Konsepsional Rahasia Jabatan Notaris Dalam Pemeriksaan Pidana

16 Menurut Pasal 1 ayat 7 UUJN bahwa akta Notarisadalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara ditetapkan dalam undang-undang jabatan Notaris. Berdasarkan hasil inventarsasi terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku Saat ini, yang terkait dengan profesi Notaris. Diantaranya adalah: a. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris b. Peraturan Jabatan Notaris c. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata d. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana e. Peraturan perundang-undangan lainnya

2. Konsepsional

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori konsepsiyang diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition. Pentingnya definisi operasional adalah “untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua du bius dari suatu istilah yang dipakai dan dapat ditemukan suatu kebenaran”. 19 Agar tidak terjadi perbedaan pengertian tentang konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka perlu diuraikan pengertian-pengertian konsep dalam penelitian ini. Notaris adalah pejabat umum yang tanpa diberi gaji oleh pemerintah, Notaris dipensiunkan oleh pemerintah tanpa mendapat uang pensiun dari pemerintah. Pejabat umum yang dimaksud di sini adalah pejabat yang dimaksudkan 19 Rusdi Malik, Penemu Agama Dalam Hukum Indonesia, Pejabat Universitas Trisakti, Jakarta, Hal.15 Universita Sumatera Utara 17 dalam Pasal 1868 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Dari bunyi Pasal 1 UUJN maka sangat jelas dikatakan bahwa Notaris adalah satu-satunya pejabat umum 20 yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya. Di luar Notaris sebagai pejabat umum ini masih dikenal lagi pejabat-pejabat lain yang juga tugasnya membuat alat bukti yang bersifat otentik, seperti Pejabat Kantor Catatan Sipil, Pejabat Kantor Lelang Negara, Pejabat Pembuat Akta Tanah, Kepala Kantor Urusan Agama, Panitera di Pengadilan yang bertugas membuat exploit atau pemberitahuan dari Juru Sita, dan lain sebagainya. Bentuk atau corak Notaris dapat dibagi menjadi 2dua kelompok utama yaitu: a. Notariat Functional, dalam mana wewenang-wewenang pemerintah didelegasiakan gedelegeerd, dan demikian diduga mempunyai kebenaran isinya, mempunyai kekuatan bukti formal dan mempunyai daya kekuatan eksekusi. Di negara-negara yang menganut macambentuk notariat seperti ini terdapat pemisahan yang keras antara “wettelijke” dan “niet wettelijke”, “werkzaamheden” yaitu pekerjaan-pekerjaan yang berdasarkan Undang- 20 Istilah “Pejabat Umum” merupakan terjemahan dari teks asli Stb. 1860 No.3 dalam bahsa Belanda : “openbare ambtenaren”, lihat W.A. Engelbrecht, “Kitab-kitab Undang-undang, Undang- Undang dan peraturan-peraturan Republik Indonesia”, bewerkt door E.M.L. Engelbrecht, NV. Uitgeverij W. Van Hoeve’s Gravenhage, 1971, hal. 2573.istilah “pejabat umum” ini ternyata diadopsi oleh pembuat PP No. 37 Tahun 1998 tentang peraturan Jabatan Pembuatan AktaTanah yang merupakan pelaksanaan dari pasal-7 PP No.24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Pasal 1 angka-I dari PP No.37 tahun 1998 mulai berlaku tanggal 5 Maret 1998 menyatakan bahwa “Pejabat Pembuatan Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai pembuatan hukum tertentu mengenai Hak Atas Tanah atau Hak Milik atas Tanah, diterbitkan oleh Koprasi Pegawai Badan Pertanahan Nasional “Bumi Bhakti”, 1998,hal.3. penyebutan istilah “pejabat umum” dalam PP No. 37 tahun 1998 sekaligus menyiratkan makna bahwa lingkup tugas Notaris menurut Pasal 1 PJN sudah semakin, sempit karena kewenangan sebagai pejabat umum mengenai bidang pertanahan sudah diserahkan kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT. Universita Sumatera Utara 18 undang hukum dan yang tidakbukan dalam notariat. b. Notariat profesionel, dalam kelompok ini walaupun pemerintah mengatur tentang organisasinya, tetapi akta-akta Notaris itu tidak mempunyai akibat- akibat khusus tentang kebenarannya, kekuatan bukti, demikian pula kekuatan eksekutorialnya. 21 Profesi Notaris merupakan profesi yang lijdeljik, yaitu berjalan mengikuti rel yang telah digariskan. Ia hanya mengikuti apa yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. Karenanya, dalam praktek Notariat kejelasan peraturan perundang-undangan sangatlah menentukan. Dibanding dengan tugas Notaris di negara-negara yang hukumnya telah diunifikasi dan dikodifikasikan dalam Undang- undang atau peraturan perundang-undangan yang serba lengkap dan jelas, tugas Notaris di Indonesia memang lebih berat. Sebabnya adalah belum seluruhnya aturan hukum yang berlaku yang telah diunifikasi dan dikodifikasiakan. Hukum perekonomian dan perdagangan misalnya, yang sedang berkembang dengat pesat dewasa ini. Demikian pula hukum perjanjian dan hukum keluarga dan acara perdata yang masih dibenahi. Misalnya dalam membuat perjanjian-perjanjian yang menyangkut tanah dalam kaitan dengan hukum waris yang masih bersifat pluralistis, kewaspadaan Notaris sangatlah diperlukan. 22 21 Kumar Andasasmitha, Notaris I, Sumur Bandung, 1981, Hal.12 22 Pusat Pengkajian Hukum Nomor 10tahun IISeptember1992, Hal.23, kata “lijdelijk” itu sendiri bermakna : 1. Sabar 2. Tanpa perbuatan Universita Sumatera Utara 19 Notaris sebelum menjalankan jabatannya sebagai pejabat umum wajib mengucapkan sumpahatau janji menurut agamanya dihadapan Menteri atau pejabat yang ditunjuk, demikian juga halnya pemberhentian Notaris dilakukan oleh Menteri. Adapun syarat-syarat untuk diangkat menjadi Notaris dalam Pasal 4 Undang- undang Jabatan Notaris, yang menyebutkan: 1. Warga negara indonesia; 2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 3. Berumur serendah-rendahnya 27 dua puluh tujuh tahun; 4. Berijazah sarjana Hukum dan pendidikan kenotariatan; 5. Telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan sekurang-kurangnya 1 satu tahun berturut-turut pada kantor Notaris setelah lulus pendidikan kenotariatan; dan 6. Mendapat rekomendasi dari Organisasi Profesi notaris. 23 Setelah memenuhi syarat untuk diangkat menjadi Notaris maka Notaris tersebut berkewajiban mengucapkan sumpah atau janji sebagaiman yang dimaksud dalam 6 ayat 2 UUJN. Apabila pelaksanaan pengangkatan Notaris telah selesai dilakukan maka Notaris juga tidak terlepas dari kode etik jabatannya yaitu Kode Etik Notaris. Kode Etik Notaris adalah suatu sikap Notaris yang merupakan suatu kepribadian yang mencakup sikap dan moral terhadap organisasi profesi, terhadap 3. Tanpa tindakan 4. Tanpa protes 5. Tanpa menentang, lihat kamus Umum Belanda-Indonesia, oleh S.Wojowasito, PT. Ictiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2003, hal.374 23 Pasal 3 huruf 1 UUJN menyebutkan bahwa syarat dapat diangkat menjadi Notaris adalah telah menjalani megang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan Notaris dalam waktu 12 dua belas bulan berturut-turut pada kantor Notaris atas prakarsa sendiri atau atas rekomendasi organisasi notaris setelah lulus strata dua kenotariatan. Universita Sumatera Utara 20 sesama rekan dan terhadap pelaksanaan tugas jabatan. 24 Pasal 16 ayat 1 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang jabatan Notaris menyebutkan : Notaris berwenang mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh sesuatu peraturan perundang-undangan atau yang dikehendaki yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatannya, menyimpan aktanya, dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya, sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat yang lain atau orang lain yang ditetapkan oleh Undang- undang. Sedangkan pada ayat 2 menyebutkan kewenangan Notaris yang lain, yakni : a. Membuat surat keterangan tentang masih hidupnya seseorang. b. Membuat akta keterangan hak waris c. Membuat akta risalah lelang d. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku yang harus disediakan untuk itu. e. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku yang disediakan khusus f. Membuat kopi asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagai mana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan. g. Melakukan pengesahan kecocokan foto copi dengan surat aslinya. 24 Rapat Pleno Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Tanggal 29-30 Agustus 1998, di Surabaya Universita Sumatera Utara 21 h. Melakukan kewenangan lain yang diatur claim peraturan perundang- undangan. Dalam Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris juga menegaskan bahwa Notaris dibatasi wewenangnya untuk akta otentik, hanya apabila hal itu dikehendaki atau diminta oleh yang berkepentingan hal mana berarti bahwa Notaris tidak berwenang membuat akta otentik secara jabatan. Dengan demikian Notaris tidak berwenang untuk membuat akta dibidang hukum publik, wewenangnya terbatas pada pembuatan akta-akta di bidang hukum perdata. Pembatasan lainnya dari wewenang Notaris dinyatakan dengan perkataan-perkataan “ mengatasi semua perbuatan, perjanjian dan penetapan”. Sehingga tidak semua akta dapat dibuat oleh Notaris, akan tetapi hanya yang mengenai “perbuatan, perjanjian dan ketetapan”. 25 Penegasan bunyi pasal tersebut memberi arti bahwa kewenangan yang diberikan kepada Notaris untuk membuat akta otentik tidak boleh keluar atau menyimpang dari kewenangan yang ada dalam UUJN dan Kode Etik Notaris itu sendiri. Dengan tidak ditaatinya UUJN dan Kode Etik Noraris maka Notaris tersebit dapat disangka sebagai salah satu penyebab terjadinya pelanggaran hukum yang menyebabkan akta tersebut berpotensi konflik. Wewenag Notaris meliputi 4empat hal yaitu : a. Notaris harus berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang dibuatnya itu; artinya tidak setiap pejabat umum dapat membuat semua akta, akan tetapi seorang pejabat umum hanya dapat membuat akta-akta tertentu, yakni yang ditugaskan atau dikecualikan kepadanya berdasarkan peraturan perundang- 25 A. Kohar, Notaris dalam praktek, Penerbit Alumni, 1983, Hal.25 Universita Sumatera Utara 22 undangan. b. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang-orang, untuk kpentingan siapa akta itu dibuat; artinya Notaris tidak berwenang untuk membuat akta untuk kepentingan setiap orang. Di dalam paal 20 ayat 1 Peraturan Jabatan Notaris misalnya ditentukan, bahwa Notaris tidak diperbolehkan membuat akta, di dalam mana Notaris sendiri, istrinya, keluarga sedarah atau keluarga semenda dari Notaris itu dalam garis lurus tanpa pembatasan derajat dan dalam garis kesamping sampai dengan derajat ketiga, baik secara pribadi maupun melalui kuasa, menjadi pihak. Maksud dan tujun dari ketentuan ini ialah untuk mencegah terjadinya tindakan memihak dan penyalahgunaan jabatan. c. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat, dimana akta itu dibuat; artinya bagi setiap Notaris ditentukan daerah hukumnya daerah jabatanya dan hanya di dalam daerah yanf ditentukan baginya itu ia berwenang untuk membuat akta otentik. Akta yang dibuatnya di luar daerahnya jabatannya adalah tidak sah. d. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu; artinya Notaris tidak boleh membuat akta selama ia masih cuti atau dipecat dari jabatannya, demikian juga Notaris tidak boleh membuat akta sebelum ia memangku jabatannya sebelum diambil sumpahnya. Apabila salah satu persyaratan di atas, tidak dipenuhi, maka akta yang dibuat menjadi akta yang mempunyai kekuatan seperti akta di bawah tangan, apabila akta itu ditanda tangani oleh parah penghadap. Demikian juga halnya, bahwa apabila oleh Universita Sumatera Utara 23 Undang-undang untuk sesuatu “perbuatan, perjanjian dan ketetapan” diharuskan suatu akta otentik maka dalam hal salah satu persyaratan di atas tidak dipenuh, perbuatan, perjanjian dan ketetapan itu dan karenanya juga akta itu adalah tidak sah. Suatu akta adalah otentik, bukan karena penetapan Undang-undang, akan tetapi karena dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat umum. G . Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian