Analisis Keuangan PT. Perkebunan Nusantara III Menggunakan Analisis Metode Z-Score dan Economic Value Added (EVA)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 REGULER MEDAN

ANALISIS KEUANGAN PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS Z-SCORE DAN ECONOMIC

VALUE ADDED (EVA)

DRAFT SKRIPSI Oleh : MAHDI ACHYAR

050502183 MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Mahdi Achyar (2009) Analisis Keuangan PT. Perkebunan Nusantara III Menggunakan Analisis Metode Z-Score dan Economic Value Added (EVA) Pembimbing Drs. Syahyunan, M.Si, Prof. DR. Ritha F. Dalimunthe, SE M.Si selaku ketua penguji, Dra. Lisa Marlina M.Si selaku dosen penguji I dan Drs. Ami Dilham M.Si Selaku dosen penguji II.

Z-score merupakan alat untuk mengetahui apakah kinerja keuangan Perusahaan PTPN III mengarah pada kebangkrutan atau tidak untuk memperoleh data yang mendukung dan membantu dalam menjawab permasalahan yang terjadi di perusahaan dan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2003-2007.

Economic value added (EVA) sebagai metode yang memperhitungkan Biaya modal sebagai pengganti resiko perusahaan merupakan metode yang tepat untuk mengukur nilai perusahaan .EVA mampu mencerminkan nilai bisnis rill perusahaan karena karena melibatkan perhitungan biaya modal yang mencerminkan pengembalian yang dibutuhkan untuk menutupi resiko perusahaan.

Pada penelitian ini penulis mengambil data berupa data dokumenter kuantitatif dengan sumber data melakukan wawancara langsung kepada manajer bagian keuangan dan dengan mengumpulkan laporan keuangan PTPN III dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan PTPN III dalam memaksimalkan sumber daya yang ada di perusahaan dan menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa PTPN III telah terhindar dari ancaman kebangkrutan dan berhasil menciptakan nilai tambah positif bagi perusahaan .


(3)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan ini adalah hasil kerja sendiri dan melalui penelitian yang saya lakukan. Segala sumber dan kutipan yang terdapat dalam skripsi ini telah saya lampirkan sebagaimana mestinya.

Medan, Juni 2009 Penulis

Mahdi Achyar 050502183


(4)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Kerangka Konseptual ... 4

D. Hipotesis... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 7

F. Metode Penelitian ... 8

1. Batasan Operasional ... 8

2. Definisi Operasional Variabel ... 8

3. Pengukuran Variabel ... 10

4. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 11

5. Populasi dan sampel ... 11

6. Taknik Pengumpulan Data ... 12

7. Jenis dan Sumber Data... 13


(5)

BAB II URAIAN TEORITIS ... 20

A. Penelitian Terdahulu ... 20

B. Pengertian dan Karakteristik Jasa ... 20

C. Bauran Pemasaran Jasa ... 22

D. Pengertian dan Peran Transportasi ... 24

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 26

F. Tahap-Tahap dalam Proses Pengambilan Keputusan ... 28

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 31

A. Sejarah Perum DAMRI ... 31

B. Profil Perusahaan ... 33

C. Profil Bisnis ... 34

D. Layanan ... 37

E. Operasional ... 38

F. Perum DAMRI Unit Angkutan Buus Kota Medan ... 41

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI ... 45

A. Analisis ... 45

1. Deskriftif Responden ... 45

2. Deskriftif Variabel ... 47

B. Evaluasi ... 54

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 54

2. Uji Asumsi Klasik ... 56

3. Analisis Regresi Linear Berganda ... 64

4. Pembuktian Hipotesis ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73


(6)

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA Lampiran


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 5

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Perum DAMRI ... 42

Gambar 4.1 Histogram ... 57

Gambar 4.2 Norma P-P Plot ... 58


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Defenisi Operasional Variabel ... 10

Tabel 1.2 Keputusan Autokorelasi ... 16

Tabel 3.1 Alat Produksi Perum DAMRI Tahun 1998-2001 ... 39

Tabel 3.2 Kapasitas Terpakai Perum DAMRI Tahun 1998-2001 ... 41

Tabel 3.3 Inventarisasi Data Trayek Perum DAMRI ... 43

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Jenis Kelamin ... 46

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Profesi ... 46

Tabel 4.3 Dimensi Fasilitas sebagai Variabel X1 ... 48

Tabel 4.4 Dimensi Keamanan sebagai Variabel X2 ... 49

Tabel 4.5 Dimensi Tarif sebagai Variabel X3 ... 50

Tabel 4.6 Dimensi Image sebagai Variabel X4 ... 51

Tabel 4.7 Dimensi Kenyamanan sebagai Variabel X5 ... 52

Tabel 4.8 Keputusan Konsumen Menggunakan PO.Selamat Jalan ... 53

Tabel 4.9 Validitas Tiap Pertanyaan ... 55

Tabel 4.10 Reliability Statistics ... 56

Tabel 4.11 One Sample Kolmogorov-Simornov Test ... 59

Tabel 4.12 Coefficirnts (a) ... 61

Tabel 4.13 Model Summary (b) ... 62

Tabel 4.14 Pengujian Multikolinearitas ... 63

Tabel 4.15 Print Out Coefficients ... 64

Tabel 4.16 Perbandingan thitung dengan ttabel ... 67

Tabel 4.17 ANOVA(b) 70

Tabel 4.18 Reliability Statistics Fhitung dengan Ftabel ... 70


(9)

ABSTRAK

Mahdi Achyar (2009) Analisis Keuangan PT. Perkebunan Nusantara III Menggunakan Analisis Metode Z-Score dan Economic Value Added (EVA) Pembimbing Drs. Syahyunan, M.Si, Prof. DR. Ritha F. Dalimunthe, SE M.Si selaku ketua penguji, Dra. Lisa Marlina M.Si selaku dosen penguji I dan Drs. Ami Dilham M.Si Selaku dosen penguji II.

Z-score merupakan alat untuk mengetahui apakah kinerja keuangan Perusahaan PTPN III mengarah pada kebangkrutan atau tidak untuk memperoleh data yang mendukung dan membantu dalam menjawab permasalahan yang terjadi di perusahaan dan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2003-2007.

Economic value added (EVA) sebagai metode yang memperhitungkan Biaya modal sebagai pengganti resiko perusahaan merupakan metode yang tepat untuk mengukur nilai perusahaan .EVA mampu mencerminkan nilai bisnis rill perusahaan karena karena melibatkan perhitungan biaya modal yang mencerminkan pengembalian yang dibutuhkan untuk menutupi resiko perusahaan.

Pada penelitian ini penulis mengambil data berupa data dokumenter kuantitatif dengan sumber data melakukan wawancara langsung kepada manajer bagian keuangan dan dengan mengumpulkan laporan keuangan PTPN III dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan PTPN III dalam memaksimalkan sumber daya yang ada di perusahaan dan menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa PTPN III telah terhindar dari ancaman kebangkrutan dan berhasil menciptakan nilai tambah positif bagi perusahaan .


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan perusahaan hanya untuk menghasilkan laba yang sebesar-besarnya sudah kurang relevan lagi dimasa sekarang karena tanggung jawab perusahaan tidak hanya kepada pemilik perusahaan saja. Tanggung jawab kepada seluruh stakeholder menjadi sangat penting sehinnga hal ini menuntut perusahaan untuk menimbang semua strategi yang diambil dan dampaknya kepada stakeholder tersebut. Berdasarkan hal ini maka tujuan yang sesuai adalah untuk memaksimalkan nilai suatu perusahaan. Penetapan tujuan yang benar akan sangat berpengaruh pada proses pencapaian tujuan dan pengukuran kinerja nantinya.

Alat ukur kinerja keuangan sangat diperlukan untuk menunjukkan prestasi manajemen dengan tujuan untuk mendorong aktivitas atau strategi yang menambah nilai ekonomis (value added activities) dan menghapuskan nilai yang merusak nilai (non-value added activities). Suatu alat yang digunakan sebagai sistem peringatan dini sangat diperlukan bagi setiap perusahaan. Salah satu metode yang digunakan adalah metode Altman Z-Score yang berguna untuk memprediksi kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan yang memburuk dapat memicu kebangkrutan perusahaan. Hal ini didukung oleh kenyataan kemunduran usaha yang signifikan baik usaha kecil, menengah, maupun usaha berskala besar, dalam bentuk BUMN maupun modal swasta yang diakibatkan oleh krisis moneter tahun 1997.

Metode Altman Z-score adalah suatu model yang terkenal utk memprediksi kebangkrutan atau kesulitan keuangan pada perusahaan.pada tahun 1968 seseorang


(11)

bernama Edward Altman merupakan peneliti awal yang mengkaji pemanfaatan analisis rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan. Dalam penelitiannya Altman menggunakan sampel 33 pasang perusahaan yang bangkrut dan perusahaan yang tidak bangkrut berjumlah 66 perusahaan dan model yang disusun secara tepat mampu mengidentifikasikan 90 kasus kebangkrutan pada satu tahun sebelum kebangkurutan terjadi, dengan menggunakan teknik multivariate discriminant analysis. Metode ini sering digunakan dalam melakukan analisis dalam bentuk rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut antara lain rasio likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan stabilitas. Analisis rasio tersebut digunakan untuk mengukur dan memprediksi kondisi kemampuan kinerja keuangan perusahaan.

Economic Value Added (EVA) sangat relevan dalam hal ini karena EVA dapat mengukur kinerja (prestasi) manajemen berdasarkan besar kecilnya nilai tambah yang diciptakan selama periode tertentu. Fenomena yang membuat EVA berbeda dengan penghitungan konvensional lain adalah digunakannya biaya modal dalam perhitungannya, yang tidak dilakukan dalam penghitungan konvensional. Kondisi EVA yang positif mencerminkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal. EVA yang positif menunjukkan kemampuan manajemen dalam menciptakan peningkatan nilai kekayaan perusahaan/pemilik modal, dan sebaliknya, EVA negatif menyiratkan adanya penurunan nilai kekayaan.

Perusahaan mempunyai kinerja yang semakin bagus bila mampu menghasilkan nilai EVA yang semakin positif. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen telah menjalankan tugasnya dengan baik. Suatu perusahaan publik yang menghasilkan nilai EVA negatif meskipun mampu membukukan laba bersih yang tinggi sekalipun, berarti perusahaan ini belum mampu menghasilkan tingkat pengembalian modal yang sepadan untuk menutup resiko dan biaya investasi yang


(12)

ditanamkan pemilik modal (investor). Atau secara lebih sederhana jika dana pemilik modal tersebut ditanam pada investasi bebas resiko seperti SBI (Sertifikat Bank Indonesia) atau deposito, hasilnya justru akan lebih besar tanpa keluar keringat dan ketakutan terkena resiko fluktuasi di tengah kondisi yang tidak menentu.

EVA juga dapat digunakan sebagai pedoman dalam hal goal setting, capital budgeting, performance assessment, dan incentive compensation suatu perusahaan. Pengaruh nilai tambah di dalam suatu perusahaan secara keseluruhan sangatlah penting sehingga hal ini jangan sampai terlewatkan dalam penyusunan strategi perusahaan. Di antara perusahaan – perusahaan yang menggunakan metode pengukuran baru ini adalah Coca Cola, AT & T , Quaker Oats , Briggs & Stratton dan CSX . A. Rappaport, pakar dalam nilai pemegang saham menyatakan bahwa nilai yang dihasilkan oleh sebuah rencana bisnis yang khusus dapat diproyeksikan dengan menghitung nilai kapitalisasi selisih antara margin operasi dan operating return minimum yang dapat diterima atas penjualan terakhir.

PT Perkebunan Nusantara III yang disingkat PTPN III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan usaha milik negara yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan kegiatan usaha perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produksi utama Perseroan adalah Minyak Sawit (CPO) dan Inti sawit (kernel) dan produk hilir karet. Industri hilir karet adalah barang jadi karet yang merupakan hasil olahan lanjut Pabrik Industri Hilir Karet yang bahan bakunya berasal dari produksi primer lateks. PTPN III (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang termasuk pada perusahaan yang memiliki laba terbesar pada saat sekarang ini, seperti terlihat pada Tabel 1.1 berikut ini.


(13)

Tabel 1.1

Ringkasan Kinerja Keuangan PTPN III (dalam milyar rupiah)

Tahun Pendapatan Biaya Laba

2003 738,585 532,347 201,234

2004 1024,762 626,112 398,65

2005 956,295 549,913 406,382

2006 962,341 537,381 424,96

2007 1910,609 891,999 1018,609

Sumber: Laporan Keuangan PTPN III (2003-2007)

Kinerja sebuah perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio rasio keuangan selama satu periode tertentu. Pengukuran berdasarkan rasio keuangan ini sangatlah bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Sehingga seringkali kinerja perusahaan terlihat baik dan meningkat, yang mana sebenarnya kinerja tidak mengalami peningkatan dan bahkan menurun.

Berdasarkan atas fenomena-fenomena yang telah dipaparkan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kinerja keuangan PTPN III dengan alat analisis rasio Economic Value Added (EVA) dan Z-Score, dalam judul skripsi yang berjudul Analisis Keuangan PTPN III dengan Menggunakan Analisis Z-Score dan Economic Value Added (EVA).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan paparan diatas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut:


(14)

1. Bagaimana perkembangan kinerja keuangan PTPN III dari tahun 2003 hingga 2007 dengan menggunakan analisis Z-Score?

2. Bagaimana kinerja keuangan PTPN III dari tahun 2003 hingga 2007 dengan menggunakan analisis EVA (Economic Value Added)?

C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan pengertian diatas, dapat diketahui bahwa kegiatan analisis laporan keuangan mempunyai fungsi untuk mengkonversi data yang berasal dari laporan keuangan yang merupakan bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih mendalam dan bermanfaat dengan menggunakan teknik tertentu.

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian Sumber: Munawir (2004)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian


(15)

a) Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan PTPN III dari tahun 2003 hingga 2007 dengan menggunakan analisis Z-Score

b) Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan PTPN III dari tahun 2003 hingga 2007 dengan menggunakan analisis Economic Value Added (EVA)

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian diharapkan penulis dari penelitian ini adalah :

a) Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini akan bermanfaat untuk membantu perusahaan dalam menilai kinerja keuangannya dari sisi yang berbeda.

b) Bagi penulis, diharapkan dapat menambah pengetahuan serta memahami analisis Z-Score dan EVA dan prakteknya pada perusahaan tersebut. Hal ini merupakan masukan bagi penulis sebagai perbandingan dari teori-teori yang selama ini diterima penulis dibangku perkuliahan.

c) Bagi kalangan akademis, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan inspirasi bagi yang ingin melanjutkan penelitian mengenai Z-Score dan EVA.

E. Metode Penelitian 1. Batasan Penelitian

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah laporan keuangan peusahaan yaitu neraca dan laba – rugi PTPN III dari tahun 2003 hingga 2007 berkaitan dengan analisis Z-Score dan EVA.


(16)

2.Definisi operasional

Definisi Operasional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Metode Altman Z-Score dengan rumus (Spica dan Emanuel, 2003:4): Z = 6,56 X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4

X1 = Aktiva lancar – hutang lancar /Total Aktiva X2 = Laba Ditahan/Total Aktiva

X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak(EBIT)/Total Aktiva X4 = total Equitas /Total Utang

Kriteria penilaian sebagai berikut :

Z > 2,99 Tidak bangkrut (sehat) 1,88 < Z < 2,99 Abu – abu

Z < 1,88 Bangkrut (tidak sehat)

Rumus yang digunakan dalam metode EVA menurut Young & O`byrne sebagai berikut :

a) EVA = NOPAT – ( WACC x INVESTED CAPITAL ) Dimana : NOPAT : Net Operating Profit After Taxes

WACC : Weighted Average Cost of Capital

Invested Capital : Modal yang Ditanamkan

Asumsi : ( 1 ) Bila EVA > 0, maka perusahaan telah menciptakan nilai ekonomis kedalam perusahaan.


(17)

( 2 ) Bila EVA = 0, maka secara ekonomis semua laba perusahaan digunakan untuk membayar seluruh kewajiban kepada kreditur dan pemegang saham.

( 3 ) Bila EVA < 0, maka laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan PTPN III, kreditur, dan pemegang saham.

Tabel 1.2

Langkah-langkah Untuk Menghitung Nilai EVA LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN EVA

NO LANGKAH METODE

PERHITUNGAN

KETERANGAN

1 Menghitung RONA (Return On Net

Asset)

NOPAT RONA =

Aktiva Bersih

NOPAT adalah hasil penjumlahan dari laba usaha penghasilan dari bunga, bagian laba/rugi bersih anak perusahaan, laba/rugi kurs dan laba/rugi lainnya.

2 Menghitung WACC (weighted Average Cost of Capital) atau biaya modal rata-rata

tertimbang

WACC=utang/pembiay

aan total (biaya utang)

(1-T) + ekuitas/pembiayaan

total (biaya ekuitas)

WACC=(Ke x

We)+[Kd x (1-T)] x Wd)

Ke = biaya ekuitas yang dicari dengan metode CAPM

We = persentase ekuitas pada struktur modal. Kd = biaya hutang

Wd + persentase hutang pada struktur modal. T = tingkat pajak 3 Menghitung modal

yang diinvestasikan

IC = hutang bank jangka pendek + pinjaman

bank/sewa guna usaha/obligasi jangka panjang + kewajiban jangka panjang lain + hak atas aktiva bersih anak perusahaan dan juga ekuitas 4 Penciptaan nilai EVA = NOPAT – (WACC X

investeted capital)

EVA = (RONA - WACC) x Invested Capital

EVA>0 maka nilai

tambah ekonomis dari perusahaan akan tercipta Sumber: Young & O’Byrne (2001) (Diolah)


(18)

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dikantor PTPN III, yang beralamat Jln. Sei Batanghari No. 1 Medan, waktu penelitian direncanakan dilakukan mulai bulan Februari hingga Juni 2009.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan hal yang mutlak dilakukan dalam penyusunan skripsi ini, karena penulis dalam menyusun skripsi ini memerlukan data-data yang lengkap, akurat, dan dapat disahkan kebenarannya. Penelitian ini menggunakan suatu metode pengumpulan data dengan cara :

a) Wawancara Data primer diperoleh dengan wawancara dengan pihak Manajer Keuangan PTPN III.

b) Studi dokumentasi yang dilakukan peneliti adalah dengan cara mengumpulkan data pendukung berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu, serta laporan keuangan. Laporan keuangan tahunan PTPN III tahun 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007.

4. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang dipergunakan adalah Laporan Keuangan PTPN III dari tahun 2003 hingga 2007 yang terdiri dari Laporan Laba-Rugi, Neraca dan gambaran umum perusahaan yang diperoleh dari PTPN III Medan.

5. Metode Analisis Data

Untuk menghitung Z-Score dipakai rumus : Z = 6,56 X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4

Keterangan :


(19)

X2 = Laba Ditahan/Total Aktiva

X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak(EBIT)/Total Aktiva X4 = total Equitas /Total Utang

Kriteria penilaian sebagai berikut :

Z > 2,99 Tidak bangkrut (sehat) 1,88 < Z < 2,99 Abu – abu

Z < 1,88 Bangkrut (tidak sehat)

Semua variabel dalam rumus ini dinyatakan dalam persentase, dengan kriteria sebagai berikut:

Z > 2,60 Tidak ada indikasi kebangkrutan 1,10 < Z < 2,60 Daerah abu-abu

Z < 1,10 Bangkrut

Perhitungan EVA dilakukan dengan memakai rumus (Asnawi dan Wijaya, 2006:197) : EVA = NOPAT – ( WACC x INVESTED CAPITAL )

Komponen – komponen EVA terdiri atas :

NOPAT ( Net Operating Profit After Taxe ) adalah laba bersih perusahaan setelah dikurangi pajak.

Perspektif Biaya Modal Perusahaan :

WACC =

Biaya Modal Sendiri = Capital Asset Pricing Model Req = Rf + β ( Rm – Rf )

di mana : Req = Expected Return on Equity Rdebt = Expected Return on Debt


(20)

Rf = Risk Free / Tgk. Bebas Resiko (T-Bill 3 bln) β = Beta / resiko perusahaan

Rm = Return Market

Biaya Hutang ( Liabilities Cost ) : RDebt = Interest Rate x ( 1 – Tax )

di mana : Rdebt = Expected return on Debt Interest Rate = tingkat bunga

b) EVA = ( ROIC – WACC ) x INVESTED CAPITAL

ROIC = Return on Invested Capital (Tingkat Pengembalian atas modal yang ditanamkan).

Kriteria : i) ROIC > WACC , maka perusahaan menciptakan nilai tambah kedalam perusahaan atau EVA positif.

ii) ROIC < WACC , maka perusahaan tidak mampu menghasilkan nilai tambah kedalam perusahaan.

ROIC =

Avg. Invested Capital =

dimana : Invested Capitalt-1 = Invested Capital tahun Lalu Invested Capitalt = Invested Capital tahun Ini

Economic value Added dihitung berbasis tahun, mewakili selisih antara laba yang dihasilkan korporasi dengan biaya modalnya, laba yang dimaksud adalah Net


(21)

Operating Profit After Tax (NOPAT), sedangkan biaya modal adalah biaya hutang jangka panjang dan biaya ekuitas yang digunakan untuk menghasilkan NOPAT dan dihitung dengan Weighted Average Cost of Capital (WACC).

BAB II


(22)

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Pardede (2008) dengan judul penelitian Analysis’ Perbedaan Tingkat Kesehatan BPR di Kotamadya Binjai Berdasarkan Metode Altman Z-Score dan CAMEL, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan tingkat kesehatan BPR Talabumi dan Bumiasih berdasarkan metode Altman Z-Score dan CAMEL. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat kesehatan BPR Talabumi dengan Bumiasih berdasarkan metode Altman Z-score dan terdapat perbedaan tingkat kesehatan BPR Talabumi dengan Bumiasih berdasarkan metode CAMEL (CAR, RORA, NPM, ROA, BOPO, LDR, NCM).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan kuantitatif. Metode analisis deskriptif untuk menggambarkan rasio-rasio Altman Z-Score dan CAMEL. Metode analisis kuantitatif untuk menghitung nilai dari rasio-rasio Altman Z-Score dan CAMEL.

Berdasarkan metode analisis deskriptif diperoleh bahwa rasio Altman Z-Score dan CAMEL BPR Talabumi menurun setiap tahun, sedangkan BPR Bumiasih ada peningkatan setiap tahun. Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh bahwa tingkat kesehatan BPR Talabumi dan Bumiasih berbeda dengan menggunakan metode Altman Z-Score, sedangkan untuk CAMEL yang berbeda adalah rasio RORA, ROA, dan BOPO tidak signifikan, sedangkan untuk rasio CAR, NPM, LDR, dan NCM adalah sama.

Penelitian Pradhono dan Christiawan (2004) penelitian ini memiliki tujuan menganalisis pengaruh economic value added, residual income, earnings dan arus kas operasi, terhadap return yang diterima oleh pemegang saham perusahaan publik yang


(23)

terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan mengetahui tolok ukur mana yang mempunyai pengaruh yang paling signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Penelitian yang dilakukan oleh Pradono dan Christiawan ini menggunakan regresi linier untuk melihat besar kontribusi masing-masing variabel bebas dalam mempengaruhi return pemegang saham. Adapun hipotesis penelitian ini adalah economic value added, residual income, earnings dan arus kas operasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Berdasarkan hasil uji t disimpulkan bahwa variabel arus kas operasi berpengaruh paling signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Selanjutnya variabel berikutnya yang juga berpengaruh signifikan adalah earnings.

B. Pengertian Laporan Keuangan

Pengertian laporan keuangan yang dikemukan oleh beberapa ahli manajemen keuangan antara lain, Brigham dan Houston (2006) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah beberapa kertas yang bertuliskan angka-angka, tetapi sangat penting juga untuk memikirkan aktiva riil di balik angka-angka tersebut. Sedangkan menurut Harahap (2004: 105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

Menganalisis laporan keuangan berarti menggali lebih banyak informasi yang dikandung suatu laporan keuangan. Sebagaimana diketahui laporan keuangan adalah media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan (Harahap, 2004:1).

Kinerja perusahaan merupakan suatu tampilan perusahaan dalam periode tertentu. Penilaian kinerja perusahaan adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagan organisasi, karyawan berdasarkan sasaran,


(24)

standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Zaretta dan Sitinjak, 2006: 39).

C. Analisis Laporan Keuangan

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005: 193), analisis laporan keuangan adalah seni untuk mengubah data dari laporan keuangan ke informasi yang berguna bagi pengambil keputusan.

Keberhasilan perusahaan dalam pengelolaan keuangan merupakan presentasi dari kinerja perusahaan secara keseluruhan. Oleh sebab itu mengevaluasi kondisi keuangan suatu perusahaan sangatlah penting. Karena dengan melihat kondisi keuangan, suatu perusahaan dapat melihat kondisi perusahaan secara keseluruhan di masa lalu maupun kemungkinan kondisi di masa yang akan datang.

Adapun pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil analisis keuangan perusahaan meliputi (Abdullah, 2005: 36):

1. Pihak Pemilik Perusahaan

Pihak pemilik perusahaan berkepentingan terhadap hasil analisis keuangan guna mengetahui sejauh mana keberhasilan maupun kegagalan manajer perusahaan dalam mengatur perusahaan yang terlihat melalui kinerja keuangan yang dicapai. Keberhasilan manajer dapat diukur berdasarkan pencapaian laba perusahaan secara efisien.

2. Pihak Kreditur

Kreditur dalam hal ini bank dan institusi pembiayaan lainnya berkepentingan terhadap hasil analisis keuangan guna mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutang, baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang.


(25)

Dengan demikian bagi kreditur hasil analisis keuangan dijadikan dasar pertimbangan kebijakan kredit apabila perusahaan membutuhkan kredit.

3. Pihak Investor

Investor adalah pihak yang menanamkan modalnya pada perusahaan. Investor mengharapkan adanya kemampuan perusahaan dalam hal tingkat pengendalian dari sejumlah investasi yang ditanamkan. Hasil analisis keuangan akan memberi pengembalian (return) dari sejumlah investasi.

4. Pihak Pekerja atau Karyawan

Hasil analisis keuangan perusahaan memberikan informasi keuangan yang mencerminkan keuangan perusahaan dalam membayar kewajiban internal maupun bersifat eksternal. Termasuk kewajiban internal adalah berhubungan dengan pembiayaan rutin, termasuk kemampuan membayar gaji para pekerja (buruh dan karyawan).

5. Pihak Pemerintah

Kebutuhan pemerintah terhadap hasil analisis keuangan berkaitan dengan kewenangan menetapkan pajak penghasilan perusahaan. Hasil analisis keuangan memberikan gambaran besarnya pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan.

D. Teknik Analisis Laporan Keuangan

Abdullah (2005: 40) membedakan teknik analisis keuangan menjadi: 1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan

Merupakan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam presentase (relatif).


(26)

2. Analisis Trend (tendensi posisi)

Merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan perubahan naik atau mengalami penurunan. Hal yang membedakan antara kedua teknik analisis ini adalah tahun atau periode pembanding. Apabila analisis perbandingan menggunakan tahun sebelumnya (n-1) sebagai tahun pembanding, maka analisis trend menggunakan tahun dasar (Po) sebagai tahun pembanding.

3. Analisis Persentase per Komponen (Common Size),

Merupakan teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya. Analisis persentase ini juga berguna untuk mengetahui berapa besar proporsi setiap aktiva maupun hutang terhadap keseluruhan/ total aktiva maupun hutang.

4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja,

Merupakan teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan. Selain mengetahui posisi modal kerja juga dimaksudkan untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya perubahan modal kerja dalam satu periode tertentu.

5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas

Merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab-sebab terjadinya perubahan kas pada satu periode waktu tertentu.

6. Analisis Rasio Keuangan

Merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.


(27)

7. Analisis Perubahan Laba Kotor

Merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba. Analisis ini juga dimaksudkan untuk mengetahui posisi laba yang diharapkan dengan laba yang benar-benar dapat dihasilkan.

8. Analisis Break Even

Merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi pada tingkat penjualan tersebut perusahaan belum memperoleh keuntungan.

Harahap (2004: 217) mengemukakan teknik dalam analisis laporan keuangan sebagai berikut:

1. Metode Komparatif

Adalah metode yang melakukan perbandingan antara satu pos dengan pos yang lainnya yang relevan dan bermakna untuk mengetahui perbedaan, besaran, maupun hubungannya.

a. Intra perusahaan b. Inter perusahaan c. Industrial norm d. Budget

2. Trend Analysis-horizontal a. Indeks

b. Numbers

3. Membuat laporan Keuangan dalam bentuk Common Size Financial Statement, atau bentuk sederhana (awam). Biasanya dibuat secara vertikal.

4. Metode index time series 5. Analisis Rasio:


(28)

a. Likuiditas

b. Profitabilitas / Rentabilitas c. Solvabilitas

d. Leverage e. Aktivitas

f. Market based ratio 6. Teknik analisis lain, seperti:

a. Analisis sumber dan penggunaan dana b. Analisis Break even

c. Analisis gross profit d. Dupont Analysis

7. Analytical review / Transactional Analysis 8. Model Analisis:

a. Bond rating b. Bankruptcy model

c. Net cash flow prediction model d. Take off prediction model e. Take over Model

E. Pengertian Kebangkrutan

Kebangkrutan ditinjau dari sisi keuangan sering dikaitkan dengan istilah kegagalan keuangan (financial failure), kesulitan keuangan (financial distress) maupun kegagalan bisnis (business failure) sehingga di dalam keuangan pengertian tentang kebangkrutan tidak pernah terlepas dari istilah-istilah tersebut.


(29)

Shim dan Siegel (1994:243) memberikan defenisi kebangrutan adalah pernyataan terakhir dari ketidakmampuan suatu perusahaan untuk melajutkan operasionalnya kewajiban membayar utang-utang yang ada.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kebangkrutan adalah suatu kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban financialnya (terutama pembayaran cicilan hutang lancar beserta bunganya) pada saat jatuh tempo. Hal-hal yang menyebabkan kebangkrutan suatu usaha bervariasi untuk perusahaan satu dengan perusahaan lainnya. Berdasarkan penelitian Dun dan Bradstreet menunjukan beberapa faktor utama penyebab kebangkrutan terdiri dari kelemahan industri dalam persaingan dan lokasi yang tidak menguntungkan, faktor keuangan dari jumlah yang terlalu besar dan ketidakcukupan modal saja. Secara umum kebangkrutan merupakan kombinasi dari beberapa faktor tersebut.

Tabel 2.1

Sebab-sebab kebangkrutan

Sebab-sebab kebangkrutan Presentase Faktor-faktor ekonomi 55,1

Faktor keuangan 36,0

Kecelakaan, kurang serius, korupsi 7,1

Faktor lain 1,8

Sumber : Dun Bradstreet, Inc, Business Failure Record (New York: 1990/1991)

F. Analisis Altman Z-Score

Metode altman Z-score adalah suatu model yang terkenal utk memprediksi kebangkrutan atau kesulitan keuangan pada perusahaan. Pada tahun 1968 seseorang bernama edward altman merupakan peniti awal yang mengkaji pemanfatan analisis


(30)

rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebankrutan. Dalm penelitian nya altman menggunakan sampel 33 pasang perusahaan yang bankrut dan perusahaan yang tidak bangkrut berjumlah 66 perusahaan dan model yang disusun secara tepat mampu mengidentifikasikan 90 kasus kebangkrutan pada satu tahun sebelum kebangkurutan terjadi, dengan menggunakan teknik multivariate discriminant analysis. Formula yang dihasilkan pada tahun 1968 dikenal dengan model original.

Berdasarkan formulasi dari Dr. Edward I. Altman untuk melihat kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan usaha dapat digunakan analisis diskriminan. Altman dalam studinya telah menyeleksi 22 rasio keuangan, Altman menemukan lima rasio dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang sehat dan bangkrut. Prediksi yang diformulasikan oleh Altman dalam bentuk persamaan yang kemudian dikenal dengan formula Z-Score :

Z = W1X1 + W2X2 +W3X3 + W4X4 + W5X5 Fungsi Z yang ditemukan adalah :

Z = 0,012X1 + 0,142X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5

Model ini digunakan untuk perusahaan yang go public dan memiliki nilai pasar. Perkembangan selanjutnya banyak individu yang merasa lebih cocok dengan formula berikut :

Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5

Formula ini juga digunakan untuk perusahaan yang go public dan industri perbankan. Mengingat bahwa tidak semua perusahaan go public dan memiliki nilai pasar, maka formula untuk perusahaan yang tidak go public dan tidak memiliki nilai pasar adalah :


(31)

Rasio-rasio tersebut merupakan rasio-rasio yang mendeteksi kondisi keuangan perusahaan yang berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas, dan aktivitas perusahaan. Adapun rasio-rasio tersebut terdiri dari :

1. X1 = Aktiva lancar – hutang lancar /Total Aktiva 2. X2 = Laba Ditahan/Total Aktiva

3. X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak(EBIT)/Total Aktiva 4. X4 = total Equitas /Total Utang

5. Z = nilai keseluruhan (nilai akhir) Kriteria penilaian :

Z > 2,99 Sehat

1,81<Z<2,99 Daerah abu-abu Z < 1,81 Bangkrut

Nilai Z yang semakin besar, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan tidak mengalami kegagalan usaha. Hasil penelitian ini, hanya signifikan untuk prediksi selama dua tahun ke depan. Formula Altman Z-Score merupakan kombinasi dari beberapa rasio keuangan yang dianggap dapat memprediksi kesehatan dan terjadinya kebangkrutan pada sebuah perusahaan.

1. Modal Kerja/Total Aktiva (X1)

Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto), dimana modal kerja diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Jika dikaitkan dengan indikator-indikator kebangkrutan, maka indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal seperti: ketidakcukupan kas, hutang dagang membengkak, utilitas modal (harta kekayaan) menurun, penambahan hutang yang tak terkendali, dan beberapa indikator lainnya.


(32)

Perusahaan mengalami kesulitan keuangan pada umumnya modal kerjanya akan turun lebih cepat daripada total aktiva menyebabkan rasio ini turun (Sawir, 2005:25). Selisih bersih antara sumber dana dan penggunaan dana akan menunjukkan modal kerja perusahaan itu bertambah atau berkurang. Jika terjadi sumber dana lebih besar daripada penggunaan dana, maka terjadi surplus yang berarti modal kerja bertambah, demikian pula sebaliknya akan terjadi defisit (modal kerja berkurang) apabila sumber dana lebih kecil daripada penggunaan dana. Modal kerja bertambah karena penjualan aktiva tetap, bertambahnya hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Modal kerja berkurang karena pembelian aktiva tetap, hutang jangka panjang, dan modal sendiri.

2. Laba Ditahan/Total Aktiva (X2)

Merupakan rasio-rasio profitabilitas yang mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio Laba Ditahan/Total Aktiva akan mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha. Bila perusahaan mulai merugi, tentu saja nilai awal laba ditahan mulai turun. Bagi banyak perusahaan, nilai dari rasio Laba Ditahan/Total Aktiva akan menjadi negatif (Sawir, 2005:25).

3. Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aktiva (X3)

Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor termasuk pemegang saham dan obligasi. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah: piutang dagang meningkat, rugi terus menerus dalam beberapa


(33)

perusahaan berkurang, serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan.

Rasio ini dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktifitas penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih besar daripada rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak daripada bunga pinjaman (Sawir, 2005:25).

4. Nilai Pasar Modal Sendiri (Modal Sendiri)/Total Hutang (X4)

Merupakan rasio yang mengukur aktivitas perusahaan. Rasio ini sering juga digunakan dalam bentuk persamaan Net Worth/Total Debt. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri. Umumnya perusahaan-perusahaan yang gagal adalah perusahaan yang mengkonsumsi lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan semakin dipercaya, artinya nilai perusahaan menjadi lebih tinggi . Rasio ini kebalikan dari Debt Equity Ratio yang dikenal di dalam rasio keuangan (Sawir, 2005:25).

5. Penjualan/Total Aktiva (X5)

Rasio Penjualan/Total Aktiva merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (revenue). Semakin besar perputaran total aktiva semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya.

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada aktivitas perusahaan yang kemudian akan berpengaruh pada rasio-rasio tersebut di atas adalah : pangsa pasar menurun, berpindahnya penguasaan pangsa pasar pada


(34)

pesaing, modal kerja menurun, kepercayaan konsumen berkurang, dan beberapa indikator lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman Z-Score tidak hanya terfokus pada bagian-bagian keuangan perusahaan saja tetapi juga dapat dikorelasikan dengan beberapa indikator yang mungkin dapat mempengaruhi rasio-rasio tersebut. Hal ini berarti bahwa implementasi metode Altman Z-Score pada sebuah perusahaan di samping akan mendeteksi terjadinya kemungkinan kebangkrutan, juga akan mengarahkan perusahaan yang sedang mengalami masalah dengan memperhatikan beberapa indikator yang berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas, dan aktivitas perusahaan.

Metode Altman Z-Score pertama kali dikembangkan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Pada dasarnya tujuan perhitungan nilai Z adalah untuk mengingatkan akan masalah keuangan yang mungkin membutuhkan perhatian serius dan menyediakan petunjuk untuk bertindak. Bila nilai Z perusahaan lebih rendah daripada yang dikehendaki manajemen, maka harus diamati laporan keuangan untuk mencari penyebab mengapa terjadi begitu. Hal yang menarik mengenai Altman Z-Score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun perusahaan sangat makmur, tapi bila nilai Z mulai turun dengan tajam, perusahaan harus segera waspada dan mengambil langkah tepat untuk memperbaiki kinerjanya.

Pengamatan dimulai dengan menghitung nilai Z dari periode-periode sebelumnya dan dibandingkan dengan nilai Z sekarang. Bila kecendrungan menurun, cobalah pahami apa yang telah berubah sehingga menghasilkan rasio-rasio yang menyebabkan skor jatuh. Memantau kecendrungan nilai Z akan membantu mengevaluasi perubahan keuangan perusahaan.


(35)

Weston dan Copeland(Benjamin,2005:125) menyebutkan sebab-sebab terjadinya ketidaksehatan suatu perusahaan yang berujung pada kondisi kegagalan perusahaan tersebut. Kondisi itu dapat berupa :

1. Kegagalan ekonomi yang diartikan :

a. Ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran.

b. Biaya modal perusahaan lebih besar dari tingkat laba atas biaya historis investasi.

c. Realisasi laba yang diterima perusahaan tidak dapat menututup biaya. 2. Kegagalan bisnis yaitu :

a. Jika perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya yang jatuh tempo dan perusahaan dinyatakan pailit.

b. Jika total kewajiban melebihi nilai wajar dari total aktivanya. c. Modal atau networth perusahaan adalah negatif.

Pada umumnya, jauh sebelum perusahaan mengalami kegagalan, tanda-tanda awal yang menunjukkan ke arah kecendrungan yang kurang menguntungkan itu telah kelihatan, tetapi sering kali manajemen mengindahkan bahkan tidak memperhatikan sama sekali. Manajemen juga terkadang menganggap bahwa tanda-tanda yang menunjukkan tidak sehatnya perusahaan merupakan gejala sementara yang akan hilang dengan sendirinya, tanpa perlu ada campur tangan manajemen. Anggapan ini mengakibatkan pihak manajemen terlambat melakukan tindakan antisipasi maupun proses perbaikan terhadap kinerja perusahaan.

Menurut Adnan dan Kuniasih (2001) rasio tingkat kesehatan perusahaan dengan rasio-rasio dalam potensi kebangkrutan mempunyai hubungan yang sangat kuat dalam menentukan kondisi keuangan perusahaan tersebut.


(36)

G. Analisis Economic Value Added (EVA)

“Economic Value Added (EVA) is a residual income measure that subtract the cost of capital, from the operating profits generated in the business.” (Stewart, 1993: 118) Residual income adalah “the difference between operating income and the minimum dollar return required on a company’s operating assets.” (Hansen and Mowen, 1994: 834). Atau EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Secara matematis, EVA dapat dinyatakan sebagai berikut: (Stewart, 1993: 224).

EVA = Operating Profits - ( cost of Capital x Capital ) EVA : Economic Value Added

Operating profits : Laba operasi bersih setelah pajak

Rumus yang digunakan dalam metode EVA sebagai berikut :

a) EVA = NOPAT – ( WACC x INVESTED CAPITAL ) Dimana : NOPAT : Net Operating Profit After Taxes

WACC : Weighted Average Cost of Capital Invested Capital : Modal yang Ditanamkan

EVA mengukur nilai sebenarnya yang sedang diciptakan, maka menjadikannya sebagai suatu ukuran kinerja yang lebih baik daripada pertumbuhan penjualan, return on investment, earning per share atau ukuran tradisional lainnya. EVA juga menyediakan kerangka untuk pembuatan keputusan. Oleh karena itu, diperlukan suatu rumusan mengenai bagaimana seharusnya EVA dihitung.


(37)

Menurut Young dan O’Byrne (2003:31) sebagai alat pengukuran kinerja keuangan, EVA dirumuskan sebagai berikut :

Penjualan Bersih-Biaya Operasi

= Laba operasi (pendapatan sebelum bunga dan pajak, EBIT) - Pajak

= Laba operasi besih sesudah pajak (NOPAT) - Biaya modal (modal yang diinvestasikan x biaya modal)

= EVA

Perhitungan diatas sama dengan perhitungan EVA menurut Hansen dan Mowen (2001:829), yang menyatakan persamaan EVA sebagai berikut :

EVA = Laba operasi setelah pajak – (Rata-rata tertimbang biaya modal x Total modal yang dipakai). Laba bersih setelah pajak sisebut juga dengan Net Operating After Tax (NOPAT) diperoleh dari laporan laba rugi yang dihasilkan perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diketahui dengan melihat komposisi modal yang dimiliki oleh perusahaan seperti yang tercantumdi sisi passiva di neraca yang disajikan.

Sedangkan Tunggal (2001:2) merumuskan EVA sebagai berikut : EVA = NOPAT – (C x CCR)

Dimana :

NOPAT = Net Operating Tax

C = Capital

CCR = Capital Cost Rate atau Cost of Capital

Berdasarkan rumusan diataas Tunggal (2001: 6) membagi langkah-langkah menghitung EVA yaitu :

a. Menghitung NOPAT (Net Operating After Tax) b. Mengidentifikasi Invested capital


(38)

c. Menentukan Capital Cost Rate (WACC/ Weighted Average Cost of Capital) yang wajar

d. Menghitung EVA perusahaan

Rudianto (2006:341) merumuskan EVA dengan cara yang berbeda pula walaupun pada dasarnya memiliki pengertian yang sama yaitu :

EVA = EBIT - Tax - WACC EBIT = Earning Before Interest and Tax

= Laba Usaha Sebelum Bunga dan Pajak Tax = Pajak Penghasilan Perusahaan

WACC = Weighted Average Cost of Capital = Biaya Modal Rata-rata

Berdasarkan rumusan EVA diatas, Rudianto (2006:342) membagi beberapa langkah yang harus dilakukan manajemen dalam mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan EVA, yaitu sebagai berikut :

a. Menghitung biaya modal (cost of capital)

Biaya modal ini antara lain meliputi biaya utang (cost of debt), biaya saham preferen (cost of preferred stock), biaya modal saham biasa (cost of common stock) dan biaya laba ditahan (cost of return earning).

b. Menghitung besarnya struktur permodalan/pendanaan (capital structure) yaitu modal saat perusahaan dapat dibangun dengan komposisi modal.

c. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average cost of capital=WACC)

d. Menghitung nilai EVA .

Sedangkan sebagai penggerak nilai Young and O’Byrne (2006:248) merumuskan EVA menjadi :


(39)

EVA = (RONA – WACC) x Modal yang diinvestasikan RONA adalah return on net asset dihitung sebagai berikut :

RONA = NOPAT Aktiva Bersih

Dengan meningkatnya RONA maka meningkat pula EVA, artinya selama pengembalian yang diperoleh dari aktiva bersih yaitu jumlah uang kas, kebutuhan modal kerja, dan aktiva tetap melebihi modal yang diinvestasikan maka EVA adalah positif.

Asumsi : ( 1 ) Bila EVA > 0, maka perusahaan telah menciptakan nilai ekonomis kedalam perusahaan.

( 2 ) Bila EVA = 0, maka secara ekonomis semua laba perusahaan digunakan untuk membayar seluruh kewajiban kepada kreditur dan pemegang saham.

( 3 ) Bila EVA < 0, maka laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan PTPN III, kreditur, dan pemegang saham.

Manajemen dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika manajemen melakukan satu dari tiga hal berikut (Stewart, 1993: 118-119):

1. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal.

2. Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapat return lebih besar dari biaya modal yang ada.

3. Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Selain itu, dengan berinvestasi ke project-project yang menerima return


(40)

lebih besar daripada biaya modal (cost of capital) yang digunakan berarti manajemen hanya mengambil project yang bermutu dan meningkatkan nilai perusahaan. Economic Value Added (EVA) juga mendorong manajemen untuk berfokus pada proses dalam perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau proses yang tidak menambah nilai. Perhitungan EVA suatu perusahaan merupakan proses yang kompleks dan terpadu karena perusahaan harus menentukan terlebih dahulu biaya modalnya.

Economic Value Added (EVA) menjadi relevan untuk mengukur kinerja yang berdasarkan nilai (value) karena EVA adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen. Dengan adanya EVA, maka pemilik perusahaan hanya akan memberi imbalan (reward) aktivitas yang menambah nilai dan membuang aktivitas yang merusak atau mengurangi nilai keseluruhan suatu perusahaan. Aktivitas yang value added dapat dipisahkan dari aktivitas nonvalue added berdasarkan proses value added assessment. Diharapkan pemilik perusahaan dapat mendorong manajemen untuk mengambil actions atau strategi yang value added karena hal ini memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dengan baik.

Manajemen akan digaji dalam jumlah besar, jika mereka menciptakan nilai tambah yang besar pula. Banyak hal lain dalam perusahaan dimana EVA juga berperan. Economic Value Added membantu manajemen dalam hal menetapkan tujuan internal (internal goal setting) perusahaan supaya tujuan berpedoman pada implikasi jangka panjang dan bukan jangka pendek saja. Dalam hal investasi EVA memberikan pedoman untuk keputusan penerimaan suatu project (capital budgeting decision), dan dalam hal mengevaluasi kinerja rutin (performance assessment) manajemen, EVA membantu tercapainya aktivitas yang value added. EVA juga


(41)

membantu adanya system penggajian atau pemberian insentif (incentive compensation) yang benar dimana manajemen didorong untuk bertindak sebagai owner (Utomo, 1999).

Nilai tambah ekonomis (economic value added/EVA) menjadi metode nilai pemegang saham yang begitu popular dalam mengukur kinerja perusahaan dan divisi dan pada akhirnya menggantikan ROI sebagai standar pengukuran kinerja.EVA mengukur selisih antara nilai sebuah bisnis sebelum dan sesudah sebuah strategi diimplementasi. Jika selisih yang diperoleh ,yaitu diskonto terhadap biaya modalnya positif, maka strategi yang diambil perusahaan menghasilkan nilai bagi pemegang sahamnya. EVA adalah laba operasi setelah pajak dikurang dengan total biaya modal tahunan. Salah satu keunggulan EVA adalah hubungannya yang kuat pada harga saham. Para manajer dapat meningkatkan EVA Perusahaan atau unit bisnis dengan cara :

1. Mendapatkan lebih banyak laba tanpa menggunakan lebih banyak modal 2. Menggunakan lebih sedikit modal dan

3. Menginvestasi modal dalam proyek – proyek yang menghasilkan pengembalian yang tinggi.

EVA merupakan pengukuran kinerja yang mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam menambahkan nilai kedalam investasi shareholder. EVA juga merupakan alat yang dapat digunakan sebagai pengukur keberhasilan kinerja manajemen dari perusahaan. McDaniel, Gadkari dan Viksel (2000) berpendapat bahwa, ada tiga hal utama yang membedakan EVA dengan tolok ukur keuangan yang lain yaitu:


(42)

1) EVA tidak dibatasi oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pengguna EVA dapat menyesuaikan dengan kondisi spesifik.

2) EVA dapat mendukung setiap keputusan dalam sebuah perusahaan, mulai dari investasi nol, kompensasi karyawan dan kinerja unit bisnis.

3) Struktur EVA yang cukup sederhana membuatnya dapat digunakan oleh bagian lain seperti engineering, environmental dan personil yang lain sebagai alat yang umum untuk mengkomunikasikan aspek yang berbeda dari kinerja keuangan. Artikel yang dimuat pada majalah SWA (2002) membahas mengenai penilain EVA perusahaan publik di Indonesia dari tahun 2000 sampai dengan 2002. hasil dari perhitungan yang mereka lakukan menunjukkan bahwa perusahaan yang mampu membukukan EVA positif semakin turun dari tahun ke tahun, yaitu 47 perusahaan pada tahun 2000, menjadi 33 perusahaan ditahun 2001 dan pada tahun 2002 hanya sebanyak 24 perusahaan. Majalah SWA yang terbit 2003 membahas mengenai emiten non bank dan lembaga keuangan lain dan mengukur kinerja keuangan mereka dengan menggunakan konsep EVA dan menemukan kenyataan bahwa tahun 2003 hanya 10,9% dari total emiten non bank dan lembaga keuangan lain yang menciptakan nilai (value) bagi para shareholdernya. Hal ini mungkin disebabkan untuk menanggung beban bunga dari hutang saja banyak perusahaan hanya mampu menghasilkan laba yang minim dan bahkan menderita kerugian apalagi kalau memperhitungkan beban ekuitas.

Menurut Rudianto, (2006:340) “EVA adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital)”.


(43)

Economic Value Added (EVA), sebagai alternatif dari ROI adalah sebuah pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang dapat dengan mudah diintegrasikan dalam aktivitas perusahaan sehari-hari, karena semua pengurangan biaya dan kenaikan pendapatan ada di dalam istilah EVA (pengurangan biaya dalam suatu periode sama dengan kenaikan EVA dalam periode yang sama). EVA merupakan sebuah pengukuran kinerja berdasarkan nilai yang merefleksikan jumlah absolut nilai kekayaan pemegang saham yang dihasilkan, baik bertambah atau berkurang tiap tahunnya. EVA merupakan alat yang berguna untuk memilih investasi keuangan yang paling cocok untuk mengendalikan operasional perusahaan.


(44)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara III Medan

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan, dan pemasaran hasil perkebunan. Pembentukan Perseroan ini mempunyai lintasan sejarah yang diawali dengan proses pengambil alihan perusahaan-perusahaan perkebunan Belanda pada tahun 1958 oleh pemerintah Republik Indonesia yang dikenal dengan proses “Nasionalisasi” perusahaan asing. Embrio yang turut membentuk perseroan ini berasal dari NV Rubber Cultur Maatschappij Amsterdam (RCMA) dan NV Cultuur Mij’ de Oeskust (CMO) yang sebelumnya adalah perusahaan perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia sejak jaman kolonial pada masa Pemerintahan Hindia Belanda.

Langkah awal perseroan dimulai pada tahun 1958 dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara Baru cabang Sumatera Utara (PPN Baru). Setelah mengalami beberapa kali perubahan bentuk atau status badan hukum sejalan dengan Undang-undang (UU) dan Peraturan pemerintah (PP) yang ada. Pada tahun 1968 PPN tersebut direorganisasikan menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang selanjutnya pada tahun 1974 bentuk hukumnya dialihkan menjadi PT.Perkebunan (Persero).


(45)

Pada tahun 1994, dilakukan langkah penggabungan manajemen 3 (tiga) BUMN perkebunan yang terdiri dari PT Perkebunan III (Persero), PT.Perkebunan IV (Persero), dan PT.Perkebunan V (Persero) disatukan pengelolaannya oleh Direksi PT.Perkebunan III (Persero). Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, ketiga perseroan tersebut wilayah kerjanya berada pada propinsi Sumatera Utara digabungkan menjadi satu Perseroan dengan nama PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Jl. Sei Batang Hari No.2 Medan, Sumatera Utara.

PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) mengusahakan produk-produk perkebunan seperti kelapa sawit, karet, yang terdiri dari produksi kebun sendiri yang menghasilkan komoditi karet dan kelapa sawit, selain itu mengusahakan produksi kebun plasma yaitu perusahaan membeli produksi dari petani peserta PIR/Plasma. PT.Perkebunan Nusantara III juga melakukan pengelolaan untuk produk karet yang disebut dengan Industri Hilir Karet. Industri Hilir Karet adalah barang jadi karet yang merupakan hasil olahan lanjut Pabrik Industri Hilir Karet yang bahan bakunya berasal dari produksi primer lateks. Hal ini dilakukan untuk mendapat nilai tambah dari komoditi primer karet, selain itu untuk mengantisipasi penggunaan karet sintesis sehingga mengatasi penurunan nilai karet alam.

1. Visi Perusahaan:

Menjadi Perusahaan Agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik.

2. Misi Perusahaan:

a. Mengembangkan Industri Hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.


(46)

b. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

c. Memberlakukan karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya secara optimal.

d. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan “imbal-hasil” terbaik bagi para investor.

e. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

f. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.

g. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan. Strategi perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Menjalin dan mengembangkan hubungan sinergi yang efektif dengan mitra strategis untuk mewujudkan peluang bisnis.

b. Melaksanakan manajemen berorientasi pasar, sensitif terhadap kecenderungan industri dan pergerakan pasar, dan mencermati pesaing. c. Menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan kemampuan serta

pendapatan dan arus kas.

d. Mematuhi aturan-aturan SHE (Safety, Health, and Environment – keselamatan, kesehatan, dan lingkungan).

e. Melaksanakan keunggulan operasional agar perusahaan menjadi “cost effective”.

f. Membangun budaya kerja yang kondusif dengan melaksanakan Tata-Nilai dan Paradigma Baru.

g. Membangun dan mengimplementasikan manajemen Sumber Daya Manusia berbasis kompetensi dan kinerja.


(47)

B. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas PT. Perkebunan Nusantara III

Penyusunan Struktur Organisasi pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan didasarkan pada beberapa pertimbangan pokok yaitu:

1. Struktur organisasi dan uraian jabatan yang jelas sangat diperlukan dari setiap jabatan, sehingga masing-masing pemegang jabatan dapat mengetahui dengan jelas batas-batas, wewenang dan tanggung jawab.

2. Keinginan dari pimpinan puncak perusahaan untuk melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dan lebih serta terkoordinir kepada pimpinan tingkat menengah sehingga pimpinan dapat lebih banyak memusatkan pikiran dan tenaganya untuk hal-hal yang lebih penting demi kelangsungan hidup, kemajuan dan perkembangan perusahaan.

3. Kegiatan semakin meningkat dan meluasnya kegiatan usaha sehingga perlu pembentukan suatu wadah berupa struktur organisasi yang tangguh, dinamis, dan dapat mengikuti lajunya arus perkembangan usaha.

4. Perlunya pembentukan profit dan cost center.

5. Perlunya sistem komunikasi di dalam organisasi perusahaan dimana semua tingkat dapat berkomunikasi secara vertikal dan horizontal.

1. Struktur Organisasi

Sebelum menjalankan aktivitas perusahaan sangatlah penting membuat tata hubungan dari wewenang dan tugas masing-masing bagian pada perusahaan. Hal ini sangat berguna agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat diketahui dengan jelas oleh masing-masing individu di dalam perusahaan tersebut, sehingga tugas setiap bagian dapat diarahkan dan dipertanggung jawabkan dengan sepenuhnya.


(48)

2. Uraian Tugas

Adapun uraian tugas dan tanggung jawab dari setiap fungsi organisasi pada PT. Pekebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah sebagai berikut:

a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

RUPS memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang ditentukan Undang-Undang Perseroan atau Anggaran Dasar. Sebagai pemegang tertinggi dalam perseroan, RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari direksi atau Komisaris RUPS.

b. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris dalam kegiatannya mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Melakukan pengawasan secara umum serta memberikan nasehat kepada Direksi dalam menjalankan perseroan,

2. Berwenang memberikan persetujuan atau bantuan kepada direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu,

3. Berwenang melakukan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu mengga ntikan Direksi.

c. Komite Audit

Tugas dan tanggung jawab Komite adalah:

1. Melakukan seleksi auditor eksternal untuk memilih salah satu dari calon auditor yang memenuhi kriteria yang diterapkam perusahaan,


(49)

2. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh Satuan Pengawasan Internal maupun auditor ekstern sehingga dapat dicegah pelaksanaan dan pelaporan yang tidak memenuhi standar,

3. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen perusahaan serta pelaksanaannya,

d. Direktur Utama

Direktur Utama dalam kegiatannya mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Mengadakan ikatan-ikatan dengan pihak ketiga dalam rangka menjalankan dan mengelola perusahaan,

2. Menetapakan anggaran belanja tahunan dan program kerja bulanan,

3. Menyampaikan laporan pertanggunjawaban dan segala aspek kehidupan perusahaan kepada Dewan Komisaris.

e. Direktur Produksi

Tugas dan tanggung jawab Direktur Produksi adalah:

1. Membentuk prosedur-prosedur kebudayaan (agrikultur) yang disetujui perusahaan berkenaan dan pelaksanaannya sekaligus,

2. Mengelola semua kebun dan setiap fasilitas-fasilitas pengolahannya,

3. Memastikan semua kebun pekerja tetap berpedoman kepada estimate yang sudah disetujui termasuk revisi estimasi bila ada.

f. Direktur Keuangan

Tugas dan tanggung jawab Direktur Keuangan adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan laporan keuangan diantaranya laporan kinerja perusahaan, laporan posisi keuangan perusahaan,


(50)

2. Menjalankan dan melaksanakan kebijakan direksi dalam manajemen keuangan dan administrasi yang meliputi permodalan, keuangan dan akuntansi serta senantiasa meningkatkan efisiensi,

3. Menyusun rencana jangka pendek dan panjang bagi kegiatan yang berhubungan dengan permodalan keuangan dan biaya serta pendapatan perusahaan,

4. Mengurus masalah yang ada hubungannya dengan keagrariaan, Hak guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB), dan sertifikat,

g. Direktur SDM

Adapun tugas dan tanggung jawab Direkur SDM adalah:

1. Menetapkan dan melaksanakan peraturan dan prosedur demi kelancaran operasional perusahaan,

2. Mengatur penggunaan dan perawatan semua alat produksi perusahaan, 3. Mengatur semua masalah ketenagakerjaan yang menyangkut ketentuan dan

syarat penggajian, pengobatan, kesejahteraan, mutasi pegawai dan lainnya, 4. Menjalin hubungan dengan departemen pemerintah yang terkait.

h. Direktur Perencanaan dan Pengembangan

Adapun tugas dan tanggung jawab Direktur Perencanaan dan Pengembangan adalah:

1. Menyusun kebijakan, program kegiatan dan kebutuhan anggaran perencanaan dan pengembangan,

2. Menyusun rencana kerja dan pengembangan anggaran perusahaan,

3. Menjadi penghubung antara perusahaan dengan Bappepam dan Stakeholder.


(51)

i. Kepala Bagian Sekretariat Perusahaan

Tugas dan tanggung jawab Kepala Bagian Sekretariat Perusahaan adalah:

1. Menyusun kebijakan, program kegiatan dan kebutuhan anggaran Sekretariat perusahaan,

2. Mempersiapkan dan menyelenggarakan administrasi rapat-rapat Direksi dan Dewan Komisaris Pemegang Saham, DPR/DPRD yang berkaitan dengan kegiatan Direksi, serta menerbitkan dan meneruskannya ke Bagian Teknologi Informasi untuk pembuatan aplikasi hasil rapat pada fasilitas internet,

3. Mengurus dan menyelenggarakan administrasi dan arsip perusahaan. j. Kepala Bagian SPI (Satuan Pengawasan Internal)

Tugas dan tanggung jawab Kepala Bagian SPI adalah:

1. Mengevaluasi sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen guna memastikan kecukupan sistem pengendalian dan kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan peraturan Perundang-undangan yang mempunyai dampak signifikan pada kegiatan operasi perusahanaan, 2. Mengevalusi cara pengamanan asset dan melakukan verifikasi atas

keberadaan asset,

3. Mengevaluasi kehandalan dan integritas informasi keuangan dan informasi operasi dan cara yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengklasifikasi serta melaporkan informasi tersebut.

4. Memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses tata kelola (Governance) mencakup evaluasi rancangan dan implementasi


(52)

k. Kepala Bagian Tanaman

Tugas dan tanggung jawab Kepala Bagian Tanaman yaitu:

1. Membuat, meninjau dan merevisi standard performance bidang tanaman, 2. Merumuskan kebijakan kultur teknis tanaman dan panen yang lebih baik

guna meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja,

3. Melaksanakan pemesanan kecambah Kelapa Sawit yang bersertifikat dan biji Karet yang berkualitas,

4. Melaksanakan pengkajian, pengujian sarana dan metode baru bidang tanaman.

l. Kepala Bagian Keuangan

Tugas dan tanggung jawab Kepala Bagian Keuangan adalah:

1. Membuat dan menyampaikan Laporan Manajemen (LM) intern dan tahunan kepada pemegang saham,

2. Membuat dan menyampaikan Laporan Keuangan (Konsolidasian) interim dan tahunan sesuai dengan pernyataan standar akuntansi keuangan kepada stakeholders (pemegang saham, Bapepam, Instansi terkait lainnya),

3. Mempersiapkan bahan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang berkaitan dengan data keuangan,

4. Melaksanakan pemeriksaan kas, persediaan dan aktiva lainnya serta verifikasi penggunaan uang kerja dan administrasi keuangan Distrik Manajer dan Kebun atau unit secara periodik,

5. Menyusun perencanaan strategi dan rencana jangka panjang bagian serta rencana kerja anggaran perusahaan/rencana operasional di bagian keuangan.


(53)

m. Kepala Bagian Umum

Tugas dan tanggung jawab Kepala Bagian Umum adalah:

1. Mengurus penerbitan sertifikat Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan Kantor Direksi,

2. Mengurus pengelolaan Poliklinik Kantor Direksi dan memonitor pengiriman pasien Poliklinik Kantor Direksi,

3. Melaksanakan analisa dan evaluasi keamanan perusahaan dalam upaya penyelenggaraan pengamanan personil, asset, informasi atau dokumen, lingkungan dan instalasi,

4. Melaksanakan investasi dan interogasi internal serta menuangkannya ke dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan resume hasil pemeriksaan. n. Kepala Bagian Perencanaan dan Pengkajian

Tugas dan tanggung jawab Kepala Bagian Perencanaan dan Pengkajian adalah: 1. Menyusun kebijakan, program kegiatan dan kebutuhan anggaran

perencanaan dan pengkajian,

2. Meyusun rencana kerja dan pengkajian anggaran perusahaan,

3. Merencanakan dan mengkaji serta merekomendasikan jenis industri hilir yang prosfektif bagi perusahaan,

4. Mengkaji dan menyusun rencana jangka panjang perusahaan. o. Kepala Bagian Teknik

Tugas dan tanggung jawab Kepala Bagian Teknik adalah:

1. Merencanakan, memonitori dan mengevaluasi pekerjaan teknik yang berhubungan dengan pemeliharaan dan perbaikan mesin instalasi, sipil atau traksi dan alat berat,


(54)

2. Mengkaji dan mengembangkan manajemen teknik secara inovatif guna pencapaian sasaran mutu yang lebih efektif dan efisien,

3. Melaksanakan pengujian sarana dan metode baru bidang teknik. p. Kepala Bagian Akuntansi

Tugas dan tanggung jawab Kepala Bagian Akuntansi adalah:

1. Melaksanakan kegiatan proses akuntansi yang meliputi aktiva, kewajiban, ekuiti, penjualan, dan beban,

2. Melaksanakan rekonsiliasi perkiraan internal dan eksternal,

3. Memonitoring dan evaluasi kinerja karyawan pada bagian akuntansi,

4. Menyusun perencanaan strategi dan rencana jangka panjang bagian serta rencana kerja anggaran perusahaan/rencana kerja operasional di bagian akuntansi,

5. Menyusun proyeksi dan realisasi cash flow perusahaan. q. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia (SDM)

Tugas dan tanggung jawab Kepala Bagian SDM adalah:

1. Melaksanakan pengelolaan SDM berbasis kompetensi, kinerja dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan,

2. Melaksanakan pembangunan sistem dan Training Program dalam rangka pemenuhan kompetensi,

3. Melaksanakan kegiatan survei kepuasan karyawan,


(55)

r. Kepala Bagian Pengembangan

Tugas dan tanggung jawab Kepala Bagian Pengembangan adalah:

1. Menjalankan kerja sama dengan pihak luar dalam rangka pengembangan dan kerja sama strategi perusahaan, serta tata kelola perusahaan yang baik, 2. Mengembangkan industri hilir yang telah dimiliki perusahaan,

3. Mengikuti perkembangan pasar modal termasuk peraturan-peraturan yang berlaku di pasar modal dan memberikan masukan kepada Direksi,

4. Melaksanakan pengendalian sistem komputerisasi yang terintegrasi berbasis database secara konsisten dan up to date.

s. Kepala Bagian Teknologi

Tugas dan tanggung jawab Kepala Bagian Teknologi adalah:

1. Merencanakan, memonitor dan mengevaluasi pengolahan dan pengawasan mutu untuk mendukung perencanaan produksi pabrik sesuai dengan permintaan pasar,

2. Menuntun norma atau standard fisik dan mutu, bahan kimia dan bahan pendukung pengolahan pabrik,

3. Memonitor dan mengevaluasi mutu mulai dari bahan baku hingga produk jadi, lateks pekat, SIR, minyak sawit dan inti sawit,

4. Mengkaji dan mengembangkan manajemen pengolahan secara inovatif guna pencapaian sasaran mutu yang lebih efektif dan efisien.

t. Kepala Bagian Pengadaan


(56)

1. Merumuskan sistem dan prosedur pengadaan barang yang diperlukan perusahaan dan pengadaannya harus melalui kantor Direksi dan Unit Kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

2. Melaksanakan pengadaan barang yang pelaksanaanya melalui Kantor Direksi dengan sistem penunjukan langsung,

3. Mengusulkan kepada Panitia Pelelangan Kantor Direksi untuk melaksanakan pelelangan pengadaan barang dengan cara penunjukkan langsung, pemilihan langsung, pelelangan terbatas dan pelelangan umum, 4. Membentuk daftar harga atau database PT. Perkebunan Nusantara III untuk

dapat digunakan sebagai pedoman menentukan harga limit dalam pembuatan anggaran belanja.

u. Kepala Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan (KBL) Tugas dan tanggung jawab Kepala Bagian KBL adalah:

1. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) program kemitraan dan bina lingkungan dan mengusulkannya ke Menteri Negara BUMN,

2. Menjalin dan membina hubungan baik dengan instansi terkait,

3. Menyusun studi kelayakan pembangunan perkebunan rakyat disekitar wilayah usaha perusahaan,

4. Membina kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat dalam pengembangan dan pembangunan Perkebunan Rakyat.

v. Kepala Bagian Program Transformasi Bisnis (PTB) Anak Perusahaan Tugas dan tanggung jawab Kepala Bagian PTB dan Anak Perusahaan adalah: 1. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Direksi dalam


(57)

2. Merencanakan, menyusun program dan rencana kegiatan dari strategi inisiatif PTB,

3. Mengkaji dan menyusun rencana jangka panjang perusahaan (Corporate Planning),

4. Menjamin kebijakan mutu dan lingkungan dipahami, diterapkan dan dipelihara oleh seluruh karyawan disetiap unit kegiatan PT.Perkebunan Nusantara III.

w. Kepala Bagian Penjualan

Tugas dan tanggung jawab Kepala Bagian Penjualan adalah:

1. Melaksanakan tender-tender penjualan dan mempersiapkan laporan penjualan setiap awal bulan,

2. Mengikuti perkembangan pasar mengenai harga minyak sawit dan inti sawit baik di pasaran lokal maupun dunia,

3. Membina hubungan baik dengan costumer termasuk dengan instansi pemerintah dan masyarakat yang berhubungan dengan penjualan,

4. Bersama-sama dengan bagian finance memonitor penagihan piutang yang dilaksanakan.

x. Kepala Bagian Kepatuhan dan Manajemen Resiko

Tugas dan tanggung jawab Kepala Bagian Kepatuhan dan Manajemen Resiko adalah:

1. Menyusun kebijakan, rencana kerja, program kegiatan dan kebutuhan anggaran bagian kepatuhan dan manajemen resiko,


(58)

2. Melaksanakan prosedur pemakaian uang kerja bagian kepatuhan dan manajemen resiko, serta memenuhi Undang-undang dan peraturan yang terkait yang diperlukan oleh perusahaan,

3. Melaksanakan aspek hukum perusahaan dan tata kelola perusahaan,

4. Bekerja sama dengan konsultan Hukum Perusahaan (Legal Advisor) untuk memperkuat aspek hukum perusahaan (Corporate Law) dengan semua pihak yang terkait.

y. Manajer Unit Diklat dan Agrowisata Sei Karang

Tugas dan tanggung jawab Manajer Unit Diklat dan Agrowisata Sei Karang adalah melaksanakan setiap kegiatan disetiap unit diklat dan menunjukkan serta mempromosikan tempat-tempat atau daerah wisata yang dapat dikunjungi.

Manajer Unit Diklat terdiri dari : 1. Distrik Manjer (DM)

Tugas dan tanggung jawab Distrik Manajer adalah mengepalai kebun-kebun yang dikelola oleh PT.Perkebunan Nusantara III dan setiap Distrik Manajer mengepalai 7 unit kebun (anak perusahaan).

2. Manajer Regional (MR)

Tugas dan tanggung jawab Manajer Regional adalah:

a. Mengawasi pekerjaan setiap kebun yang dikelola oleh distrik manajer dan berhubungan langsung dengan bagian perencanaan dan pengembangan,

b. Melaporkan segala kegiatan dan hasil yang dilaksanakan oleh setiap kebun kepada direksi,


(59)

Tugas dan tanggung jawab Manajer adalah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk memberdayakan seluruh sumber daya unit kerja secara optimal untuk mewujudkan operasional excellence.

C. Wilayah Kerja PT. Perkebunan Nusantara III

PT. Perkebunan Nusantara III yang berkantor pusat di Medan, mempunyai wilayah kerja di 6 (enam) daerah tingkat II di Propinsi Sumatera Utara, yaitu:

1. Kabupaten Deli Serdang 2. Kotamadya Tebing Tinggi 3. Kabupaten Asahan

4. Kabupaten Simalungun 5. Kabupaten Labuhan Batu 6. Kabupaten Tapanuli Selatan

Kebun-kebun yang dikelola PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan berjumlah 33 kebun, terdiri dari 30 kebun sendiri dan 3 kebun plasma yang dikelompokkan ke dalam 3 wilayah kerja dengan luas area seluruhnya adalah 186.910,72 Ha terdiri dari 166.606,94 Ha luas kebun sendiri dan 20.303,78 Ha kebun plasma.


(60)

Tabel 3.1

Unit Kebun PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Medan

Kebun Lokasi Budidaya

Wilayah A

1. Aek Kanopan Kebun Sendiri

2. Sei Baharur 3. Torgamba 4. Sei Daun 5. Sei Meranti 6. Bukit Tujuh

Aek Raso Kebun Plasma Labuhan Batu Labuhan Batu Labuhan Batu Labuhan Batu Labuhan Batu Labuhan Batu/TapSel Labuhan Batu Kelapa sawit Kelapa sawit Kelapa sawit Kelapa sawit Kelapa sawit Kelapa sawit Kelapa sawit Wilayah B

1. Sei Dadap Kebun Sendiri

2. Pulau Mandi 3. Bandar Selamat 4.Membang Muda 5. Rantau Prapat 6. Merbau selatan 7. A.Nabara Utara 8.A.NabaraSelatan 9. Sisumut 10.Hapesong 11.Batang Toru Asahan Asahan Labuhan Batu Labuhan Batu Labuhan Batu Labuhan Batu Labuhan Batu Labuhan Batu Labuhan Batu Tapanuli Selatan Tapanuli Selatan Kelapa sawit/karet Kelapa sawit/karet Kelapa sawit/karet Kelapa sawit/karet Kelapa sawit/karet Kelapa sawit/karet Kelapa sawit/karet Kelapa sawit Kelapa sawit Kelapa sawit/karet Kelapa sawit/karet


(61)

Kebun Lokasi Budidaya Wilayah C

1. Sei Putih Kebun Sendiri

2. Tanah Raja 3. Sarang Ginting 4. Silau Dunia 5. Rambutan 6. Gunung Pamela 7. Gunung Monaco 8. Gunung Para 9. Bangun 10. Bandar Betsy 11. Sei Mangke 12. Sei Silau 13. Huta Padang

1. Bt. Patimbalan Kebun Plasma

2. Pir Lok

Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang/Simalungun Deli Serdang/Tebing Tinggi Deli Serdang Deli Serdang Simalungun Asahan/Simalungun Asahan Asahan Simalungun Asahan Kelapa sawit/karet Kelapa sawit/karet Kelapa sawit/karet Kelapasawit/karet Kelapa sawit/karet Kelapa sawit/karet Kelapa sawit/karet Kelapa sawit/karet Kelapa sawit/karet Kelapa sawit/karet Kelapa sawit Kelapa sawit Kelapa sawit Kelapa sawit Kelapa Sawit Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Medan.


(62)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Z-Score pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). 1. Analisis Rasio X1

Rasio X1 merupakan rasio modal kerja bersih(net working capital) terhadap total aktiva (X1 =

aktiva Total

lancar hutang

-lancar aktiva

di mana modal kerja bersih merupakan hasil pengurangan aktiva lancar dengan hutang lancar. Umumnya bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal kerja juga akan turun lebih cepat dari pada total aktiva menyebabkan rasio ini turun dengan cepat.

Tabel 4.1 Rasio X1

(Perubahan dalam Persentase)

TAHUN Xi

2003 0,0133

2004 0,0081

2005 -0,056

2006 -0,133

2007 0,0018

Sumber : Data diolah penulis (2009)

Analisis rasio X1 pada PTPN III menunjukan bahwa perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan dari tahun 2003 dan 2004 dikarenakan total altiva lancar dikurangi dengan total kewajiban lancar yang memberikan implikasi nilai X1 positif dari tahun 2003,2004.


(63)

Di tahun 2005 perusahaan mengalami kesulitan , hal ini menyebabkan perusahaan sulit untuk memenuhi kegiatan operasionalnya..

Tanda negatif pada rasio ini mencerminkan perusahaan mengalami kerugian. Tanda negatif yang terkandung dalam rasio-rasio ini, menggambarkan bahwa perusahaan memiliki hutang lancar yang lebih besar daripada aktiva lancar, sehingga aktiva lancar tidak mencukupi untuk membiayai seluruh hutang lancar maupun hutang jangka panjang. Inilah yang dapat dijadikan indikator yang menunjukkan bahwa PTPN III memiliki kinerja keuangan yang buruk ditahun 2005 dan 2005, dikarenakan porsi perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar minimal adalah 1:1 atau aktiva lancar lebih besar dari pada hutang lancar (Lesmana dan Surjanto, 2003 : 173).

2. Analisis Rasio X2

Rasio X2 merupakan perbandingan antara laba ditahan kumulatif dengan total aktiva X2 =

aktiva total

ditahan laba

Rasio mi mengukur kemampulabaan kumulatit dari perusahaan. Rasio ini mencerminkan umur perusahaan, karena semakin muda perusahaan semakin sedikit waktu yang dimiliki untuk membangun laba kumulatif. Dengan kata lain perusahaan-perusahaan muda akan lebih sering mendapatkan rasio X2 yang bernilai negatif di bandingkan perusahaan-perusahaan dewasa.

Tabel 4.2 berisikan perubahan rasio X2 selama kurun waktu tahun 2003 Sampai dengan tahun 2007.


(64)

Tabel 4.2 Rasio X2

TAHUN X2

2003 0,0804

2004 0,2087

2005 0,115

2006 0,098

2007 0,17

Sumber: Data diolah penulis (2009)

Pada tahun 2004 terjadi peningkatan dikarenakan total aktiva dapat digunakan scara efektif. Pada tahun 2005 hingga 2007 penurunan terjadi karena adanya penurunan laba ditahan dari Rp. 417.552.858.125(tahun 2005) menjadi Rp 293.853.308.631(tahun 2006) dan peningkatan total aktiva dari Rp 2.414.790.325.857(tahun 2005) menjadi Rp 2.985.412.628.467(tahun 2006) di tahun 2007 mengalami peningkatan dikarenakan jumlah laba ditahan mnjadi Rp 702.749.269.619 dan peningkatan total aktiva menjadi Rp 3.951.307.751.094 Berarti terjadi peningkatan efektivitas dalam penggunaan aktiva jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

3. Analisis Rasio X3

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT = Earning Before Interest and Taxes) dengan total aktiva

(X3 =

Aktiva Total

EBIT

Rasio ini juga mengukur kemampulabaan sebelum pembayaran bunga dan pajak. Rasio ini juga dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktivitas penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang lebih banyak daripada bunga pinjaman.


(1)

(2)

Perhitungan Z Score pada PTPN III

Tahun 2003

x 1,05 x

6,72 x

3,26 x

6,56 1 + 2 + 3 + 4

= Z

0133 , 0

717 683 1

879 348 -421 371

aktiva Total

Lancar Hutang

-lancar Aktiva

aktiva Total

kerja Modal x1

= = = =

080 , 0

1.683.717 135.423

aktiva Total

ditahan Laba

x2

= = =

17 , 0

1.683.717 990 286

aktiva Total

pajak dan bunga sebelum Laba

x3

= = =

2929 , 1

734.294 949.422

hutang Total

sendiri Modal

x4

= = =

2,85

1,3576 1,1454

0,2622 0,878

(1,2929) 1,05

(0,170) 6,72

(0,080) 3,26

(0,013) 56

, 6 =

+ +

+ =

+ +

+ =


(3)

Tahun 2004

x 1,05 x

6,72 x

3,26 x

6,56 1 + 2 + 3 + 4

= Z

00812 , 0

215 147 2

036 568 482 585

aktiva Total

Lancar

Hutang

-lancar Aktiva

aktiva Total

kerja Modal x1

= = = =

13 , 0

215 147 2

494 279

aktiva Total

ditahan Laba

x2

= = =

208 , 0

215 147 2

269 448

aktiva Total

pajak dan bunga sebelum Laba

x3

= = =

16 , 1

993472 1153143

hutang Total

sendiri Modal

x4

= = =

3,041

(1,16) 1,05 (0,208) 6,72

(0,013) 3,26

(0,0081) 56

, 6 =

+ +

+ =

Z

Tahun 2005

x 1,05 x

6,72 x

3,26 x

6,56 1 + 2 + 3 + 4

= Z


(4)

) 056 , 0 (

2414790 568036

-431674

aktiva Total

lancar Hutang

-lancar Aktiva

aktiva Total

− = = =

115 , 0

2414790 277915

aktiva Total

ditahan Laba

x2

= = =

1729 , 0

2414790 417552

aktiva Total

pajak dan bunga sebelum Laba

x3

= = =

7926 , 0

1347041 1067749

hutang Total

sendiri Modal x4

= = =

1,6603

0,832 1,161

0,037 0,3699

(1,7926) 1,05

(0,1729) 6,72

(0,0114) 3,26

(-0,0564) 56

, 6

=− + + +

=

+ +

+ =

Z


(5)

Tahun 2006

Rumus Z score

x 1,05 x

6,72 x

3,26 x

6,56 1 + 2 + 3 + 4

= Z

Aktiva Total

lancar Hutang

-lancar Aktiva

aktiva Total

kerja Modal

1 = =

x

13 , 0

133091630 ,

0 467

2985412628

27 7906759009

-06 3933424645

-1

− =

− = =

x

aktiva Total

ditahan Laba

2 =

x

0984 , 0 467 2985412628

31 2938533086

2 = =

x

aktiva Total

pajak dan Bunga pajak / sebelum

Laba

3 =

x

15 , 0

154970472 ,

0 467 2985412628

02 4626508045 3

= = =

x

Hutang Total

sendiri Modal

4 =

x

7627 , 0 028 1693571275

439 1291841353

4 = =


(6)

(Grey) 1,2558

0,8001 1,008

0,31948 0,872

-(0,762) 1,05

(0,15)b 6,72

(0,098) 3,26

(-0,13) 6,56

=

+ +

+ =

=

+ + +

+ =

Tahun 2007

aktiva Total

kerja Modal

1 =

x

0188 , 0

3951307 739278

-736 746

aktiva Total

lancar Hutang

-lancar Aktiva

kerja Modal

= = =

17 , 0

3951307 702749

aktiva Total

ditahan Laba

2

= = =

x

275 , 0

3951307 1,089592

aktiva Total

pajak dan bunga sebelum Laba

x3

= = =

929 , 0

2048221 903086 , 1

Hutang Total

sendiri Modal 4

= = =

x

(0,929) 1,05

(0,275)b 6,72

(0,1848) 3,26

(0,0118) 6,56

x 1,05 x

6,72 x

3,26 x

6,56 1 2 3 4

+ + +

+ =

+ +

+ =