Latar Belakang Perlindungan Hukum Terhadap Distributor Terkait Penjualan Barang Black Market Dihubungkan Dengan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

ABSTRACT Economic activity involving at least 3 three parties are producers , distributors and consumers . Products sold from the manufacturer to the consumer through the intermediary distributors are still many who do not comply with prevailing regulations such as the provision of electronic goods . Violations of the provisions made electronic goods into the black market goods . Law shall provide equal treatment and protection of protection is not only aimed at producers and consumers but also to be able to provide legal protection against distributors related to the sale of black market black market . Legal actions that can be done distributors face compensation claims from consumers is also a problem . The approach used in this research is normative juridical approach , is a study in the field of law made and conceived of the principles , norms , dogmas or rules of law which are guidelines to behave . Rules are used in this case relating to the protection of related distributors selling black market goods. This study used a descriptive - analytical aims to obtain an overview of how the black market goods black market can be circulated in the market and how the legal protection for Distributors The results showed that the legal arrangements regarding the protection of distributors related to the sale of black market has not been expressly stipulated in Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection. Conflicts opposition Article contained in Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection shows weakness of legal protection against the distributor.Legal efforts to do distributors to those who feel aggrieved party and demanded compensation to distributors is limited to non-litigation dispute resolution efforts. I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebebasan melakukan komunikasi bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, merupakan hak setiap orang. Huala Adolf menambahkan prinsip kebebasan komunikasi dalam arti luas termasuk di dalamnya kebebasan bernavigasi, yaitu kebebasan para pihak berkomunikasi untuk keperluan dagang dengan siapa pun juga dengan melalui berbagai sarana navigasi atau komunikasi, baik darat, laut, udara, atau melalui sarana elektronik. 1 Mengantisipasi kemajuan di sektor perdagangan, Indonesia memerlukan instrumen hukum yang dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan hukum dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Kebutuhan tersebut diperlukan karena banyaknya persoalan hukum yang menyangkut masalah- masalah ekonomi atau bisnis yang belum diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUH Perdata maupun Kitab Undang Hukum Dagang KUHD yang berlaku di Indonsia. Kaidah-kaidah hukum yang merupakan hukum ekonomi sebagian besar tidak hanya berpegang pada asas-asas hukum perdata maupun hukum publik. Kebutuhan-kebutuhan baru menimbulkan kaidah-kaidah baru dan pranata- paranata baru yang belum dikategorikan ke dalam sistem hukum perdata maupun sistem hukum publik yang ada sehingga hukum tidak selalu tertinggal dan hubungan hukum dapat mengikuti perkembangan masyarakat. 2 Regulasi transaksi perdagangan di Indonesia pada dasarnya mengacu kepada perjanjian yang didasarkan pada hukum perdata, dimana setiap orang termasuk badan hukum dapat melakukan perjanjian dalam bentuk apapun, tentang apapun, cara apapun. Pengaturan ini merupakan penerapan asas yang berlaku dalam hukum perdata. 3 Kebebasan tersebut bukan dalam arti yang seluas-luasnya karena terhadap perjanjian itu sendiri, berlaku pula syarat- 1 Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005. hlm.7 2 Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Cet. Ketiga, CV. Trimitra Mandiri, Bandung, 1999, hlm. 8 3 R. Subekti, Kitab Undang Undang Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 2001. hlm 68-69 Pasal 1338 KHUPerdata, menganut asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian. syarat sahnya perjanjian. 4 Asas pacta sunt servanda juga mengikat para pihak yang mengikatkan dirinya dalam perjanjian. Pengikatan perjanjian dapat dilakukan diantara pihak Produsen dan Konsumen, Produsen dan Distributor. Hubungan antara Produsen dan Konsumen pada dasarnya merupakan hubungan yang bersifat ketergantungan. 5 Produsen membutuhkan Konsumen begitu pula sebaliknya. Bentuk hubungan produsen dan konsumen ini dalam praktik kegiatan ekonomi atau kegiatan bisnis dengan bentuk yang paling sering ditemukan adalah jual beli, sewa menyewa, sewa beli dan titip jual. Produsen yang menghasilkan barang pada umumnya melakukan kegiatan usaha yang meliputi proses menghasilkan barang, modal dan cara produk yang dihasilkan dapat dipasarkan sampai pada Konsumen. Kegiatan ini merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Produksi tidak akan berjalan apabila tidak ada modal, barang-barang yang dibuat sebagai suatu produk tidak akan sampai ke tangan Konsumen apabila pemasaran tidak berjalan dengan baik. Produk dari Produsen agar sampai ke tangan Konsumen perlu ditangani secara serius. Pemasaran produk tersebut dapat dilakukan oleh para pembantu pengusaha diantaranya agen dan distributor. Teknologi yang semakin maju membuat konsumen berusaha untuk memilikinya, terkadang konsumen tidak perduli asal mula barang, keaslian barang, atau kualitas barang tersebut, mereka hanya melihat model barang yang menarik dan murah. Pasar-pasar yang menawarkan barang-barang 4 Ibid,. hlm 58, Pasal 1320 KUHPerdata 5 Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 2000. hlm 81 seperti itupun semakin marak, pasar ini biasa disebut dengan sebutan black market atau pasar gelap. 6 Pasar gelap merupakan pasar yang barang-barangnya merupakan barang- barang ilegal yang biasanya di datangkan dari Negara-Negara diluar Indonesia maupun dari Indonesia sendiri. Barang-barang yang digunakan dalam keseharian seperti barang elektronik yang merupakan barang ilegal, tapi masyarakatkonsumen tidak mau peduli. Di sisi lain, produsen juga tidak peduli akan barang-barang yang mereka jual ilegal atau legal, yang menjadi fokus produsen adalah barangnya laku dan keuntungan yang besar. Perlindungan terhadap pelaku usaha dan konsumen diharapkan mampu memberikan acuan bagi kegiatan usaha perdagangan yang bertujuan meningkatkan perlindungan, baik produsen maupun konsumen tidak terkecuali pedagang skala usaha mikro, kecil, dan menengah UMKM, tetap dilindungi agar senantiasa bertumbuh dan berkembang, sehingga praktik- praktik perdagangan yang dikenal dengan black market dapat ditekan atau diminimalisir. 7 Perangkat hukum yang baik harus mampu memberikan perlindungan terhadap produsen, distributor dan konsumen dapat dilaksanakan.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Pengoplosan Beras Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

11 144 123

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam Penyelanggaraan Layanan SMS Banking Dihubungkan Dengan Undnag-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Jo. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

0 8 1

Tanggung Jawab Hukum Operator Seluler Terkait SPAM SMS (Short Message Service) Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen JUNCTO Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

2 23 77

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT IKLAN MASKAPAI PENERBANGAN YANG TIDAK SESUAI PERATURAN PERIKLANAN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DAGING SAPI GLONGGONGAN DI PASAR TRADISIONAL DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 1 2

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

1 4 136

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

0 1 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO) SELAMAT GROUP BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 16

Undang Undang No. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 1 45