Kesiapan Pensiun Karyawan Pelaksana PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan

(1)

KESIAPAN PENSIUN KARYAWAN PELAKSANA

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KANTOR DIREKSI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

DINI ATIKA RAHMI 081301078

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GANJIL, 2012/2013


(2)

KESIAPAN PENSIUN KARYAWAN PELAKSANA

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KANTOR DIREKSI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

DINI ATIKA RAHMI 081301078

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GANJIL, 2012/2013


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

Kesiapan Pensiun Karyawan Pelaksana PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan

adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Oktober 2012

DINI ATIKA RAHMI NIM 081301078


(4)

Kesiapan Pensiun Karyawan Pelaksana PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan

Dini Atika Rahmi dan Ferry Novliadi

ABSTRAK

Individu yang bekerja sebagai karyawan di suatu instansi/perusahaan memiliki batas usia tertentu, hingga akan tiba waktunya ia harus pensiun. Batas usia pensiun di Indonesia berkisar antara 55 – 60 tahun, dimana pada rentang usia tersebut berada pada tahap perkembangan dewasa menengah dan dalam tugas perkembangannya tidak disebutkan untuk menghadapi masa pensiun. Peralihan kondisi dari seorang karyawan menjadi pensiunan adalah masa transisi yang rentan menimbulkan stress. Oleh karena itu diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang untuk menghadapinya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif, dan bertujuan untuk melihat tingkat kesiapan pensiun dalam diri karyawan yang sudah mendekati masa pensiun. Dalam penelitian ini terdapat tiga aspek yang diukur yakni; kesiapan finansial, fisik, dan mental emosional. Responden penelitian adalah seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Medan yang berusia 50-55 tahun.

Hasil penelitian ini menunjukkan secara umum kesiapan pensiun karyawan berada di kategori Tinggi. Dilihat dari tiap aspek, kesiapan pensiun dalam aspek kesiapan fisik dan finansial berada pada kategori Tinggi, sedangkan aspek kesiapan mental dan emosional berada di kategori Sedang. Dari hasil penelitian ini diharapkan agar bisa menjadi saran untuk perusahaan untuk membuat program kesiapan pensiun yang berfokus pada kesiapan mental para karyawan untuk menghadapi pensiun, dan untuk karyawan agar lebih mempersiapkan diri menjelang datangnya pensiun.


(5)

Employee’s Retirement Readiness of PT. Perkebunan Nusantara III Head Office

Medan

Dini Atika Rahmi and Ferry Novliadi

ABSTRACT

A person who works as an employee in a company has an age-limit until at certain time s/he has to retire. In Indonesia, the retirement age is about 50 to 60 years old, which in developmental stage it is at middle adulthood, and based on developmental task the employee doesn’t have to prepare for retirement yet. The transition from an employee to a retired-person is susceptible to lead to stress. Therefore, a good preparation and planning is very crucial.

This study used a quantitative-descriptive, and aimed to find out the level of retirement readiness of the employee who will retire few years later. There are three aspects that were measured; financial readiness, physical, and mental-emotional. The respondents were all employee of PT. Perkebunan Nusantara III Head Office Medan who 50-55 years old.

The result showed that generally the retirement readiness of the employee was High. Furthermore to each aspect, financial and physical aspects were also High, and mental-emotional aspect was Middle. The result of this study is expected to be an input and suggestion for the company to make a retirement readiness program that concern about the mental condition of the employee, and for the employee to prepare themselves to face the retirement.

Keywords : Retirement, Employee


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya yang telah memberikan penulis kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan umat manusia.

Penyusunan skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi USU, dengan judul

Kesiapan Pensiun Karyawan Pelaksana PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan.

Penulis menyadari tanpa bimbingan, arahan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, M.Si, Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Ferry Novliadi, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

3. Ibu Emmy Mariatin, Ph.D., MA, Psikolog selaku dosen pembimbing akademik

4. Bapak Eka Danta Jaya Ginting, MA, Psikolog dan Ibu Siti Zahreni, M.Psi, Psikolog selaku dosen penguji dan telah membantu dalam proses revisi skripsi ini

5. Seluruh staff pengajar dan staff pegawai, serta keluarga besar Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Satukan hati untuk Psikologi.


(7)

6. PT. Perkebunan Nusantara III dan PT. Perkebunan Nusantara IV. Terima kasih atas izin dan bantuan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Keluarga tercinta. Ummi, Hj. Suciati, Buya, H. Ihsanuddin, BA., dan adik Dinda Suci Sari Dewi. Penulis sangat bersyukur bisa berada dalam keluarga kecil yang berbahagia dan penuh kasih sayang ini.

8. Para sahabat dan teman yang menjadi keluarga kedua penulis. Mina Taniya, Erlyani Fachrosi, Mutia Maulidya, Sari Amanda, Nana Palsafah, Rahma Hayati, Nisha Yunica, Ajeng Eka Pratiwi, Rizki Febrianti, Dean Mayrisa, Fiqih hazriah, Husna astria, Dela Sari Harahap, Mirnawati, Jefri Sani, Alwi Kurnia, dan orang-orang yang dekat dengan penulis. Terima kasih atas bantuan, dukungan, dorongan, kebersamaan, dan segala suka duka yang telah terlewati selama ini. Saya sayang kalian.

9. Keluarga besar stambuk 2008. Sangat senang dan bersyukur menjadi bagian dari keluarga besar ini.

10.Seluruh pihak yang terlibat dengan penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini, yang namanya mungkin tidak sengaja terlewatkan oleh penulis, penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna, oleh karena itu penulis sangat terbuka atas kritik dan saran untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi di kemudian hari. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi berbagai pihak.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Kesiapan Pensiun ... 9

1. Pengertian Kesiapan Pensiun ... 9

2. Aspek-Aspek Kesiapan Pensiun ... 11

3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesiapan Pensiun .. 13

4. Tahapan Persiapan Masa Pensiun ... 15

5. Fase-Fase Pensiun ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 18

B. Definisi Operasional Variabel ... 18

C. Responden Penelitian ... 19

D. Metode Pengumpulan Data ... 19

1. Rancangan Alat Ukur ... 21

E. Validitas dan Reliabilitas ... 22

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 23

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 24

H. Metode Analisis Data ... 26

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Analisa Data ... 28

1. Gambaran Responden Penelitian ... 28


(9)

B. Pembahasan ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 38

1. Saran Metodologis ... 38

2. Saran Praktis ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Distribusi aitem Skala Kesiapan Pensiun sebelum uji

coba

21

Tabel 2 Hasil uji reliabilitas 23

Tabel 3 Distribusi aitem Skala Kesiapan Pensiun setelah uji coba 24

Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin 28

Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan divisi di perusahaan 29

Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan 30

Tabel 7 Hasil uji normalitas 30

Tabel 8 Statistik deskriptif data penelitian 31

Tabel 9 Perbandingan data hipotetik dengan data empirik 32

Tabel 10 Kriteria pengkategorisasian skor 32

Tabel 11 Kategorisasi data hasil penelitian 32

Tabel 12 Perbandingan data hipotetik dan empirik aspek fisik 33

Tabel 13 Kategorisasi berdasarkan aspek fisik 33

Tabel 14 Perbandingan data hipotetik dan empirik aspek finansial 34

Tabel 15 Kategorisasi berdasarkan aspek finansial 34

Tabel 16 Perbandingan data hipotetik dan empirik aspek mental dan emosional

34


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rancangan Alat Ukur Skala Kesiapan Pensiun 44

Lampiran 2. Hasil Uji Reliabilitas Dan Daya Beda Aitem Skala Kesiapan Pensiun

47

Lampiran 3. Skala Kesiapan Pensiun 49


(12)

Kesiapan Pensiun Karyawan Pelaksana PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan

Dini Atika Rahmi dan Ferry Novliadi

ABSTRAK

Individu yang bekerja sebagai karyawan di suatu instansi/perusahaan memiliki batas usia tertentu, hingga akan tiba waktunya ia harus pensiun. Batas usia pensiun di Indonesia berkisar antara 55 – 60 tahun, dimana pada rentang usia tersebut berada pada tahap perkembangan dewasa menengah dan dalam tugas perkembangannya tidak disebutkan untuk menghadapi masa pensiun. Peralihan kondisi dari seorang karyawan menjadi pensiunan adalah masa transisi yang rentan menimbulkan stress. Oleh karena itu diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang untuk menghadapinya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif, dan bertujuan untuk melihat tingkat kesiapan pensiun dalam diri karyawan yang sudah mendekati masa pensiun. Dalam penelitian ini terdapat tiga aspek yang diukur yakni; kesiapan finansial, fisik, dan mental emosional. Responden penelitian adalah seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Medan yang berusia 50-55 tahun.

Hasil penelitian ini menunjukkan secara umum kesiapan pensiun karyawan berada di kategori Tinggi. Dilihat dari tiap aspek, kesiapan pensiun dalam aspek kesiapan fisik dan finansial berada pada kategori Tinggi, sedangkan aspek kesiapan mental dan emosional berada di kategori Sedang. Dari hasil penelitian ini diharapkan agar bisa menjadi saran untuk perusahaan untuk membuat program kesiapan pensiun yang berfokus pada kesiapan mental para karyawan untuk menghadapi pensiun, dan untuk karyawan agar lebih mempersiapkan diri menjelang datangnya pensiun.


(13)

Employee’s Retirement Readiness of PT. Perkebunan Nusantara III Head Office

Medan

Dini Atika Rahmi and Ferry Novliadi

ABSTRACT

A person who works as an employee in a company has an age-limit until at certain time s/he has to retire. In Indonesia, the retirement age is about 50 to 60 years old, which in developmental stage it is at middle adulthood, and based on developmental task the employee doesn’t have to prepare for retirement yet. The transition from an employee to a retired-person is susceptible to lead to stress. Therefore, a good preparation and planning is very crucial.

This study used a quantitative-descriptive, and aimed to find out the level of retirement readiness of the employee who will retire few years later. There are three aspects that were measured; financial readiness, physical, and mental-emotional. The respondents were all employee of PT. Perkebunan Nusantara III Head Office Medan who 50-55 years old.

The result showed that generally the retirement readiness of the employee was High. Furthermore to each aspect, financial and physical aspects were also High, and mental-emotional aspect was Middle. The result of this study is expected to be an input and suggestion for the company to make a retirement readiness program that concern about the mental condition of the employee, and for the employee to prepare themselves to face the retirement.

Keywords : Retirement, Employee


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bekerja merupakan salah satu usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun kebutuhan manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow meliputi kebutuhan fisiologis, rasa aman, memiliki-dimiliki dan kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri. Kelima kebutuhan tersebut bersifat hierarkis. Pilihan pekerjaan yang dilakukan manusia sangat beraneka ragam, dan pekerjaan yang dipilih merupakan salah satu alat pemenuh kebutuhan dalam tingkat yang berbeda. Misalnya, ada seseorang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, ada juga yang memilih suatu pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Menurut Lemme (1995), bekerja atau pekerjaan memberikan pemenuhan kebutuhan, seperti kebutuhan material, harga diri, penerimaan sosial, status sosial dan penghormatan dari orang lain, kontak sosial, kedewasaan, dan sumber dari tantangan, kemandirian, kepuasan, kesenangan, makna hidup, dan sebagainya.

Namun manusia memiliki keterbatasan sehingga tidak selamanya bisa bekerja. Semakin bertambahnya usia manusia akan mengalami penurunan kemampuan khususnya dalam fungsi fisiologis sehingga tidak lagi mampu melakukan pekerjaannya sebaik saat masih muda, hingga diharuskan untuk berhenti bekerja. Tidak seperti individu yang memilih bekerja dengan berwirausaha yang mengatur sendiri pekerjaannya, individu yang bekerja di perusahaan berada dalam kondisi sebaliknya, yakni diatur dalam bekerja,


(15)

memiliki jam kerja, masa kerja, dan batasan usia tertentu. Saat pekerja tersebut memasuki batas usia yang telah ditetapkan untuk tidak bekerja lagi, maka ia harus meninggalkan pekerjaannya. Secara awam hal ini dikenal dengan istilah pensiun (Tarigan, 2009).

Pekerjaan memberikan individu identitas diri, kegiatan rutin dan teratur, dan rasa keterlibatan dalam suatu usaha bersama. Namun pensiun dipandang sebagai sesuatu yang mengurangi hal-hal tersebut, bahkan bisa sampai mengancam kesejahteraan psikologis individu (Newman, 2006). Pensiun juga biasanya menimbulkan kecemasan tersendiri dalam diri pekerja. Ketika menghadapi pensiun, setiap orang merasakan tekanan batin yang mengimpit (Sutarto, 2008). Lemme (1995) mengemukakan Teori Krisis yang menyebutkan bahwa terdapat pandangan tradisional tentang pensiun, dimana pensiun dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang dapat menimbulkan ancaman terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Teori ini memandang bahwa kehilangan pekerjaan dan peran akan mengarahkan individu kepada harga diri dan status yang rendah, penolakan, isolasi, dan mengurangi kepuasan hidup.

Di Indonesia, kebijakan yang mengatur tentang batas usia pensiun bagi karyawan adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I Nomor: PER.02/MEN/1993 Tentang Usia Pensiun Normal Dan Batas Usia Pensiun Maksimum Bagi Peserta Peraturan Dana Pensiun. Disebutkan dalam Pasal 2 ayat (i) Usia pensiun normal bagi peserta ditetapkan 55 (lima puluh lima) tahun. Dan ayat (ii) Dalam hal pekerja tetap dipekerjakan oleh Pengusaha setelah mencapai usia 55 (lima puluh lima tahun), maka batas usia pensiun maksimum ditetapkan 60 (enam puluh)


(16)

tahun. Berdasarkan Peraturan Menteri tersebut dapat disimpulkan bahwa usia pensiun pekerja di Indonesia berkisar antara 55 – 60 tahun. Namun kebijakan mengenai batas usia pensiun pekerja ini dapat disesuaikan oleh masing-masing perusahaan dengan kondisi di dalam perusahaan itu sendiri. Ini berarti perusahaan memiliki kewenangan untuk mengatur batas usia pensiun pekerjanya sendiri, yang biasanya disepakati bersama dengan serikat pekerja perusahaan itu, dan dicantumkan di dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara perusahaan dan serikat pekerja di perusahaan itu.

Mengacu pada Peraturan Menteri mengenai batas usia pensiun pekerja yang telah disebutkan sebelumnya, maka usia pensiun pekerja di Indonesia berada pada tahapan perkembangan dewasa menengah, dimana menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2009) usia dewasa menengah adalah antara 40 – 65 tahun. Havighurst (dalam Papalia dkk., 2009) menyebutkan tugas perkembangan dalam masa dewasa menengah ini secara garis besar adalah: 1) melakukan penerimaan akan dan penyesuaian dengan berbagai perubahan fisik yang normal terjadi, 2) mengembangkan minat pada waktu luang yang berorientasi pada kedewasaan dan keluarga, 3) pemantapan dan pemeliharaan standar hidup yang relatif mapan, 4) menyesuaikan diri dengan orang tua yang lanjut usia, dan membantu anak remaja untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia. Dari paparan tersebut tidak ditemukan tugas perkembangan untuk menghadapi masa pensiun. Dengan kata lain, individu dalam usia dewasa menengah harusnya belum menghadapi masa pensiun. Meskipun kekuatan fisik pada masa ini mulai menurun, namun pada masa inilah seseorang mulai mencapai prestasi puncak baik


(17)

itu dalam bidang karir, pendidikan, hubungan interpersonal, dan mulai dipandang sebagai seorang yang bijaksana. Pekerja yang lebih tua dapat menolong perusahaan agar menjadi lebih produktif dengan memberikan keahlian dan pengalaman mereka (Hoyer & Roodin, 2009). Menurut Papalia dkk. (2009) karyawan yang lebih tua sering lebih produktif daripada karyawan yang lebih muda. Faktor kuncinya adalah pengalaman, dimana karyawan yang lebih tua menunjukkan performa kerja yang lebih baik, dimungkinkan karena mereka telah melakukan pekerjaan tersebut dalam waktu yang lama. Kondisi ini menurut Erikson (dalam Lemme, 1995) menunjukkan ciri Generativity dalam tahap perkembangan psikososial, dimana individu lebih fokus untuk memberi kontribusi–dalam hal ini kepada pekerjaan dan perusahaan–daripada memikirkan imbalan yang mungkin didapat.

Pensiun dapat menjadi salah satu sumber stress dalam hidup individu (Lemme, 1995). Dapat dipahami bahwa pada masa ini adalah masa transisi yang penuh tantangan, terlebih bagi pensiunan yang masih harus membiayai anak-anak mereka. Kondisi ini berarti mereka membutuhkan biaya yang tidak sedikit, padahal dengan status pensiun pemasukan keuangan menjadi berkurang.

Salah satu kunci sukses dalam menjalani masa pensiun adalah persiapan yang matang saat menjelang masa pensiun itu sendiri. Individu yang melakukan persiapan sebelum pensiun cenderung lebih sukses dalam beradaptasi terhadap kehidupan purna karyanya daripada yang tidak (Cavanaugh, 2006). Perencanaan yang matang sebelum pensiun adalah suatu hal yang penting, karena pensiun dapat menghilangkan dua keuntungan dari bekerja–penghasilan dan status–dan


(18)

dapat mengubah banyak aspek lain dalam hidup, seperti transisi dalam kehidupan lain, pensiun juga sering menyebabkan stress (Berk, 2007). Perencanaan sebelum pensiun dapat meningkatkan kesuksesan penyesuaian keadaan saat masa pensiun tersebut datang (Lemme, 1995).

PT. Perkebunan Nusantara III memiliki visi “Menjadi perusahaan agribisinis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis

terbaik.” merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sedang menuju cakupan internasional, tempat bagi banyak individu menyandarkan hidupnya dengan bekerja dan mengabdi pada perusahaan (http://www.ptpn3.co.id). Karyawan merupakan komponen yang sangat penting dalam berjalannya perusahaan. Untuk itu kesejahteraan karyawan sangat perlu diperhatikan. Pentingnya memperhatikan kesejahteraan karyawan tidak hanya pada saat ia dalam masa aktif bekerja saja, tetapi kesejahteraan karyawan yang akan maupun sudah pensiun juga tidak kalah penting. Mengingat pengabdian dan dedikasi yang telah diberikan karyawan kepada perusahaan dalam jangka waktu yang tidak sebentar, maka karyawan pantas mendapatkan kesejahteraan di masa purna karyanya.

PT. Perkebunan Nusantara III telah menyadari pentingnya memperhatikan kesejahteraan karyawan yang akan pensiun. Maka dari itu PTPN III telah membuat suatu program kesiapan Pensiun dalam bentuk pelatihan untuk karyawan yang akan pensiun. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang karyawan di bagian Sumber Daya Manusia (SDM), pelatihan kesiapan pensiun telah dilaksanakan pada tahun 2010, dan ditujukan untuk karyawan pelaksana.


(19)

Pelatihan diikuti oleh 85 orang karyawan pelaksana yang setahun lagi akan memasuki masa pensiun dari seluruh kebun unit PTPN III. Dalam pelatihan tersebut karyawan yang akan pensiun dibekali wawasan kewirausahaan.

Pelatihan kesiapan pensiun belum pernah dilaksanakan lagi sejak tahun 2010 lalu, dan pelatihan yang telah dilaksanakan tersebut tidak ada program

follow-up nya. Pada tahun 2012 ini sebenarnya perusahaan telah memiliki rencana untuk melaksanakan pelatihan kesiapan pensiun untuk karyawan pimpinan, namun masih tertunda realisasinya hingga direncanakan akan dapat terealisasi pada awal tahun 2013. Sedangkan untuk karyawan pelaksana, pelatihan kesiapan pensiun belum dibuat programnya kembali. Di Kantor Direksi Medan karyawan pelaksana yang sudah mendekati masa pensiun berjumlah sekitar 16 %. Dari pemaparan di atas peneliti ingin melakukan penelitian dan ingin melihat secara luas tentang gambaran umum tingkat kesiapan pensiun karyawan PT. Perkebunan Nusantara III di Kantor Direksi Medan.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana kesiapan pensiun dalam diri karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan di saat menjelang pensiun?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat tingkat kesiapan pensiun secara umum dan secara spesifik aspek-aspek kesiapan pensiun dalam diri karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan.


(20)

D. MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu Psikologi, khususnya pada bidang Psikologi Industri dan Organisasi dalam hal kesiapan pensiun karyawan di suatu perusahaan / organisasi.

b. Manfaat Praktis i. Untuk peneliti lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk peneliti lain yang penelitiannya berkaitan dengan kesiapan pensiun pada karyawan. ii. Untuk perusahaan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi usulan/saran kepada perusahaan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan psikologis karyawan yang akan pensiun.

iii. Untuk karyawan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan untuk karyawan yang akan pensiun, agar meningkatkan kesadaran akan persiapan pensiun.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I : Pendahuluan berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.


(21)

Bab II : Landasan teori berisi teori dan hasil penelitian yang digunakan untuk menjadi landasan penelitian

Bab III : Metode penelitian berisi identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian, metode penentuan sampel, alat ukur yang akan digunakan, prosedur pelaksanaan penelitian, serta metode analisa data yang akan digunakan.

Bab IV : Gambaran subjek penelitian, hasil utama penelitian, hasil tambahan penelitian, dan pembahasan.


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KESIAPAN PENSIUN 1.Pengertian Kesiapan Pensiun

Pensiun adalah sebuah konsep sosial yang memiliki beragam pengertian (Newman, 2006). Sebenarnya pensiun sulit untuk didefinisikan (Cavanaugh, 2006). Pensiun tidak hanya sekedar berhenti bekerja karena usia. Sebagai sebuah istilah, pensiun kurang lebih bermakna purnabakti, tugas selesai, atau berhenti (Sutarto, 2008). Parnes dan Nessel (dalam Corsini, 1987) mengatakan bahwa pensiun adalah suatu kondisi dimana seorang individu berhenti bekerja dari suatu pekerjaan yang biasa dilakukan. Menurut Floyd, dkk (dalam Newman, 2006) pensiun juga mengacu kepada transisi psikologis, suatu perubahan yang terprediksi dan normatif yang melibatkan persiapan, pengertian kembali tentang peran dan peran perilaku, serta penyesuaian psikologis dari seorang pekerja yang dibayar menjadi melakukan aktivitas yang lain.

Kondisi ini mengakibatkan transisi peran dari seorang pekerja menjadi seorang pensiunan yang tidak bekerja lagi. Masa-masa ini cukup kritis dalam perjalanan hidup seseorang, dan memengaruhi kesejahteraan hidupnya kelak.

Pandangan lain berpendapat bahwa pensiun bukanlah hanya sekedar mengenai berhenti bekerja yang disebabkan oleh faktor usia, namun pensiun adalah suatu fase dalam hidup manusia yang harus dilalui oleh semua individu. Pandangan ini lebih menekankan aspek psikologis individu, dari seorang yang bekerja kepada orang lain (instansi/perusahaan) menjadi pekerja yang mandiri.


(23)

Pola pikir yang positif seperti ini penting untuk ditanam dan dikembangkan agar pensiun tidak lagi dianggap sebagai ancaman dalam hidup, melainkan peluang besar yang harus dioptimalkan, sehingga individu bisa memandang dan menerima masa pensiun dengan lebih baik. Sutarto dan Ismulcokro (2008) menyatakan, sebaiknya membangun dan menciptakan perspektif dan persepsi yang indah dan bahagia terlebih dahulu, barulah membuat rencana-rencana untuk kehidupan di masa pensiun.

Salah satu elemen kunci untuk bisa menjalani masa pensiun dengan sukses adalah persiapan. Orang yang telah membuat persiapan untuk masa pensiunnya cenderung lebih sukses beradaptasi pada perubahan dalam hidupnya (Lo & Brown, 1999; Sterns & Gray, 1999, dalam Cavanaugh, 2006). Menurut Lemme (1995), salah satu komponen penting dalam kesuksesan menjalani masa pensiun adalah menjaga agar pensiunan tetap beraktivitas. Higginbottom (dalam Lemme, 1995) menyebutkan bahwa menggunakan waktu secara konstruktif, membuat kegiatan yang memiliki tujuan yang jelas, dan menjaga hubungan interpersonal adalah hal yang utama dalam kepuasan pensiun. Berk (2007) menyatakan bahwa merencanakan suatu kehidupan yang aktif memberi dampak yang lebih besar dalam kebahagiaan di masa pensiun dibandingkan dengan persiapan finansial.

Sebuah Bank yang menyediakan jasa asuransi kesejahteraan hari tua (SunTrust Bank Amerika) mendefinisikan kesiapan pensiun adalah suatu kondisi yang menunjukkan apakah pekerja memiliki uang yang cukup di masa pensiunnya (nanti) untuk menikmati standar hidup yang seperti yang ia jalani saat sebelum pensiun.


(24)

Tarigan (2009) menyatakan bahwa pada dasarnya kesadaran para karyawan untuk siap pensiun masih sangat rendah sehingga persiapan dana pensiun belum dianggap penting bagi sebagian besar karyawan. Jika mereka memiliki dana pensiun, itu pun hanya mereka harapkan dana dari perusahaan tempat mereka bekerja. Sutarto dan Ismulcokro (2008) menambahkan, bahwa dalam persiapan dan kesiapan pensiun intinya adalah persiapan dan kesiapan fisik, finansial, dan mental-emosional sejak awal.

Dalam penelitian ini akan digunakan pengertian kesiapan pensiun yaitu sejauh mana tingkat kesiapan pensiun karyawan secara umum, dan lebih spesifik dalam aspek fisik, finansial, dan mental.

2.Aspek-Aspek Kesiapan Pensiun

Sutanto dan IsmulCokro (2008) mengemukakan beberapa aspek persiapan dan kesiapan yang merupakan kebutuhan utama untuk mempersiapkan masa pensiun, yaitu : kesiapan materi finanasial, kesiapan fisik, kesiapan mental dan emosi, dan kesiapan seluruh keluarga.

1) Kesiapan materi finansial.

Berupa ketersediaan sejumlah bekal pendukung berupa tabungan, asuransi, simpanan asset, dan kegiatan usaha. Biasanya perusahaan menyediakan program tabungan pensiun untuk pekerjanya. Salah satu contoh program yang memfasilitasi pekerja untuk mempersipkan materi finansial adalah Dapenbun (Dana Pensiun Perkebunan), yang dipakai oleh PT. Perkebunan Nusantara III.


(25)

2) Kesiapan fisik.

Semakin bertambahnya usia kemampuan fisik semakin menurun. Agar bisa terus sehat di masa tua, maka harus dilakukan pemeliharaan kesehatan semenjak masih berada di usia muda dengan menjalankan pola hidup sehat. 3) Kesiapan mental dan emosi.

Berupa kekuatan dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Kehilangan pekerjaan, perubahan status, dan kehilangan kemampuan tentunya terasa cukup menyakitkan. Hal ini tidak dapat diatasi dengan limpahan materi. Perlu tenggang waktu untuk meredam tekanan batin dan mengendalikan emosi, karena di saat-saat seperti ini adalah saat yang sangant sensitif bagi pensiunan.

4) Kesiapan seluruh keluarga.

Seluruh anggota keluarga turut perlu mempersiapkan diri agar dapat menyesuaikan gaya hidup ketika seorang kepala keluarga pensiun.

Richards (2010) mengemukakan suatu inventori untuk mengukur kesiapan pensiun pekerja. Inventori ini terdiri dari aspek-aspek yang menyusun konsep kesiapan pensiun dalam bentuk tugas-tugas (tasks). Tugas-tugas ini yang menjadi indikator kesiapan pensiun. Tugas-tugas tersebut adalah :

1) Tugas yang terkait pendapatan dan kegiatan bermanfaat. Melakukan aktivitas yang menghasilkan uang dan melakukan aktivitas yang bermanfaat. Hal ini meliputi kemampuan menilai apakah pada saat pensiun mampu hidup dengan kondisi finansial yang layak, mengevaluasi dampak perubahan ekonomi saat


(26)

pensiun, investasi, dan menentukan penggunaan bantuan pensiun (pesangon) baik dari perusahaan maupun pemerintah.

2) Tugas terkait pekerjaan. Tugas ini terkait memutuskan apakah akan bekerja paruh waktu setelah pensiun, atau sepenuhnya berhenti bekerja.

3) Tugas melakukan aktivitas yang menyenangkan, misalnya melakukan hobi di waktu-waktu senggang saat menjalani masa pensiun.

4) Tugas melakukan hubungan dengan orang lain (sosial). Menentukan kegiatan-kegiatan yang menghubungkan individu dengan orang lain dan dunia sosial di sekitarnya.

5) Tugas mempersiapkan pensiun. Meliputi menentukan apa saja yang diperlukan untuk menjalani pensiun yang menyenangkan, memuaskan, mengidentifikasi rencana alternatif.

3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesiapan Pensiun

Ada pekerja yang telah memasuki batas usia untuk pensiun namun memilih untuk tetap bekerja (tidak ingin pensiun) walaupun di perusahaan yang berbeda dengan perusahaan tempat sebelumnya ia bekerja. Hoyer & Roodin (2009) mengemukakan faktor-faktor yang memengaruhi kesiapan pensiun pekerja (di Amerika) hingga memilih untuk tetap bekerja. Faktor-faktor tersebut adalah : 1) Kurangnya tabungan sehingga tidak mencukupi kebutuhan hidupnya dengan

layak jika ia pensiun.

2) Harapan hidup yang semakin tinggi membuat mereka berpikir lebih membutuhkan sumber finansial.


(27)

4) Terlambat membuat persiapan keuangan.

5) Inflasi membuat uang yang mereka tabung selama ini berkurang nilainya. Beberapa penelitian lain yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan pensiun, di antaranya adalah sebagai berikut::

1) Kecerdasan emosional. Terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kecemasan menghadapi pensiun, yang mana didapatkan hasil semakin tinggi kecerdasan emosional maka akan semakin rendah kecemasan menghadapi pensiun (Risbi, 2012). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karyawan yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi memiliki kecemasan yang lebih rendah, yang berarti pula memiliki kesiapan pensiun aspek mental tinggi.

2) Dukungan keluarga dan religiusitas. Terdapat hubungan positif antara dukungan keluarga dan religiusitas dengan kesiapan menghadapi masa pensiun (Larasati, 2011). Hal ini berarti karyawan yang mendapat dukungan dari keluarga dan memiliki religiusitas yang tinggi akan lebih siap menghadapi masa pensiun.

3) Usaha/penghasilan sampingan. Terdapat perbedaan kesiapan pensiun yang signifikan antara karyawan yang memiliki usaha/penghasilan sampingan dengan yang tidak, dimana karyawan yang memiliki usaha/penghasilan sampingan memiliki kesiapan pensiun yang lebih tinggi dari pada yang tidak (Ratnasari, 2011).

4) Locus of control. Karyawan yang memiliki locus of control external memiliki kesiapan pensiun yang lebih tinggi daripada karyawan dengan locus of control internal (Fitriani, 2010).


(28)

4. Tahapan Persiapan Masa Pensiun

Thompson (1977) dalam Craig (1984) menyatakan bahwa persiapan pensiun terdiri dari tiga bagian :

a. Pengurangan

Suatu awal melepaskan atau berangsur-angsur mengurangi tanggung jawab pekerjaan untuk menghindarkan penurunan tiba-tiba dalam aktivitas di masa pensiun. Dengan berkurangnya kemampuan beberapa fungsi fisik mengharuskan pensiunan melakukan pengurangan aktivitas bekerja.

b. Program pensiun

Program pensiun berupa berhenti dari bekerja untuk memulai kehidupan baru sebagai seorang pensiunan.

c. Kehidupan di masa pensiun

Suatu usaha mengatasi mengenai berhentinya dari bekerja dan pikiran mengenai apa yang akan dikehendaki untuk hidup sebagai seorang pensiunan. Mempersiapkan aktivitas yang memungkinkan untuk menikmati masa pensiun dengan menggunakan waktu luang yang ada.

5. Fase-Fase Pensiun

Atchly (1983) dalam Hoyer & Roodin (2009) mengemukakan suatu model mengenai fase-fase masa pensiun. Terdapat tujuh fase masa pensiun :

a. Remote

Pada fase ini sebagian besar pekerja secara kasat mata tidak menampakkan tanda-tanda melakukan persiapan pensiun. Namun seiring waktu yang


(29)

semakin dekat dengan tibanya masa pensiun, mereka sering melakukan penolakan (denial) bahwa sudah dekat masa untuk berhenti bekerja.

b. Near

Pada fase ini pekerja mencapai tahap dimana mereka sudah mau mengikuti program perencanaan menjelang pensiun. Program perencanaan menjelang pensiun membantu pekerja dalam bertransisi dari masa bekerja ke masa berhenti bekerja.

c. Honeymoon

Fase ini terjadi setelah pekerja memasuki masa pensiun. Pada tahap ini pensiunan merasakan masa pensiun sebagai suatu masa yang menyenangkan, mendapatkan kebebasan untuk mengisi waktunya dengan hal-hal yang digemari. Fase ini juga biasanya membentuk suatu aktifitas kebiasaan rutin. Jika rutinitasnya memuaskan, penyesuaian terhadap masa pensiun akan berhasil.

d. Disenchantment

Tidak semua pensiunan melewati tahap ini. Hanya mereka yang tidak mempersiapkan diri yang biasanya mengalami tahap ini. Setelah melewati fase

honeymoon kehidupan mulai terasa membosankan. Bayangan kehidupan di masa pensiun tidak seperti kenyataannya. Pada tahap ini banyak pensiunan yang mengalami kekecewaan hidup, depressi, post power syndrome dan merasa tidak punya apa-apa lagi ditambah dengan lingkungan sosial yang dirasa asing karena tinggal di rumah baru setelah pension.


(30)

e. Reorientation

Pada fase ini pensiunan mulai mengadakan kaji ulang (reorientasi) dan melakukan penyesuaian diri terhadap kehidupan yang baru. Sangat dibutuhkan bantuan dari keluarga dan lingkungan sekitar dalam melewati fase ini.

f. Stability.

Pada fase ini, pensiunan mulai menyadari bahwa ia harus dapat menyesuaikan dirinya dengan gaya hidup dan peran-peran yang baru. Pensiunan akan melakukan rutinitas kegiatan yang baru.

g. Termination.

Tahap ini ditandai dengan semakin bertambahnya umur, kondisi fisik yang semakin lemah. Kegiatan rutin dalam tahap stabilitas berkurang yang berangsur-angsur lepas.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan penelitian yakni untuk melihat gambaran kesiapan pensiun dalam diri karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan, maka metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Jenis penelitian ini tidak mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel, dan tidak melakukan pengujian hipotesis. Hasil penelitiannya berupa deskripsi mengenai variabel-variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, angka rata-rata atau kualifikasi lainnya untuk setiap kategori di suatu variabel. Dalam pengolahan dan analisis data menggunakan pengolahan statistik yang bersifat deskriptif (Suryabrata, 2009).

A. IDENTIFIKASI VARIABEL

Penelitian ini menggunakan satu variabel tunggal yaitu “kesiapan pensiun”.

B. DEFINISI OPERASIONAL

Kesiapan pensiun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejauh mana tingkat kesiapan pensiun karyawan secara umum, dan lebih spesifik dalam aspek fisik, finansial, dan mental.

Data kondisi kesiapan pensiun ini akan diperoleh melalui skala kesiapan pensiun yang disusun berdasarkan aspek kesiapan pensiun oleh Sutarto dan IsmulCokro (2008).


(32)

C. RESPONDEN PENELITIAN

Dalam suatu penelitian masalah populasi dan sampel yang dipakai merupakan satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama. Sampel adalah sebagian dari polulasi yang dikenakan dalam penelitian (Hadi, 2000).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah karyawan pelaksana PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan yang sudah mendekati masa pensiun, berusia 50 – 55 tahun. Rentang usia diambil berdasarkan pertimbangan dimana usia pensiun di PT. Perkebunan Nusantara III adalah maksimal 56 tahun, dengan Masa Bebas Tugas (MBT) selama 6 bulan sebelum pensiun (Sumber: Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Direksi PT. Perkebunan Nusantara III dengan Serikat Pekerja Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara III). Keseluruhan populasi akan menjadi responden dalam penelitian ini.

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam usaha mengumpulkan data penelitian diperlukan suatu metode. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengambilan data dengan skala atau disebut dengan Metode skala.

Metode skala adalah suatu metode pengumpulan data penelitian yang merupakan suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek secara tertulis (Hadi, 2000). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi yang merupakan alat ukur aspek afektif yang dapat menggambarkan kepribadian dan perilaku individu. Skala sikap berisi pernyataan-pernyataan sikap, yaitu suatu pernyataan mengenai objek sikap (Azwar, 2004).


(33)

Metode skala dipilih sebagai metode pengumpulan data dalam penelitian ini karena memiliki kelebihan-kelebihan menurut Hadi (2000) sebagai berikut :

a. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri b. Perkataan subjek adalah benar dan dapat dipercaya

c. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Azwar (2004) menyatakan bahwa metode skala memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut :

a. Pernyataan disusun untuk memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang tidak disadari.

b. Digunakan untuk mengungkap suatu atribut tunggal (undimensional) c. Subjek tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan

kesimpulan yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan.

Alat ukur berupa skala yang akan digunakan adalah Skala Kesiapan Pensiun, yang akan disusun berdasarkan aspek-aspek kesiapan pensiun yang dikemukakan oleh Sutarto dan IsmulCokro (2008), yaitu aspek kesiapan materi finanasial, fisik, mental dan emosi, dan kesiapan seluruh keluarga. Dari keempat aspek tersebut hanya akan diambil tiga aspek saja yakni kesiapan materi finansial, fisik, serta mental dan emosi saja yang akan diukur. Hal ini karena ketiga aspek tersebut yang melekat secara langsung dalam diri responden, sedangkan aspek keempat yaitu kesiapan seluruh keluarga terdapat dalam diri anggota keluarga responden, atau dengan kata lain tidak dalam diri responden. Dari ketiga aspek


(34)

tersebut peneliti membuat indikator perilaku, dan kemudian membuat aitem-aitem berdasarkan indikator perilaku dari ketiga aspek tersebut.

Aitem dibuat dalam dua jenis, yaitu favorable dan unfavorable. Akan terdapat lima kriteria respon jawaban, yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, netral, sesuai, dan sangat sesuai. Untuk aitem favorable, respon sangat tidak sesuai mendapat skor 1, tidak sesuai mendapat skor 2, netral mendapat skor 3, sesuai mendapat skor 4, dan sangat sesuai mendapat skor 5. Sebaliknya, untuk aitem unfavorable respon jawaban sangat tidak sesuai mendapat skor 5, tidak sesuai mendapat skor 4, netral mendapat skor 3, sesuai mendapat skor 2, dan sangat sesuai mendapat skor 1.

1. Rancangan Alat Ukur

Skala kesiapan pensiun mengukur tiga aspek. Aspek kesiapan finansial terdapat 12 aitem, kesiapan fisik terdapat 11 aitem, kesiapan mental dan emosi terdapat 12 aitem. Total keseluruhan 35 aitem.

Tabel 1. Distribusi aitem-aitem skala kesiapan pensiun sebelum uji coba

No. Aspek Nomor aitem Jumlah aitem

1. Kesiapan materi finansial

A6, A8, B9, C5, D1, D4, D8, A3, B1, B3, C2, C9

12

2. Kesiapan fisik A2, B2, B7, B10, C1, C6,

C8, D5, D9, A7, D2

11 3. Kesiapan mental dan

emosi

A5, A10, C7, C10, D3, A1, B4, B6, B8, C4, D6, D10

12

Total 35

Rancangan alat ukur yakni Skala Kesiapan Pensiun lengkapnya tercantum di Lampiran.


(35)

E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Akurasi dan kecermatan data hasil pengukuran tergantung pada validitas dan reliabilitas alat ukurnya (Azwar, 2004).

Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur tersebut betul-betul mengukur apa yang hendak diukur (Azwar, 2004). Alat ukur dapat dikatakan memiliki validitas tinggi apabila alat ukur tersebut dapat memberikan hasil yang sesuai dengan besar kecilnya gejala atau bagian yang diukur (Hadi, 2000). Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity), yaitu sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal, dilihat dari isinya benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur (Hadi, 2000). Validitas isi alat ukur yang digunakan diperoleh dari pendapat profesional (professional judgement) melalui proses telaah aitem-aitem dalam skala. Kemudian akan dilakukan uji validitas berdasarkan daya beda aitem-aitem dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment melalui analisa data dengan menggunakan SPSS version 17.0 forwindows.

Konsep dari alat ukur adalah mencari dan mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Reliabel dapat juga diartikan sebagai kepercayaan, kehandalan, keajegan, stabil, konsisten (Azwar, 2004). Dalam penelitian ini digunakan pendekatan reliabilitas konsistensi internal dimana skala psikologi hanya diberikan satu kali saja pada kelompok subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam skala psikologi itu sendiri (Azwar, 2010). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien alpha dari Cronbach pada program SPSS version 17.0 for Windows.


(36)

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Uji coba alat ukur Skala Kesiapan Pensiun diberikan kepada 80 orang responden, namun karena alasan pertimbangan kelengkapan data dan pengisian hanya 60 orang saja yang bisa dipakai untuk dilakukan analisis. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach untuk Skala Kesiapan Pensiun secara keseluruhan menunjunjukkan angka 0.772.

Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Skala Kesiapan Pensiun Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.772 35

Azwar (2010) mengemukakan bahwa aitem yang memiliki korelasi aitem-total lebih besar sama dengan 0.300 adalah aitem yang memiliki daya beda yang memuaskan. Setelah dilakukan seleksi aitem hanya 19 aitem saja yang memiliki skor korelasi aitem-total lebih besar dari 0.300, untuk aspek kesiapan fisik aitem yang terseleksi sebanyak 8 buah, kesiapan finansial 7 buah, kesiapan mental emosional 4 buah. Hasil uji reliabilitas selengkapnya tercantum di lampiran.

Terkhusus untuk aspek kesiapan mental emosional, aitem yang tersisa sangat sedikit sehingga dianggap kurang representatif untuk menggambarkan kondisi yang sebenarnya dalam diri responden. Untuk itu peneliti menurunkan batas kriteria skor korelasi aitem-total menjadi 0.25. Hal ini dilakukan dengan mengacu pada yang dikemukakan Azwar (2010) jika jumlah aitem yang lolos seleksi tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0.30 – menjadi 0.25 – misalnya, sehingga


(37)

jumlah aitem yang diinginkan tercapai. Namun menurunkan batas kriteria di bawah 0.20 sangat tidak disarankan. Dengan menurunkan kriteria korelasi aitem-total maka aitem yang lolos seleksi bertambah sebanyak 2 aitem untuk aspek kesiapan mental emosional. Sedangkan untuk opini, peneliti tetap menyertakan keseluruhan aitem yang berjumlah 5 buah. Dengan demikian, untuk mengambil data yang sebenarnya terdapat 26 aitem yang dimasukkan ke dalam skala yang akan dibagikan kepada responden.

Tabel 3.Distribusi aitem-aitem skala kesiapan pensiun setelah uji coba

No. Aspek Nomor aitem Jumlah aitem

1. Kesiapan materi finansial

A2, A6, A8, A11, A13, B1, B6,

7

2. Kesiapan fisik A1, A5, A7, B4,

B7, B10, B11, B13

8 3. Kesiapan mental dan

emosi

A3, A10, A12, B2, B9, B12,

6

Total 21

Skala Kesiapan Pensiun selengkapnya tercantum di Lampiran

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

1. Tahap Persiapan

a. Preliminary research

Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan preliminary research

dengan melakukan wawancara secara informal kepada beberapa karyawan di bagian Assessment Center PTPN III Medan. Dari wawancara tersebut didapat informasi mengenai isu yang sedang menjadi masalah di dalam perusahaan. Kemudian sampailah pada satu keputusan untuk mengangkat isu “Kesiapan Pensiun” untuk diteliti.


(38)

b. Permohonan izin

Setelah mendapat gambaran umum mengenai masalah yang ada di PT. Perkebunan Nusantara III peneliti kemudian mengajukan surat izin untuk melakukan penelitian di perusahaan secara resmi.

c. Mencari data pendukung

Tahapan selanjutnya adalah mencari data pendukung sebagai bukti untuk lebih menguatkan fenomena yang ada. Pengambilan data pendukung dilakukan dengan wawancara kepada bagian Sumber Daya Manusia (SDM) mengenai program-program apa saja yang diberikan perusahaan untuk membantu karyawan dalam mempersiapkan masa pensiunnya. Selain wawancara juga dilakukan pengambilan data berupa daftar nama-nama karyawan yang akan pensiun di seluruh PT. Perkebunan Nusantara III.

d. Membuat alat ukur

Peneliti membuat alat ukur berupa skala psikologi dengan metode analisis faktor berdasarkan teori-teori yang telah dijabarkan di bab sebelumnya.

e. Uji coba alat ukur

Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 1 sampai 16 Agustus 2012 dengan membagikan skala kepada sekelompok individu yang memiliki kriteria yang paling mendekati dengan kriteria sampel penelitian, di PT. Perkebunan Nusantara IV Medan dan PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Serdang 2 Sei Karang.


(39)

f. Revisi alat ukur

Setelah skala diujicobakan, maka dilakukan uji reliabilitas dan daya beda item, kemudian memilih item-item yang memiliki reliabilitas dan daya beda yang baik untuk disertakan dalam pengambilan data.

2. Tahap pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan di kantor PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan pada tanggal 3 – 7 September 2012 dengan membagikan skala kesiapan pensiun kepada responden penelitian.

3. Pengolahan data

Data yang telah diperoleh saat pelaksanaan penelitian kemudian diolah dengan menggunakan statistik deskriptif pada SPSS version 17.0 for windows.

H. METODE ANALISA DATA

Hadi (2000) menyatakan bahwa penelitian deskriptif menganalisa dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.

Data yang akan diperoleh yaitu skor minimum, skor maksimum, rata-rata dan standar deviasi. Hadi (2000) menyatakan bahwa uraian kesimpulan dalam penelitian deskriptif didasari oleh angka yang diolah tidak terlalu mendalam.

Sebelum melakukan pengolahan data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi, yakni uji asumsi normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian terdistribusi secara normal, yang dilakukan dengan


(40)

menggunakan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS version 17.0 for windows.


(41)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan analisa dan pembahasan data sesuai data yang diperoleh saat proses pengambilan data penelitian.

A. ANALISA DATA

1. Gambaran Responden Penelitian

Responden penelitian adalah karyawan dan karyawati PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan yang sudah mendekati masa pensiun, dengan rentang usia 50 - 55 tahun yang keseluruhannya berjumlah 105 orang. Namun pada proses pengambilan data, peneliti hanya mendapatkan data dari 81 orang. Kemudian dari 81 orang tersebut, hanya data dari 60 orang saja yang bisa dipakai untuk dilakukan analisis penelitian dengan alasan pertimbangan kelengkapan data dan pengisian. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diperoleh gambaran responden berdasarkan jenis kelamin, bagian (divisi) di perusahaan, dan tingkat pendidikan.

a. Gambaran responden penelitian berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan 60 orang responden, 47 orang (78.3 %) berjenis kelamin laki-laki dan 13 orang (21.7 %) berjenis kelamin perempuan.

Tabel 4. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Lakilaki 47 78.3 78.3 78.3

Perempuan 13 21.7 21.7 100.0


(42)

b. Gambaran responden penelitian berdasarkan bagian (divisi) di perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan memiliki 15 bagian (divisi) yang diberi kode mulai dari 3.00 sampai 3.15. Sebaran responden berdasarkan bagian dipaparkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Sebaran responden berdasarkan bagian (divisi) di perusahaan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 3.00 4 6.7 6.7 6.7

3.01 7 11.7 11.7 18.3

3.02 6 10.0 10.0 28.3

3.03 8 13.3 13.3 41.7

3.04 2 3.3 3.3 45.0

3.05 5 8.3 8.3 53.3

3.06 2 3.3 3.3 56.7

3.07 5 8.3 8.3 65.0

3.08 2 3.3 3.3 68.3

3.09 3 5.0 5.0 73.3

3.10 5 8.3 8.3 81.7

3.11 2 3.3 3.3 85.0

3.12 2 3.3 3.3 88.3

3.13 2 3.3 3.3 91.7

3.14 2 3.3 3.3 95.0

3.15 3 5.0 5.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

c. Gambaran responden penelitian berdasarkan tingkat pendidikan

Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dimulai dari rentang SD sampai S1. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan tercantum dalam Tabel 6.


(43)

Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S1 9 15.0 15.0 15.0

D3 5 8.3 8.3 23.3

SMA 44 73.3 73.3 96.7

SMP 1 1.7 1.7 98.3

SD 1 1.7 1.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

2. Hasil Penelitian

a. Hasil uji asumsi

i. Uji asumsi normalitas

Uji asumsi normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahuai apakah data penelitian tersebar secara normal. Pengujian menggunakan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS version 17.0 for windows.

Tabel 7. Hasil uji asumsi normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

uji normalitas

N 60

Normal Parametersa,,b Mean 82.1167

Std. Deviation 8.74709

Most Extreme Differences Absolute .079

Positive .079

Negative -.052

Kolmogorov-Smirnov Z .611

Asymp. Sig. (2-tailed) .849

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(44)

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebaran data dalam penelitian ini terdistribusi normal.

b. Hasil utama penelitian

Berdasarkan fase-fase pensiun yang dikemukakan oleh Atchly (1983) dalam Hoyer & Roodin (2009), responden penelitian dengan rentang usia 50 – 55 tahun berada pada fase yang berbeda, yakni fase remote (usia 50 – 52 tahun) dan fase near (53 – 55 tahun). Oleh karena itu dalam melihat hasil penelitian ini responden dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok A (fase near) berjumlah 27 orang, dan kelompok B (fase remote) berjumlah 33 orang.

Tabel 8. Statistik deskriptif data penelitian Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

A 27 63.00 95.00 81.3333 7.33799

B 33 63.00 103.00 82.7576 9.81717

Valid N (listwise) 27

Dapat dilihat pada Tabel 8 bahwa data penelitian bahwa kelompok A memiliki skor minimum 63.00, skor maksimum 95.00, mean 81.33, dan standar deviasi 7.34. Sedangkan kelompok B memiliki nilai skor minimum 63.00, skor maksimum 103.00, mean 82.76, dan standar deviasi 9.82.

Pengkategorisasian skor dapat diperoleh dengan menguji signifikansi perbedaan antara mean skor hipotetik dengan mean skor empirik, yakni membandingkan nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi antara skor hipotetik dengan skor yang diperoleh dari skala penelitian.


(45)

Tabel 9. Perbandingan data hipotetik dengan data empiric

N Hipotetik Kel Empirik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

60 21 105 63 14 A 63 95 81.33 7.34

B 63 103 82.76 9.82

Selanjutnya dapat dilakukan penggolongan skor dengan interpretasi tinggi, sedang, dan rendah, dengan rumusan :

Tabel 10. Kriteria pengkategorisasian skor

Variabel Kriteria kategorisasi Kategori

Kesiapan pensiun

X ≤ (µ-1.0σ)

X ≤ 49 Rendah

(µ-1.0σ) ≤ X < (µ+1.0σ)

49 ≤ X < 77 Sedang

(µ+1.0σ) ≤ X

77 ≤ X Tinggi

Kategorisasi dengan kriteria yang tercantum pada Tabel 10 menghasilkan kategorisasi responden penelitian sebagai berikut:

Tabel 11. Kategorisasi data hasil penelitian Variabel Kriteria

kategorisasi Kategori

N

Kel A Kel B

Kesiapan pensiun

X ≤ 49 Rendah 0 0

49 ≤ X < 77 Sedang 6 9

77 ≤ X Tinggi 21 24

Seperti yang telah tercantum pada Tabel 8, skor mean data empirik adalah 82.12, dan sesuai dengan kriteria kategorisasi yang tercantum pada Tabel 11 maka skor mean data empirik tersebuat berada pada kategori Tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kesiapan pensiun karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan adalah tinggi.


(46)

Penelitian ini juga memberikan hasil berupa gambaran kondisi kesiapan pensiun karyawan yang dilihat dari aspek-aspeknya, yakni aspek kesiapan fisik, finansial, dan mental emosional.

Dari aspek kesiapan fisik, gambaran perbandingan antara dara hipotetik dengan data empirik tercantum pada Tabel 12.

Tabel 12. Perbandingan data hipotetik dan empirik aspek kesiapan fisik

N Hipotetik Kel Empirik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

60 8 49 24 5.33 A 25 40 32.18 3.48

B 24 40 33.30 4.40

Kategorisasi responden berdasarkan aspek fisik dipaparkan dalam Tabel 13 berikut ini:

Tabel 13. Kategorisasi berdasarkan aspek kesiapan fisik Variabel Kriteria kategorisasi Kategori N

Kel A Kel B

Kesiapan pensiun

X ≤ 18.67 Rendah 0 0

18.67 ≤ X < 29.33 Sedang 5 5

29.33 ≤ X Tinggi 22 28

Seperti yang telah tercantum pada Tabel 12, skor mean data empirik adalah 32.80, dan sesuai dengan kriteria kategorisasi yang tercantum pada Tabel 13 maka skor mean data empirik tersebuat berada pada kategori Tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kesiapan pensiun karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan dalam aspek fisik adalah tinggi.

Untuk aspek kesiapan finansial, gambaran perbandingan antara data hipotetik dengan data empiris tercantum pada Tabel 14.


(47)

Tabel 14. Perbandingan data hipotetik dan empirik aspek kesiapan financial

N Hipotetik Kel Empirik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

60 7 35 21 4.67 A 22 35 27.96 2.95

B 22 35 28.18 3.45

Kategorisasi responden berdasarkan aspek finansial dipaparkan dalam Tabel 15.

Tabel 15. Kategorisasi berdasarkan aspek kesiapan financial Variabel Kriteria kategorisasi Kategori N

Kel A Kel B

Kesiapan pensiun

X ≤ 16.33 Rendah 0 0

16.33 ≤ X < 25.67 Sedang 5 8

25.67 ≤ X Tinggi 22 25

Seperti yang telah tercantum pada Tabel 14, skor mean data empirik adalah 28.08 dan sesuai dengan kriteria kategorisasi yang tercantum pada Tabel 15 maka skor mean data empirik tersebuat berada pada kategori Tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kesiapan pensiun karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan dalam aspek finansial adalah tinggi.

Aspek yang terakhir yakni kesiapan mental dan emosional, gambaran perbandingan antara dara hipotetik dengan data empiris tercantum pada Tabel 16.

Tabel 16. Perbandingan data hipotetik dan empirik aspek kesiapan mental dan emosional

N Hipotetik Kel Empirik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

60 6 30 18 4 A 12 27 21.18 3.19

B 15 30 21.27 3.56

Kategorisasi responden berdasarkan aspek mental dan emosional dipaparkan dalam Tabel 17.


(48)

Tabel 17. Kategorisasi berdasarkan aspek kesiapan mental dan emosional Variabel Kriteria kategorisasi Kategori N

Kel A Kel B

Kesiapan pensiun

X ≤ 14 Rendah 1 0

14 ≤ X < 22 Sedang 13 18

22 ≤ X Tinggi 13 15

Seperti yang telah tercantum pada Tabel 16, skor mean data empirik adalah 17.43 dan sesuai dengan kriteria kategorisasi yang tercantum pada Tabel 17 maka skor mean data empirik tersebuat berada pada kategori Sedang. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kesiapan pensiun karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan dalam aspek mental dan emosional adalah sedang.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil utama penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata kesiapan pensiun karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan berada pada kategori Tinggi.

Dilihat dari aspek kesiapan fisik, rata-rata responden berada pada kategori Tinggi. Kesiapan fisik menurut Sutarto dan IsmulCokro (2008) adalah melakukan pemeliharaan kesehatan semenjak masih berada di usia muda dengan menjalankan pola hidup sehat. PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan memiliki jadwal rutin setiap minggu untuk para karyawan berolahraga. Ini merupakan salah satu contoh program yang memperdulikan kesehatan fisik para karyawan. Dengan membiasakan diri karyawan untuk menjalankan pola hidup sehat–salah satunya dengan berolahraga–maka kesehatan karyawan juga akan terpelihara. Khusus


(49)

untuk karyawan yang akan pensiun, kebiasaan berolahraga akan membuat mereka lebih siap secara fisik dalam menghadapi masa tua.

Dari aspek kesiapan finansial rata-rata responden berada pada kategori Tinggi. Kesiapan finansial menurut Sutarto dan IsmulCokro (2008) adalah ketersediaan sejumlah bekal pendukung berupa tabungan, asuransi, simpanan asset, dan kegiatan usaha. Salah satu Program yang dimiliki PT. Perkebunan Nusantara III dalam hal kesejahteraan finansial para karyawan yang akan pensiun adalah Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun) yang akan diberikan kepada karyawan begitu ia memasuki masa pensiun. Setelah pensiun karyawan juga masih mendapatkan gaji dari perusahaan meskipun jumlahnya tidak sebesar yang diterima saat masih bekerja. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kesiapan pensiun karyawan dalam aspek finansial termasuk dalam kategori tinggi.

Sementara itu dari aspek mental dan emosional, rata-rata responden berada dalam kategori Sedang. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Tarigan (2009), dimana pada dasarnya kesadaran para karyawan untuk siap pensiun masih sangat rendah sehingga persiapan pensiun belum dianggap penting bagi sebagian besar karyawan. Berk (2007) menyebutkan bahwa pensiun sering menyebabkan stress pada individu. Newman (2006) mengemukakan bahwa pensiun dianggap mengancam kesejahteraan psikologis individu, kemudian juga diungkapkan bahwa melakukan persiapan secara psikologis–khususnya menyesuaikan diri dan beradaptasi–sebenarnya sangat penting namun karyawan belum memberikan perhatian yang mendalam pada aspek ini dan masih cukup sering melupakannya. Perusahaan juga belum memiliki program khusus yang


(50)

memperhatikan kesejahteraan psikologi karyawan yang akan pensiun. Sedangkan para karyawan secara umum menginginkan adanya suatu program kesiapan pensiun yang lebih memperhatikan kesejahteraan psikologis mereka. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kesiapan pensiun karyawan dalam aspek mental dan emosional termasuk dalam kategori sedang.


(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian serta saran-saran yang dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dengan topik yang berkaitan.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa data dapat diambil kesimpulan yaitu ;

a. Kesiapan pensiun karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan berada pada kategori Tinggi.

b. Dilihat dari ketiga aspek yang diukur, pada aspek kesiapan fisik karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan berada dalam kategori tinggi. Pada aspek kesiapan finansial karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan berada pada kategori Tinggi. Sedangkan aspek kesiapan mental emosional karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan berada pada kategori Sedang.

B. SARAN

1. Saran Metodologis

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan topik kesiapan pensiun, baik melakukan penelitian sejenis ataupun melakukan pengembangan dari penelitian ini, hendaknya lebih memperhatikan hal-hal berikut :


(52)

a. Peneliti selanjutnya hendaknya lebih mengkoordinir dan mengawasi penyebaran kuesioner saat proses pengambilan data dengan cara mengumpulkan seluruh responden penelitian dalam suatu tempat untuk mengisi kuesioner tersebut bersama-sama pada waktu yang sama pula. Hal ini disebabkan karena banyak kuesioner yang tidak kembali dan banyak juga aitem-aitem yang terlewatkan (tidak terisi).

b. Peneliti selanjutnya disarankan untuk melibatkan variabel bebas yang mungkin mempengaruhi variabel penelitian ini, yakni kesiapan pensiun. c. Peneliti selanjutnya disarankan untuk meminimalisir nilai social desirability

dengan cara membuat aitem-aitem yang lebih netral.

2. Saran Praktis

a. Dari hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada perusahaan agar mengadakan program kesiapan pensiun secara kontinu dan memiliki program follow-up untuk karyawan yang akan memasuki masa pensiun. b. Melihat hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa kesiapan pensiun

karyawan pada aspek mental emosional berada pada kategori sedang, peneliti menyarankan kepada para karyawan yang akan pensiun untuk meningkatkan kesiapan diri dalam aspek mental emosional dengan cara sebagai berikut (dirangkum dari pendapat beberapa tokoh yang dipakai dalam referensi penelitian ini) :

i) Berpikir positif. Bahwa pensiun adalah suatu proses yang pasti dialami oleh semua karyawan yang bekerja pada perusahaan. Hindari stress. Pensiun harus dipandang sebagai sesuatu yang menyenangkan, karena


(53)

dengan pensiun berarti bebas dari ikatan dan tuntutan kerja, dan memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga, teman, dan hobi.

ii) Tekun beribadah. Dengan meningkatkan intensi aktivitas spiritual akan menjadikan diri lebih sehat secara mental, ikhlas dalam menjalani hidup, menyadari bahwa apa yang dimiliki selama ini–terutama pekerjaan, pangkat dan jabatan–adalah amanah dari Yang Maha Kuasa.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, L. R. (1982). Later Life 2nd edition. New York: CBS College Publishing. Allen, Jr., Everett J., et al. (1988). Pension Planning, sixth edition. Illionis: Irwin. Anoraga, P. (1995). Psikologi Industri dan Sosial, edisi I. Jakarta: Pustaka Jaya Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakara: Pustaka Pelajar ______. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Berk, L. E. (2007). Development Through the Lifespan 4th edition. USA: Allyn and Bacon

Cascio, W. F. (2003). Managing Human Resources, sixth edition. New York: McGraw-Hill.

Cavanaugh, J. C. (2006). Adult Development and Aging. USA: Wadsworth Thomson Learning.

Corsini, R. J. (1987). The concise Encyclopedia of Psychology. Canada: John Willey & Sons

Craig, G. (1984). Human Development. 4th Edition. New Jersey: Prentice Hall. Dacey, J. S. (2004). Human Development Across the Lifespan, fifth edition. New

York: McGraw-Hill

Field, A. (2009). Discovering Statistics using SPSS. 3rd Edition. Singapore: SAGE Fitriani, J. (2010). Hubungan Antara Locus of Control Eksternal dengan

Kecemasan Menghadapi Pensiun. (tidak diterbitkan)

Flippo, E. B. (1992). Manajemen Personalia, Jilid 2, Edisi enam. Jakarta: Erlangga.

Goble, F. G. (1987). Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta: Kanisius.

Greenlaw, P. S. (1986). Personnel Management. New York: Harper & Row Publishers


(55)

Hadi, S. (2000). Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: ANDI

Helmi, A. F. (2005). Stress Manajemen Untuk Karyawan Pra Purnakarya.

Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Hoyer, W. J., & Roodin, P. A. (2009). Adult Development and Aging. New York: McGraw-Hill

Hurlock, E. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang Kehidupan, edisi kelima. Jakarta: Erlangga

Larasati, K. (2010). Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dan Religiusitas dengan Kesiapan Menghadapi Pensiun. (tidak diterbitkan) Lemme, B. H. (1995). Development in Adulthood. USA: Allyn & Bacon.

Newman, & Newman. (2006). Development Through Life. A Psychosocial Approach 9th edition. USA: Thomson Wadsworth.

Papalia, D. E., Olds E. W., Feldman, R. D.. (2009). Human Development 11th edition. USA: McGraw-Hill

Perjanjian Kerja Bersama Antara Direksi PT. Perkebunan Nusantara III Dengan Serikat Pekerja Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara III.

Ratnasari, W. T. (2011). Perbedaan Tingkat Kecemasan Menghadapi Pensiun Antara Pegawai Negeri Sipil Yang Tidak Mempunyai Pekerjaan Sampingan dan Mempunyai Pekerjaan Sampingan. (tidak diterbitkan). Richards, D. (2010). The Retirement Readiness Checklist. USA: Advisor

Perspectives Inc.

Risbi, N. A. (2012). Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kesiapan Menghadapi Pensiun pada Pegawai Negeri Sipil Universitas Andalas Padang. (tidak diterbitkan).

Stan, K. (1987). The Human Side of Organization 4th edition. New York: Harper & Row Publisher.

Steinmetz, L. L. (1979). Human Relation; People and Work. New York: Harper & Row Publisher.

Suryabrata, S. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada __________. (2000). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: ANDI


(56)

Sutarto, J. T., & IsmulCokro, C. (2008). Pensiun Bukan Akhir Segalanya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Tarigan, N. (2009). Happy and Healthy Retiree. Yogyakarta: ANDI Tunggal, H. S. (1999). Kesejahteraan Lanjut Usia. Jakarta: Harvarindo

Retirement Readiness, A Two-Year Countdown. (2010). USA: Office of Retirement Services State of Michigan

The MetLife, Retirement Readiness Index; Are Americans Prepared for the Transition? (2010). USA: Mature Market Institute


(57)

LAMPIRAN 1

RANCANGAN ALAT UKUR SKALA KESIAPAN PENSIUN

1. Aspek : Kesiapan materi finansial Indikator perilaku :

Menyiapkan tabungan untuk hidup setelah pensiun Memikirkan sumber pemasukan finansial setelah pensiun

Mencari tahu mengenai perkembangan kondisi keuangan secara umum saat ini untuk melakukan prediksi kondisi masa depan

Aitem :

1) (Favorable) Saya menysihkan sebagian penghasilan saya untuk biaya hidup setelah pensiun

2) (F) Saya menyadari nilai uang dengan jumlah yang sama akan menurun di masa yang akan datang

3) (F) Saya sudah memiliki rumah pribadi

4) (F) Saya memiliki asuransi kesehatan utnuk masa tua

5) (F) Saya sudah mempersiapkan biaya pendidikan anak saya jika saya sudah pensiun nanti

6) (F) Saya memiliki investasi dalam bentuk selain uang / tabungan 7) (F) Saya mulai melakukan pola hidup hemat untuk mengantisipasi

datangnya masa pensiun

8) (Unfavorable) Sumber pemasukan keuangan saya hanya dari gaji perusahaan tanpa ada pemasukan sampingan

9) (U) Menurut saya nilai sejumlah uang saat ini dan masa yang akan datang sama saja.

10) (U) Saya tidak memiliki asuransi kesehatan hari tua selain dari yang diberikan oleh perusahaan

11)(U) Menurut saya uang tabungan saya saat ini sudah cukup untuk membiayai hidup saya di hari tua

12)(U) Menurut saya uang pensiun yang diberikan oleh perusahaan jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan saya di masa tua


(58)

2. Aspek : Kesiapan fisik Idikator perilaku :

Menyadari pentingnya menjaga kesehatan untuk hari tua Melakukan olahraga rutin

Menjalankan pola hidup sehat

Mengetahui penyakit umum yang disebabkan penuaan

Aitem :

1) (F) Saya berolah raga secara rutin 2) (F) Saya makan tepat waktu

3) (F) Saya makan makanan yang sehat 4) (F) Saya tidak merokok

5) (F) Waktu tidur saya memenuhi kebutuhan tidur tubuh saya 6) (F) Saya memeriksakan kondisi kesehatan saya secara rutin

7) (F) Menurut saya penting untuk menjaga kesehatan sedini mungkin 8) (F) Saya menjalani pola hidup sehat saat ini untuk menjaga kesehatan

saya di masa tua

9) (F) menurut saya lebih baik mencegah penyakit datang daripada mengobatinya

10) (U) menurut saya, jika di masa muda suka meminum minuman yang beralkohol tidak akan banyak mempengaruhi kondisi kesehatan di masa tua

11) (U) Menurut saya penyakit yang datang di hari tua tidak banyak dipengaruhi oleh pola hidup yang tidak sehat di masa muda

3. Aspek : Kesiapan mental dan emosi Indikator perilaku :

Memiliki pandangan yang positif terhadap pensiun

Memiliki hobi yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang Menyiapkan aktivitas/kegiatan sosial untuk dijalani di masa pensiun


(59)

Aitem :

1) (F) Masa pensiun adalah masa yang saya tunggu-tunggu 2) (F) Dengan pensiun saya menjadi bebas dari rutinitas kerja

3) (F) Saya senang dengan pensiun karena saya akan memiliki banyak waktu untuk melakukan hobi saya

4) (F) Saya tidak sabar menunggu datangnya waktu pensiun karena saya ingin memiliki banyak waktu untuk berkumpul dengan keluarga dan teman-teman saya

5) (F) Saya menerima datangnya masa pensiun dengan ikhlas

6) (F) Saya sudah memiliki gambaran kegiatan yang akan saya lakukan sehari-hari setelah saya pensiun

7) (U) Kalau boleh memilih, saya tidak ingin pensiun di usia yang telah ditetapkan perusahaan

8) (U) Dengan pensiun berarti saya harus kehilangan jabatan yang selama ini saya miliki

9) (U) Saya tidak tahu harus melakukan apa setelah saya pensiun nanti karena saya tidak lagi memiliki pekerjaan

10)(U) Saya merasa cemas dengan pensiun karena saya akan kehilangan sumber pemasukan finansial, jabatan, dan status sosial.

11)(U) Sebenarnya saya masih membutuhkan pekerjaan di usia yang ditetapkan oleh perusahaan untuk pensiun

12) (U) Melihat teman-teman saya yang sudah pensiun, saya jadi berharap semoga waktu pensiun saya tidak segera datang

No. Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

aitem

1. Finansial A6, A8, B9, C5, D1, D4, D8

A3, B1, B3, C2, C9

12

2. Fisik A2, B2, B7, B10,

C1, C6, C8, D5, D9

A7, D2 11

3. Mental A5, A10, C7, C10,

D3

A1, B4, B6, B8, C4, D6, D10

12


(60)

LAMPIRAN 2

Hasil Uji Reliabilitas Dan Daya Beda Aitem Skala Kesiapan Pensiun Case Processing Summary

N %

Cases Valid 60 100.0

Excludeda 0 .0

Total 60 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.772 35

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 122.7500 313.581 -.199 .789

VAR00002 121.3167 277.847 .650 .753

VAR00003 123.3500 322.570 -.354 .796

VAR00004 122.4167 280.010 .400 .760

VAR00005 121.9667 276.202 .513 .755

VAR00006 121.6333 296.677 .117 .773

VAR00007 122.7167 270.681 .566 .751

VAR00008 122.7667 279.165 .448 .758

VAR00009 122.6833 300.593 .012 .780

VAR00010 121.4000 277.092 .558 .754

VAR00011 122.3333 307.955 -.106 .784

VAR00012 122.0167 288.932 .241 .768

VAR00013 123.4833 318.898 -.334 .790

VAR00014 121.3667 281.321 .644 .755

VAR00015 121.5833 292.417 .274 .767


(61)

VAR00017 122.0833 283.061 .472 .759

VAR00018 122.5833 275.671 .582 .753

VAR00019 122.4167 326.044 -.419 .798

VAR00020 121.7000 300.315 .071 .774

VAR00021 121.7167 273.359 .589 .752

VAR00022 121.9667 280.134 .485 .757

VAR00023 121.3833 274.884 .705 .750

VAR00024 122.5333 275.982 .548 .754

VAR00025 122.3000 303.400 -.026 .781

VAR00026 122.9000 288.193 .264 .767

VAR00027 122.5000 278.593 .421 .759

VAR00028 122.2833 301.868 .004 .779

VAR00029 122.0667 278.368 .502 .756

VAR00030 121.9167 272.959 .623 .751

VAR00031 122.2167 300.715 .020 .779

VAR00032 121.6833 293.237 .249 .768

VAR00033 121.8000 275.553 .582 .753

VAR00034 121.5667 276.318 .661 .752


(62)

LAMPIRAN 3 Skala Kesiapan Pensiun

No :

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(1)

7

Saya memiliki asuransi kesehatan

untuk masa tua

8

Masa pensiun adalah masa yang

saya tunggu

9

Saya sudah memiliki rumah pribadi

10

Saya menerima datangnya masa

pensiun dengan ikhlas

11

Saya menysihkan sebagian

penghasilan saya untuk biaya hidup

setelah pensiun

12

Saya memiliki investasi dalam

bentuk selain uang / tabungan

13

Saya

tidak

sabar

menunggu

datangnya waktu pensiun karena

ingin memiliki banyak waktu untuk

keluarga dan teman-teman saya

14

Saya

memeriksakan

kondisi

kesehatan saya secara rutin

15

Saya sudah mempersiapkan biaya

pendidikan anak saya jika saya

sudah pensiun nanti

16

Saya makan tepat waktu

17

Saya merasa cemas dengan pensiun

karena akan kehilangan sumber

pemasukan finansial, jabatan, dan


(2)

status sosial

18

Saya menjalani pola hidup sehat saat

ini untuk menjaga kesehatan saya di

masa tua

19

Saya makan makanan yang sehat

20

Saya sudah memiliki gambaran

kegiatan yang akan saya lakukan

sehari-hari setelah saya pensiun

21

Waktu

tidur

saya

memenuhi


(3)

Data Mentah Hasil Penelitian

Subjek /

Aitem A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11

1 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5

2 4 3 3 4 5 4 4 3 4 4 4

3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 5 4 3 5 3 4 5 4 5 4 5

5 5 5 2 5 4 4 5 4 4 4 4

6 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4

7 4 3 4 5 3 4 3 4 4 4 4

8 5 1 1 4 5 3 2 1 5 5 3

9 5 4 4 5 4 2 3 3 4 5 5

10 4 4 3 5 4 4 4 3 5 4 4

11 4 5 1 5 3 2 5 3 5 3 4

12 5 5 2 5 2 3 4 4 4 4 4

13 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4

14 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5

15 4 3 2 4 4 2 2 2 4 4 4

16 5 5 3 4 4 5 4 5 5 5 5

17 4 4 2 4 4 3 3 3 4 5 4

18 5 4 2 4 5 4 2 2 5 4 4

19 5 4 1 5 5 4 2 1 4 5 5

20 5 5 2 5 5 5 5 4 5 5 5

21 5 5 4 5 5 4 4 3 5 5 5

22 5 4 3 5 5 3 4 3 2 4 4

23 5 5 4 5 5 3 3 5 5 4 4

24 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5

25 5 5 4 5 3 4 5 4 5 4 5

26 5 5 5 5 5 5 1 3 5 5 5

27 5 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4

28 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 2

29 5 5 4 5 5 3 4 5 4 5 5

30 5 5 1 5 5 5 4 1 5 5 5

31 5 3 2 5 4 4 3 2 4 4 4

32 5 3 2 5 4 4 3 2 3 4 4

33 5 4 2 5 4 5 4 2 4 5 4

34 4 5 4 5 4 3 4 3 3 4 4

35 5 5 4 5 4 4 4 3 2 4 4

36 5 5 4 5 4 4 4 3 2 4 5

37 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4


(4)

38 4 4 4 5 4 3 2 4 4 4 4

39 5 4 3 5 4 4 5 4 5 4 5

40 4 5 3 5 3 4 3 4 5 4 5

41 5 3 1 4 4 3 5 2 4 3 4

42 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5

43 5 3 2 5 4 4 4 5 4 5 4

44 2 2 2 4 4 4 4 2 4 4 4

45 5 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4

46 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4

47 5 3 2 5 3 3 5 1 5 5 5

48 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4

49 5 4 4 5 5 3 4 5 3 5 4

50 5 4 3 4 4 4 2 3 4 4 4

51 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2

52 5 5 1 5 5 5 5 3 5 5 5

53 5 1 1 5 5 3 4 4 4 4 4

54 5 5 4 5 4 5 5 3 4 4 3

55 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 4

56 4 5 2 4 5 2 4 3 4 4 4

57 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4

58 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 2

59 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3

60 5 5 3 5 5 4 4 4 4 4 4

Subjek / Aitem

A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21

1 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5

2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4

3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4

5 2 2 4 3 4 4 4 3 3 4

6 4 4 2 4 4 3 4 4 4 5

7 4 5 2 4 4 1 4 4 4 5

8 5 1 5 3 4 5 4 4 5 5

9 2 4 1 4 5 4 4 3 4 3

10 4 4 3 3 5 4 4 4 3 3

11 1 2 5 4 3 3 2 5 3 4

12 4 3 5 3 5 5 5 3 4 4

13 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4


(5)

17 5 2 5 5 5 5 4 5 4 4

18 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4

19 4 1 4 4 4 4 5 5 4 5

20 5 2 5 5 5 5 5 5 1 5

21 5 4 5 5 5 3 5 5 5 5

22 3 2 4 3 4 5 4 3 3 4

23 3 4 4 3 5 4 5 4 4 4

24 4 3 5 5 5 5 5 5 3 4

25 4 3 3 5 5 4 5 5 4 3

26 4 3 3 4 3 5 5 5 5 5

27 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3

28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

30 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5

31 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3

32 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3

33 4 2 4 5 4 4 5 4 4 4

34 2 3 1 2 4 5 3 3 3 4

35 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4

36 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4

37 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4

38 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4

39 3 2 3 4 4 4 5 4 4 4

40 3 3 4 4 4 3 5 4 3 3

41 4 1 3 3 2 3 3 4 2 4

42 5 4 2 5 5 5 5 5 5 5

43 5 4 4 3 5 4 4 4 4 4

44 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4

45 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4

46 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4

47 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5

48 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4

49 2 4 4 3 3 5 4 4 4 4

50 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3

51 2 2 2 2 4 2 4 4 3 4

52 4 3 5 4 5 3 5 5 5 5

53 4 2 4 4 4 5 4 4 5 4

54 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5

55 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4


(6)

56 3 3 1 4 4 3 4 3 4 4

57 3 3 3 3 5 1 3 3 3 3

58 4 4 4 2 4 3 3 3 3 3

59 4 4 4 2 4 4 3 4 4 3