HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Nyeri Reumatoid Artritis dengan Aktivitas Sehari-hari Lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar

41

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan nyeri reumatoid artritis dengan aktivitas sehari-hari lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar yang dilaksanakan pada tanggal 7 April 2015 – 28 Mei 2015. Pengumpulan data dilakukan kepada 46 responden. Penyajian data meliputi karakteristik data demografi responden, nyeri reumatoid artritis dan aktivitas sehari-hari lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar. 1.1 Karakteristik Responden Hasil dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh data demografi di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar dengan jumlah responden 46 responden yang menjadi subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 60-74 tahun sebanyak 26 orang 56,5, jenis kelamin perempuan sebanyak 32 orang 69,6, tidak bekerja sebanyak 30 orang 65,2, nyeri yang dirasakan 5 tahun sebanyak 39 orang 84,8. Untuk hasil lengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah. Universitas Sumatera Utara 42 Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar n=46 Karakteristik Demografi Frekuensi F Persentase Usia 60-74 ederly 75-90 old 90 very old Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pekerjaan Petani Pensiun PNS Wiraswasta Tidak bekerja Lama nyeri 5 tahun 10 tahun 15 tahun 20 tahun 26 20 14 32 4 11 1 30 39 4 2 1 56,5 43,5 30,4 69,6 8,7 23,9 2,2 65,2 84,8 8,7 4,3 2,2 1.2 Hasil Nyeri Reumatoid Artritis Pada penelitian ini menghitung intensitas nyeri reumatoid artritis dengan menggunakan PNRS dengan kategori 1-3 = nyeri ringan, 4-6= nyeri sedang dan 7-10= nyeri berat. Hasil penelitian dari 46 responden diperoleh data bahwa 15 responden 32,6 , nyeri sedang 17 responden 37,0 dan nyeri berat 14 responden 30,4. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.2 Universitas Sumatera Utara 43 Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nyeri Reumatoid Artritis Lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar n=46 Nyeri Reumatoid Artritis Frekuensi F Presentase Nyeri rendah 1-3 Nyeri sedang 4-6 Nyeri tinggi 7-10 15 17 14 32,6 37,0 30,4 1.3 Hasil Aktivitas Sehari-hari per Item pernyataan Hasil analisa data dari aktivitas sehari-hari pada lansia berdasarkan tingkat ketergantungan dan tingkat kemandirian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Aktivitas Sehari-hari per Item Pernyataan Lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar n=46 No Pernyataan Tergantung F Mandiri F 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Menyiapkan makan dan penyajian makanan Melakukan hubungan interaksi dengan tetangga atau masyarakat di sekitar rumah Melakukan pekerjaan rumah tangga menyapu rumah, mencuci piring Menyiapkan keperluan kebutuhan sehari-hari Menggunakan sarana tranportasi umum untuk berpergian ke suatu tempat Menggunakan uang dan menyimpan uang dengan baik Berpergian dengan sendiri tanpa ditemani oleh keluarga atau orang lain 6 13,0 12 26,7 17 37 6 13 22 47,8 10 21,7 19 41,3 40 87,0 34 73,9 29 63,0 40 87,0 24 52,2 36 78,3 27 58,7 Universitas Sumatera Utara 44 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Mandi mempersiapkan alat mandi dan ganti pakaian Menggunakan kamar mandi untuk Buang Air Besar BAB Menggunakan kamar mandi untuk Buang Air Kecil BAK Membutuhkan bantuan untuk duduk dan berdiri Mengkonsumsi obat secara benar sesuai dengan aturan dan dosis yang diberikan Mengikuti kegiatan rohani Menghadiri acara diluar rumah 8 17,4 13 38,3 8 17,4 24 52,2 5 10,9 15 32,6 23 50 38 82,6 33 71,7 38 82,6 22 47,8 41 89,1 31 67,4 23 50 1.4 Hasil Aktivitas Sehari-hari Hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri yaitu sebanyak 31 responden 67,4.Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.1.4 Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Aktivitas Sehari-hari Lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar n=46 Aktivitas Sehari-hari Frekuensi F Presentase Tergantung Mandiri 15 31 32,6 67,4 Universitas Sumatera Utara 45 1.5 Hasil Analisa nyeri Reumatoid Artritis berdasarkan aktivitas sehari-hari Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi dan Presentase Nyeri Reumatoid Artritis berdasarkan Aktivitas Sehari-hari Lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar Aktivitas Sehari-hari Tergantung Mandiri F F Nyeri Reumatoid Artritis Ringan 2 13,3 13 86,7 Sedang 5 29,4 12 70,6 Berat 8 57,1 6 42,9 Total 9 37 Dari tabel 1.5 diatas, menunjukkan mayoritas responden yang mengalami nyeri ringan cenderung mandiri sebanyak 13 responden 86,7, nyeri sedang cenderung mandiri sebanyak 12 responden 70,6 dan nyeri berat cenderung tergantung sebanyak 8 responden 57,1. Analisis distrubisi antara nyeri Reumatoid Artritis berdasarkan Aktivitas Sehari-hari lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar ini dilakukan dengan uji Chi square. Universitas Sumatera Utara 46 1.6 Hasil Analisa Hubungan Nyeri Reumatoid Artritis dengan Aktivitas Sehari-hari Lansia Tabel 1.6 Hubungan Nyeri Reumatoid Artritis dengan Aktivitas Sehari-hari Lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar Variabel 1 Variabel 2 R P value Keterangan Nyeri Reumatoid Artritis Aktivitas Sehari hari -0,369 0,012 hubungan negatif dengan interprestasi sedang Hasil analisa statistik secara komputerisasi untuk mengidentifikasi hubungan nyeri reumatoid artritis dengan aktivitas sehari-hari lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank rhodan diperoleh nilai r= -0,369 dan nilai signifikasi p sebesar 0,012. Nilai ini lebih kecil dari level of significance yang tertera pada table sebesar 0,05 p 0,05, ini berarti terdapat korelasi yang bermakna antara variabel yang diuji yaitu terdapat hubungan yang sedang dengan arah negatif antara nyeri reumatoid artritis dengan aktivitas sehari-hari lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar. Ini berarti semakin tinggi tingkat nyeri maka semakin rendah kemandirian lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar 2. Pembahasan Penelitian Menurut Nugroho 2000 lansia pada umumya mengalami beberapa perubahan yaitu perubahan fisikfisiologis, perubahan mentalpsikologis dan perubahan psikososial. Pada proses menua, perubahan fisiologisfisik akan terjadi Universitas Sumatera Utara 47 pada sistem muskuloskeletal, saraf, kardiovaskuler, respirasi, indra dan integumen. Menurut Pudjiastuti 2003, perubahan pada sistem muskuloskeletal salah satunya adalah perubahan pada sendi biasanya terjadi penurunan produksi cairan sinovial persendian, tonus otot menurun, kartilago sendi menjadi lebih tipis dan ligamen menjadi kaku serta terjadi penurunan lingkup gerak sendi, sehingga menggurangi gerakan persendian. Beberapa kelainan akibat perubahan pada sendi yang banyak terjadi pada lansia antara lain osteoartritis, reumatoid artritis, gout. Kelainan tersebut dapat menimbulkan gangguan berupa bengkak, nyeri, kekakuan sendi, keterbatasan gerak sendi, gangguan jalan, dan aktivitas keseharian lainnya. 2.1 Aktivitas Sehari-hari Lansia Mengkaji aktivitas sehari-hari seseorang berarti melakukan pemeriksaan untuk mengetahui seseorang mandiri atau tergantung. Melakukan pemerikasaan dengan instrumen tertentu untuk membuat penilaian yang objektif. Sesuai dengan teori dimana lanjut usia sebagai individu sama halnya dengan klien yang digambarkan oleh Orem 2011, yaitu suatu unit yang juga mengkhendaki kemandirian dalam mempertahankan hidup,kesehatan dan kesejahteraan. Penelitian ini didukung oleh penelitian Kobayashi 2009 yang menyatakan bahwa 64 responden lansia di institusi memiliki kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian Rinajumita 2011 yang dilakukan pada 90 responden di wilayah kerja Puskesmas Lampasi, Universitas Sumatera Utara 48 menunjukkan sebagian besar responden dapat melakukan aktivitas sehari-harinya secara mandiri yaitu 87,78. Berdasarkan hasil penelitian Eka 2012 yang dilakukan pada 143 responden di Panti Sosial Tresna Werdha, menunjukkan bahwa sebagian besar responden dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Kemampuan lansia tergantung pada kemampuan status fungsionalnya dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kemandirian lansia di Puskesmas Kesatria disebabkan karena adanya olahraga rutin yang diadakan oleh kader setiap seminggu sekali seperti senam lansia. Aktivitas berhubungan erat dengan kemandirian seseorang seperti lansia yang mandiri dan jarang terkena radang sendi. Berdasarkan observasi peneliti banyak ditemukan lansia yang datang ke Puskesmas Kesatria sendiri. 2.2 Nyeri Reumatoid Artritis Lansia Selain secara fisiologis menua juga dapat terjadi secara patologis yaitu dengan adanya macam penyakit, diantaranya yang terkait dengan adanya berbagai penyakit, diantaranya terkait dengan perubahan muskuloskeletal yaitu penyakit Reumatoid Artritis. Reumatoid Artritis merupakan penyakit autoimun menyebabkan inflamasi kronil yang ditandai dengan terdapatnya sinovitas erosif simetrik yang mengenai jaringan persendian ataupun organ tubuh lainnya Dewi, 2009. Dari hasil penelitian ini terdapat pada tabel 5.2 distribusi nyeri Reumatoid Artritis lansia cenderung menderita nyeri sedang sebanyak 17 orang 37,0. Hal Universitas Sumatera Utara 49 ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati 2006 pada lansia di Puskesmas Mampang Jakarta Selatan diperoleh hasil nyeri sedang yaitu pada skala 5,7. Menurut Hardywinoto 2005 bahwa nyeri sendi pada Reumatoid Artitir membuat penderitanya seringkali takut untuk bergerak sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya dan dapat menurunkan produktivitasnya. Penurunan kemampuan muskuloskeletal karena nyeri sendi dapat juga menurunkan aktivitas fisik dan latihan, sehingga mempengaruhi lansia dalam aktivitas kehidupan sehari- hari. Hal ini sesuai dengan penelitian dikarenakan responden yang mengalami nyeri tinggi akan tergantung pada anggota keluarganya sehingga mengganggu aktivitas kehidupan sehari-harinya dan responden yang mengalami nyeri ringan dan sedang cenderung mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-harinya tanpa dibantu oranglain. 2.3 Analisis Bivariat Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Spearmen Rank rho karena peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan nyeri Reumatoid Artritis dengan aktivitas sehari-hari lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar. Hasil Uji Spearmen Rank rho pada penelitian ini diperoleh nilai p value 0,05 yang berarti terlihat ada hubungan antara nyeri Reumatoid Artritis dengan aktivitas sehari-hari lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar. Universitas Sumatera Utara 50 Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock 2002 bahwa orang lanjut usia dengan kondisi kesehatan baik dapat melakukan aktivitas apa saja sedangkan yang memiliki kesehatan tidak baik cenderung memilih aktivitas yang memilih aktivitas yang memerlukan sedikit kegiatan fisik. Menurut penelitian Rahmawati 2006 tentang nyeri muskuloskeletal dan hubungannya dengan kemampuan fungsional fisik pada lanjut usis menyebutkan bahwa nyeri merupakan pengalaman subjektif yang mempengaruhi kualitas hidup lansia termasuk gangguan kemampuan fisiknya. Penelitian Suhartini 2004 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lanjut usia juga menunjukkan terdapat hubungan kondisi kesehatan dengan kemandirian lanjut usia. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rinajumita 2011 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lansia di wilayah kerja Puskesmas Lampasi didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi kesehatan dengan kemandirian lansia. Sesuai penelitian yang dilakukan Darmojo 2004 bahwa kemandirian bagi usia lanjut dapat dilihat dari kualitas kesehatan sehingga dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Universitas Sumatera Utara 51 2.4 Keterbatasan Peneliti 1. Pengambilan data pada penelitian ini tidak sesuai dengan yang diharapkan karena sedikitnya jumlah lansia yang mendatangi Puskesmas Kesatria Pematangsiantar. 2. Pada penggunaan Pain Numeric Rating Scale PNRS, terdapat angka 1 sampai 10 yang membuat responden mengalami kesulitan dalam pemilihan skala nyeri yang dirasakannya dan kesulitan membedakan nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri berat 3. Pada kuesioner aktivitas sehari-hari telah dilakukan modifikasi sehingga perlu mempertimbangkan kembali skala ukurnya, karena skala ukur yang digunakan oleh peneliti tidak sesuai dengan dengan kuesioner aslinya sehingga peneliti merasa kesulitan dalam pengolahan data. Universitas Sumatera Utara 52

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN