Metode Koefisien Perpindahan FEMA 273356

21 kesetimbangan statik, dengan mengambil gaya geser dasar gempa yang terjadi dan simpangan pada saat struktur masih berperilaku elastis, bisa juga nilai tersebut diambil melalui kurva pushover yang sudah ada pada tiap-tiap model. Sedangkan kemiringan pasca leleh α, penentuan titk awalnya merupakan perpotongan garis Ke dengan Vy kemudian penentuan titik garis yang melewati kurva pushover aktual dan berhenti pada target perpindahan yang telah ditentukan.

2.8 Target Perpindahan

Gaya dan deformasi setiap komponenelemen dihitung terhadap perpindahan tertentu di titik kontrol yang disebut sebagai target perpindahan δt dan dianggap sebagai perpindahan maksimum yang terjadi saat bangunan mengelami gempa rencana. Untuk mendapatkan perilaku struktur pasca keruntuhan maka perlu dibuat analisa pushover untuk membuat kurva hubungan gaya geser dasar dan perpindahan lateral titik kontrol sampai minimal 150 dari target perpindahan, δt, agar dapat dilihat perilaku bangunan yang melebihi kondisi rencananya. Perencana harus memahami bahwa target perpindahan hanya merupakan rata-rata nilai dari beban gempa rencana. Adapun cara menentukan target perpindahan yang cukup terkenal yaitu Displacement Coeficient Method atau Metode Koefisien Perpindahan FEMA 273356 secara otomatis sudah built- in pada SAP2000v15.

2.9 Metode Koefisien Perpindahan FEMA 273356

Metode koefisien perpindahan merupakan metode utama yang terdapat dalam FEMA 273356 untuk prosedur statik nonlinier. Penyelesaian dilakukan dengan memodifikasi respons elastis linier dari sistem SDOF ekivalen dengan faktor koefisien C , C 1 , C 2 , dan C 3 sehingga diperoleh perpindahan global maksimum elastis dan inelastis yang disebut “target perpindahan” δt. Proses dimulai dengan menetapkan waktu getar efektif T e , yang memperhitungkan kondisi inelastis bangunan dan mencerminkan kekakuan linier dari sistem SDOF ekivalen. Jika diplotkan pada spektrum respons elastis akan menunjukkan percepatan gerakan tanah pada saat gempa yaitu akselerasi puncak, Sa, versus waktu getar T. Redaman yang digunakan selalu 5 yang mewakili 22 level yang diharapkan terjadi pada struktur yang mempunyai respons pada daerah elastis. Puncak perpindahan spektra elastis Sd, berhubungan langsung dengan akselerasi spektra Sa, dengan hubungan berikut:        Sa Te Sd 2 2 4  2.21 Selanjutnya target perpindahan pada titik kontrol δt, ditentukan sebagai berikut FEMA 273356: g Te Sa C C C C t 2 3 2 1 2          2.22 Dimana: T e : waktu getar alami efektif yang memperhitungkan kondisi inelastic C : koefisien faktor bentuk, untuk merubah perpindahan spectral menjadi perpindahan atap, umumnya memakai faktor partisipasi ragam yang pertama first mode participation factor C 1 : faktor modifikasi yang menghubungkan perpindahan inelastic maksimum dengan perpindahan yang dihitung dari respon elastic linier. = 1.0 untuk T e ≥ T s = [1.0+R-1T s T e ]R untuk T e T s 2.23 T s : waktu getar karakteristik yang diperoleh dari kurva respons spectrum pada titik dimana terdapat transisi bagian akselerasi konstan ke bagian kecepatan konstan. R : rasio “kuat elastik perlu” terhadap “koefisien kuat leleh terhitung” Cm W Vy Sa R  2.24 Sa : akselerasi respons spektrum yang berkesesuaian dengan waktu getar alami efektif pada arah yang ditinjau. Vy : gaya geser dasar pada saat leleh, dari idealisasi kurva pushover menjadi bilinier W : total beban mati dan beban hidup yang dapat tereduksi. C m : faktor massa efektif yang diambil dari tabel 3.1 dari FEMA 356. C 2 : koefisien untuk memper hitungkan efek “pinching” dari hubungan beban 23 deformasi akibat degradasi kekakuan dan kekuatan, berdasarkan tabel 3-3 dari FEMA 356. C 3 : koefisien untuk memperhitungkan pembesaran lateral akibat adanya efek P-delta. Koefisien diperoleh secara empiris dari studi statistik analisa riwayat waktu nonlinier dari SDOF dan diambil berdasarkan pertimbangan engineering judgement, dimana perilaku hubungan gaya gaya dasar – lendutan pada kondisi pasca leleh kekakuannya posistif kurva meningkat maka C 3 =1, sedangkan jika perilaku pasca lelehnya negative kurva menurun maka   e T R C 2 3 3 1 . 1     2.25 α : rasio kekakuan pasca leleh terhadap kekakuan elastis efektif, dimana hubungan gaya-lendutan diidealisasikan sebagai kurva bilinier. g : percepatan gravitasi 9,81 mdet 2

2.10 Performance Based Earthquake Engineering PBEE