka tercerminlah suatu tingkat kemandirian dan otonomi daerah tersebut. Efesiensi, efektivitas, transparansi, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam mengatur keuangan daerah (baik penerimaan dan pengeluaran daerah) maka akan terwujud pula otonomi daerah yang menyejahterakan masyarakatnya di daerah itu sendiri. Pendapatan asli daerah yang tinggi dapat mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat, khususnya dalam hal bantuan dana.

Pajak Daerah (X1)

Retribusi Daerah (X2)

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan (X3)

Belanja Modal (Y)

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah


(51)

2.9. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap rumusan masalah dalam suatu penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada

pemerintah kabupaten/kota di Jawa Barat

H2 : Retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada

pemerintah kabupaten/kota di Jawa Barat

H3 : Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di Jawa Barat

H4 : Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berpengaruh signifikan

berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di Jawa Barat

H5 : Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berpengaruh secara simultan terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di Jawa Barat.


(52)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Semenjak reformasi, akuntansi keuangan pemerintah daerah di Indonesia merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi perhatian besar dari berbagai pihak. Menurut Pasal 1 Undang-undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang dimaksud dengan keuangan negara adalah “semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu, baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara terkait dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”. Keuangan daerah dapat diartikan sebagai “semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, juga segala sesuatu, baik berupa uang maupun barang, yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan perundangan yang berlaku” (Halim 2007:23).

Menurut UU No. 32 Tahun 2004, definisi otonomi daerah adalah “hak, wewenang dan kewajiban dari daerah untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintah dan kepentingan dari masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Keberhasilan dalam menerapkan otonomi daerah di suatu daerah dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan, pelayanan umum, dan daya saing daerah itu sendiri, sehingga mampu memberikan transparansi dan akuntabilitas untuk keseluruhan siklus anggaran, baik pendapatan maupun


(53)

belanja. Pendapatan asli daerah merupakan salah satu penerimaan daerah yang mencerminkan suatu tingkat kemandirian daerah. Semakin besar PAD dalam suatu daerah maka akan menunjukkan bahwa pemerintah daerah itu sendiri mampu melaksanakan desentralisasi fiskal dan akan semakin berkurangnya ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat. Dalam menjalankan otonomi daerah khususnya pada kabupaten/kota di Jawa Barat dituntut untuk mampu meningkatkan PAD yang menjadi tolak ukur terpenting bagi kemampuan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan dan mewujudkan otonomi daerah yang baik dan sejahtera.

Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), pengertian belanja modal adalah “pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/ inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset”. Untuk menambah aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja, khususnya pada belanja modal dalam APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) yang didasarkan pada kebutuhan daerah demi kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah maupun fasilitas publik.

Belanja modal berasal dari PAD sebagai perwujudan pelaksanakan otonomi daerah demi menciptakan kemandirian keuangan daerah itu sendiri. Sehingga pemerintah daerah berusaha untuk mengelola keuangan daerahnya masing-masing secara efektif dan efesien. Dalam hal itu, dapat dikategorikan


(54)

bahwa kondisi keuangan daerah itu menjadi sehat dan baik. Jika memanfaatkan pendapatan-pendapatan daerah yang telah diterima dan meminimalkan pengeluaran atau belanja-belanja daerah, khususnya belanja modal yang telah direalisasikan, maka efektivitas dan efesiensi akan memberikan kemandirian dan kesejahteraan pada daerahnya sendiri.

Peneliti terdahulu Handoko (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh pertumbuhan pendapatan asli daerah terhadap peningkatan belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan positif terhadap peningkatan belanja modal. Peneliti terdahulu Rangkuti (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh PAD terhadap belanja langsung di pemerintah kabupaten/kota di Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja langsung, sedangkan secara parsial hanya lain-lain PAD yang sah berpengaruh positif terhadap belanja langsung.

Peneliti terdahulu Adisti (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh PAD, DAU, dan DAK terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di provinsi Sumatera Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PAD, DAU, dan DAK secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pengalokasian belanja modal. Peneliti terdahulu Siregar (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh PAD terhadap belanja modal pada pemerintah daerah kabupaten/kota di provinsi Kalimantan Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PAD secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Sedangkan secara parsial


(55)

hanya lain-lain PAD yang sah yang berpengaruh dan signifikan terhadap belanja modal.

Bukti-bukti empiris berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap belanja modal. Namun hasil dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan ketidakkonsistenan. Berdasarkan fenomena dan ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai belanja modal yang merupakan modifikasi dari penelitian-penelitian sejenis yang dilakukan oleh peneliti terdahulu.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat?”.


(56)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan

wawasan tentang pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat khususnya pada tahun 2010-2013.

2. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan acuan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memanfaatkan potensi daerah secara optimal di masa yang akan datang. 3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan sumber informasi


(57)

ABSTRAK

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

DI PROVINSI JAWA BARAT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap belanja modal. Objek penelitian ini adalah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagai variabel independen sedangkan belanja modal sebagai variabel dependen.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari situs

terdaftar dalam situs

Pemilihan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling

menghasilkan 9 kabupaten/kota yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam periode 2010-2013. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda pada tingkat signifikansi 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belanja modal, sedangkan hasil uji parsial pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah tidak berpengaruh

signifikan terhadap belanja modal.

Kata kunci: Belanja Modal, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.


(58)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF ORIGINAL LOCAL REVENUE AGAINTS CAPITAL EXPENDITURE IN DISTRICT GOVERNMENT/ CITY IN

THE PROVINCE OF WEST SUMATERA

The purpose of this research is to analyze factors that effect original local revenue against capital expenditure. The object of this study is district government/city in the province of West Sumatera. The examined factors of this research are local tax, local retribution, the result of region splitted management revenue, and other valid region revenue size as independent variables while capital expenditure as dependent variable.

The data that was used in this research was the secondary data those are

taken from the websit

listed in website

selection is using purposive sampling method and results the samples consist of 9 government/city fit with the criteria in the period years 2010-2013. The analysis implement that was used was the analysis of logistic regression at level significance 5%.

The result shows that simultaneously local tax, local retribution, the result of region splitted management revenue, and other valid region revenue significant effect to capital expenditure, while partial only local revenue significant effect to capital expenditure. Local retribution, the result of region splitted management revenue, and other valid region revenue not have effect an effect on significant to capital expenditure.

Keywords: Capital Expenditure, Local Tax, Local Retribution, The Result Of Region Splitted Management Revenue, and Other Valid Region Revenue.


(59)

SKRIPSI

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH KABUPATEN/

KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT OLEH :

CLAUDIA CHRISTY STEPHANIE L. TORUAN 120503311

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(60)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademi guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/ atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/ atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juni 2016 Yang membuat pernyataan

NIM : 120503311 Claudia C. S. L. Toruan


(61)

ABSTRAK

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

DI PROVINSI JAWA BARAT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap belanja modal. Objek penelitian ini adalah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagai variabel independen sedangkan belanja modal sebagai variabel dependen.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari situs

terdaftar dalam situs

Pemilihan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling

menghasilkan 9 kabupaten/kota yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam periode 2010-2013. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda pada tingkat signifikansi 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belanja modal, sedangkan hasil uji parsial pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah tidak berpengaruh

signifikan terhadap belanja modal.

Kata kunci: Belanja Modal, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.


(62)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF ORIGINAL LOCAL REVENUE AGAINTS CAPITAL EXPENDITURE IN DISTRICT GOVERNMENT/ CITY IN

THE PROVINCE OF WEST SUMATERA

The purpose of this research is to analyze factors that effect original local revenue against capital expenditure. The object of this study is district government/city in the province of West Sumatera. The examined factors of this research are local tax, local retribution, the result of region splitted management revenue, and other valid region revenue size as independent variables while capital expenditure as dependent variable.

The data that was used in this research was the secondary data those are

taken from the websit

listed in website

selection is using purposive sampling method and results the samples consist of 9 government/city fit with the criteria in the period years 2010-2013. The analysis implement that was used was the analysis of logistic regression at level significance 5%.

The result shows that simultaneously local tax, local retribution, the result of region splitted management revenue, and other valid region revenue significant effect to capital expenditure, while partial only local revenue significant effect to capital expenditure. Local retribution, the result of region splitted management revenue, and other valid region revenue not have effect an effect on significant to capital expenditure.

Keywords: Capital Expenditure, Local Tax, Local Retribution, The Result Of Region Splitted Management Revenue, and Other Valid Region Revenue.


(63)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih setia-Nya yang senantiasa menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat”.

Skripsi ini penulis persembahkan teristimewa untuk keluarga tercinta, khususnya kepada kedua orang tua saya, Darwin Lumban Toruan dan Deliana Simanjuntak yang selalu memberi doa, kasih sayang, dan dukungan, baik moril maupun materil yang tiada hentinya. Dan abang juga adik terkasih, Andrew Chris Brian Lumban Toruan, Rachel Mia Lorenza Lumban Toruan, dan William Alexander Jonathan Lumban Toruan yang senantisa memberikan semangat dan dukungan doa.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., CPA selaku Ketua

Departemen dan Drs. Hotmal Jafar, MM., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(64)

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak, selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Zainal Abidin A. T. Silangit, M.Si., Ak selaku Dosen

Pembimbing saya, Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Dosen Penguji dan Bapak Iskandar Muda, S.E., M.Si., Ak yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Sahabat terbaikku, baik dari sejak kecil sekali, Desima Sipapaga, Amd.; sahabat-sahabat sejak duduk di bangku SD semuanya, terkhusus buat Handayani Nathalia Siregar dan Herland Jefri Pasaribu; teman-teman sejak duduk di bangku SMP semuanya; sahabat-sahabat sejak duduk di bangku SMA semuanya, terkhusus buat ‘SLASH’ (Akaesna Lumban Tobing, Eni Erika Surbakti, Eva Vivi Aniceta Situmorang, Amd., Lestari Eflina Girsang, dan Nan Iko Karina Berutu), ‘SEMPAT’, ‘ITIG’, tim basket, Alvin Kurniawan, Rafika Yanti Tambunan, dan lainnya; sahabat terkasih sejak masa perkuliah, ‘POG’ (Princess Of God), yakni Kak Masria Lumban Gaol, S.E., Bintang Tambunan, Lois Ellen Margaretha Lumban Tobing, S.E., Meili Yesinta, Nia Concerta Sakti Sihite, S.E., dan Rossy Pratiwy Sihombing, S.E.; sahabat-sahabat yang teristimewa dan tergokil ‘Spongebob Group’ (Bani Arnold, Emy Hasina Simamora, Fhilipus Hasudungan Sinaga S.E., Fitri Andiyani Sembiring, Florida Indah Karina Rajagukguk, Lois Ellen Margareth Lumban Tobing, S.E., Margaretha


(65)

Hasianni Pardede S.E., Nidya Carolina Simamora, Nora Anastasia Simbolon, S.E., Sarah Deasy Rumapea, S.E., Sri Devi Damayanti Pasaribu, S.E., Stephanie Siska Sitompul, Veronika Sinamo, dan Yunri Gultom, S.E.) yang tiada letih memberikan semangat yang luarbiasa, canda-tawa, suka-duka, keseruan, kegilaan masing-masing personil, dukungan doa, dan bantuan sepanjang masa perkuliahan; sahabat dalam satu organisasi yaitu: abang dan kakak senior, teman-teman 1 tim, ‘B2B’ (Bless to Blessed), Pengurus Komisariat GMKI FEB USU purnabakti periode 2013-2014, para PK (Pengurus Komisariat), dan junior GMKI FEB USU yang juga telah memberikan semangat yang tidak pernah patah, bantuan, dan dukungan doanya selama ini. Terimakasih! Tinggi Iman, Tinggi Ilmu, dan Tinggi Pengabdian! Ut Omnes Unnum Sint/ UOUS! Syalom!; juga teman-teman se-angkatan 2012 lainnya, baik yang kenal sekilas, kadang-kadang, ataupun tidak sama sekali, terimakasih atas kebersamaan kita selama ini; Salam semangat dan sukses untuk kita semua! Terimakasih para sahabat!

6. Bapak, ibu, abang, kakak, sahabat, dan adik-adikku yang terkasih,

khususnya para Hamba Tuhan, kaum bapak, kaum ibu, anak sekolah minggu, remaja, dan pemuda/i, baik yang di GPI SM. Raja, Petapahan Lubuk Pakam, dan Pos Pelayanan Tanjung Morawa yang senantiasa memberikan semangat yang berapi-api, motivasi, dan dukungan doa yang tiada hentinya. Terimakasih! Serta semua keluarga, kerabat, dan pihak


(66)

yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas segala bantuan, doa, dan semangat yang telah diberikan kepada saya selama ini. Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Juni 2016 Penulis,

NIM: 120503311 Claudia C. S. L. Toruan


(1)

yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas segala bantuan, doa, dan semangat yang telah diberikan kepada saya selama ini. Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Juni 2016 Penulis,

NIM: 120503311 Claudia C. S. L. Toruan


(2)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……….. ABSTRAK ………... ABSTRACT……… KATA PENGANTAR ……… DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ………... DAFTAR GAMBAR ……….. DAFTAR LAMPIRAN ………..

i ii iii iv viii x xi xii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………. 1.2 Rumusan Masalah ……… 1.3 Tujuan Penelitian ………. 1.4 Manfaat Penelitian ………... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belanja Modal… ………... 2.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)………. 2.3 Klasifikasi PAD………

2.3.1 Pajak Daerah………... 2.3.2 Retribusi Daerah………. 2.3.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan………..… 2.3.4 Lain-lain PAD yang Sah……….. 2.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD)………... 2.5 Fungsi APBD………. 2.6 Struktur APBD……….. 2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu ………. 2.8 Kerangka Konseptual ………... 2.9 Hipotesis Penelitian ……….. BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ………. 3.2 Definisi Operasional ………. 3.3 Skala Pengukuran Variabel ……….. 3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ………... 3.5 Jenis dan Sumber Data ………. 3.6 Metode Pengumpulan Data………... 3.7 Teknik Analisis Data ……… 3.7.1 Statistik Deskriptif ……… 3.7.2 Uji Asumsi Klasik ……… 3.7.2.1 Uji Normalitas ………... 3.7.2.2 Uji Heteroskedastisitas …………..

1 4 3 3 6 8 8 8 9 11 11 12 13 14 16 17 19 20 20 21 22 24 25 25 25 25 26 27


(3)

3.7.2.3 Uji Autokorelasi ………. 3.7.2.4 Uji Multikolinearitas ……….. 3.7.3 Analisis Regresi………. 3.7.4 Pengujian Hipotesis ……….. 3.7.3.1 Uji Simultan (Uji F) ……….. 3.7.3.2 Uji Parsial (Uji T) …..……… 3.7.3.3 Uji R2 atau koefisien determinasi ..

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskriptif Penelitian ……… 4.2 Statistik Deskriptif ………... 4.3 Uji Asumsi Klasiik ………...

4.4 Analisis Regresi……… 4.4 Pengujian Hipotesis ……….. 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ………...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ………. 5.2 Batasan Masalah ………. 5.3 Saran ………

DAFTAR PUSTAKA ……… LAMPIRAN ………...

27 28 29 29 29 30 30

31 31 33 38 40 45

47 47 48

49 51


(4)

DAFTAR TABEL No.

Tabel 2.1 3.1 3.2 3.3 3.4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8

Judul

Tinjauan Penelitian Terdahulu……… Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……….. Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria…………... Daftar Populasi dan Sampel Penelitian………... Daftar Sampel Penelitian………. Hasil Statistik Deskriptif………. Hasil Uji Normalitas……… Hasil Uji Autokorelasi……… Hasil Uji Multikolinearitas………. Hasil Uji Regresi Berganda..……….. Hasil Uji F...……… Hasil Uji t……… Hasil Koefisien Determinasi (R2)………

Halaman

16 21 22 23 24 32 34 37 38 39 41 42 44


(5)

DAFTAR GAMBAR No.

Gambar 2.1 2.2 4.1 4.2

Judul

Struktur APBD……… Kerangka Konseptual……….. Histogram……… Scatterplot………...

Halaman

14 18 35 36


(6)

DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran

1 2

Judul

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian……… Hasil Pengelolaan SPSS………..

Halaman 51 52