Bapak Sudirman Mechsan, S.H., M.H. Selaku Dosen Pembimbing Akademik Komisi Pembimbing Ketua Bagian Hukum Pidana Tim Penguji Permasalahan

5. Bapak Shafruddin, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I atas waktu, saran, masukan dan kritik membangunnya kepada penulis untuk dapat menyempurnakan skripsi ini; 6. Bapak Ahmad Irzal F, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas II atas waktu, saran, masukan dan kritik membangunnya kepada penulis untuk dapat menyempurnakan skripsi ini;

7. Bapak Sudirman Mechsan, S.H., M.H. Selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis; 8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah mendidik, membimbing serta memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis; 9. Terima Kasih Kepada Kedua Orang Tuaku,dan Kakak,Adik – Adik Ku Yang Sangat Ku Sang Yang Selama Ini Menyemangati,Kalian Tak Akan Ku Lupakan 10. Teman-temanku di Fakultas Hukum Universitas Lampung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas persahabatannya; 11. Buat teman seperjuanganku,Nando,Nanda,Borneo,Ariza,Catur, terimakasih atas hari-hari penuh tawa yang telah kita lewati bersama. Semoga amal kebaikan serta ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dan rahmat dari Allah SWT. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis, Forandra Rachman Judul Skripsi : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 13 TAHUN 2006 TENTANG TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Studi Pada Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung Nama Mahasiswa : Forandra Rachman No. Pokok Mahasiswa : 0742011158 Bagian : Hukum Pidana Fakultas : Hukum MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Tri Andrisman., S.H., M.H. Maya Shafira ., S.H., M.H. NI P. 19611231 198903 1 023 NI P. 19770601 200501 2 002

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

Diah Gustiniati M., S.H., M.H. NI P. 19620817 198703 2 003 MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Tri Andrisman., S.H., M.H. ................... Sekretaris Anggota : Maya Shafira, S.H., M.H. ................... Penguji Utama : Shafruddin, S.H., M.H. ...................

2. PJ. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NI P. 19621109 198703 1 003 Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 17 Februari 2012 Teriring do a dan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya serta Junjungan Tinggi Rasulullah Muhammad SAW Kupersembahkan Skripsi ini kepada : Ayahanda Akuan Effendie dan Ibunda Nirva Diana tercinta, yang telah merawat dan membesarkanku dengan penuh cinta dan selalu memberikanku kasih sayang serta do a restu yang selalu dihaturkan dan dipanjatkan kepada Allah SWT, demi keberhasilanku dan masa depanku adikku Annisa Sarastia dan Dzikrikal Khawarismi serta seluruh keluargaku tersayang, terima kasih atas kasih sayang, do a dan dukungannya Sahabat-sahabatku tercinta yang selama ini selalu menemani, memberikan dukungan dan do anya untuk keberhasilanku, terimakasih atas persahabatan yang indah dan waktu-waktu yang kita lalui bersama Almamaterku Tercinta Universitas Lampung

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejahatan merupakan salah satu fenomena sosial yang selalu ada dan melekat pada setiap kehidupan masyarakat terbebas dari kejahatan. Kejahatan disini dapat dilakukan oleh pelaku dengan tindakan ancaman dan kekerasan. Perkosaan sebagai salah satu bentuk kejahatan yang dilakukan dengan kekerasan tarhadap perempuan, ini terjadi karena adanya niat tertentu, peluang serta pembentukan psikologi massa yang seolah-olah membolehkan tindakan dilakukan hingga melipat gandakan terjadinya perbuatan tersebut. Perempuan korban pemerkosaan pada dasamya mengalami penderitaan yang sangat dilematis. Secara fisik, berarti mereka telah hilang keperawanan Virginitas atau kemungkinan korban hamil, secara psikis emosional pemerkosaan berarti trauma dan penderitaan seumur hidup oleh karena kehilangan harapan akan masa depan. Pandangan masyarakat yang cenderung menyalahkan korban blamed in the victim semakin membuat korban tidak dipedulikan keberadaannya. Keadaan demikian membuat korban lebih sulit dalam menentukan jalan hidup, korban menjadi tidak berdaya dan putus Korban menjadi tidak bersemangat nasibnya bila tidak mendapat dukungan dari lingkungan sekitar. Peristiwa pemerkosaan terhadap perempuan makin meningkat dari tahun ketahun, baik secara kualitas maupun kuantitas hal ini ditandai dengan terjadinya tindak pidana pemerkosaan yang disertai tindak pidana lain hal ini seharusnya mulai menjadi masalah serius terutama diwilayah Bandar Lampung, dimana pada tahun 2008 sampai dengan bulan November 2011 ada 71 kasus kekerasan seksual dalam bentuk pemerkosaan. Angka ini akan bertambah besar dengan kejadian yang tidak terpantau oleh media massa atau korban tidak melaporkan kejadian. Tindakan ini dilakukan karena, rasa malu korban dan keluarga, korban malu dan merasa bahwa proses peradilan pidana terhadap kasus ini tidak menjamin dipidananya pelaku, lebihlebih bila secara sosial maupun ekonomi kedudukan pelaku dan keluarga pelaku lebih tinggi. Prosedur pemeriksaan sejak dari penyidikan, penuntutan hingga pemeriksaan pengadilan yang harus dilalui oleh korban menambah daftar penderitaan bagi korban karena hanya menjadi saksi dalam hal ini adalah saksi korban. Melihat sudut kepentingan korban, jelas bahwa pendekatan hukum pidana tidak memadai karena mengandung kelemahan-kelemahan prosedural seperti keharusan adanya dua saksi, visum atau alat bukti lain, tetapi hukum pidana juga tidak menaruh perhatian akan penderitaan traumatik pada korban. Menyikapi peristiwa pemerkosaan yang terjadi, pelaku rata-rata mendapatkan pidana dari 2 dua tahun 8 delapan bulan atau denda paling banyak lima ratus rupiah pasal 281 KUHP. Pidana ini dirasakan ringan bila dibandingkan dengan derita dan depresi yang dialami korban seumur hidup. Tidak terlepas dari produk hukum yang ada, bahwa hukum masih sarat dengan nilai kekuasaan. Perlu kiranya pengetahuan demi kepastian dan tertib hukum untuk mengembangkan wibawa hukum serta penguasa sebagai abdi dan pengayom masyarakat Arif Gosita, 1985:41. Perempuan korban pemerkosaan dapat menuntut ganti kerugian akibat perbuatan pelaku jika perbuatan yang menjadi dasar dakwaan didalam suatu pemeriksaan perkara pidana oleh Pengadiian Negeri menimbulkan kerugian bagi korban. Pengajuan dapat dilakukan selambat- lambatnya sebelum Penuntut Umum mengajukan tuntutan pidana, tetapi masih berlaku pandangan bahwa kalau korban ingin menuntut ganti rugi maka dia korban harus menempuh jalan yang tidak mudah dan pada kenyataan hanya sekedar formalitas saja Berlangsungnnya budaya kekuasaan saat ini menggambarkan hubungan hukum yang tidak menjamin kepastian kepentingan publik, karena seperti apapun kepandaian ahli hukum dalam menyusun hukum tetulis dan memberikan sanksi berat terhadap pelanggaran hukum. Hal ini tetap tidak akan merubah keadaan dimana hukum akan berlaku sejauh hubungan dengan orang yang tidak mampu, sedangkan bagi golongan elit, hukum berada dalam genggaman tangan mereka Setiawan, 1997;71 Pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum Pidana merupakan satu-satunya pasal yang secara eksplisit menyebut kata pemerkosaan. Pasal ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP tidak menetukan adanya pidana minunal yang diberikan kepada pelaku tindak pidana pemerkosaan, menurut Rancangan Undang-Undang RUU KUHP Pun pidana minimal yang diberikan hanya 3 tiga tahun penjara. Hal ini dirasakan masih jauh dari harapan korban pernerkosaan untuk kembali merasa normal dalam kehidupan bermasyarakat selanjutnya. Atas pemikiran yang telah tetuang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas dan melakukan penelitian skripsi berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Pemerkosaan Berdasarkan Undang Undang nomor 13 Tahun 2006. Studi Pada Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Permasalahan yang akan diajukan penulis dalam skripsi ini adalah : 1. Bagaimana perlindungan hukum diberikan terhadap korban tindak pidana pemerkosaan berdasarkan undang-undang No. 13 Tahun 2006 Tentang perlindungan saksi dan korban? 2. Apakah faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam memberikan perlindungan hukum?

2. Ruang Lingkup

Dokumen yang terkait

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAPOR TINDAK PIDANA DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

0 15 26

Perlindungan Hukum Terhadap Saksi (Justice Collaborator) Dalam Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Juncto Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban

1 8 50

ANALISIS TERHADAP HAK SAKSI DAN KORBAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

0 5 19

EFEKTIVITAS PASAL 5 UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PERKOSAAN (Studi Pada Kepolisian Kota Besar Bandar Lampung)

0 2 3

Optimalisasi Perlindungan Saksi dan Korban oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban ( Berdasarkan Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban).

0 0 6

Perlindungan Hukum Terhadap Saksi Pelapor Tindak Pidana Korupsi Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban

0 0 14

Perlindungan Hukum Terhadap Saksi Pelapor Tindak Pidana Korupsi Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban

0 0 2

Perlindungan Hukum Terhadap Saksi Pelapor Tindak Pidana Korupsi Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban

0 0 35

Perlindungan Hukum Terhadap Saksi Pelapor Tindak Pidana Korupsi Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban

0 0 52

Perlindungan Hukum Terhadap Saksi Pelapor Tindak Pidana Korupsi Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban

0 0 4