Pelaksanaan Fungsi Maujana Nagori Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Pada Nagori Tanjung Pasir, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun)

(1)

Kuesioner Penelitian

“PROGRAM-PROGRAM PEMBERDAYAAN TUNANETRA

DALAM MENCAPAI KEMANDIRIAN ANAK”

STUDI DESKRIFTIF DI YAYASAN PENDIDIKAN TUNANETRA SUMATERA “YAPENTRA”

A. Identitas Renponden

1. Nama :

2. Umur :

3. Tempat /Tgl lahir : 4. Jenis Kelamin : a. Laki-lagi : b. Perempuan : 5. Pendidikan :

a. SDLB b. SMPLB c. SMP Inklusi d. SMU Inklusi e. UNIVERSITAS f. VSC

6. Agama :

7. Suku Bangsa :

8. Daerah Asal :

9. Tahun Masuk Yapentra :

B. Program –program yang dilaksanakan Yapentra dalam usaha

pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari klien ?

10. Berapa kalikah dalam satu hari anda mendapat jatah makanan y dalam 1 hari di Yapentra. ?

a. 3 x sehari b. 2 x sehari c. 1 x sehari

11. Bangaimanakah menu makanan yang dilaksanakan di Yapentra ?

a. Menu berganti setiap hari b. Menu berganti setiap minggu c. Menu berganti setiap bulan

12. Apakah ada makanan tambahan dan waktu kapankan anda mendapat makanan tambahan di Yapentra ?

a. Setiap hari b. Setiap minggu c. Setiap bulan

13. Apakah ada. jenis makanan penutup yang anda terima selama di Yapentra, sebutkan ...?


(2)

14. Apakah jenis-jenis pakaian sandang yang anda terima selama berada di Yapentra, sebutkan... ?

15. Berapakah pakaian sandang yang anda terima dalam setahun di Yapentra ?

a. 1 potong b. 2 potong c. 3 potong

d. lebih dari 3 potong

16. Fasilitas apakah yang anda dapatkan di dalam kamar asrama ? sebutkan...

17. Berapa orangkah anda dalam tinggal dalam 1 asrama ? a. 1-3 orang

b. 3-5 orang c. 6-8 orang

18. Sarana informasi apakah yang yang anda dapatkan di Yapentra ? sebutkan ...

19. apakah sarana kamar mandi yang anda dapatkan selama berada di Yapentra ? sebutkan ...

20. Bangaimanakah keadaan kamar mandi yang ada di Yapentra ? sebutkan...?

21. Apakah sarana kesehatan yang ada di Yapentra ? sebutkan... ?

22. Apakah sarana yang disediakan oleh pihak yayasan dalam menunjang kesehatan saudara, sebutkan...?

23. Apakah sarana yang disediakan oleh pihak lembaga dalam menunjang kesehatan saudara, sebutkan... ?

24. Apakah jam istirahat yang diberlakukan Yapentra memadai untuk anda, sebutkan... ?

C. Program-Program Pemberdayaan dan Kemandirian Yang

Dilaksanakan Oleh Yapentra Dalam Usaha Memandirikan Anak asuh 25. Apakah pogram-program kemandirian yang telah disediakan

oleh Yapentra, sebutkan...?

26. sebelum anda memasuki lingkugan Yapentra program apakah yang pertama kali anda ikuti, sebutkan...?

27. Apakah metode-metode yang dilaksanakan oleh Yapentra dalam menunjang pendidikan dan pelatihan anak asuh, sebutkan... ?

28. Apakah sarana dan prasarana yang disediakan oleh Yapentra dalam menunjang anak asuh dalam beraktivitas, sebutkan... ?

29. Apakah sarana yang disediakan oleh Yapentra dalam meningkatkan UEP (unit ekonomi produktif ) anak asuh, sebutkan... ?


(3)

30. Apakah sarana ysng disediakan oleh Yapentra dalam meningkatkan kemampuan anak asuh dalam bidang pertanian pertanian, sebutkan... ?

31. Apakah bahan-bahan ketrampilan yang sering terjadi mengalami keterlambatan di Yapentra, sebutkan...? 32. Berapa kalikah anda mengunakan fasilitas pendukung

ketrampilan dalam seminggu a. 1 kali

b. 2 kali c. 3 kali

d. Lebih dari 3 kali

32. Apakah program-program yang telah anda pelajari selama anda berada di Yapentra , sebutkan... ?

33. Apakah program-program yang telah mahir anda kuasai selama anda berada di Yapentra, sebutkan... ?


(4)

Panduan Wawancara Untuk Staf

a. Karakteristik Responden

Nama :

Jabatan :

Tempat tinggal :

b. Pertanyaaan :

34. Apa saja syarat agar seorang yang mengalami hambatan dalam penglihatan dapat tinggal dan memperoleh pelayanan khusus di Yapentra, sebutkan... ?

35. Kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diberikan oleh Yapentra kepada anak asuh selama anak asuh berada di yayasan, sebutkan... ?

36. Usaha-usaha apakah yang dilakukan oleh pihak Yapentradalam memandirikan anak asuh, sebutkan...?

37. Setelah anak asuh diterima sebagai anak asuh di Yapentra hal-hal apakah yang mereka terima, sebutkan...?

38. Supaya anak asuh tidak di pandang sebelah mata oleh orag lain dan untuk meningkatkan kepercayaan diri anak asuh hal-hal apakah yang diberikan Yapentra untuk mehgatasi hal ini, sebutkan...?

39. Apakah sistem pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan di Yapentra telah disesuaikan dengan kemampuan anak asuh ?

a. Sesuai b. Tidak sesuai

40. Kurikulum apakah yang saat ini di gunakan oleh Yapentra dalam menunjang sistem pendidikan nasional ?

a. Kurikulum KTSP b. Kurikulum 1994

41. Hal-hal apakah yang menghambat terjadinnya sitem pendidikan di Yapentra, sebutkan...?

42. Apakah program pelatihan yang dilaksanakan oleh Yapentra mampu meningkatkan kemampuan anak tunanetra ?

a. Mampu b. Tidak mampu

43. Apakah program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh Yapentra mampu meningkatkan kemampuan anak asuh dalam berinteraksi dengan masyarakat luasn ?

a. Mampu b. Tidak mampu

44. apakah anak tunanetra yang diasuh di yaysan setelah keluar mampu bekerja dan beraktifitas ?

a. Mampu b. Tidak mampu


(5)

Panduan wawancara untuk orang tua klien

a. Identitas responden

Nama :

Umur :

Alamat :

b. Pertanyaan

45. Apa yang menyebabkan anak Bapak/Ibu mengalami ganguan dalam penglihatan…?

a. Karena kecelakaan b. Karena bawaan lahir

c. Karena menderita salah satu jenis penyakit tertentu..., sebutkan

d. Pengaruh genetika

46. Apakah selama Bapak/Ibu mengetahui bahwa anak Bapak/Ibu mengalami gangguan penglihatan. Bapak/Ibu pernah membawa anak Bapak/Ibu berobat ?

a. Pernah b. Tidak pernah

47. Dari siapakah Bapak/Ibu mengetahui keberadaan Yapentra ? a. Media massa

b. Teman/sanak keluarga

c. Langsung yayasan yang menjumpai saudara

48. Apakah sebelum anak Bapak/Ibu sebelum masuk di Yapentra . anak Bapak/Ibu mampu berinteraksi dengan baik dilingkungan keluarga, dan masyarakat ?

a. Mampu b. Tidak mampu

49. Apakah setelah anak Bapak/Ibu masuk Yapentra anak bapak mampu melakukan tugas sehari-hari seperti makan minum, mencuci baju, menyapu rumah dan lain sebagainnya.

a. Mampu b. Tidak mampu

50. Apakah selama anak Bapak/ibu berada di Yapentra memiliki keahlian yang dapat digunakan anak Bapak/ibu dalam menunjang masa depannya, sebutkan... ?

51. Apakah menurut Bapak/ibu sistem pendidikan dan pelatihan yang ada di Yapentra mampu menjamin masa depan anak Bapak/ibu ?

a. Mampu b. Tidak mampu


(6)

52. Berapa kalikah dalam 1 tahun Bapak/Ibu mengunjungi anak Bapak/Ibu ?

a. 1 x dalam setahun b. 2 x dalam setahun c. Lebih dari 2 x dalam setahun


(7)

Gambar 1, gedung asrama untuk siswa sekolah SD, SMP, SMA


(8)

Gambar3, anak tunanetra siswa SMP LB


(9)

Gambar 5, tenaga pengajar sedang memberikan Individual training kepada siswa SD LB

Gambar 6, adalah jenis-jenis ketrampilan anak tunanetra


(10)

Kursi dan meja yang terbuat dari bambu

Keset Kotak pinsil

Gambar 7, anak tunanetra sedang bertani anggrek


(11)

(12)

51

STRUKTUR ORGANISASI

YAYASAN PENDIDIKAN TUNANETRA SUMATERA (YAPENTRA)

Badan Pendiri

Badan Pengurus

direktur

Kepala Sekolah Kabag Tata Usaha

Kepala Asrama Pengasuh Asrama Juru Cuci Petugas Kesehatan Juru Masak Urusan Kantor Urusan Keuangan Urusan UEP Urusan Gudang Kepala VSC Kord SD LB Koord Perc/perpus Kord TK LB Kord. integrasi Koord SMP LB Koord OM Inst pijat Inst pertanian Inst Anyaman Inst Musik


(13)

Daftar Pustaka

Almond, Gabriel, The Civic Culture, Princeton: Princeton University Press, 1963.

Budiardjo, Miriam, Partisipasi dan Partai Politik, PT. Garamedia, Jakarta, 1982.

Boleong, L., Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.

Castles, Lance, Pemilu Dalam Konteks Komparatif dan Historis, Pustaka Widyatama, Jogyakarta, 2004.

Chillcote, Ronald. Teori Perbandingan Politik, Penelusuran Paradigma. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2003.

Chimad, Tatang, Kritik Terhadap Pemilihan Langsung, Pustaka Widyatama, Jogyakarta, 2004.

Dahl, Robert, Dilema Demokrasi Pluralis, Rajalawi Press, Jakarta, 1982. Edwin, Donni, Pilkada Langsung :Demokratisasi Daerah dan Mitos Good

Governance, Patner Ship, Jakarta, 2005.

H. Nawawi, Metode penelitian bidang sosial, Gadjah Mada University Pers, Jogyakarta, 1995.

Haris, S., Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru, Sebuah Bunga

Rampai. Yayasan Obor Indonesia dan PPW-LIPI, Jakarta, 1998.

Hutington, Samuel, Partispasi Politik di Negara Berkembang, Rineka Cipta, Jakarta, 1999.

Khoirudin, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi, Pustaka Fajar, Jogyakarta, 2004.

Liddle, R. William, Partisipasi dan Partai Politik, Grafitti Press, Jakarta, 1992.

Macridis, Roy, Perbandingan Ilmu Politik,, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1992.

Mahfud M, Hukum dan PilarPilar Demokrasi, Gama Media, Jogyakarta, 1999.


(14)

Porwantana, Undang-Undang Partai Politik, Pustaka Widya Utama, Jogyakarta, 2003.

Prihatmoko, Joko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung Filosofi Sistem

dan Probleme Penerapan di Indonesia, Pustaka Pelajar, Jogyakarta, 2005.

Sastroadmodjo, Sudijono, Perilaku Politik, IKIP Press, Semarang, 1995. Schorder, Peter, Strategi Politik, Frederich Ndauman Stifung,1998.

Shonfield, Andrew, Kapitalisme Modern, Terjemahan dari Modern

Capitalism, London; Oxford University, 1965.

Singarimbun, M., Metodologi penelitian survey. LP3ES, Jakarta.

Sitepu, Antonius, Sistem Politik Indonesia, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2006.

Rahman, A., Sistem Politik Indonesia, Graha Ilmu, Jogyakarta, 2007. Rudi, May, Studi Strategi , Dalam Transformasi System Internasional

Pasca Perang Dingin, Refika Aditama, Bandung, 2002.

Venus, Antar, Manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktis dalam


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Pengertian Anak dan Hak Anak

II. 1. 1. Pengertian Anak

Kedudukan anak dalam aspek sosiologis anak sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan masyarakat dan lingkungan sosial. Kedudukan anak dalam pengertian ini memposisikan anak sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari masyarakat tempat ia berinteraksi, status sosial yang dimaksud ditujukan untuk menerjemahkan ilmu dan tekhnologi sebagai ukuran interaksi yang diukur dari esensi-esensi kemampuan sosial yang berada dalam skala paling rendah (Wadong,2000.12)

Pengertian anak menurut UUD 1945 memiliki makna bahwa hak-hak yang harus diperoleh anak dari masyarakat, bangsa dan negara dan harus diprioritaskan karena kepentingan-kepentingan pembangunan bangsa dan negara harus mendasarkan anak sebagai sumber aspirasi bagi lahirnya generasi-generasi baru pewaris bangsa yang besar bagi perkembangan bangsa yang kemudian dapat mensejahterakan masyarakat Indonesia. Kedudukan pasal 34 UUD 1945 mengandung kekhususan bahwa pengelompokan anak-anak yang terkategori sebagai anak terlantar dan kemudian dijadikan objek pembangunan, pembinaan, pemeliharaan denga tujuan agar anak-anak Indonesia akan dapat menjalani kehidupan yang layak dari suatu kehidupan yang penuh dengna kesejahteraan. (Wadong, 2000: 18).


(16)

II. 1. 2. Hak Anak

Hak asasi anak dalam pandangan deklarasi Hak Asasi Anak yang dicetuskan oleh PBB pada tahun 1959 meliputi hak-hak asasi sebagai berikut:

1. Pasal 4, Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi

2. Pasal 5 Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas dan status kewarganegaraan.

3. Pasal 6 Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usiannya, dalam bimbingan orang tua.

4. Pasal 7

(1) Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuannya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuannya sendiri.

(2) Dalam hal karena suatu sebab orangtuannya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat menjadi menjadi anak as uh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Pasal 8 Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental,spritual, dan sosial.


(17)

(1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

(2) Selain hak anak dimaksud sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang mempunyai keunggulan juga berhak mendapat pendidikan khusus.

7. Pasal 10 Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasannya dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

8. Pasal 11 Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berrekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.

9. Pasal 12 setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial 10. Pasal 13

(1) setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari :

a. Diskriminasi

b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual c. Penelantaran


(18)

d. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan e. Ketidak adilan ; dan

f. Perlakuan salah lainnya

(2) dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak

11. Pasal 14 Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orangtuannya sendiri, kecuali jika ada alasan/ atau aturan huklum yamng sah menunjuk bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.

12. Pasal 15 setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari : a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik

b. pelibatan dalam senhgketa bersenjata c. pelibatan dalam kerusuhan sosial

d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan ; e. pelibatan dalam peperangan

13. Pasal 16

(1) setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi

(2) setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum

(3) penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak yang dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir


(19)

14. Pasal 17

(1) setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk :

a. Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa

b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku c. Membela diri dan memperoleh keadilan didepan

pengadilan. Anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.

(2) setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan

15. Pasal 18 setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya

16. pasal 19 setiap anak berkewajiban untuk :

a. Menghormati orang tua, wali dan guru

b. Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman c. Mencintai tanah air, bangsa dan negara

d. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya e. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia

II. 2. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah mengembangkan klien dari keadaan atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya . suatu proses pemberdayaan (empowerman) pada intinya ditujukan pada guna (Payne, dalam Adi, 2002:97)


(20)

“to help clients gain power of dicision and action over theirs qown lifes by

reducing the effect off sosial of personal blocks to exercisisting existing power, by creasing capacity and self confidence to use power and by transferring power from the inorenment to clients”

(Membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang ia lakukan yang terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan memalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri dalam mengunakan daya yang ia miliki melalui transfer daya dari lingkungannya).

Pemberdayaan adalah pada intinya membahas bangaimana individu kelompok maupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keiginan mereka (shadow, dalam adi, 2002:98)

II. 3. Pengertian, Hak dan Kewajiban Penyandang Cacat

II. 3. 1. Pengertian

Menurut UU No 4 1997 dinyatakan bahwa Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya (http//www.google.com)

Penyandang cacat menurut PP No 36 tahun 1980 adalah seseorang yang menurut ilmu kedokteran dinyatakan mempunyai kelainan fisik atau tubuh yang oleh karenanya dapat merupakan rintangan atau hambatan baginnya untuk


(21)

melaksanakan kegiatan secara layak. Adapun penyandang cacat dapat di bagi dalam 5 kategori sebagai berikut :

1. Penyandang cacat tubuh 2. Penyandang cacat netra 3. Penyandang cacat mental 4. Penyandang cacat rungu/wicara

5.

Penyandang cacat kronis

II. 3. 2. Hak dan Kewajiban

Menurut UU No 4 tahun 1997 tentang penderita cacat bahwa penderita cacat mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan manusia yang normal,

Setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.

Maka hak-hak penyandang cacat seperti yang tertuang dalam UU No 4 tahun 1997 adalah

1. Setiap penyandang cacat berhak memperoleh :

2. Pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan; 3. Pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis dan derajat

kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya;

4. Perlakuan yang sama untuk berperan dalam pembangunan dan menikmati hasil-hasilnya;

5. Aksesibilitas dalam rangka kemandiriannya;

6. Rehabilitasi, bantuan sosial dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial; dan


(22)

7. Hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampuan, dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

Serta pasal 7 UU No 4 tahun 1997 mengenai kewajiban dari penyandang cacat menyebutkan

1. Setiap penyandang cacat mempunyai kewajiban yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis dan derajat kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya.

II. 4. Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial Bagi Penyandang Cacat

Walter A. fredlanden (dalam Nurdin 1990 : 29) mendefenisikan kesejahteran sosial adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan membentuk individu dan kelompok untuk mencapai standart kehidupan dan kesehatan yang kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan lingkungan hidupnya. Dengan kata lain tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara mengikutkan individu baik dalam memecahkan masalah masalah maupun dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

Sedangkan istilah “sosial” menurut Dr. J.A. Ponsion mempunyai dua arti yang berbeda yaitu:

1 Sebagai suatu indikasi dari pada kehidupan bersama makhluk manusia, umpama dalam kebersamaan rasa, berpikir, bertindak dan dalam hubungan sengan manusia.


(23)

2 Sejak ababd ke–19 istilah sosial mempunyai konotasi yang bededa, lebih sentimental dan arena itu menjadi agak kabur, istilah yang serupa dikaitkan dengan persoalan kemiskinan dan ketelantaran orang, sebagai contoh; pekerja sosial, pelayanan sosial, aksi sosial dan semacamnya. (Coleman, 1987:23)

Setiap negara mempunyai batasan pengertian sendiri tentang kesejahteran sosial dan pengunaannya dipengaruhi oleh sejarah, nilai budaya, dan faktor lainnya yang hidup dan tumbuh dalam masyarakat tersebut. Dari uraian ini akan dikutip beberapa defenisi yang dimaksudkan untuk mencari landasan yang jelas tentang pengertian kesejahteraan sosial. Secara umum yang dimaksud dengan “kesejahteraan sosial” adalah keadaan sejahtera, pada umumnya meliputi jasmani, rohani, sosial.

Menurut Walter A. Friedlender, 1961:

Kesejahteraan sosial adalah sistem yang tewrorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standart hidup dan kesehatan nyang memuaskan dan relasi-relasi pribadi sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat (Nurdin, 1990: 26).


(24)

Dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, pasal 2 ayat 1 berbunyi:

Kesejahteran sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spritual yang meliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga negarauntuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, kelurga serta masyarakat dengan menjungjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia dengan pancasila (Nurdin, 1990:80)

Dari kedua defenisi diatas terlihat bahwa kesejahteran sosial memiliki arti yang sama yaitu suatu keadaan dimana setiap individu, kelompok maupun masyarakat dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya seperti pangan, sandang dan kebutuhan rohaniah sehingga mampu mengembangakan diri.

Berdasarkan PP No. 3 Tahun 1980 tentang kesejahteraan sosial bagi penyandang cacat dinyatakan bahwa, Rehabilitasi adalah usaha proses refungsional dan pemberdayaan untuk penyandang cacat sehingga mereka mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

Menurut Keputusan Menteri Sosial No. 55/1981, dinyatakan bahwa sistem usaha kesejahteran sosial bagi penyandang cacat dilaksanakan di dalam panti atau diluar panti.

II. 5. Pengertian Program

Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan di dalam program dimuat beberapa aspek disebutkan dalam P5D (Pedoman Pentusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di Daerah) bahwa didalam setiap program dijelaskan mengenai :

1. Tujuan yang akan dicapai

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan

3. Aturan yang harus dipegeng dan prosedur yang harus dilalui 4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan


(25)

Dengan program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Program pada dasdarnya merupakan kumpulan proyek-proyek yang bertujuan untuk mencapai keseluruhan sasaran kebijaksanaan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan Cheema (1982:8)

“a programme is a colection of intereeleated projeck designed to harmonize integrate various action and activities for achieving overralpolicy objectivis”

Suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan dan telah dirancang untuk melaksanakan aktivitas secara harmonis dan secara integraf untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.

Sedangkan menurut Charles O. Jones (1991:296) pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai suatu tujuan

Menurut Nurlela Kataren (2002:70) pengertian program adalah gabungan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan , prosedur-prosedur, peraturan-peraturan, pemberian tugas-tugas atau langkah-langkah yang akan diambil , sumber-sumber yang akan digunakan dan unsur-unsur lain yang diperlukan untuk melaksanakan anggaran belanja.

Beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu sebgai berikut :

i. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan ataupun sebagai pelaku program.

ii. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri. Program kadang bisa juga diidentifikasi sebagai anggaran.

iii. Program memiliki identitas tersendiri, yaitu bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.


(26)

Program yang terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada program teoritis yang jelas, yakni sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan sebelum memulai intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bangaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa kira-kira solusi yang terbaik. (Drs.Sudirman M.SP : 2005 :2-3)

II. 6. Program-Program Yang Dilaksanakan Oleh Yapentra Untuk

Memandirikan Anak Tunanetra

Adapun program-program yang dilakukan oleh Yapentra dalam usaha memandirikan anak tunanetra adalah sebagai berikut :

a. Rehabilitasi b. Pendidikan :

1. SD LB 2. SLTP LB 3. SLTP Inklusi 4. SMU Inklusi

c. VSC (Vocational School Centre): 1. Pertanian

2. Seni Musik 3. Peternakan 4. Kerajinan Tangan 5. Pijat Refleksi d. Universitas


(27)

II. 7. Pengertian Tunanetra

Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan.

Tunanetra adalah sesorang yang tidak dapat melihat jarinya sendiri dalam jarak 1 meter (Kamus Kesos 153:153)

Tunanetra dari segi etimologi bahasa. “tuna” = “rusak” “netra”= “mata” atau cacat mata (Pradopo 1996:12)

Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan/tidak berfungsinya indera penglihatan

Tunanetra memiliki keterbatasan dalam penglihatan antara lain:

1. Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari 1 (satu) meter.

2. Ketajaman penglihatan 20/200 kaki yaitu ketajaman yang mampu melihat suatu benda pada jarak 20 kaki.

3. Bidang penglihatannya tidak lebih luas dari 20º. (Heward & Orlansky, 1988:p.296)

Berdasarkan definisi World Health Organization (WHO), seseorang dikatakan Low Vision apabila:

1. Memiliki kelainan fungsi penglihatan meskipun telah dilakukan pengobatan, misalnya operasi dan atau koreksi refraksi standart (kacamata atau lensa).

2. Mempunyai ketajaman penglihatan kurang dari 6/18 sampai dapat menerima persepsi cahaya.


(28)

4. Secara potensial masih dapat menggunakan penglihatannya untuk perencanaan dan atau pelaksanaan suatu tugas.

II. 8. Pembagian Tunanetra

Secara garis besar tunanetra dapat di bagi dalam 2 yaitu :

1. Waktu terjadinya kecacatan yaitu sejak kapan anak menderita tunanetra , sejak lahir, sejak bayi, semasa usia sekolah , sesudah dewasa atau sesudah lanju. Hal ini perlu diketahui agar dapat memberikan pendidikan bagi penderita tunanetra

2. Kemampuan daya lihat yakni penderita tunanetra ringan (mereka yang mempunyai kelainan atau kekurangan daya penglihatan , seperti penderita rabun)penderita tunanetra setengah berat (mereka yang kehilanagn sebagian daya penglihatan) penderita tunanetra berat (mereka yang sama sekali tidak dapat melihat) Klasifikasi tunanetra secara garis besar dibagi empat yaitu:

1. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan

a. Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.

b. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.

c. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.


(29)

d. Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.

e. Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.

2. Berdasarkan kemampuan daya penglihatan

a. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.

b. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal.

c. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.

3. Berdasarkan pemeriksaan klinis

a. Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 derajat.


(30)

b. Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.

4. Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata

a. Myopia; adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek didekatkan. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita Myopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa negatif.

b. Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek dijauhkan. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita Hyperopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa positif. c. Astigmatisme; adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang

disebabkan karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak terfokus jatuh pada retina. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita astigmatisme digunakan kacamata koreksi dengan lensa silindris.


(31)

a. Buta total adalah mereka yang sama sekali tidak dapat membedakan antara gelap dan terang indera mata demikian telah rusak atau kedua matanya teklah dicabut.

b. Penderita tunanetra yang masih sanggup memberdakan antara gelap dan terang dalam wujud banyangan objek, melalui sinar langsung. c. Penderita tunanetra yang kekurangan penglihatan (devective vision)

dimana mereka dengan pertolongan alat masih mampu memperoleh pengalan yang visual yang cukup.

d. Penderita tunanetra yang masih mampu memberdakan terang dan gelap serta warna sampai ke tingkat pengenalan bentuk dan gerak objek dan masih bisa melihat judul tulisan biasa huruf-huruf besar. e. Buta warna yakni mereka yang menjalani ganguan penglihatan

sehingga mereka tidak dapat membedakan warna-warna tertentu, pradopo,1996:13)

II. 9. Penyebab Terjadinnya Tunanetra

Faktor yang menyebabkan terjadinya ketunanetraan antara lain II. 9. 1. Pre-natal

Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan, antara lain:

a. Keturunan

Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang


(32)

tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara lain Retinitis Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan.

b. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan

Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhan dalam kandungan dapat disebabkan oleh:

1. Gangguan waktu ibu hamil.

2. Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan.

3. Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga, jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang berkembang.

4. Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor.

5. Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada mata sehingga hilangnya fungsi penglihatan.

II. 9. 2. Post-natal

Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi lahir antara lain:

a. Akan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan alat-alat atau benda keras.

b. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya


(33)

setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan.

c. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya:

1. Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin

2. Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon

trachomanis.

3. Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga

lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih.

4. Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam

bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat.

5. Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang

disebabkan karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi hingga merusak penglihatan.

6. Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik,

dimana daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk. Anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas objek-objek di bagian tengah bidang penglihatan.

7. Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini

karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur


(34)

biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata.

Ada juga faktor-faktor lain yang menyebabkan tunanetra adalah sebagai berikut :

1. Kecelakaan

a. Orang yang menderita tunanetra dapat disebabkan karena faktor kecelakan fisik, akibat tabrakan atau jatuh, yang berakibat langsung rusaknya syaraf tubuh yang lain,

b. Terkena radiasi sinar ultra violet dan gas beracun (seperti

cardibide)

c. Dari segi kejiwaan, stress psikis yang terjadi akibat perasaan tertekan, kepedihan hati yang mendalam, juga dapat memyebabkan seseorang kehilangan fungsi saraf netra, meskipun jarang yang bersifat permanen kecuali apabila diikuti penyakit tertentu.

2. Penyakit

a. Rusaknya fungsi netra sebagai indera penglihatan dapat disebabkan oleh virus rubella yang biasa terjadi pada seseorang yang menderita campak pada tingkat akut.

b. Kebutaan juga dapat disebabkan apabila sesorang terkena kuman sejenis syphilis, kuman ini dapat berasal dari lingkungan masyarakat yang menganut nilai pergaulan sex bebas . apabila virus ini dijangkiti oleh seseorang wanita dan kemudian


(35)

melahirkan anak maka kemudian anak yang dilahirkan mempunyai resiko tinggi terinfekksi kuman siphilis yang merusak fungsi saraf bayi yang menyebabkan anak lahir buta

c. Kebutaan juga dapat disebabkan oleh fungsi degenerasi (perapuhan pada lensa mata) sehigga pandangan mata menjadi mengeruh yang apabila terakumulasi selama menahun dapat mengakibatkan kebutaan karena penglihatannya terhalang oleh lensa mata yang keruh.

d. Kerusakan fungsi indera penglihatan juga dapat terjadi oleh seorang ibu yang ketika mengandung kekurangan gizi.

3. Genetika

a. Orang yang dilahirkan dari hasil perkawinan antara saudara cukup dekat hubungan darahnya juga mempunyai resiko mengalami kelemahan saraf mata.

b. Seseorang yang terlahir dari lingkungan yang selalu melahirkan keluarga cacat netra apabila kawin dengan anggota keluarga yang mengalami karakteristik genetika yang sama akan melahirkan keturunan yang memiliki resiko tinggi menderita tunanetra (media informasi penelitian kesos, dalam elfi julita:21)

II. 10. Karakteristik 1. Tunanetra

Di dalam Yapentra ada terdapat dua jenis tunanetra yaitu antara lain: a. Fisik


(36)

Keadaan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan anak sebaya lainnya. Perbedaan nyata diantara mereka hanya terdapat pada organ penglihatannya.

a. Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik diantaranya: Mata juling

b. Sering berkedip c. Menyipitkan mata d. Kelopak mata merah e. Mata infeksi

f. Gerakan mata tak beraturan dan cepat g. Mata selalu berair (mengeluarkan air mata)

h. Pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata. b. Perilaku

1) Ada beberapa gejala tingkah laku yang tampak sebagai petunjuk dalam mengenal anak yang mengalami gangguan penglihatan secara dini:

a. Menggosok mata secara berlebihan

b. Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala atau mencondongkan kepala ke depan.

c. Sukar membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain yang sangat memerlukan penggunaan mata.

d. Berkedip lebih banyak daripada biasanya atau lekas marah apabila mengerjakan suatu pekerjaan.

e. Membawa bukunya ke dekat mata.

f. Tidak dapat melihat benda-benda yang agak jauh. g. Menyipitkan mata atau mengkerutkan dahi.


(37)

h. Tidak tertarik perhatiannya pada objek penglihatan atau pada tugas-tugas yang memerlukan penglihatan seperti melihat gambar atau membaca.

i. Janggal dalam bermain yang memerlukan kerjasama tangan dan mata.

j. Menghindar dari tugas-tugas yang memerlukan penglihatan atau memerlukan penglihatan jarak jauh.

2) Penjelasan lainnya berdasarkan adanya beberapa keluhan seperti: a. Mata gatal, panas atau merasa ingin menggaruk karena gatal. b. Banyak mengeluh tentang ketidakmampuan dalam melihat c. Merasa pusing atau sakit kepala.

d. Kabur atau penglihatan ganda. c. Psikhis

Secara psikhis anak tunanetra dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Mental/ intelektual

Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda jauh dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah, jadi ada anak yang sangat pintar, cukup pintar dan ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya.


(38)

a. Hubungan sosial yang pertama terjadi dengan anak adalah hubungan dengan ibu, ayah, dan anggota keluarga lain yang ada di lingkungan keluarga. Kadang kala ada orang tua dan anggota keluarga yang tidak siap menerima kehadiran anak tunanetra, sehingga muncul ketegangan, gelisah di antara keluarga. Akibat dari keterbatasan rangsangan visual untuk menerima perlakuan orang lain terhadap dirinya.

b. Tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan timbulnya beberapa masalah antara lain:

1. Curiga Terhadap Orang Lain 2. Perasaan Mudah Tersinggun 3. Ketergantungan Yang Berlebihan 2. Low Vision

Beberapa ciri yang tampak pada anak low vision antara lain:

a. Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat b. Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar.

c. Mata tampak lain; terlihat putih di tengah mata (katarak) atau kornea (bagian bening di depan mata) terlihat berkabut.

d. Terlihat tidak menatap lurus ke depan.

e. Memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama di cahaya terang atau saat mencoba melihat sesuatu.


(39)

g. Pernah menjalani operasi mata dan atau memakai kacamata yang sangat tebal tetapi masih tidak dapat melihat dengan jelas.

II. 11. Alat Pendidikan

1. Bagi Tunanetra

Alat pendidikan bagi tunanetra dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu alat pendidikan khusus, alat bantu dan alat peraga.

1.1. Alat pendidikan khusus anak tunanetra antara lain: a. Reglet dan pena,

b. Mesin tik Braille,

c. Komputer dengan program Braille d. Printer Braille

e. Abacus

f. Calculator bicara g. Kertas braille h. Penggaris Braille i. Kompas bicara 1.2. Alat Bantu

Alat bantu pendidikan bagi anak tunanetra sebaiknya menggunakan materi perabaan dan pendengaran.

a. Alat bantu perabaan sebagai sumber belajar menggunakan buku-buku dengan huruf Braille.

b. Alat bantu pendengaran sebagai sumber belajar diantaranya talking books (buku bicara), kaset (suara binatang), CD, kamus bicara


(40)

1.3. Alat Peraga.

Alat peraga tactual atau audio yaitu alat peraga yang dapat diamati melalui perabaan atau pendengaran. Alat peraga tersebut antara lain:

a. Benda asli : makanan, minuman, binatang peliharaan (kucing, ayam, ikan hias, dll) tubuh anak itu sendiri, tumbuhan/tanaman, elektronik, kaset, dll.

b. Benda asli yang diawetkan : binatang liar/buas atau yang sulit di dapatkan,

c. Benda asli yang dikeringkan (herbarium, insektarium)

d. Benda/model tiruan; model kerangka manusia, model alat pernafasan, dll.

e. Gambar timbul sesuai dengan bentuk asli; grafik, diagram dll. f. Gambar timbul skematik; rangkaian listrik, denah, dll.

g. Peta timbul; provinsi, pulau, negara, daratan, benua, dll. h. Globe timbul

i. Papan baca j. Papan paku

2. Bagi Low Vision

Alat bantu pendidikan dan peraga bagi anak low vision dibagi tiga yaitu alat bantu optik dan non optik serta alat peraga.

2.1 Alat bantu optik antara lain: a. Kacamata

b. Kacamata perbesaran c. Syand magnifier


(41)

d. Hand magnifier e. Kombinasi f. Telescop g. CCTV

2.2 Alat bantu non optik antara lain: a. Kertas bergaris tebal

b. Spidol c. Spidol hitam d. Pensil hitam tebal

e. Buku-buku dengan huruf yang diperbesar f. Penyangga buku

g. Lampu meja h. Typoscope i. Tape recorder

j. Bingkai untuk menulis

2.3 Alat peraga bagi anak low vision:

Alat peraga bagi anak low vision adalah alat peraga visual, antara lain:

a. Gambar-gambar yang diperbesar.

b. Benda asli; makanan, minuman, binatang peliharaan (kucing, ayam, ikan hias, dll) tubuh anak itu sendiri, tumbuhan/tanaman, elektronik, kaset, dll.

c. Benda asli yang diawetkan; binatang liar/buas atau yang sulit di dapatkan,


(42)

d. Benda asli yang dikeringkan (herbarium, insektarium)

e. Benda/model tiruan; model kerangka manusia, model alat

pernafasan.

II. 12. Kemandirian

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mandiri berarti dapat berdiri sendiri dan beradaptasi dengan lingkungan.

Program pendidikan dan keterampilan merupakan salah satu yang paling efektif dan efisien dalam pembinaan anak tunanetra dalam proses mencapai kemandirian dan juga merupakan modal yang utama untuk mereka di masa yang akan datang. Dan juga merupakan salah satu modal mereka dalam beradaptasi dengan lingkunagan sosial maupun hidup dalam bernagsa dan bernegara serta hidup dalam bermasyarakat.

Jadi para penyandang cacat netra di harapkan mereka pada saatnya dapat secara mandiri untuk:

a. Berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya baik bagi diri sendiri maupun keluarga

b. Berusaha meningkatkan taraf hidup dan tingkat kesejahteraan sosialnya

c. Berperan serta dalam proses pembangunan nasional

Dalam proses mencapai kemandirian, anak penderita tunanetra perlu terciptanya kondisi sosial yang baik agar mereka memiliki rasa percaya diri dan rasa harga diri sehingga mereka mampu menjalankan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat. (Rumini: 56, dalam Anta Angkit, 2005: 26)


(43)

Ketunanetraan bukanlah berupakan hambatan untuk mencapai standart hidup yang lebih baik, buktinya banyak para penyandang tunanetra yang berhasil dalam bidang pekerjaan mereka tanpa terlalu bergantung kepada orang lain. Kecacatan merupakan suatu yang pantas disyukuri karena tidak ada seorang pun manusia yang diciptakan Tuhan dengan sempurna, jadi walaupun manusia itu dilahirkan dengan segala kekurangaannya hendaklah ia mengunakan segala kekurangannya itu menjadi kelebihan bagi dirinya sendiri.

Kemandirian anak tunanetra tentu berbeda dengan anak normal lainya, karena mereka mengalami hambatan-hambatan dalam melaksanakan aktivitas sosialnya, maka dalam mencapai kemandirian anak tunanetra dibutuhkan bantuan dan bantuan dilaksanakan melalui pandidikan formal dan juga non formal. Proses kemandirian tunanetra meliputi:

a. Kemandirian diri sendiri, artinya dapat melakukan kegiatan yang berhubungan dengan dirinya sendiri, antara lain, dapat berpakaian, dapat mencuci pakaian, dapat makan sendiri, minum, dal lain sebagainnya

b. Mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu kemampuan untuk mancari nafkah yaitu untuk memnuhi kebutuhan dirinya sendiri dan keluarga, serta tidak selalu tergantung kepada orang lain.

II.13 Pendidikan Keterampilan

Pemberian pendidikan keterampilan pada penyandang cacat adalah merupakan salah satu bentuk pelayanan sosial yang diartikan sebagai suatu


(44)

aktivitas yang terampil, yang bertujuan untuk membantu anggota masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Tujuan latihan keterampilan: adalah agar penyandang cacat memiliki keterampilan karya dan usaha untuk menjamin masa depannya.

Sasaran : para penyandang cacat memiliki keterampilan kerja dan mampu mandiri Kegiatan :

a. Menciptakan suasana kerja yang aman dan terkendali b. Latihan kelompok kerja dan usaha

c. Memasarkan hasil karya penyandang cacat Cara pelaksanaanya :

Memberikan teori dan praktek keterampilan kerja dan usaha serta memasarkan hasil karya penyandang cacat baik di dalam lembaga maupun di luar lembaga. Langkah-langkah pelaksanaannya:

a. Menentukan kurikulum b. Pembagian jadwal latihan c. Penyediaan bahan dan peralatan

Adapun jenis keterampilan yang diberikan oleh Yapentra: 1. Pertanian

a. Pertanian palawija b. Pertanian sayuran c. Pertanian bunga 2. Seni musik

a. Musik Tradisional b. Musik Nasional


(45)

3. Peternakan a. Ikan lele b. Ikan mujair c. Ikan mas

d. Kerajinan tangan 1. Kotak pensil 2. Alas kaki 3. Sapu ijuk 4. Sapu lidi 5. Kursi bambu 6. Meja bambu e. Pijat refleksi

II. 15. Kerangka Pemikiran

Secara umum sejak dari dulu anak sudah dianggap suatu anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang dititipkan kepada manusia. Dan sebagai titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa sudah sewajarnya anak dibina, dijaga dan disayangi serta di penuhi segala kebutuhannya, dan bagaiman pun juga anak yang dititipkan Tuhan kepada manusia kita harus menganggapnya sebagai sebagai anugerah dari Tuhan dan justru bukan menganggap mereka sebagai beban kepada kita selaku orang tua.

Perkembangan anak tunanetra sangat dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungan, disorganisasi yang terjadi di tengah-tengah keluarga akan sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan seorang anak demikian juga seorang anak yang lahir dengan kebutaan, anak tunanetra juga terganggu dengan


(46)

adanya anggapan masyarakat bahwa mereka ada di dunia menjadi hambatan karena mereka selalu bergantung pada orang lain dan tidak mampu mandiri.

Sebagai upaya untuk mengatasi permasalah yang timbul tersebut, Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera (Yapentra) merupakan lembaga pendidikan formal dan non formal bagi tunanetra. Yapentra mempunyai peranan penting dalam pengembangan diri tunanetra dan kepribadian serta kemandirian karena Yapentra mempunyai tujuan bahwa setelah mereka nanti lepas dari Yapentra para tunanetra mampu hidup berdampingan dengan masyarakat luas dan mampu berkarya sehingga mereka tidak dipandang rendah oleh masyarakat awas, Yapentra juga menyediakan sarana dan prasarana seperti panti dan juga alat-alat keterampilan lainya, sehingga alasan dana bukanlah menjadi penghalang untuk menggapai cita-cita mereka.

YAPENTRA

Jenis Pelayanan A. Rehabilitasi B. Pendidikan :

1. SD LB 2. SLTP LB 3. SLTP Inklusi 4. SMU Inklusi B. Pra mandiri anak

1. VSC (Vocational School Centre):

1. Pertanian 2. Seni Musik 3. Peternakan 4. Kerajinan Tangan 5. Pijat Refleksi 2. Universitas

Sasaran dan Tujuan:

1. Penderita dapat mandiri

2. Penderita mampu menerima dirinya apa adanya.

3. Para penderita

tunanetra mampu bersaing dengan orang awas

4. Mampu melakukan fungsi sosial

5. Dapat beradaptasi dengan lingkungan 6. Dapat berperestasi

disekolah inklusi

Anak Penderita Tunanetra


(47)

II. 15. Defenisi Konsep dan Defenisi Oprasional 15. 1 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pust perhatian ilmu sosial. (Singarimbun, 1993: 33). Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan penyamaan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

Adapun yang menjadi defenisi konsep penelitian ini adalah:

1. Strategi adalah strategi itu adalah rencana tentang serangkaian manver, yang mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun yang tak-kasat mata, untuk menjamin keberhasilan mencapai tujuan

2. Pemberdayaan anak adalah mengembangkan klien dari keadaan atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya. Suatu proses pemberdayaan (empowerman) pada intinya ditujukan pada guna

3. Pelayanan Sosial merupakan aktivitas yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu paraanggota masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan dengan lingkungan sosialnya.

4. Tunanetra adalah sesorang yang tidak dapat melihat jarinya sendiri dalam jarak 1 meter

5. Anak tunanetra adalah seseorang yang berusi antar 0-17 tahun yang mendapat masalah dala penglihatan.


(48)

15.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. (Singarimbun, 1989:34). Untuk mengukur variabel dalam penelitian ini, yaitu dengan melihat berbagai indikator yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Program-program yang dilaksanakan oleh Yapentra adalah : a. Mutu pendidikan dan jenis pendidikan

Mutu pendidikan di Yayasan pendidikan tunanetra sudah sesuai dengan standart nasional, sedangkan anak tunanetra yang bisa melanjutkan ke sekolah integrasi atau inklusi di biayai sepenuhnya oleh yapentra hingga jenjang yang lebih tinggi (Universitas)

b. Penyediaan sarana dan fasilitas

c. Pendidikan keterampilan dan pengetahuan

Dalam hal ini Yapentra berusaha memenuhi segala kebutuhan anak-anak tunanetra dalam hal penyediaan sarana dan alat-alat kesenian, serta alat alat dan bahan bagi kerajinan tangan.

d. Program-praogram pemberdayaan tunanetra dalam usaha untuk memandirikan mereka. Yaitu dengan pendididkan formal dan non formal.

2. Kemandirian tunanetra diukur dengan a. Kemandirian

1. Mampu melaksanakan pekerjaan sehari-hari 2. Mampu berjalan sendiri


(49)

b. Interaksi sosial

1. Mampu berkomunikasi sesama tunanetra

2. Mampu berkomunikasi dengan masyarakat awas 3. Mampu berhubungan dengan masyarakat awas c. Aktualisasi

1. Dapat beradaptasi dengan lingkungan 2. Dapat berperestasi

3. Dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan 3. Prosedur kerja

4. Pemberdayaan di ukur dengan

1 Pemberian pendidiakan formal contohnya membiayai anak anak tunanetra yang malaksanakan pendidikan di luar Yapentar naik itu tingkat SMP, SMA, maupun tingkat Universitas.

2 Mengadakan pemberian keterampilan dan kesenian sebagai program pemberdayaan kepada anak tunanetra dan juga sebagai modal mereka setelah lepas dari Yapentra

5. Kompetensi staf

6. Sumber dana organisasi

7. Mekanisme pertanggungjawaban 8. Sarana dan prasarana

9. Kesejahteraan anak asuh (siswa) Kesejahteraan siswa diukur dengan:


(50)

a. Pelayanan akan kebutuhan anak dalam hal pangan, sandang dan papan

b. Pelayanan pendidikan keterampilan, yang meliputi: - Jenis kegiatan keterampilan

- Sarana dan prasarana

c. Program pembinaan dinamika kelompok dan motivasi d. Program pembinaan rohani

e. Kegiatan olah raga f. Kegiatan kesenian


(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. (Nawawi, 1991:63). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskiptif kualitatif, dimana penelitian ini menggambarkan secara rinci mengenai strategi pemberdayaan anak yang mengalami kebutaan (tunanetra) di Yayasan pendidikan tunanetra sumateraSumatera (Yapentra) melakukan pengamatan terhadap gejala, peristiwa, kondisi dan fasilitas yang tersedia.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan pendidikan tunanetra Sumatera (Yapentra) yang beralamat di Jl. Medan km 21,5, Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Alasan penulis memilih lokasi ini adalah karena lembaga ini merupakan sebuah lembaga sosial yang bergerak dalam bidang pendidikan dan keterampilan bagi anak-anak yang menderita tunanetra. Dan juga penulis melaksanakan peraktikum II disana.

2. Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang terdiri dari manusia, benda, hewan dan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai-nilai, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karkter tertentu dalam suatu penelitian. (Nawawi, 1991: 141).


(52)

Populasi dalam penelitian ini adalah para pegawai yang bekerja di Yayasan pendidikan tunanetra sumatera baik itu sebagai pekerja sosial, instruktur, pegawai tata usaha maupun cleaning service dan para siswa yang belajar di lembaga ini yang semuannya berjumlah 129 orang.

Sampel

Sampel adalah suatu bagian dalam populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya. (Soehartono, 1995: 57). Sampel dalam penelitian ini adalah staf yang menjadi pegawai Yayasan pendidikan tunanetra sumatera(Yapentra) dan anak-anak yang menjadi siswa di lembaga tersebut. Jumlah pegawai di Yayasan pendidikan tunanetra sumatera secara keseluruhan adalah 46 orang yang terdiri dari 3 orang PNS dan 19 orang pekerja honorer, pengawai tetap 21 0rang, calon pengawai tetap 1 orang serta DPK GKPI 3 orang. Jumlah siswa 83 orang. Yang terdiri atas SDLB 24 orang, SMPLB 13 orang, SMP Inklusi 7 orang, SMA Inklusi 12 Orang, Universitas 9 orang, VSC (Vocation School Centre) 14 orang, dan Rehabilitasi 4 orang. sesuai dengan pendapat Arikunto, untuk menentukan sampel penelitian yang menyatakan bahwa jika jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka jumlah sampel yang diambil adalah 10-25% dari jumlah populasi dan ini dianggap representatif. Jadi sampel untuk siswa adalah 10%-25% dari 100 orang yakni 12-31 orang, sedangkan untuk pegawai adalah Direktur, dan staf-staf yang ada dilembaga tersebut. Teknik pengambilan sampel untuk siswa adalah random sampling, dengan kriteria anak yang dijadikan responden adalah anak yang berusia 13 tahun keatas dengan alasan bahwa anak yang berusia di bawah 13 tahun belum mampu menjawab pertanyaan peneliti dengan benar.


(53)

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang akan digunakan dalam analisis data nantinya, penulis menggunakan beberapa cara atau teknik yakni sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

Yaitu mengumpulkan data melalui buku-buku, dokumentasi, dan sumber referensi yang menyangkut masalah yang diteliti.

b. Penelitian Lapangan

Yaitu mengadakan penelitian langsung ke lokasi untuk mendapatkan data yang lengkap sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian lapangan ini, digunakan beberapa metode, yakni:

- Pengamatan (Observation)

Pengumpulan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengan dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian.

- Wawancara (Interview)

Melakukan tanya jawab langsung dengan pihak yang dianggap refresentatif dan menguasai permasalahan yang diteliti secara mendalam.

- Angket (Quisioner)

Mengajukan pertanyaan secara tertutup yang disebarkan kepada pegawai dan siswa yang ada di Yayaan pendidikan tunanetra sumatera (YAPENTRA)


(54)

4. Teknik Analisa Data

Data-data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menjabarkan hasil penelitian/ fakta sebagaimana adanya.


(55)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1 Sejarah Singkat Berdirinya Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera (YAPENTRA)

Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera (YAPENTRA) didirikan dengan akta pada tanggal 20 april 1977 di bawah no 4, yang dibuat di depan tuan Walter Siregar bertempat di Medan dan diresmikan pada tanggal 30 Oktober 1978. adapun yang menjadi perintis dari lembaga ini pada waktu itu adalah :

a. Tuan DR. Dominus Andar Lumbantobing (sebagai perwakilan dari Gereja Kristen Protestan Indonesia)

b. Tuan Dominus Karel Sianturi (sebagai perwakilan dari gereja Pentakosta di Indonesia) yang berkedudukan di Siantar

c. MR. J. Wolf dari badan zending HBM (sebagai perwakilan dari Hildesheimer Blinden Mission) yang berkedudukan di Hildesheim, Jerman

Dalam berbagai perjalanannya yayasan ini tentu mengalami berbagai perubahan terutama mengenai kepengurusannya. Dimana hal ini diawali dengan pengunduran diri dari Marojahan Silalahi, S.H, selaku sekretaris pengurus yayasan dan kemudian digantikan oleh Ir.J.A. Situmorang pada tahun 1983 yang bersangkutan pindah ke Lampung sehingga posisi sekretaris yang di pengang tidak tetap. Kemudian pada tahun 1987, Dominus Karel Sianturi melepaskan diri dari lembaga tersebut dan pada tahun 1988 meninggal dunia. Oleh karena itu tidaka ada pengganti yang mau ditunjuk, sehingga secara struktural Gereja Pentakosta menarik diri dari Yapentra sesuai dengan surat yang disampaikan pada


(56)

tanggal 5 April 1990. pada tahun 1991 , Drs Bistok Sirait, M.Scyang melayani selama 14 tahun juga mengundurkan diri secara managemen. Akhirnya tinggallah Dr. Andar lumban tobing yang memagang yayasan Yapentra namun bukan berarti yayasan ini milik pribadi melainkan milik bersama.

Berdasarkan kondisi yang terjadi tersebut, maka Dr. Andar Lumbantobing menetapkan diri sebagai pendiri yayasan. Dimana hal terseburt ditetapkan dengan surat keputusan tertanggal 31 Maret 1994 no. 23 maka dengan demikian yayasan ini didirikan oleh orang-orang yang terdiri dari :

a. Dominus Dr Andar

Lumbantobing

b. Dominus R.M.G Marbun,

S.Th (bishop GKPI)

c. Rev. G.E. Schulte

(perwakilan dari Hildescheimer Blinden Mission)

Disamping itu Hildescheimer blinden Mission (HBM) juga menunjuk Dra. Saulan Siahaan sebagai perwakilan di YAPENTRA, kemudian tahun 1994 , kembali lagi instrukturisasi kepengurusan dari priode 1994-1999 yaitu :

j. Ketua : Dominus M.S.E. Simorakkir, S,Th k. Wakil Ketua : Poltak Panggabean

l. Sekretaris : Drs. M. Manullang

m.Wakil Sekretaris : Domimus R.F. Simamora, S.Th n. Bendahara : Ir. R. Pohan

o. Wakil Bendahara : Mayor B.L.Siallagan p. Pengurus : M.B.P. Sibarani


(57)

Sebagai lermbaga sosial yang bergerak dibidang pelayanan sosial yang dikhususkan bagi penderita cacat, maka YAPENTRA membuat program pendidikan dan pengasuhan anak-anak tunanetra di YAPENTRA, dengan didasarkan pada pertimbangan –pertimbangan yang matang, yayasan pendidiakn tunanetra berusaha mendirikan asrama yang memadai lengkap dengan fasilitasnya dengan harapan agar anak-anak tunanetra selama mengecap pendidikan di YAPENTRA akan memperoleh kenyamana dalam melaksanakan pendidikan dan juga berinteraksi.

Agar tercapai keberhasilan dalam pengasuhan dan pendidikan anak-anak tunanetra yang dilaksanakan oleh YAPENTRA, maka yayasan melalui perangkat-perangkatnya harus mampu menciptakan rasa aman dan nyaman yang di,ul;ai dengan pendidikan dini yang berazasan nilai kekeluargaan. Dermi mewujudkan visi dan misi yayasan, dalam hal ini YAPENTRA berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia no XX, tahun 2003 yaitu tentang ’’Sistem Pendidikan Nasional’’, pada bab I, ketentuan umum pasal 1 ayat 1 berbunyi ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinnya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan dan pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ”.

Seperti yang sudah diketahui bahwa Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera (YAPENTRA) berkecimpung dalam pekerjaan sosial yaitu pada bidang pendidikan. Maka kegiatan mulia ini harus benar-benar dimantapkan supaya tercapai tujuan dan sasaran yang baik.


(58)

IV.2 Gambaran Umum YAPENTRA

Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera (YAPENTRA) sudah berdiri kurang lebih dari 31 tahun. Dan selama melaksanakan tugasnya sebagai lembaga sosial YAPENTRA bergerak dalam bidang pendidikan formal dan juga memberikan pelatihan ketrampilan kepada para penderita tunanetra. Selama kurung waktu yang sudah tergolong lama Yapentra mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam mendidik, melatih, membimbing dan memandirikan para peserta didik yang mengalami gangguan dalam penglihatan. Para anak asuh Yapentra juga sudah banyak yangg tamat dari Yapentra dan juga sekolah-sekolah yang berintegrasi dengan Yapentra, dari menurut data Yapentra , sekarang ini yayasan tersebut menampung peserta didik sebanyak 86 orang, dengan pewrincian 52 orang laki-laki dan 34 orang perempuan. Dari jumlah peserta didik tersebut mereka menempati jenjang pendidikan yang berbeda-beda, mulai dari tingkat SD sampai dengan tingkat Pra mandiri.

2. Susunan Kepengurusan

Adapun susunan kepengurusan dari YAPENTRA adalah :

Ketua : Pdt. M. Simamora.S.Th

Wakil Ketua : Rajisten Sitorus

Sekretaris : Ir.A.K. Hutabarat.Magr


(59)

Bendahara : P. Sitompul Wakil Bendahara : dr. H. Hutabarat

Anggota : dr. S.Br. simorakkir

Cyrus Sinaga Dr. L. Hutabarat. Sp.Og

Adapun yang termasuk kedalam keanggotaan badan pendiri yayasan adalah :

j. Orang atau badan yang mendirikan yayasan

k. Orang atau badan yang atas usul sesorang badan pendiri yang hendak mengundurkan diri , telah ditukjuk oleh rapat anggota/badan pendiri untuk menjadi penggantinnya.

l. Orang atau badan lain yang diminta oleh badan pendiri tanpa mempunyai hak suara.

Sedangkan dalam kepengurusan adalah :

1. Yayasan ini diurus oleh suatu badan pengurus yang jumlahnya berjumlah ganjil, minimal 7 orang dan maksimal 11 orang yang berasal dari anggota jemaat GKPI yang dipilih atas mufakat anggota badan pendiri yayasan

2. Direktur sedapat mungkin adalah pendeta GKPI yang telah mengikuti pendidikan khusus tunanetra yang diangkat oleh pimpinan GKPIdan ditunjuk oleh badan pendiri . dalam pelaksanaan sehari-harinya maka akan dilakukan oleh direktur yang nantinya bertanggung jawab kepada badan pengurus . direktur


(60)

dapat diundang untuk menghadiri rapat badan pengurus namun tidak memiliki hak suara.

3. Badan pengurus terdiri dari :

a. Ketua b. Wakil ketua c. Sekretaris d. Wakil sekretaris e. Bendahara f. Wakil bendahara g. Anggota

Dalam hal pengangkatan dan pemberhentian anggota badan pengurus maka yang berwenang adalah pendiri yayasan. Dimana masa jabatan pengurus ditetapkan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali sesuai dengan kebutuhan yang dianggap perlu oleh pendiri yayasan.

Adapun ketentuan dalam keanggotaan badan pengurus, antara lain : 1. Keanggotan badan pengurus berakhir karena :

a. Meninggal dunia atau berhalangan tetap b. Atas permintaan sendiri

c. Pemberhentian atas putusan badan pendiri yayasan

2. Jika ada terjadi kekosongan dalam posisi kepengurusan maka anggota badan pengurus dapat mengusulkan calon-calon untuk mengisi lowongan tersebut kepada badan pendiri yayasan yang


(61)

dapat menguatkan ususl itu, akan tetapi badan pendiri tidak terikat pada usul yang diajukan tersebut.

IV.3 Visi Dan Misi YAPENTRA

4.1 Visi

Agar pundasi YAPENTRA makin kokoh dan kuat, maka sangat perlu diterapkan visi dan misinya, Adapun visi dari YAPENTRA adalah :

“Anak Tunanetra Cemerlang Dalam Ilmu , Terampil dan Bermoral”. 4.2. Misi

Selain visi, yayasan ini juga memiliki misi, adapumisi dari YAPENTRA adalah :

“Menolong tunanetra memiliki activity daily skill”

IV.4 Maksud dan Tujuan Didirikan Yapentra

5.1 Maksud

Adapun yang menjadi maksud didirikannya YAPENTRA adalah : didasarkan pada kepedulian terhadap orang-orang penyandang cacat netra, dimana pada umumnya para penyandang cacat netra berasal dari keluarga yang kurang mampu , di mana Yapentra hadir bukan hanya memberikan pendidikan dan pelatihan, namun juga untuk memperbaiki taraf kebutaan pada penderita cacat netra.

5.2 Tujuan


(62)

1. untuk mewujudkan tugas dan fungsi gereja di tengah-tengah masyarakat.

2. membantu pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia yanmg berhguna bagi pembangunan nusa dan bangsa melalui usaha-usaha sosial khususnya bgi para penyandang cacat netra.

Adapun yang menjadi bentuk usaha tersebut adalah :

mendidik para penyandang cacat netra untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari yang diperoleh dari yayasan baik itu berupa kebutuhan jasmani maupun rohani dengan tidak memandang suku, agama, ras, dan adat istiadat.

Mendiriukan sekolah, antara lain : Sekolah Luar Biasa (SDLB dan SMPLB) dan Sekolah Ketrampilan Khusus (vocational scholl centre), serta penyelenggaraan jenjang pendidikan integrasi yang bekerja sama dengan institusi pendidikan formal seperti Sekolah Menengah umum (SMU) dan Perguruan Tinggi.

Mendirikan asrama-asrama untuk warga binaan tunanetra, dan tempat-tempat latihan.

Mendirikan klinik kesehatan.

Menyediakan fasilitas-fasilitas yang memadai bagi kebutuhan warga binaan, antara lain : fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas tempat paltihan ketrampilan, fasilitas kehidupan sehari-hari.

Mendirikan balai pertemuan yang digunakan untuk kepentingan yayasan dan juga untuk kepentingan umum.


(63)

Memberikan beasiswa bagi warga binaan yang berprestasi.

Menyelenggarakan percetakan dan penjilitan buku-buku braille serta kaset rekaman ilmu pengetahuan.

IV. 5 Sekolah Ktrampilan Khusus (Vocational School Centre)

Pada tahun 2006 Yapentra mendirikan 1 unit sekolah yaitu sekolah khusus ketrampilan atau vocational school centre (VSC) bagi anak tunanetra, dimana tujuannya untuk memberdayakan bakat ataupun kemampuan yan dimiliki dalam bidang ketrampilan. Adanya kebutuhan akan unit khusus untuk menyelenggarakan sekolah katrampilan, terpisah dari sekolah reguler, dengan harapan agar lebih fokus, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan menjadi alasan kenapa didirikan sekolah ketrampilan khusus (VSC)

Sebenarnya, selama ini Yapentra telah menyelenggarakan pendidikan ketrampilan bagi tunanetra tetapi masih sebagai ekstra kurikuler. Dengan berdirinnya unit sekolah khusus ketrampilan (beroperasi sejak Juli 2006 dan diresmikan pada tanggal 31 Agustus 2006)m sekolah ketrampilan khusus ini didirikan dengan harapan para tunanetra mendapat proses pendidikan dalam ketrampilan sebagai modal untuk hidup mandiri di tengah masyarakat dengan pemikiran bahwa tidak semua alumni Yapentra dapat bekerja sebagai karyawan di perusahaan maupun menjadi pengawai negeri sipil.

Sekolah ini khusus menangani berbagai jenis ketrampilan yaqng dapat di pilih warga binaan melalui kegiatan pelatihan yang sudah ditetapkan yayasan. Warga binaan diarahkan memiliki jenis ketrampilan yang cocok baginnya, skill yang nantinya menjadi pengangan bila kelak ia kembali ke masyarakat sehingga


(64)

anak tunanetra dapar berproduktif tanpa menjadi beban bagi orang-orang di sekitarnya.

Dalam sekolah ini adapun yang menjadi kegiatan pemberdayaan dalam pendidikan ketrampilan di sekolah khusus di bentuk dalam beberapa tahap pelatihan, adapun proses pelatihan di bagi atas tiga bagian yaitu :

1. panduan bakat selama 6 bulan 2. pendidikan intensif selama 18 bulan. 3. pra mandiri selama 6 bulan.

IV.6 Struktur Organisasi


(65)

(66)

IV.7 Pembagian Tugas (Job Deskription) Badan Pendiri

Tugas-tugas badan pendiri

a. Mengangkat calon direktur yayasan yang akan memimpin yayasan untuk disahkan pimpinan GKPI

b. Memantau keputusan yang ditetapkan oleh badan pengurus c. Mengangkat dan memberhentikan badan pengurus

Badan pengurus

Tugas-tugas badan pengurus

a. Memantau keputusan yang telah ditetapkan oleh direktur yayasan

b. Mensahkan laporan kegiatan yang dibuat oleh direktur yayasan c. Memberikan laporan pertanggung jawaban kepada badan pendiri

Pimpinan yayasan Tugas-tugas direktur

a. Melaksanakan tugas-tugas harian yayasan dan melaksanakan keputusan-keputusan rapat badan pengurus.

b. Mengusulkan pengangkatan, pemberhentian kepala sekolah, kepala asrama, guru/pengawai lainnya kepada badan pengurus. c. Mengusulkan kenaikan pangkat/golongan, gaji dan tunjangan

bagi kepala sekolah, kepala asrama, guru/pegawai lainnya kepada badan pengurus.


(67)

d. Mengawasi dan membina pelaksanaan pada semua unit dilingkungan yayasan sesuai dengan job description masing-masing.

e. Membuat rapat pelaporan bersama guru/pengawai lainnya untuk menyusun program dan pelaporan jangka pendek dan jangka panjang untuk diajukan dan disahkan oleh badan pengurus.

f. Bersama-sama badan pengurus membina hubungan dengan instansi pemerintah.

g. Bersama-sama badan pengurus membina hubungan dengan lembaga swasta maupun perorangan, di dalam maupun di luar negeri.

h. Membuat laporan pertanggung jawaban kepada badan pengurus i. bersama-sama badan pengurus mengusahakan pemasukan uang,

penerimaan sumbangan baik dari perorangan, masyarakat, gereja badan-badan swasta maupun pemerintah.

Bagian pendidikan

7. 4.1 tugas –tugas kepala sekolah

a. Membimbing semua guru dan tenaga pengajar dalam pimpinannya kearah kesempurnaan pelaksanaan tugas dan bertingkah laku panutan didalam maupun diluar sekolah.

b. Membimbing semua siswa yang ada dalam asuhan sekolah. c. Memimpin dan bertanggung jawab atas pengelolaan sumber

daya dan staf sekolah dalam pelaksanaan tugas masing-masing. d. Mengawasi pelaksanaan kurikulum secara efektif dan efisien.


(68)

e. Memimpin pelaksanaan administrasi sekolah secara kedinasan. f. Menyusun rencana tahunan dan program pengembangan SLB–

A, kelas-kelas ketrampilan serta kelas-kelas keterampilan serta kelas-kelas baru yang dianggap perlu.

g. Menciptakan kondisi yang memungkinkan instruktur melaksanakan usaha yang bersifat kreatif-inovatif terkait usaha ekonomi produktif yang digalakkan oleh yayasan di shelter workshop sekolah.

h. Membimbing siswa untuk memiliki jiwa kekaryaan sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing untuk dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.

i. Membuat laporan pelaksanaan pendidikan secara keseluruhan persemester dan pertahun kepada direktur untuk diteruskan kepada badan pengurus.

j. Membuat laporan penjualan usaha ekonomi produktif hasil keterampilan yang dibuat di shelter worksop.

7. 4.2 Tugas-tugas Guru

a. Menyusun program pengajaran tahun dan semester secara berkelanjutan.

b. Membuat persiapan mengajar dan rencana kegiatan belajar mengajar untuk tiap bahan kajian yang akan diajarkan berkaitan dengan kelas tertentu.

c. Menyiapkan alat-alat peraga yang dapat membantu terlaksananya kegiatan belajar mengajar dengan kelas tertentu.


(69)

d. Merencanakan dan menyiapkan bahan evaluasi belajar mengajar.

e. Menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran yang merupakan program sekolah, misalnya kurikuler dan lainnya. f. Membuat laporan tertulis tentang pelaksanaan program

pengajaran bidang studi yang diajarkan setiap semester. 7. 4.3 Tugas-tugas kepala asrama

a. Mengawasi anak-anak tunanetra yang tinggal di asrama

b. Memimpin dan bertanggung jawab hasil atas kegiatan pengolahan tenaga, sarana dan prasarana serta dana diasrama yang mencakup pembantu kepala asrama, juru masak, juru cuci dan petugas kesehatan.

c. Menciptakan suasana kekeluargaan yang harmonis di lingkungan sekolah.

d. Menjalin hubungan dan kerjasama yang baik dengan orang tua anak untuk perkembangan kehidupan pendidikan anak.

e. Menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan dinas sosial dalam hal pembinaan panti.

f. Mendorong anak-anak memelihara keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan, dan kesejukan (5K) yayasan.

g. Mengatur tempat tinggal anak-anak sesuai dengan kemampuan, kondisi, fisik, usia, dan jenis kelamin serta menata ruang asrama.


(70)

h. Membuat laporan kondute kerja pengawai di lingkungan asrama sebagai bahan perimbangan pengangkatan kenaikan golongan petugas.

7. 4.4 Tugas-tugas pengasuh

a. Mengasuh dan memimpin anak-anak yang tinggal di asrama agar hidup bersih dan sehat.

b. Mengatur kelengkapan anak-anak untuk pendidikan maupun keperluan sehari-hari.

c. Memimpin kehidupan anak-anak di jalur jam sekolah.

d. Membimbing dan memotifasi anak-anak untuk belajar di luar jam sekolah.

e. Membuat laporan perkembangan anak setiap semester dan akhir tahun.

f. Memotivasi anak-anak untuk dapat mengurus diri sendiri setiap hari.

Administrasi

Tugas-tugas kepala tata usaha

a. Menerima dan mengeluarkan surat-surat. b. Menerima sumbangan-sumbangan yang datang. c. Menyambut tamu yayasan.

d. Mengurus laporan-laporan administrasi yayasan Siswa

a. Mengikuti program pengajaran yang baik pendidikan formal maupun ketrampilan yang diberikan oleh yayasan.


(71)

b. Melaksanakan jadwal kegiatan sehari-hari yang sudah di susun oleh kepala asrama.

c. Mengikuti kegiatan belajar di luar jam sekolah berdasarkan instruksi kepala asrama.

d. Mengikuti undangan dan tamu yayasan.

IV.8 Keadaan Guru dan Pengawai Keadaan Sarana dan Prasarana

a. Jumlah guru dan pengawai : 43 orang

Laki-laki : 21 orang

Perempuan : 22 orang

b. Jenis pendidikan

Sarjana Pendidikan : 3 orang

Sarjanan Non Pendidikan : 5 orang

Sarjana Theologia : 5 orang

PGAKP : 1 orang

Program Diploma1/3 : 4 orang

Akademi Kebidanan : 1 orang

Sekolah Guru Pendidikan Luarbiasa (SGPLB) : 7 orang

Sekolah Menengah Umum : 5 orang

Sekolah Menegah Ekonomi Akuntansi : 3 orang Sekolah Tekhnik Menengah : 1 orang Sekolah Menengah Pertama : 1 orang


(72)

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dilihat bahwa guru yang berlatar belakang sekolah pendidikan guru luar biasa (SPGLB) di YAPENTRA, hanya ada sebanyak 7 orang, sedangkan orang yang bergerak dalam bidang ilmu kesejahteraan sosial sama sekali tidak ada. Pada hal kedua bidang tersebutlah yang utama untuk sebuah organisasi sosial terutama yang bergerak di bidang penyandang cacat. Hal ini terjadi karena YAPENTRA menerima tidak berdasarkan kebutuhan warga binaan dan yayasan yang sebenarnya.

IV.9 Sumber Dana Organisasi.

Manusia sebagai makhluk tuhan yang paling mulia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan materi berupa uang. Hal ini tidak lepas dari posisi manusia sebagai makhluk economicus. Oleh karena itu YAPENTRA juga membutuhkan sumber-sumber dana dalam melaksanakan progran dan dan mensejahterakan warga binaannya. Dimana tersebut ditujukan bukan hanya untuk warga binaan saja tapi juga digunakan untuk bagi para staf dan tenaga pengajar, dan juga untuk memenuhi kebutuhan lainnya.

Adapun sumber dana YAPENTRA diperoleh dari :

2. uang yang dipisahkan oleh para pendiri sejumlah Rp. 50.000,- 3. sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat, baik dari

pemerintah maupun swasta.

4. hibah-hibah wasiat dan hibah biasa. 5. HBM Jerman.


(73)

7. Hasil penjualan usaha-usaha ataupun kegiatan amal yang dilakukan atau diikuti yayasan.

8. Donasi-donasi dari masyarakat. 9. Gereja.

Dalam menunjang penyediaan dana, salah satu yang dilakukan oleh YAPENTRA adalah mengadakan usaha-usaha ekonomi produktif. Oleh sebab itu YAPENTRA memiliki beberapa faktor pendukung usaha ekonomi produktif yang telah terlaksana pada tahun 2004-2007, antara lain :

1. Mempersiapkan Instruktur masing-masing jenis pelatihan memiliki instruktur yang ahli di tiap-tiap bidang usaha yang terdapat di YAPENTRA, seperti musik, anyaman, / kerajinan tangan, pertanian, dan lain-lain.

2. Anak asuh memiliki minat dan kemampuan untuk mengolah ketrampilan dari bahan baku menjadi bahan jadi ataupun yang lainnya seperti, membuat pupuk kompos yang dapat digunakan pada bidang pertanian yayasan.

3. Dana pendukung antara lain dapat di peroleh dari :

a. Pemerintah melalui Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara yang menjadi pendukung utama dalam hal memberi gagasan dan rangsangan dana untuk usaha ekonomi produktif. Salah satu bantuan yang telah diberikan adalah pengadaan alat dan bahan serta seng untuk membangun shelter workshop Yapentra seluas 8 x 15 m2.


(74)

b. Yayasan menjalin kemitraan dengan Rotary Club yang ada di Malaysia (Rotary International District 3300), Rotary Medan, Lions Club dan vihara-vihara serta pabrik-pabrik yang ada di sekitar Tanjung Morawa.

4. Dukungan Pers

a. Pemimpin umum harian SIB Indonesia, DR.GM Panggabean yang memberi perhatian cukup besar kepada YAPENTRA sehingga telah memilki 10 cucu asuh di Yayasan.

b. Penerbitan berita-berita mengenai YAPENTRA oleh surat kabar SIB dan Analisa.

c. Peliputan media oleh Metro TV, LATIVI, dan deli TV

IV.10 Propil Lembaga

Nama : Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera (Yapetra) Alamat : Jl. Medan Km. 21,5 Tanjung Morawa

Sumatera Utara 20362 Telepon : 061-7940467

Fax : 061-7944550

E-mail

Daftar inventaris

d. tanah :

1. Tanah komplek Yapentra (terlampir)

2. Tanah Vocational School Center (terlampir) 3. Tanah Punden Reja (terlampir)


(75)

5. Kendaraan

6. Mobil kijang kapsul BK 1890 HI (dalam keadaan baik) 7. Mobil Colt Diesel BK 8578 MW (dalam keadaan baik) 8. Honda Supra Fit BK 6385 UH (dalam keadaan baik) 9. Bangunan

1. Rumah: 4 unit di punden Rejo (dihuni pegawai) 2. Asrama tempat tinggal anak-anak dan pegawai. 3. Hall ukuran 15 x 35 m

4. Ruang makan dan dapur 5. Gedung SDLB

6. Gedung SMPLB 7. Kantor

8. Workshop ukuran 8 x 15 m 9. Chappel

10. Perpustakaan. 11. Ruang latihan.

12. Lapangan Sepak bola /Bola Volly Meja 13. Wisma tamu (Guesthouse)

14. Taman. 15. perkebunan. 16. Alat-alat olahraga. 17. Sound sistem lengkap.


(1)

9. Sistematika Penulisan

Sistem penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Toeori, Defenisi Konsep, Defenisi Operasional, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penelitian.

BAB II : URAIAN TEORITIS

Bab ini berisikan uraian teoritis untuk menganalisis yang akan digunakan untuk menganalisis data, yaitu teori perbandingan ilmu politik dan teori tentang pemilihan umum.

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisikan penyajian data dan analisis data yang dijadikan objek penelitian yaitu Tingkat Partispasi Masyarakat Kelurahan Titi Rante dan Variabel Pendukung Partisipasi Politik di dalam Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan dan Pemilihan Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan penulis terhadap hasil yang didapat dari penelitian, serta saran dari penulis terkait masalah yang diteliti.


(2)

ABSTRAKSI

Martupa Freddy Lubis, Strategi Pemberdayaan Tunanetra Dalam Mencapai Kemandirian Anak

Peran lembaga sosial akhir-akhir ini semakin meningkat hal ini juga dipengaruhi oleh tantangan dan resiko yang semakin kompleks. Dalam hal ini lembaga-lembaga sosial secara kontiniu dan secara sistematis terporogram dengan baik hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya pelayanan sosial yang diberikan oleh lembaga tersebut kepada anak asuh.

Untuk itu pemerintah memberikan perlindungan dan peningkatan kesejahteraan, serta memerikan pelayanan pendidikan ketrampilan, kesehatan dengan mendirikan lembaga-lembaga sosialyang berazaskan UUD 1945 dengan demikian keberadaan SLB A akan dapat memenuhi hak-hak para penderita tunanetra sekaligus memberikan perlindungan dasar untuk memenuhii kebutuhan hidup mereka sehingga hak dan kebutuhan mereka terpenuhi. Dalam penelitian inipenulis mengangkat permasalahan ”bangaimana strategi pemberdayaan yang dilaksanakan oleh tunanetra dalam memandirikan anak tunanetra”

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa strategi yang dilaksanakan oleh Yapentra dalam memandirikan anak asuh telah dipandang efektif untuk membuat anak penderita tunanetra menjadi mandiri. Melalui pendidikan ketrampilan yang dilaksanakan oleh Yapentra telam mampu memulihkan kepercayaan, kemampuan, pengembangan ketrampilan anak asuh. Hal ini dilakukan oleh Yapentra agar anak penderita tunanetra dapat kembali ketengah-tengah keluarga, masyarakat dan dapat berfungsi sosial di lingkungan masyarakat.


(3)

Skripsi

PERBANDINGAN TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT KOTA MEDAN PADA PILKADA KOTA MEDAN TAHUN 2005 DENGAN

PILKADA PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Titi Rante, Kecamatan Medan Baru) Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata-1 (S1)

Pada Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

DISUSUN OLEH

NIM. 030906005 AROHMAN PUTRA. S

DOSEN PEMBIMBING : WARJIO S.S, MA

DOSEN PEMBACA : INDRA KESUMA, SIP, Msi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU POLITIK MEDAN


(4)

Abstrak

Partisipasi politik masyarakat tidak dapat dilepaskan dari berbagai pentas politik di tingkat nasional dan lokal. Dan dalam momentum politik lokal yaitu Pilkada ada pertanyaan yang bergulir mengenai adanya sebuah fenomena tentang rendahnya tingkat partisipasi masyarakat yang dikarenakan sebuah kesenjangan politik antara lembaga-lembaga politik dan institusi pemerintahan dengan masyarakat. Pada pengertian yang luas partisipasi politik bukan saja terbatas pada angka kuantitas di dalam Pemilu maupun Pilkada, tapi peneliti melihat dengan tingkat kesadaran berpolitik yang rendah maka ukuran dalam partisipasi politik di Indonesia bisa dilihat secara sederhana dengan memakai angka kuantitas dalam pentas politik lokal dan nasional.

Dalam pelaksanaan Pilkada Kota Medan tahun 2005 dan Pilkada Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 juga terdapat gejala yang sama yaitu rendahnya tingkat partisipasi masyarakatnya. Terutama masyarakat di lingkungan Kelurahan Titi Rante yang menjadi objek penelitian ini. Dalam penelitian ini, penulis juga coba menguraikan variabel dan faktor yang melatari terjadinya fenomena golongan putih (golput) atau mereka yang tidak menggunakan hak suaranya di dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Pada Bab I, peneliti memaparkan mengenai ketertarikannya untuk melakukan penelitian mengenai partisipasi politik masyarakat. Pada Bab II, pada tulisan ini peneliti menjelaskan dan menguraikan teori-teori yang digunakan sebagai alat untuk menganalisis data yang ditemukan di lapangan. Dan berbagai uraian dan pemaparan mengenai tingkat partisipasi politik masyarakat kelurahan Titi Rante pada Pilkada Kota Medan dan Pilkada Provinsi Sumatera Utara, serta memuat beberapa hal yang dilihat peneliti berkaitan dalam mendukung turun dan naiknya minat masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam media politik, hal ini dibahas di dalam Bab III. Dan Bab IV, adalah mengenai kesimpulan penulisan skripsi ini dan beberapa rekomendasi yang dihasilkan.


(5)

Daftar Isi

Halaman Persetujuan... i

Halaman Pengesahan... ii

Kata Pengantar... iii

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel... viii

Abstrak... ix

BAB I Pendahuluan... 1

1. Latar Belakang Permasalahan... 1

2. Perumusan Masalah... 11

3. Tujuan Penelitian... 11

4. Manfaat Penelitian... 12

5. Kerangka Teori... 12

6. Defenisi Konsep... 18

7. Defenisi Operasional... 19

8. Metodologi Penelitian ... 20

9. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II Uraian Teoritis... 22

1. Perbandingan Politik... 22

2. Partisipasi Politik... 25

3. Pemilihan Umum... 28

4. Pemilihan Kepala Daerah... 34

5. Partai Politik... 37

BAB III Penyajian dan Analisis Data... 42

1. Sekilas Partisipasi Politik Masyarakat di Indonesia... 42

2. Tingkat Partisipasi Masyarakat Kelurahan Titi Rante Dalam PILKADA Kota Medan 2005 dan PILKADA Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008... 47


(6)

3. Faktor Pendukung Rendahnya Partisipasi Masyarakat Kelurahan Titi Rante di dalam Pilkada Kota Medan

Tahun 2005 dan Pilkada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 58 4. Rendahnya Partisipasi Politik dan Peran Partai Politik... 61 5. Partisipasi Politik Masyarakat Kelurahan Titi Rante ... 71 6. Hubungan Pilkada dan Perencanaan

Pembangunan Ekonomi Lokal... 74 BAB IV Kesimpulan dan Rekomendasi

1. Kesimpulan... 77 2. Rekomendasi... 79