7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Lanjut Usia 1.1 Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Lanjut usia sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal
yang akan dialami oleh setiap individu. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan bahwa
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 enam puluh tahun keatas.
1.2 Proses Penuaan Menua menjadi tua adalah suatu proses yang dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melewati tiga tahap kehidupannya, yaitu anak-anak, dewasa, dan tua Nugroho,
2008. Proses penuuan dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan akan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini jelas
menunjukkan bahwa proses menua dapat mempengaruhi status fungsional. Memasuki usia lanjut berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduruan
fisik yang ditandai dengan kehilangan integritas kulit, rambut mulai memutih, gigi mulai ompong, pendengan kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan-gerakan semakin lambat, dan postur tubuh yang tidak professional Nugroho, 2008 .
Universitas Sumatera Utara
8
emosional atau sosial mungkin merasa dirinya sakit. Perubahan fisiologi bervariasi pada setiap orang tetapi pada kecepatan yang berbeda dan
bergantung keadaan dalam kehidupan Potter Perry, 2009 Afriyanti 2009 perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia antara
lain: perubahan sel, perubahan sistem persarafan, perubahan sistem pendengaran, perubahan sistem penglihatan, perubahan sistem kardiovaskuler,
perubahan sistem pengaturan temperatur tubuh, perubahan sistem respirasi, perubahan sistem gastroinstestina, perubahan sistem reproduksi, perubahan
sistem perkemihan, perubahan sistem endokrin, perubahan sistem integumene prubahan sistem muskuloskeletal
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus kehidupan. Perubahan anatomi dan penurunan berbagai
sistem fisiologis dalam tubuh manusia pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menjalankan aktivitas kehidupannya. Perubahan
sistem fisiologis terkait dengan perubahan muskuloskeletal yaitu penyakit Reumatoid Artritis.
2. Reumatoid Artritis 2.1 Pengertian Reumatoid Artritis
Dewi 2009 menyatakan bahwa Reumatoid Artritis adalah suatu penyakit autoimun, ditandai dengan adanya proses peradangan kronis, bersifat
sistemik. Artritis Reumatoid merupakan penyakit kronik inflammatory pada sendi yang bersifat progresif yang menimbulkan kerusakan tulang, kecacatan
Universitas Sumatera Utara
9
dan kematian Yuliasih, 2009. Artitis Reumatoid adalah penyakit reumatik inflamatif yang menyebabkan kerusakan sendi, gangguan fungsi, dan kualitas
hidup Suryana, 2009. Dapat disimpulkan Reumatoid Artritis adalah suatu penyakit autoimun kronik sendi yang bersifat progresif dan menyebabkan
kerusakan sendi, gangguan fungsi, dan kualitas hidup. 2.2 Epidemologi
Tingkat prevalensi 1 sampai 2 di seluruh dunia, prevalensi meningkat sampai 5 pada wanita di atas usia 50 tahun. Angka penderita Reumatoid
Artritis belum dapat dipastikan. Pada tahun 2000 ditemukan kasus baru Reumatoid Artritis yang merupakan 4,1 dari seluruh kasus baru di Poliklinik
Reumatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Seiring dengan bertambahnya umur, penyakit ini meningkat pada wanita maupun laki-laki.
Puncak kejadianya pada umur 40-45 tahun Yuliasih, 2009 Prevalensi lebih tinggi terjadi pada wanita dibandingkan dengan laki-
laki, lebih dari 75 penderita Reumatoid Artritis adalah wanita dengan perbandingan 3:1. Para ahli dari Universitas Alabama, Amerika Serikat
menarik kesimpulan terhadap penelitian mereka bahwa wanita yang menderita Reumatoid Artritis mempunyai kemungkinan 60 lebih besar untuk meninggal
lebih cepat dibanding wanita yang tidak menderita penyakit tersebut. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa Reumatoid Artritis adalah masalah
kesehatan masyarakat terutama para lansia lanjut usia. Dalam riset ini, para ahli mengamati 31 ribu wanita berusia 55 tahun hingga 69 tahun. Pada tahun
1986 ketikapenelitian dimulai, tak satupun dari mereka yang menderita
Universitas Sumatera Utara
10
Reumatoid Artritis, tetapi11 tahun kemudian 1997, 158 orang di antara mereka didiagnosa menderita Reumatoid Artritis. Pada tahun 2000, 30 orang di
antara penderita Reumatoid Artritis itu meninggal dunia. Berdasarkan data di atas bisa diambil kesimpulan bahwa Reumatoid Artritis akan menjadi penyakit
yang banyak ditemui di masyarakat. Afriyati, 2009 2.3 Etiologi
Penyebab Reumatoid Artritis diduga karena adanya faktor predisposisi genetik, disregulasi dari self tolerance, disregulasi sistem imun yang dicetuskan
oleh faktor lingkungan dan transformasi sel-sel sinovium. Namun sampai saat prnyebab terjadinya Reumatoid Artitis belum diketahui secara pasti. Terdapat
interaksi yang kompleks antara faktor gen HLA, lingkungan, umur dan jenis kelamin Yuliasih, 2009
Reumatoid Artritis juga dipengaruhi oleh hormon sex karena prevalensi Reumatoid Artritis lebih besar terjadi pada wanita. Faktor infeksi seperti
beberapa penyakit dan bakteri diduga sebagai agen penyebab penyakit ini seperti Mycoplasma, Parvovirus, Retrovirus, Enteric bacteria, Mycobacteria,
Epstein-Barr Virus Sudoyono, Setiyohadi, Alwi, Simodibrata, Setiati, 2010 2.4 Potofisiologi
Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian
sekaligus. Peradangan terjadi akibat proses sinovitis radang selaput sendi serta pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi
Universitas Sumatera Utara
11
dan tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris terjadi pada kedua sisi.
Reumatoid Artritis RA mengalami reaksi autoimun yang terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan menganggu gerak sendi. Otot akan
turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dengan kekuatan kontraksi otot Brunner
Suddarth, 2002 2.5 Klasifikasi Reumatoid Artritis
Menurut Dewi 2009 secara umum, Reumatoid Artritis terbagi menjadi tiga kelompok yaitu :
a Kelompok monosiklik mengenai 20 kasus. Gejala klinis berupa nyeri dan
pembengkakan sendi yang terjadi mendadak, berupa episode nyeri yang sembuh sendiri. Pada kelompok ini, pasien ini bebas gejala tanpa pengobatan.
b Kelompok polisiklik, bentuk yang paling sering mengenai 70 pasien
ditandai dengan adanya gejala nyeri dan bengkak pada sendi yang berlangsung bertahun-tahun.
c Kelompok progesif, pada 10 kasus reumatoid artritis merupakan artritis
inflamasi yang berat dan menyebabkan deformitas sendi pada waktu 2 tahun.
Universitas Sumatera Utara
12
2.6 Manifestasi Klinis Reumatoid Artritis Gejala umum Reumatoid Artritis tergantung pada tingkat peradangan
jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan
atau dengan pengobatan pada minggu-minggu terakhir. Pada umumnya orang- orang akan merasa sakit ketika penyakit ini aktif kembali Reeves, 2001
Reumatoid Artritis aktif kembali dengan gejala kelehan, kehilangan energi, kekurangan nafsu makan, demam, nyeri otot dan sendi dan kekakuan.
Disamping itu gejala Reumatoid Artritis sangat bervariasi tergantung stadium atau beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema, dan
gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk Reumatoid Artritis Smeltzer Bare, 2002. Gejala Sistemik yang muncul pada penyakit
Reumatoid Artritis adalah mudah capek, berat badan menurun dan anemia. Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada
persendian di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahu pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang.
Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku di pagi hari yang berlangsung selama lebih dari 30 menit.
Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum terjadi Smeltze Bare, 2002
Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun pada stadium penyakit yang dini sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi
yang akut pada sendi-sendi tersebut. Persendian yang teraba panas,
Universitas Sumatera Utara
13
membengkak, tidak mudah digerakkan dan pasien cenderung menjaga dan melindungi sendi tersebut dengan imobilisasi. Imobilisasi dalam jangka
panjang dapat menimbulkan kontraktur sehingga deformitas jaringan lunak. Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajaran sendi yang terjadi ketika
sebuah tulang tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi Smeltze Bare, 2002
Tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada lanjut usis menurut Buffer 2010, yaitu : sendi terasa nyeri dan kaku di pagi
hari. Bermula sakit dan kekakuan pada daerah lutu, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki atau jari-jari., mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan,
bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam, dapat terjadi berulang. Sedangkan menurutt Junaidi 2006 gejala klinis Reumatoid Artritis pada saat
bersamaan bisa banyak sendi yang mengalami peradangan. Sendi yang terserang akan membengkak, membesar dan segera terjadi
kelainan bentuk. Jari-jari pada kedua tangan cenderung membengkok ke arah kelingking sehingga tendon pada jari-jari tangan bergeser dari tempatnya.
Pembengkakan pergelangan tangan dapat mengakibatkan terjadinya sindrom terowongan karpal. Sifat sistemik pada kategori penyakit rematik yang dikenal
sebagai penyakit jaringa ikat dicerminkan dalam bentuk proses inflamasi yang tersebar luas Brunner Sudarth 2001
Universitas Sumatera Utara
14
3. Konsep Nyeri
3.1 Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensorik multidimensi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Kelompok studi nyeri Perdossi
2000 menerjemahkan definisi nyeri yang dibuat IASP International Association The Study of Pain
yang berbunyi “nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan,
baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut”. Nyeri merupakan masalah kesehatan yang kompleks, dan merupakan
salah satu alasan utama seseorang datang untuk mencari pertolongan medis. Nyeri dapat mengenai semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, umur,
ras, status sosial, dan pekerjaan Crombie, et al, 1999. Mc.Caffery 1979 dalam Tamsuri, 2006 mendefinisikan nyeri sebagai keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan keberadaannya diketahui jika seseorang pernah mengalaminya. Nyeri akan membantu individu untuk tetap hidup dan
melakukan kegiatan secara fungsional.
3.2
Klasifikasi Nyeri
3.2.1
Klasifikasi berdasarkan awitan Berdasarkan waktu kejadiaan, nyeri dikelompokkan menjadi nyeri
akut dan kronis. Nyeri akut terjadi dalam waktu yang singkat dari 1 detik sampai kurang dari 6 bulan. Nyeri akut dibagi atas: Pertama nyeri yang
muncul, dimana sebelumnya tidak ada nyeri kronik. Kedua, nyeri yang datang tiba-tiba, sebelumnya klien sudah menderita nyeri kronik akan tetapi
Universitas Sumatera Utara
15
nyeri akut tidak berhubungan dengan nyeri kronik. Ketiga, nyeri akut yang merupakan eksaserbasi nyeri kronik yang selama ini diderita oleh pasien
Tamsuri, 2008. Nyeri akut umumnya terjadi pada cedera, penyakit akut, atau pada pembedahan dengan awitan yang cepat dan tingkat keparahan
yang bervariasi. Nyeri ini biasanya hilang dengan sendirinya dengan atau tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan penyembuh. Nyeri akut
merupakan gejala dimana intensitas nyeri berkorelasi dengan beratnya lesi atau stimulus. Cedera jaringan atau inflamasi akut akan menyebabkan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi, seperti: bradikinin, prostaglandin, leukotrien, amin, purin, sitokin, dan sebagainya yang dapat mengaktivasi
atau mensensitisasi nosiseptor secara langsung atau tidak langsung. Sebagian dari mediator inflamasi tersebut dapat langsung mengaktivasi
nosiseptor dan sebagian lainnya menyebabkan sensitisasi nosiseptor yang menyebabkan hiperalgesia.
3.2.2
Klasifikasi berdasarkan lokasi Potter Perry 2005 ada beberapa macam klasifikasi nyeri
berdasarkan lokasi pertama, nyeri superficialkutaneus yaitu nyeri akibat stimulasi kulit dengan karakteristk nyeri berlangsung sebentar dan
terlokalisasi, nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam yang disebabkan jarum suntik, luka potong kecil. Kedua, viseral dalam nyeri
akibat stimulasi organ-organ internal. Nyeri bersifat difus dan dapat menyebar ke beberapa arah. Durasi bervariasi tetapi biasanya berlangsung
lebih lama daripada nyeri superficial. Nyeri dapat terasa tajam, tumpul atau
Universitas Sumatera Utara
16
unik tergantung dari organ yang terlibat dan disebabkan oleh sensasi pukul, dan sensasi terbakar. Ketiga, nyeri alih terjadi pada nyeri visceral karena
banyak organ-organ yang tidak punya reseptor nyeri. Jalan masuk neuron sensoris dan organ yang terkena kedalam.Karakterisitik nyeri terasa dibagian
tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan disebabkan infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, dan bahu kiri, batu empedu,
yang dapat mengalihkan nyeri ke selangkangan. Keempat, radiasi Sensasi nyeri meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain.
Karakterisrik nyeri serasa akan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang bagian tubuh. Nyeri dapat bersifat intermitten atau konstan yang
disebabkan Nyeri punggung bagian tubuh akibat diskus intravertebral yang rupture disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf
skiatik. 3.2.3 Klasifikasi Berdasarkan Organ
Nyeri organik adalah nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan aktual atau potensial organ. Nyeri neurogenik adalah nyeri akibat
gangguan neuron, misalnya pada neuralgia dan dapat terjadi secara akut maupun kronis. Nyeri psikogenik adalah nyeri akibat berbagai faktor
psikologis, umumnya terjadi ketika efek-efek psikogenik seperti cemas dan takut timbul pada klien.
3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Berger 2002 nyeri dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
lingkungan, umur, kelelahan, riwayat sebelumnya, mekanisme pemecahan
Universitas Sumatera Utara
17
masalah, kepercayaanagama, budaya, dan orang-orang yang memberi dukungan. Lingkungan yang tidak nyaman akan memperkuat persepsi nyeri.
Suasana ribut, panas, dan kotor akan membuat pasien merasa intensitas nyerinya lebih tinggi. Umur juga berpengaruh terhadap persepsi seseorang
terhadap nyeri. Anak-anak dan orang tua mungkin lebih merasakan nyeri dibandingkan orang dewasa muda karena mereka sering tidak dapat
mengkomunikasikan apa yang dirasakannya, sehingga kemungkinan perawat tidak dapat melakukan pengukuran untuk menurunkan nyeri secara adekuat
Berger, 2002. Kelelahan dapat membuat orang merasakan nyeri lebih kuat. Hal ini
disebabkan karena kekurangan energi untuk melawan stimulus nyeri Lelah juga mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap nyeri. Semakin diterima
rasa nyeri akan semakin berkurang apabila penerimaan atas nyeri tidak ada maka nyeri yang dirasakan akan semakin meningkat. Riwayat sebelumnya juga
sangat berpengaruh tehadap persepsi seseorang tentang nyeri. Orang yang sudah mempunyai pengalaman tentang nyeri akan lebih siap menerima
perasaan nyeri, sehingga dia akan merasakan nyeri lebih ringan dari pengalaman pertamanya Taylor, 2004.
Mekanisme pemecahan masalah mempengaruhi perasaan nyeri yang dirasakan seseorang. Banyak cara yang dilakukan seseorang untuk menurunkan
atau meringankan rasa nyeri yang dirasakannya. Hal ini sangat membantu orang tersebut untuk menurunkan nyerinya, contohnyya saja seseorang terbiasa
membayangkan hal-hal yang menyenangkan untuk mengalihkan perhatiannya
Universitas Sumatera Utara
18
terhadap nyeri Berger, 2002. Kepercayaan atau agama mempengaruhi persepsi seseorang terhadap nyeri. Dalam agama tertentu, kesabaran adalah hal
yang paling berharga di mata Tuhan. Nyeri kadang-kadang dianggap sebagai peringatan atas kesalahan yang telah dilakukan sehingga orang tersebut merasa
pasrah dalam menghadapi nyeri yang dirasakanny Taylor, 2004. Budaya mempengaruhi bagaimana seseorang mengartikan nyeri,
bagaimana mereka memperlihatkan nyeri serta keputusan yang mereka akan meraka lakukan untuk mengurangi atay menurunkan nyeri yang mereka
rasakan. Masyarakat dalam suatu kebudayaan mungkin merasa bangga bila tidak merasakan nyeri karena mereka menganggap bahwa nyeri tersebut
merupakan sesuatu yang dapat ditahan Berger, 2002. 3.4 Mekanisme Nyeri
Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksious yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan
mulai dari perifer melalui spinalis, batang otak, talamus, dan korteks cerebri. Pencegahan terhadap terjadinya kerusakan jaringan mengharuskan setiap
individu untuk belajar mengenali stimulus-stimulus tertentu yang berbahaya dan harus dihindari. Apabila terjadi kerusakan jaringan, sistem nosiseptif akan
bergeser fungsi dari fungsi protektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusak.
Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk mempercepat perbaikan kerusakan jaringan. Sensitivitas akan meningkat, sehingga stimulus
nonnoksious atau noksious ringan yang mengenai bagian yang meradang akan
Universitas Sumatera Utara
19
menyebabkan nyeri. Sebagai akibatnya, individu akan mencegah adanya kontak atau gerakan pada bagian yang cidera tersebut sampai perbaikan
jaringan selesai. Hal ini akan meminimalisasi kerusakan jaringan lebih lanjut. Nyeri
inflamasi akan
menurunkan derajat
kerusakan dan
menghilangkan respon inflamasi. Nyeri inflamasi merupakan bentuk nyeri yang adaptif atau Reumatoid Arthritis, penatalaksanaan yang aktif harus
dilakukan. Respon inflamasi berlebihan atau kerusakan jaringan yang hebat tidak boleh dibiarkan. Tujuan terapi adalah menormalkan sensitivitas nyeri.
Nyeri maladaptif tidak berhubungan dengan adanya stimulus noksious atau penyembuhan jaringan. Nyeri maladaptif dapat terjadi sebagai respon
kerusakan sistem saraf nyeri neuropatik atau sebagai akibat fungsi abnormal sistem saraf nyeri fungsional. Berbagai mekanisme yang mendasari
munculnya nyeri telah ditemukan mekanisme tersebut adalah: nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik,
reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Pada kasus nyeri nosiseptif terdapat proses transduksi, transmisi, dan persepsi.
Kerusakan jaringan akan memacu pelepasan zat-zat kimiawi mediator inflamasi yang menimbulkan reaksi inflamasi yang diteruskan sebagai sinyal
ke otak. Sinyal nyeri dalam bentuk impuls listrik akan dihantarkan oleh serabut saraf nosiseptor tidak bermielin serabut C dan
sinaps dengan neuron di kornu dorsalis medulla spinalis Brookoff, 2000.
Universitas Sumatera Utara
20
3.5 Pengkajian Karakteristik Nyeri Menurut Muttaqin 2008 pengkajian karakteristik nyeri terdiri dari :
a Provoking Incident
Apakah ada yang menjadi faktor penyebab nyeri, apakah nyeri berkurang apabila beristirahat , apakah nyeri bertambah apabila beraktivitas.
Faktor-faktor yang dapat meredakan nyeri misalnya gerakan, kurang gerakan pengerahan tangan, istirahat, obat-obat bebasdan sebagainya dan apa yang
dipercaya dapat membantu mengatasi nyeri. b
Quality or Quantity of Pain Seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah
seperti terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk. c
Region Letak lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan cepat dan tepat oleh klien,
apakah rasa sakit menjalar, menyebar, dan pada bagian mana saja yang sakit. d
Severity scale of Pain Ada beberapa instrument yang digunakan untuk mengukur skala nyeri,
diantaranya yang dikemukakan oleh AHCPR Agency of Health Care Policy Research.
1. Deskripsi sederhana terdiri dari tidak nyeri, nyeri sedang, nyeri berat, dan
nyeri sangat berat.
Universitas Sumatera Utara
21
2. Visual Analog Scale VAS digunakan garis 10 cm batas antara daerah
yang tidak sakit ke sebelah kiri dan sebelah batas yang paling sakit.
Tidak Nyeri
Nyeri Hebat
3. Pain Numerical Rating Scale PNRS sama dengan VAS hanya diberi skor
0-10 daerah yang paling sakit dan kemudian diberi skala
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jika klien mengerti dalam penggunaan skala dan dapat menjawabnya serta gambaran-gambaran yang diungkapkan atau ditunjukan padanya dapat
diseleksi dengan hati –hati, maka setiap instrument tersebut dapat menjadi valid
dan dapat dipercaya Potter Perry, 2005
.
e Time
Berapa lama nyeri berlangsung bersifat akut atau kronis, kapan, apakah ada waktu-waktu tertentu yang menambah rasa nyeri.
3.6 Nyeri Reumatoid Artritis Nyeri pada penyakit reumatik terutama disebabkan oleh adanya
inflamasi yang mengakibatkan dilepaskannya mediator-mediator kimiawi. Kinin dan mediator kimiawi lainnya dapat merangsang timbulnya rasa nyeri.
Prostaglandin berperan dalam meningkatkan dan memperpanjang rasa nyeri yang disebabkan oleh suatu rangsanganstimulus Isbagio, 2000.
Universitas Sumatera Utara
22
Junaidi 2006 gejala klinis RA pada saat yang bersamaan bisa banyak sendi yang mengalami peradangan. Biasanya peradangan bersifat simetris. Jika
suatu sendi pada sisi kiri tubuh terkena, sendi yang sama di kanan tubuh juga meradang. Yang pertama kali meradang adalah sendi-sendi kecil di jari tangan,
jari kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan, siku, dan pergelangan kaki. Sendi yang meradang biasanya menimbulkan nyeri dan menjadi kaku secara simetris,
terutama pada saat bangun tidur atau setelah lama tidak melakukan aktivitas fisik.
Sendi yang terserang akan membengkak, membesar dan segera terjadi kelainan bentuk. Jari-jari pada kedua tangan cenderung membengkok ke arah
kelingking sehingga tendon pada jari-jari tangan bergeser dari tempatnya. Pembengkakan pergelangan tangan dapat mengakibatkan terjadinya sindrom
terowongan karpal. Sifat sistemik pada kategori penyakit reu matik yang dikenal sebagai penyakit jaringan ikat dicerminkan dalam bentuk proses
inflamasi yang tersebar luas. Meskipun berfokus pada persendian inflamasi juga melibatkan bagian-bagian tubuh lainnya seperti vaskulitis, jantung, paru,
ginjal Brunner Suddarth, 2001. Sekitar 10 AR muncul secara akut sebagai poliartritis, yang berkembang cepat dalam beberapa hari. Pada
sepertiga pasien, gejala mula-mula monoartritis lalu poliartritis. Terjadi kekakuan paling parah pada pagi hari, yang berlangsung sekitar 1 jam dan
mengenai sendi secara bilateral. Episode-episode perandangan diselingi oleh remisi. Rentang gerak berkurang, tebentuk benjolan rematoid ekstra sinovium
Junaidi, 2006.
Universitas Sumatera Utara
23
Nyeri Reumatoid Artitis kronis melibatkan keduanya antara peripheral dan sekeliling, prosesnya meliputi: adanya faktor intrinsik ke neuron unsur P,
serotonin, pelepasan mediator inflamasi ke jaringan sehingga rusak oleh prostaglandins, TNF, yang mengaktifkan sel yang peka rangsangan ion-
channel-linked pada afferent berhubungan dengan neurons, glutamate menyebabkan kerusakan dorsal, neurotransmitter nyeri yang utama, N-Methyl-
D-Aspartate NMDAa-RECEPTOR yang menghasilkan rangsangan inflamasi Kelly, 2005.
3.7 Mekanisme Terjadinya Nyeri Reumatoid Artritis Nyeri Reumatoid Artritis disebabkan oleh terjadinya proses imunologik
pada sinovial Harry,2008. Tahap pertama adanya stimulus antigen kemudian terbentuk antibodi imunoglobin membentuk komplek imun dengan antigen
sehingga menghasilkan reaksi inflamasi. Inflamasi akan terlihat di persendian sebagai sinovitis. Inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi
merupakan proses sekunder.Prostaglandin bertindak sebagai modifier inflamasi prostaglandin memecah kolagen sehingga dapat merangsang timbulnya nyeri
melalui proses edema, proliferasi membaran sinovial, pembentukan pannus, penghancuran kartilago dan erosi tulang Brunner Suddarth, 2001.
Harry 2008 menyatakan bahwa nyeri pada penyakit RA dapat terjadi akibat:
a Rangsangan pada nociceptors di dalam komponen perangkat biomekanik, misalnya perangsangan nociceptors pada otot, sendi, tendon dan ligamen.
Nyeri jenis ini berhubungan dengan konsep nyeri sistem sensorik, sebagai
Universitas Sumatera Utara
24
mekanisme pertahanan tubuh terhadap situasi yang membahayakan atau terjadinya kerusakan. Oleh karena adanya nyeri ini, maka bagian yang
terserang akan diistirahatkanimobilisasi, untuk mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut.
b Penekanan saraf atau serabut saraf radiks. c Perubahan postur yang menyebabkan fungsi untuk mengatur kontraksi otot
tidak sempurna. d Mekanisme psikosomatik
.
4. Aktivitas Sehari-Hari 4.1 Aktivitas Sehari-hari
Kemampuan fungsional seseorang, khususnya lansia dapat diamati dari kemampuannya melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas sehari-hari adalah
keterampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat. Aktivitas merupakan salah satu penilaian dalam sehari-hari lansia dalam
melakukan tindakan yang perlu dilakukan secara benar. Aktivitas sehari-hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia setiap harinya
Martika, 2012. Aktivitas kehidupan sehari-hari terdiri dari dua bagian yaitu aktivitas
dasar dan aktivitas instrumen . Aktivitas dasar merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki sesorang meliputi berpakaian, makan minum, toileting,
Universitas Sumatera Utara
25
mandi, berhias, transfer. Aktivitas instrumental merupakan aktivitas yang lebih kompleks dan mendasar bagi situasi kehidupan lansia dalam bersosialisasi
yang meliputi belanja, masak, kegiatan rumah tangga, mencuci, telpon, menggunakan sarana transportasi, mampu menggunakan obat dengan benar,
dan manajemen keuangan. 4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Sehari-hari
Meliputi faktor kondisi kesehatan, faktor kondisi ekonomi, dan faktor kondisi sosial :
a Kondisi Kesehatan Lanjut usia yang memiliki tingkat kemandirian tertinggi adalah
mereka yang secara fisik dan psikis memiliki kesehatan yang cukup prima. Presentase yang paling tinggi adalah mereka yang mempunyai kesehatan
baik. Dengan kesehatan yang baik mereka bisa melakukan aktivitas apa saja dalam kehidupannya sehari-hari seperti : mengurus dirinya sendiri, bekerja
dan rekreasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Setiati 2000 bahwa kemandirian bagi orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas kesehatan
sehingga dapat melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari AKS. . Lanjut usia dengan kondisi kesehatan baik dapat melakukan aktivitas
apa saja sedangkan yang memiliki kondisi kesehatan sedang cenderung memilih aktivitas yang memerlukan sedikit kegiatan fisik. Untuk
mengerjakan beberapa aktivitas fisik dan psikis yang berat mereka memerlukan pertongan dari orang lain. Dampak dari menurunnya kondisi
Universitas Sumatera Utara
26
kesehatan seseorang secara bertahap dalam ketidak mampuan secara fisik mereka hanya tertarik pada kegiatan yang memerlukan sedikit tenaga dan
kegiatan fisik Hurlock, 2002 b Kondisi Ekonomi
Lanjut usia yang mandiri pada kondisi ekonomi sedang karena mereka dapat menyesuaikan kembali dengan kondisi yang mereka alami sekarang
misalnya perubahan gaya hidup. Dengan berkurangnya pendapatan setelah pensiun , mereka dengan terpaksa harus menghentikan atau mengurangi
kegiatan yang dianggap menghamburkan uang Hurlock, 2002. Pekerjaan jasa yang mereka lakukan misalnya mengurus surat-surat, menyampaikan
undangan orang yang punya hajatan, baik undangan secara lisan maupun berupa surat undangan. Walaupun upah yang mereka terima sedikit, tetapi
mereka merasa puas yang luar biasa.. Lanjut usia yang tidak mandiri juga berada pada ekonomi sedang
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka tidak bekerja, tetapi mendapat bantuan dari anak-anak atau keluarga. Bantuan tersebut berupa
uang atau kebutuhan-kebutuhan lain seperti makan, pakaian, kesehatan atau kebutuhan untuk acara sosial. Sikap anak yang telah dewasa terhadap
orangtua yang sudah berusia lanjut dan sering berhubungan dengan mereka dapat menciptakan penyesuaian sosial dan personal yang baik bagi orang-
orang berusia lanjut Hurlock, 2002
Universitas Sumatera Utara
27
c Kondisi Sosial Kondisi penting yang menunjang kebahagiaan bagi orang lanjut usia
adalah menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga dan teman-teman Hurlock, 2002. Hubungan sosial antara orang lanjut usia
dengan anak yang telah dewasa adalah menyangkut keeratan hubungan mereka dan tanggung jawab anak terhadap orangtua yang menyebabkan
orang lanjut usia menjadi mandiri. Tanggung jawab anak yang telah dewasa baik yang telah berumah tangga maupun yang belum, atau yang tinggal satu
rumah dan tidak tinggal satu rumah tetapi berdekatan tempat tinggal masih memiliki kewajiban bertanggungjawab terhadap kebutuhan hidup orang
lanjut usia seperti kebutuhan sandang, pangan, kesehatan dan sosial. 4.3 Pengkajian Status Fungsional
Pengkajian status fungsional adalah suatu kemampuan seseorang untuk menggunakan kapasitas fisik yang dimiliki guna memenuhi kewajiban
hidupnya, yang berintegrasi berinteraksi dengan lingkungan dimana ia berada Maryam, 2008. Pengkajian status fungsional sangat penting, terutama ketika
terjadi hambatan pada kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kemampuan fungsional menggambarkan kemandirian
dan ketergantungan seseorang dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari- hari. Untuk menggambarkan aktivitas kehidupan sehari-hari lansia dapat dilihat
dengan menggunakan pengkajian status fungsional yang terdiri dari instrument ADL Activity Daily Living dan IADL Instrument Activity Daily Living
Miller, 2004.
Universitas Sumatera Utara
28
NO Item Yang Dinilai
Skor 1
Kemampuan menggunakan telepon. a. Mengoperasikan telepon atas inisiatif sendiri : mencari dan
menghubungkan nomor telepon, dan seterusnya. b.Menghubungi beberapa nomor telepon yang telah dikenal
dengan baik. c. Menjawab telepon tetapi tidak menghubungi.
d. Tidak menggunakan telepon sama sekali. 1
1 1
2 Berbelanja.
a. Mengurus semua keperluan belanja secara mandiri. b. Berbelanja secara mandiri untuk pembelian yang kecil
c. Perlu ditemani pada setiap kegiatan belanja. d. Tidak mampu berbelanja sama sekali.
1
3 Persiapan makanan
a. Merencanakan, menyiapkan, dan menyajikan makanan yang cukup secara mandiri.
b. Menyiapkan makanan yang adekuat jika bahan-bahan untuk membuatnya telah disediakan .
c. Memanaskan dan menyajikan makanan yang disiapkan, atau menyiapkan makanan tetapi tidak mempertahankan diet
yang adekuat. d. Memerlukan makanan yang telah disiapkan dan disajikan.
1
4 Memelihara Rumah
a. Memelihara rumah sendiri atau kadang-kadang dengan bantuan misalnya bantuan untuk pekerjaan rumah yang berat
b. Melaksanakan tugas ringan sehari-hari, seperti mencuci piring dan merapikan tempat tidur
c. Melaksanakan tugas ringan sehari-hari, tetapi tidak memelihara tingkat kebersihan yang dapat diterima
d. Perlu bantuan untuk semua tugas pemeliharaan rumah. e. Tidak berpartisipasi dalam setiap tugas pemeliharaan rumah
1 1
1 1
5 Mencuci Pakaian
a. Apakah mencuci pakaian pribadi sepenuhnya b.Mencuci barang-barang yang kecil, kaos kaki, stocking, dan
lain-lain c.Memerlukan sem ua cucian dikerjakan orang lain.
1 1
Universitas Sumatera Utara
29
6 Model Transportasi
a. Berpergian secara mandiri dengan transportasi umum atau mengemudi mobil pribadi.
b. Melakukan perjalanan sendiri dengan menggunakan taksi tetapi tidak jika menggunakan transportasi umum
c. Berpergian dengan transportasi umum walaupun dibantu atau ditemani oleh orang lain
d. Berpergian terbatas hanya menggunakan mobil atau taksi dengan bantuan orang lain
e. Tidak berpergian sama sekali 1
1 1
7 Tanggung Jawab Untuk Pengobatan Sendiri
a. Apakah bertanggung jawab untuk minum obat dalam dosis benar atau waktu yang benar
b.Mengambil tanggung jawab jika pengobatan telah disiapkan lebih dahulu dalam dosis terpisah.
c.Tidak mampu untuk menggunakan pengobatan miliknya sendiri
1
8 Kemampuan untuk menangani keuangan
a.Mengatur berbagai masalah keuangan secara mandiri anggaran, menulis cek, membayar uang sewa dan tagihan
lainnya, pergi ke bank, mengumpulkan dan mempertahankan sumber-sumber pendapatan.
b.Mengatur pembelian sehari-hari tetapi perlu bantuan berkenaan dengan perbankan, pembelian yang besar, dan
sebagainya. c. Tidak mampu untuk menangani keuangan.
1
1
Sumber : disadur dari Lawton, M, and Brody, EM: Assesment of older people : Self-maintaining and instrumental activies of daily living. Gerontologis
9;179,1969.
Universitas Sumatera Utara
30
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berhubungan
dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting dalam sebuah masalah Hidayat,
2008. Dalam kerangka konsep ada dua konsep utama yang akan diletiti yaitu nyeri Reumatoid Artritis dan aktivitas sehari-hari . Setiap konsep merupakan
variabel yang akan diteliti. Nyeri Reumatoid Artritis sebagai variabel independent dan aktivitas sehari-hari sebagai variabel dependen.
Variabel Independent Variabel Dependent
Skema 1 : Kerangka konsep penelitian nyeri Reumatoid Artritis dan aktivitas kehidupan sehari-hari lansia
Nyeri Reumatoid Artritis
- Nyeri ringan
- Nyeri Sedang
- Nyeri berat
Aktivitas
Sehari-hari
- Mandiri
- Tergantung
Universitas Sumatera Utara
31
2. Hipotesis Penelitian Sesuai dengan kerangka teori yang telah dikemukan, maka hipotesis yang
diajukan adalah : Ha
: Ada hubungan nyeri Reumatoid Artiritis dengan aktivitas sehari-hari lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar
Ho : Tidak ada hubungan nyeri Reumatoid Artritis dengan aktivitas
sehari-hari lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar
Universitas Sumatera Utara
32
3. Definisi Operasional Tabel 3 Tabel Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
Independent Nyeri
Reumatoid Artritis
Nyeri bersifat subjektif. Pasien
dalam mengekspresikan nyeri
mereka mampu menilai suatu intensitas nyeri
secara akurat, intensitas nyeri tersebut adalah
gambaran
tentang keparahan nyeri yang
dialami. Pengukuran
intensitas nyeri
ini bersifat subjektif, yaitu
pasien dapat diminta untuk
membuat tingkatan nyeri pada
skala verbal ataupun numerik
The Pain
Numeric Rating
Scale PNRS
Skala terdiri
dari 10 poin yang mana
1-3 = nyeri ringan,
4-6= nyeri sedang,
7-10= nyeri
berat Interval
Dependen Aktivitas
Sehari-hari Aktivitas
Sehari-hari merupakan
aktivitas pokok dan mendasar
dalam kegiatan sehari- hari.
Untuk melihat
tingkat kemandirian
dan ketergantungan
lansia melakukan
aktivitas di
dalam komunitas.
Kuesioner Modifikassi
Lawton Instrument
Activity Daily
Living IADL
14 –21
tergantung 22
–28 mandiri
Ordinal
Universitas Sumatera Utara
33
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan menggunakan desain
deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional 2. Populasi dan Sampel
2.1 Populasi Populasi penelitian ini adalah lansia penderita Reumatoid Artritis di
Puskesmas Kesatria Pematangsiantar 2.2 Sampel
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah
sampel sama dengan populasi yaitu sebanyak 46 responden. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar
3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015 - Juni 2015
4. Pertimbangan etik Etika adalah sekumpulan nilai dan prinsip yang merupakan peraturan
tidak tertulis yang harus digunakan oleh peneliti. Tujuan etika penelitian tersebut adalah untuk menjamin kerahasian identitas responden, melindungi dan
Universitas Sumatera Utara
34
menghormati hak-hak responden. Prinsip utama etika dalam penelitian terdiri dari manfaat, memghormati hak manusia, dan keadilan Polit Hungler, 2005.
Peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan pada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk melakukan
penelitian. Sebelum pelaksanaan, peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud
dan tujuan
serta prosedur
pelaksanaan penelitian.
Peneliti mempertimbangkan aspek Autonomny, Anonymity, Confidrntialtity, Non
maleficence, Informed Concent. Peneliti mempertimbangkanhak-hak calon responden untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya
penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian Autonomy. Peneliti menjaga
kerahasiaan identitas responden Anominity. Peneliti juga menjamin kerahasiaan Confidentiality responden dan data-data responden hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek Non malificence. Sebelum memberikan Informed Concent, peneliti
menanyakan kesediaan responden dalam berpartisipasi dalam penelitian. Jika responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, maka responden
dipersilahkan menandatangani Informed Consent. 5. Instrumen Penelitian
Informasi yang diperoleh dari responden, peneliti menggunakan kuesioner yang dibagi menjadi tiga bagian. Pertama yaitu kuesioner data
demografi yang, bagian kedua lembar skala nyeri Pain Numerical Rating Scale PNRS dan bagian ketiga modifikasi kuesioner aktivitas sehari-hari Lawton
Universitas Sumatera Utara
35
Instrument Activity Daily Living IADL yang telah dimodifikasi berisi 14 pernyataan..
5.1 Data Demografi Responden Kuesioner data demografi responden meliputi nama inisial, usia, jenis
kelamin, pekerjaan dan lama waktu menderita penyakit Reumatoid Artritis data ini hanya bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden.
5.2 The Pain Numeric Rating Scale Menghitung nyeri dengan menggunakan The Pain Numeric Rating
Scale PNRS. PNRS digunakan untuk ukuran intensitas nyeri segera atau sekarang. Skala terdir
i dari 11 poin yang mana 0 menunjukkan “tidak ada nyeri” dan 10 menunjukkan “nyeri berat”, penilaian dari 1-3 disamakan dengan” nyeri
ringan ”, 4-6 untuk “nyeri sedang”, 7-10 untuk “nyeri berat”
5.3 Kuesioner Aktivitas Sehari-hari Kuesioner Aktivitas Sehari-hari dengan menggunakan Lawton
Instrument Activity Daily Living IADL yang telah dimodifikasi. Kuesioner ini dimodifikasi bertujuan untuk menilai status fungsional lansia secara mandiri atau
bergantung dalam aktivitas sehari-hari sehingga sesuai dengan pencapaian yang ingin diteliti oleh peneliti.
Kuesioner Aktivitas Kehidupan Sehari-hari ini berisi 14 penyataan.
Universitas Sumatera Utara
36
Menggunakan rumus Sudjana 1992: P = Rentang
Banyak kelas Dimana rentang nilai tertinggi
– nilai terendah, nilai tertinggi sebesar 28 dan nilai terendah 14, banyak kelas ada 2 kelas dengan mandiri skornya 2 dan
untuk tergantung skornya 1 Maka skala ukur dikategorikan sebagai berikut:
14 – 21
: dikategorikan tergantung 22
– 28 : dikategorikan mandiri
6. Uji Validitas dan Realibilitas 6.1 Uji Validitas
Uji validitas dengan menggunakan consent validity validitas isi pada ahli yaitu dosen Fakultas Keperawatan, Departemen. Dilakukan dengan menguji
setiap butir instrument pengumpulan data. Kuesioner dikatakan valid jika bernilai 0,7
Nilai validitas pada kuesioner aktivitas sehari-hari adalah 0,94 dapat dikatakan bahwa instrumen telah valid.
6.2 Uji Realibilitas Apabila semua pernyataan telah valid, maka dilanjut ke tahap reabilitas.
Reliabilitas dlakukan untuk mrlihat sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali
Universitas Sumatera Utara
37
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, dan diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama Matondang, 2009. Uji reliabilitas kuesioner
aktivitas menggunakan rumus Cronbach Alpha, dimana menurut Saryono 2010 jika alpha 0,70 maka butir-butir penyataan dikatakan reliabel
Uji reliabilitas ini dibantu dengan teknik komputerrisasi. Besar sampel untik uji reliabilitas penelitian berjumlah 20 orang lansia yang dilakukan di
Puskesmas Bane Pematangsiantar. Hasil uji reliabilitas pada kuesioner aktivitas sehari-hari adalah 0,729 . Maka dapat dikatakan bahwa instrumen telah reliabel.
7. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data akan dilakukan dengan memberikan kuesioner
kepada responden. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a Mengajukan permohonan ijin pelaksanaan penelitian dari Fakultas
Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan. b
Mengirim surat ijin penelitian dari fakultas ke Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar. Setelah mendapat persetujuan maka peneliti menjelaskan
tujuan dari penelitian ini. c
Peneliti meminta kesedian responden untuk mengikuti penelitian. d
Setelah menandatangani surat kesedian menjadi responden , pengumpulan data dimulai.
e Peneliti mulai menganalisa data
Universitas Sumatera Utara
38
8 . Analisa Data Setiadi 2007 setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data,
peneliti akan melakukan pengolahan data yang terdiri dari Editing merupakan pemeriksaan daftar pernyataan yang telah diperoleh dari responden. Kegiatan
pengecekan pada pengisian lembar observasi apakah jawaban dalam lembar observasi sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten. Coding merupakan
pemberian tanda atau mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden ke dalam kategori tertentu. Kegiatan mengubah data huruf menjadi data angka
sehingga mudah dalam menganalisa. Entry merupakan proses memasukkan data ke dalam tabel dilakukan dengan program yang ada di computer. Memasukkan
data dari kuesioner ke dalam program yang terdapat di komputer yaitu SPSS 16. Cleaning merupakan teknik pembersihan data, data
–data yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan terhapus. Kegiatan pengecekan ulang yang sudah di entry apakah
terdapat kesalahan atau tidak. 8.1 Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik dari masing-masing variabel yang hendak diteliti Notoadmodjo,
2005. Data yang akan dianalisa yaitu data demografi, nyeri Reumatoid Artritis dan Aktivitas Sehari-hari kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan presentase.
Universitas Sumatera Utara
39
8.2 Analisa Bivariat Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkolaborasi Notoadmodjo,2006. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen, yaitu nyeri Reumatoid Artritis sebagai variabel independen dan aktivitas sehari-hari sebagai variabel dependen. Teknik analisi yang
digunakan dalam penelitian adalah uji Spearmen Rank rho Untuk mendapatkan apakah ada hubungan antara variabel independen
dan dependen maka menggunakan p value. Apabila p value 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima maka hipotesis terbukti, yang berarti ada hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen. Sedangkan bila p value 0,05 Ho diterima dan Ha ditolak maka hipotesis ditolak yang berarti tidak ada hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen. Nugroho 2005 penelitian ini menggunakan hipotesa kerja atau hipotesa
alternative Ha. Sehingga pedoman untuk menerima dan menolak hipotesis yang diusulkan adalah
a Ha diterima jika r-hitung r-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig.2-tailed
level of significant b
Ha ditolak jika r-hitung r-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig.2-tailed level of significant.
Sifat nilai koefisien korelasi adalah + positif atau minus - yang menunjukkan arah korelasi.
Universitas Sumatera Utara
40
Makna sifat korelasi : a
Korelasi positif + berarti jika variabel pertama mengalami kenaikan maka variabel kedua juga mengalami kenaikan
b Korelasi negatif - berarti jika variabel pertama mengalami peningkatan
maka variabel kedua akan mengalami penurunan
Universitas Sumatera Utara
41
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN