Kerjasama ASEAN-China melalui ASEAN-China cooperative response to dangerous drugs (ACCORD) dalam menanggulangi perdagangan di Segitiga Emas

(1)

(2)

(3)

(4)

DATA PRIBADI

Nama : Beatrice Dian Maya Puspitasari

Nama Panggilan : Ibeth

Tempat, Tanggal Lahir : Purwokerto, 20 Februari 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Telepon : 082117275520

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : Antonius Bambang Soejitno Tirtawidjaja

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Maria Srihadipraningsih

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Jl. Teratai No. 7 Komp. Leuwigajah Permai

RT. 003 RW. 015 Kel.Leuwigajah Kec.Cimahi Selatan Motto : “Don’t judge people by the mistakes they’ve made, but

by what they’ve learned from them.”


(5)

Politik Universitas Komputer Indonesia

2. 2005 - 2008 SMA Negeri 4 Cimahi Berijasah

3. 2002 - 2005 SMP Santo Mikael Cimahi Berijasah

4. 1995 - 2002 SD Santa Maria Purwokerto Berijasah

PENDIDIKAN NON FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2010 Table Manner Course di Hotel Golden Flower Bandung

Bersertifikat

PENGALAMAN ORGANISASI

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2010 Panitia, Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2010 – 2011 Dan Wisuda Pascasarjana (S2), Sarjana (S1), Dan Diploma (D3) Tahun Akademik 2009 – 2010. Gedung Sasana Budaya Ganesha, Bandung.

Bersertifikat

PELATIHAN DAN SEMINAR

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2009 Peserta, MAKRAB Jurusan Hubungan Internasional. Alam Sejuk, Lembang.

Bersertifikat 2. 2011 Peserta, Seminar “Revitalisasi Gerakan

Non Blok dalam Dunia yang Berubah: Peran Indonesia dan Tantangan ke Depan”. Gedung Merdeka / Museum Konferensi Asia Afrika.

Bersertifikat

2. 2012 Peserta, Seminar “Reaktualisasi Nilai – Nilai Pancasila di Kalangan Generasi Muda”. Auditorium Universitas Komputer Indonesia.

Bersertifikat

3. 2012 Peserta, Simulasi Sidang ASEAN “ASEAN Community Building”.


(6)

KEAHLIAN/BAKAT

No. Uraian

1. Operasional Microsoft Office 2. Bahasa Inggris Pasif dan Aktif

3, Operasional Corel Draw, Photoshop dan Dreamweaver 4. Film Editing, Website designer, dll.

Bandung, 4 September 2013 Hormat Saya,


(7)

ASEANChina Cooperation Through ASEANChina Cooperative Response To Dangerous Drugs (ACCORD) In Mitigating Drug Trafficking In Golden Triangle

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Sidang Sarjana Strata-1 (S-1) pada

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Oleh,

BEATRICE DIAN MAYA PUSPITASARI NIM. 44308004

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2013


(8)

vi

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Usulan Penelitian ini sebagaimana mestinya. Peneliti mengucapkan terima kasih dan rasa bangga kepada kedua orang tua (Papi dan Mami) tercinta dan tersayang, Antonius Bambang Soejitno dan Maria Srihadi Praningsih yang selalu memberikan rasa kasih sayangnya dan semangat pada penulis dan juga memberikan doa serta dukungan moriil maupun materi. Terwujudnya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak terutama :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.Aselaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah mengeluarkan surat pengantar penelitian.

2. Yth. Bapak Budi Mulyana, S.IP., M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan, pengetahuan dan berbagi ilmu serta wawasan selama peneliti melakukan penelitian serta memberikan pengesahan pada skripsi untuk disidangkan.

3. Yth. Bapak Andrias Darmayadi P, S.IP., M.Si., Ketua Prodi Hubungan Internasional UNIKOM Yang telah membantu peneliti dalam proses revisi skripsi serta berjalannya usulan penelitian hingga sidang akhir penelitian.


(9)

4. Yth. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Ilmu Hubungan Internasional UNIKOM yng telah membantu peneliti dalam memberikan arahan pada masa revisi bimbingan skripsi. Terlebih khususnya kepada Ibu Dewi Triwahyuni, S.IP., M.Si dan Ibu Sylvia Octa Putri, S.IP..

5. Yth. Teteh Dwi Endah Susanti, S.E selaku Sekretariat Jurusan Prodi Hubungan Internasional UNIKOM yang telah banyak membantu dalam administrasi selama berkuliah di UNIKOM dan selama proses penyusunan skripsi.

6. Yth. ASEAN atas penyediaan publikasi dan annual report kepada peneliti.

7. Yth. Prof. Dr. JM. Papasi atas nasehat – nasehat dan motivasi yang berguna untuk penulis dalam menjalani hidup kedepan.

8. Yth. Rere Chasey Belva atas dukungan dan supportnya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

9. Terima kasih buat teman-teman HI UNIKOM, Hegar Julius, Budi Santoso, Akbarizal, Nuel Hutahaean, Reza Fauzan, Alfian Al’Ayubbi Pelu, Chrisnanta Amijaya, Ira Karmina, dan Rizky Rakhmawati, Wenaldy Andarisma, Nadhea Lady dan Intan Sarah Augustayang telah memberi semangat dalam mengerjakan skripsi ini. 10. Dan semua pihak, yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan


(10)

Peneliti menyadari bahwa dalam usulan penelitian ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penelitian ini, dan penelitian selanjutnya dimasa yang akan datang.

Bandung, Agustus 2013

Peneliti

Beatrice Dian Maya Puspitasari NIM. 44308004


(11)

ix

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR. ... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR BAGAN... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 9

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian... 10

1.4 Kegunaan Penelitian... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Isu Keamanan Non – Tradisional Dalam Penanggulangan Perdagangan Narkotika di Asia Tenggara... 14

2.1.2 Perdagangan Narkotika di Asia Tenggara... 17

2.1.3 Organize Crime Dalam Penanggulangan Perdagangan Narkotika Di Asia Tenggara... 18


(12)

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Kerangka Teorities... 21

2.2.1.1 Hubungan Internasional... 22

2.2.1.2 Organisasi Internasional... 26

2.2.1.3 Kerjasama Internasional... 33

2.2.1.4 Perjanjian Internasional... 36

2.2.1.5 Kejahatan Terorganisir... 38

2.2.1.6 Kejahatan Transnasional... 42

2.2.1.7 Hukum Internasional... 49

2.2.2 Kerangka Konseptual... 52

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Tinjauan Kerjasama ASEAN–China... 55

3.1.2 Tinjauan ASEAN China Cooperative Response To Dangerous Drugs(ACCORD)... 58

3.1.2.1 Sejarah ACCORD... 59

3.1.2.2 ACCORDPlan Of Action... 63

3.1.2.3 Program Kerja ACCORD... 64

3.1.3 Tinjauan Perdagangan Narkotika Di Kawasan Asia Tenggara... 67

3.1.3.1 Perdagangan Narkotika di Segitiga Emas... 70

3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian... 74


(13)

3.2.1.1 Informan Penelitian... 75

3.2.2 Tehnik Pengumpulan Data... 76

3.2.3 Tehnik Penentuan Informan... 76

3.2.4 Tehnik Analisis Data... 77

3.2.5 Waktu Dan Lokasi Penelitian... 78

3.2.5.1 Tempat Penelitian... 78

3.2.5.2 Waktu Penelitian... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Latar Belakang Kerjasama ASEAN dan China Melalui ACCORD... 82

4.2 Realisasi Kerjasama Asean – China Melalui Kerangka ACCORD Dalam Menanggulangi Perdagangan Narkotika Di Segitiga Emas... 84

4.2.1 Realisasi Empat Pillar ACCORD... 85

4.3 Kendala–Kendala Yang Dihadapi Oleh Asean – China Dalam Menanggulangi Perdagangan Narkotika Di Segitiga Emas... 103

4.3.1 Penegakan Hukum Yang Tidak Merata... 105

4.3.2 Perbatasan Yang Rawan... 107

4.3.3 Kapasitas Operasional Yang Lemah... 110

4.4 Hasil Dari Pelaksanaan ACCORD Dalam Menanggulangi Perdagangan Narkotika Di Kawasan Asia Tenggara... 111

4.4.1 Hasil Dari Pelaksanaan ACCORD Dalam Menanggulangi Perdagangan Narkotika Di Laos.... 113


(14)

4.4.2 Hasil Dari Pelaksanaan ACCORD Dalam Menanggulangi

Perdagangan Narkotika Di Myanmar... 119

4.4.3 Hasil Dari Pelaksanaan ACCORD Dalam Menanggulangi Perdagangan Narkotika Di Thailand... 127

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... ... 137

5.2 Saran... 138

DAFTAR PUSTAKA... ... 140

LAMPIRAN... 151


(15)

140

A. BUKU

Anthony, Melly Cabalero. 2004.Asian Perspective. USA:Lynne Rienner Publishers. Bassiouni, M. Cherif. 2003. International Criminal Law Third Edition.

Boston:Martinus Nuhoff Publisher.

Barlow, Hugh. 2000. Introduction to Criminology.Canada: Little, Brown and Company.

Buzan, Barry Ole Waever, dan Jaap de Wilde. 2007.Security: A New Framework for Analysis. London: Lynne Rienner Publishers.

Cipto, Bambang. 2007. Hubungan Internasional di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Coulombis, Theodore A, & Wolfe, James H. 2001. Introduction to International Relations: Power and Justice. Cambridge: Cambridge University Press. Dougherty, James E. & Robert L. Pfaltzgraff. 2000.Contending Theories. New York:

Harper and Row Publisher.

Goldstein, Joshua S. 2003. International Relations. Washington : Harper Collin College and Publisher.

Hawari, Dadang. 2004. Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif.Jakarta: BPFKUL.


(16)

Johari, J.C. 2000. International Relations and Politics (Theoritical Perspective). New Delhi : Sterling Publisher.

Starke.2010.Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: Sinar Grafika.

Kantaadmaja, Komar.2008.Refleksi Dinamika Hukum.Jakarta: Sinar Grafika. Kato. 2000.Igiris to Asia (Great Britain and Asia).Tokyo: Iwanami Publication. Kusumaatmadja, Mochtar. 2004. Pengantar Hukum Internasional. Bandung Bina

Cipta.

Keohane, Robert dan Joseph S Nye. 2001. Power and Interdependence: World Politics in Transition. London: SAGE Publication.

Locke, Rachel. 2012. Organized Crime Conflict And Fragility: A New Approach. New York: International Peace Institute.

Martin, john M. dan Anne T. Romano. 2000. Multinational Crime: Terrorism, Espionage, Drug and Arms Trafficking (Studies in Crime, Law, and Criminal Justice). London: SAGE Publication.

Mas’oed, Mochtar. 2003. Ilmu Hubungan Internasional : Dispilin dan Metodologi. Jakarta:LP3ES.

Phartiana, I Wayan. 2003. Pengantar Hukum Internasional. Bandung :Penerbit Mandar maju.

Perwita, A.A. Banyu dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Prisgunanto, Ilham.2012.Komunikasi dan polisi. Jakarta: C.V.Prisani cendekia. Rudy, T. May. 2001.Hukum Internasional 1. Bandung: Refika Aditama.


(17)

Rosenau, James N. 2000. The Scientific Study of Foreign Policy. New York : The Free Press.

Shcwarzenberger, George. 2001.Power Politics. London: Prentice Hall.

Siswanto, Arie. 2005. Yurisdiksi Material Mahkamah Kejahatan Internasional. Bogor: Ghalia.

Sugiono, Muhadi. 2006. Kritik Antonio Gramsci Terhadap Pembangunan Dunia Ketiga.Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Susetyo, Heru. 2008. Menuju Paradigma Keamanan Komprehensif Berperspektif Keamanan Manusia Dalam Kebijakan Keamanan Nasional Indonesia. Jakarta: Universitas Indonusa Esa Unggul.

Tsani, Mohd. Burhan. 2001. Hukum dan Hubungan Internasional. Yogyakarta: Liberty.

B. PUBLIKASI DAN JURNAL

ASEAN. 2000.Kerjasama ASEAN Dalam Menanggulangi Kejahatan Transnasional, Khususnya Penyalahgunaan Narkotika Dan Obat-Obatan Berbahaya. Jakarta: Dirjen Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia.

ASEAN. 2000. A Compilation Of ASEAN Declarations, Joint Declarations, And Statements On Combating Transnational Crime And Terorism.

Beyrer dan Razak. 2000. Overland heroin trafficking routes and HIV-1 spread in south and south-east Asia. Thailand: Chulalongkorn University.


(18)

CHAS and Burnet Institute.2005. Drug Use and HIV Risk In Bolikhamxay, Luang Namtha, Phongsaly. Lao PDR Report 2005.

Direktorat IV/Narkoba dan K.T. 2009.Tindak Pidana Narkoba dalam Angka dan Gambar. Jakarta:POLRI

Emmers, Ralf.2002.The Securitization of Transnational Crime in ASEAN. Singapore: Institute of Defence and Strategic Studies.

Jintao, Hu.2005. Hu Jintao:China-ASEAN Annual Trade May Reach US$200 Billion in Five Years.Singapura: United Morning News.

LCDC /UNODC.2010.National Drug Control Master Plan: A Five Year Strategy to Address the Illicit Drug Control Problem in the Lao PDR(2009-2013). Laos: UNODC.

Lijun, Sheng dan Liu Zhi. 2006.China Cooperation: The Drug Issues. Nottingham: University of Nottingham.

LPSK.2012.Kesaksian:Media Informasi Perlindungan Saksi dan Korban. Jakarta: LPSK.

Miao, He.2005. Drug Control Cooperation between China and ASEAN: Past, Present, and Future. Hongkong: University of Hongkong.

Mira Kartawijaya. 2007. Artikel Trafficking: Modus Operandi Kejahatan Lintas Negara. Indonesia: Suara Pembaruan.

McClelland, Charles A.1960.The Function of Theory in International Relations: The Journal of Conflict Resolution. London: Sage Publication


(19)

Mueller, Gerhard. 2001. Transnational Crime: Definition And Concepts. Canada: Sage Publication

Musa, Samuel. 2012. Combating Transnational Organized Crime: Strategies and Metrics for the Threat. Center for Technology and National Security Policy (CTNSP) of the National Defense University.

Phimphachanh.2008.Amphetamine Type Stimulants Use In Laos: Implications For Individuals And Public Health And Public Security. Thailand: Chulalongkorn University.

Reid, Irvin D.2000. Conference Background Guide. Michigan:Wayne State University.

Ribao, Renmin. 2001.What is the Golden Triangle. Beijing: People’s Daily.

Shanty, Frank G. dan Patit Paban Mishra.2008. Organized Crime: From Trafficking to Terrorism.USA:ABC-Clio. Nottingham : University of Nottingham.

Shuwanwela, Charas dan Vichai Posyachinda. 1999. Drug Abuse in Asia. Thailand: Chulalongkorn University.

UNODC Regional Centre for East Asia and Pacific.Drug-Free ASEAN 2015: Status and Recommendation.UNODC Publication no. 01/2008.

UNODC.2001. Patterns and Trends of Amphetamine-Type Stimulants and Other Drugs, Asia and the Pacific. UNODC: Global SMART Programme.

UNODC. 2004.UNODC:World Drug Report Volume2. Vienna:UNODC.

UNODC.2000.Survey Of Drug Use Among Youth In Vientiane.Vientiane: UNODC USAID.2005.Health Profile: Thailand.Thailand: US Embassy.

WHO. 2007.The HR3 Project (Harm Reduction, Human Rights, Human Resources): Building Comprehensive Harm Reduction Services for Injecting Drug Users in the Lao People’s Democratic, Cambodia and Vietnam Towards Universal


(20)

Access to HIV/AIDS prevention, Treatment & Care. WHO Publication no. 01/2007.

Yunus Husein.2006.Hubungan Antara Peredaran Gelap Narkoba dan Tindak Pidana Pencucian Uang.Artikel Hukum Pidana

Zarina Othman.2004. Illicit Drug Trafficking and Security implication. Myanmar: Akademika.

A. RUJUKAN ELEKTRONIK

APAIC dalam http://www.apaic.org/index.php?option= com_content &view= article&id=129&Itemid=137

APICC dalam http://www.apicc.info/apicc/inform/event.jsp?mode=view&article_no =20121220161112471211

ASEAN dalam http://www.asean.org/communities-asean-economic-community /item-asean-china-free-trade-area-2

______dalam http://www.asean.org/newsasean-statementcommuniques/item/plan-of-

action-to-implement-the-joint-declaration-on-asean-china-strategic-partnership-for-peace-and-prosperity-2?category_id=26 ______dalamhttp://www.asean.org/asean/about-asean/history ______dalamhttp://www.asean.org/asean/about-asean/overview

______dalam http://www.asean.org/news/asean-secretariat-news/item/the-9th-china-asean-expo-brings-significant-economic-benefits


(21)

______dalam http://www.asean.org/communities/asean-economic-community/item/ framework-agreement-on-comprehensive-economic-co-operation-between-as ean-and-the-people-s-republic-of-chi na-phnom-penh-4-november-2002-3 ______dalam http://www.asean.org/asean/external-relations/china/item/ exter nal rela

tions-china-joint-declaration-of-the-heads-of-stategovernment-of-the-associati on-of-southeast-asian-nations-and-the-people-s-republic-of-china-on-strategic -partnership-for-peace-and-prosperity-bali-indones ia-8-october-2003

______dalam http://www.asean.org/newitem/aseanstructure-asean-summit-twentieth-asean-summit-phnom-penh-cambodia-03-04-april-2012

______dalam http://www.asean.org/news/asean-statement-communiques/item/terms-of- reference-http://www.asean.org/news/asean-statement-communiques/item/terms-of-the-asean-china-joint-working-group-on-the-implementation -of-the-declaration-on-the-conduct-of-parties-in-the-south-china-sea-2 ______dalam http://www.asean.org/news/asean-statement-communiques/

item/acces-sion-to-the-treaty-of-amity-and-cooperation-in-southeast-asia-by-china ______dalam http://www.asean.org/news/aseanstatement-communiques/item/memor

andum-of-understanding-between-the-governments-of-the-member-countries- of-the-association-of-southeast-asian-nations-asean-and-the-government-of-the-peop les-republic-of-china-on-cooperation-in-the-field-of-non-traditional-security-issues-bangkok?category_id=26


(22)

______dalam http://www.asean.org/asean/asean-summit/item/plan-of-action-to-impl ement-the-joint-declarationon-asean-china-strategic-partnership-for-peace-and -pros perity

______dalam http://www.asean.org/communities/asean-economic-community/categ-ory/asean-trade-in-goods-agreement

______dalam http://www.ase an.org/communities/asean-political-security-commun ity/item/cooperation-on-drugs-and-narcotics-overview

______dalam http://www.asean.org/communities/asean-economic-community/item/ asean-china-free-trade-area-2

______dalam http://www.asean.org/asean/asean-summit/item/joint-declaration-of-ase an-and-china-on-cooperation-in-the-field-of-non-traditional-security-issues-6 th-asean-china-summit-phnom-penh-4-november-2002

______dalam http://www.asean.org/news/asean-statement-communiques/item/memo-randum-of-understanding-between-the-governments-of-the-member-countries -of-the-association-of-southeast-asian-nations-asean-and-the-government-of- the-people-s-republic-of-china-on-cooperation-in-the-field-of-non-traditional-security-issuesbangkok?category_id=26

Asia Pasific Defence dalam http://apdforum.com/id/article/rmiap/articles/print/feat-ures /2011/ 01/01/feature-02


(23)

Associated Global Transport Services dalam http://www.associatedglobaltrans- portservices.com/chinese-drug-traffickers-expanding-port-facilities-in-coastal-cities/

Asian Reisender dalamhttp://www.asienreisender.de/tips_chiangkhongbridge.html Bangkok Post dalam http://www.bangkokpost.com/learning/learning-from-news/249

804/mek ong-river-new-drug-smuggler-route

Belch dalam http:// www.belch.com/blog/category/crime/page/31/ CARE dalam http://www.care.org/careswork/whatwedo/index.asp CCDAC dalam http://www. ccdac.gov.mm/articles/article.cfm?id=1143 China Today dalam http://www.chinatoday.com.cn/china/2004/0406/18

Customs Government dalam http://www.customs.gov.vn/English/Lists/News/View Details.aspx?List=6a9f6d96-57d3-4105-b801-7d6cd9a6bada&ID=111

FPC dalam http://fpc.org.uk/articles/514

Global Nation dalam http://globalnation.inquirer.net/41837/chinese-syndicates-be hind-drug-trade-in-philippines-says-us

Kompas dalam http://lipsus.kompas.com/aff2012/read/2009/12/14/1628421/pem-berontak.myanmar.jual.opium.untuk.senjata

Media Indonesia dalam http://www.mediaindonesia.com/read/2012/11/06/3607/09 /39/ 6/Myanmar-Gudang-Opium-Kedua-Dunia

New York Times dalam http://www.nytimes.com/2012/05/14/world/asia/drug-surge-clouds-myanmar-reform-effort.html?pagewanted=all&_r=0


(24)

ODIHPN dalam http://www.odihpn.org/humanitarian-exchange-magazine/issue-41/ hiv-pr ogramming-in-myanmar

PSI dalam http://www.psi.org/myanmar

Republika dalam http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional /12/10/04/mbdcuw-jakarta-kota-pengkonsumsi-narkoba-terbesar-di-indonesia Rakyat Merdeka Online dalam

http://www.rmol.co/read/2012/01/25/52908/3,2-Juta-Rakyat-Indonesia-Menjadi-Pengguna-Narkoba

Radio Australia dalam http://www. radioaustralia.net.au/international/2001-01-11 /alleged-golden-triangle-dru g-trafficker-arrested-in-thailand/570864

RFA dalam http://www.rfa.org/english/news/ laos/arrest-04272012165948.html State Government dalam http://www.state.gov/j/inl/index.

Thaindian dalam http://www.thaindian.com/newsportal/uncategorized/china-executes -six-d rug-dealers_10064984.html

The Jakarta Globe dalam http://www.thejakartaglobe.com/lawandorder/indonesias-illegal-drug-trade-gets-higher/526969

UNHCR dalam http://www.unhcr.org/refworld/category,COI,,,SGP,4fbe3912c,0.html UNICEF dalam http://www.unicef.org/eapro-hivaids/action/healthy_lifestyles.htm UNODC dalam http://www.unodc.org/laopdr/

______dalam http://www.unodc. org/newsletter/200601/page008.html

______dalam http://www.unodc.org/laopdr/en/stories/narcotics-go-up-in-smoke-on-day-against-drugs.html


(25)

______dalam http://www.unodc.org/laopdr/en/Overview/Rule-of-law/Illicit-traffick ing.html

______dalam http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/2012/07/smart-regional-workshop/ story.html

______dalam http://www.unodc.org/easternafrica/en/illicit-drugs/drug-trafficking-patterns.html

______dalam http://www.unodc.org/ laopdr/en/projects/K18/K18.html

_______dalam http://www.unodc.org/southeastasiaandpacific/en/Projects/2008_01/ hiv _haarp.html

_______dalam http://www.unodc.org/southeastasiaandpacific/en/Projects/2008_01/ hiv_haarp.html

UN–OHRLLS dalam http://www.unohrlls.org/en/ldc/related/73/

VOA Indonesia dalam http://www.voaindonesia.com/content/pbb-lonjakan-permintaan-di-asia-tingkatkan-budidaya-opium/1536485.html

_____ dalam http://www.voaindonesia.com/content/pbb-lonjakan-permintaan-di-asia-tingkatkan-budidaya-opium/1536485.html

Wikipedia dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Capital_punishment_in_Singapore ________dalam http://en.wikipedia.org/wiki/ Illegal_drug_trade_in_China

________dalam http://en.wikipedia.org/wiki/United_Nations_Convention_Against_ Illicit_Traffic_in_Narcotic_Drugs_and_Psychotropic_Substances


(26)

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada era globalisasi saat ini, batas antar negara secara faktual semakin kabur meskipun secara yurisdiksi tetap tidak berubah. Namun para pelaku kejahatan tidak mengenal batas wilayah maupun batas yurisdiksi melalui operasi dari satu wilayah negara ke wilayah negara lain dengan bebas. Isu-isu keamanan, baik tradisional maupun nontradisional, menjadi sangat penting di kawasan Asia Tenggara mengingat hubungan yang terjalin diantara negara-negara ASEAN tidak akan dapat berjalan lancar tanpa adanya kondisi yang aman dari tiap-tiap negara di kawasan tersebut. Collins mengatakan bahwa perluasan keamanan tradisional menjadi keamanan nontradisional tersebut mencakup keamanan lingkungan dan keamanan ekonomi (Cipto, 2007:223).

Pada era globalisasi saat ini, batas antarnegara secara faktual semakin kabur meskipun secara yurisdiksi tetap tidak berubah. Namun para pelaku kejahatan tidak mengenal batas wilayah maupun batas yurisdiksi melalui operasi dari satu wilayah negara ke wilayah negara lain dengan bebas. Isu-isu keamanan, baik tradisional maupun nontradisional, menjadi sangat penting di kawasan Asia Tenggara mengingat hubungan yang terjalin diantara negara-negara ASEAN tidak akan dapat


(27)

berjalan lancar tanpa adanya kondisi yang aman dari tiap-tiap negara di kawasan tersebut. Collins mengatakan bahwa perluasan keamanan tradisional menjadi keamanan nontradisional tersebut mencakup keamanan lingkungan dan keamanan ekonomi (Cipto, 2007:223).

Kejahatan lintas batas dapat didefinisikan sebagai tindak pidana yang secara langsung maupun tidak langsung melintasi batas negara dan memberikan pengaruh pada lebih dari satu negara. Kejahatan lintas batas yang terorganisasikan mendapat dukungan secara langsung dari beberapa pihak yang dapat dikatakan memiliki cukup power dan terlibat dalam suatu institusi penting di suatu negara. Tujuan utama dari kejahatan ini adalah mendapatkan uang baik secara legal maupun tidak dengan upaya menjual berang apapun yang dapat menghasilkan keuntungan maksimal dengan resiko yang sekecil mungkin (Cipto, 2007:224).

Gangguan lintas batas negara seperti ini sebenanya telah ada sejak lama. Klaim terhadap konsepsi transboundary crime dicetuskan tahun 1996 di Kopenhagen (Emmers, 2002:20). Kejahatan lintas batas merupakan ancaman untuk negara, ekonomi nasional dan masyarakat sipil. Hal ini dapat mengangu stabilitas nasional dan internasional. Tindakan tersebut bisa digambarkan dengan tindak teror yang memiliki jaringan internasional ataupun kegiatan penjualan obat-obat terlarang dan pencucian uang yang dapat mengurangi kredibilitas lembaga keuangan dan merusak tatanan sosial.


(28)

Perdagangan narkotika juga menjadi salah satu bentuk dari kejahatan lintas batas, bahkan lintas batas negara. Pengaruh opium di Asia sangat besar. Opium, yang sering disebut “emas hitam,” begitu berharganya sehingga seringkali orang menggunakan emas sebagai pengganti uang dalam perdagangannya. Di akhir tahun 1900-an, perdagangan yang sama menciptakan apa yang kemudian dikenal sebagai Segitiga Emas (http://apdforum.com/id/article/rmiap/articles/print/features/2011/01/0 1/feature-02 diakses pada 08 Desember 2012). Wilayah itu meliputi bagian dari tiga negara, yaitu Thailand bagian utara, Laos bagian barat dan Myanmar bagian Timur, yang meliputi lebih dari 100.000 kilometer persegi pegunungan dan membentuk sebuah segitiga (http://apdforum.com/id/article/rmiap/articles/print/features/2011/01/ 01/feature-02 diakses pada 08 Desember 2012).

Wilayah Segitiga Emas, persinggungan antara Myanmar, Thailand, dan Laos, sudah lama dikenal sebagai wilayah hitam ladang dan titik penyelundupan opium serta obat bius. Sebagian besar opium di Myanmar akan diproses menjadi heroin, sekitar separuhnya akan dipasarkan ke China, sedangkan sisanya dibawa ke penjuru Asia Tenggara. Salah satu alasan kenapa produksi opium sangat tinggi di wilayah ini dan budidayaopiumterus bertahan, menurut laporan PBB, adalah karena tingginya permintaan heroin di kawasan Asia (http://www.mediaindonesia.com/read/2012/11/ 06/360709/39/6/Myanmar-Gudang-Opium-Kedua-Dunia diakses pada 08 Desember 2012).


(29)

Menurut buku Issues for Engagement: Asian Perspectives on Transnational Security Challenges, bahwa obat terlarang memasuki Kamboja dari daerah Segitiga Emas di sepanjang perbatasan-perbatasan Thailand, Laos dan Birma, lalu dari Kamboja kemudian menuju Thailand dan Vietnam untuk diekspor. Negara-negara Segitiga Emas telah matang dalam membuat dan mengedarkan obat terlarang, melalui laboratorium tersembunyi yang ditunjang oleh sindikat kejahatan yang teratur membuat obat-obat terlarang di daerah-daerah Kamboja yang jarang penduduknya, serta adanya perbatasan-perbatasan yang bercelah memancing para penyelundup untuk melewati hutan-hutannya yang terpencil (http://apdforum.com/id/ article/rmiap/articles/print/features/2011/01/01/feature-02 diakses pada 08 Desember 2012).

Thailand merupakan tempat pemindahan muatan dan importir bersih obat perangsang jenisamphetamine, menurut Laporan Kebijakan Pengendalian Narkotika Internasional dari Departemen Luar Negeri A.S. di tahun 2010 (http://apdforum. com/id/article/rmiap/articles/print/features/2011/01/01/feature-02 diakses pada 08 Desember 2012). Menurut laporan tersebut, shabu-shabu diperdagangkan dari Birma melewati perbatasan utara Thailand untuk diekspor secara internasional. Kemungkinan obat-obatan terlarang dibawa dari Birma melalui Laos dan menyeberangi Sungai Mekong memasuki Thailand, yang menambahkan bahwa para penyelundup juga membawanya ke selatan melalui Laos menuju Kamboja di mana mereka masuk lewat perbatasan Thailand–Kamboja.


(30)

Di antara berbagai bidang interaksi keamanan non-tradisional antara China dan ASEAN, pengendalian narkotika adalah salah satu bentuk kerjasama yang mempunyai sejarah panjang dan tidak diragukan lagi yang paling substantif, sistematis dan terlembaga. Latar belakang kerjasama ini adalah ancaman narkotika yang bersifat transnasional, kebutuhan politik yang bersifat konvergen, kebutuhan sosial dan ekonomi domestik China serta orang-orang dari negara-negara ASEAN, perbaikan secara bertahap hubungan antara China dan negara-negara anggota ASEAN, secara individu dan antara China – ASEAN secara keseluruhan, dan akhirnya peran pemersatu dimainkan oleh badan-badan PBB yang terkait.

Saat ini, China dan ASEAN melakukan kerjasama pengendalian narkotika dalam berbagai bentuk dan dengan berbagai mekanisme. Kerja sama yang bermanfaat antara China dan ASEAN tidak hanya menempatkan kedua belah pihak dalam posisi yang lebih baik untuk mengatasi masalah narkoba, tetapi juga telah memberikan kontribusi untuk suasana semakin ramah di antara mereka, yang telah membantu untuk memperluas kerjasama dalam domain yang lebih besar dari isu keamanan non-tradisional danuntuk meningkatkan kerjasama di berbagai bidang seperti ekonomi, perdagangan dan perdagangan, pertukaran personel, kerjasama sub-regional, dan integrasi regional yang lebih besar.

Dengan didirikannya kemitraan strategis dan program baru China-ASEAN yang dirumuskan untuk melaksanakan kerjasama di bidang keamanan non-tradisional, dapat diharapkan bahwa kerjasama pengendalian narkotika antara China


(31)

– ASEAN akan terus berkembang dan menjadi kerjasama regional yang lebih besar dan terintegrasi, mekanisme anti –narkotika yang ada diantara China dan negara – negara ASEAN dapat diperluas untuk mencakup mitra lain dan menjadi penghubung dengan mekanisme dalam mengontrol narkotika multilateral lainnya di masa depan. Telah terjadinya pergeseran dalam rumusan keamanan non-tradisional China – ASEAN pasca Perang Dingin. Industri obat-obatan terlarang semakin meningkat dan melintasi batas-batas negara. Hal ini merupakan tantangan keamanan bersama, yang mendorong kedua belah pihak untuk melakukan kerjasama untuk mengatasi masalah keamanan tersebut.

Hubungan internasional, dari sudut pandang keamanan, telah lama dipenuhi oleh konfrontasi, aliansi, dan koordinasi antara negara-negara ataupun blok negara– bangsa, dengan ancaman militer yang nyata. Tidak terkecuali interaksi antara China dan ASEAN yang sangat erat saat terjadi konflik Kampuchea, meskipun pada tahap bahwa China tidak memiliki keterkaitan dengan kawasan tersebut. Sejak awal 1990-am telah terjadi perubahan terhadap lingkungan internasional dan regional: konfrontasi dua kubu antara Amerika dan Uni Soviet yang berakhir dengan Perang Dingin, sifat keterbukaan yang besar, yang membuat perubahan terhadap dunia pada masa itu. Setiap bangsa menjadi saling bergantung antara yang satu dengan yang lainnya, perdamaian dan pembangunan adalah tema yang mewakili aspirasi umum masyarakat di seluruh penjuru dunia. Angin perubahan telah memberi dampak pada konseptualisasi dan praktek keamanan. Sekarang konsep keamanan dapat diterima


(32)

secara luas sambil mempertahankan domain yang mapan, cenderung lebih inklusif, dengan lingkup diperpanjang ke dimensi ekonomi, sosial, lingkungan dan kemanusiaan.

China dan negara-negara ASEAN sekarang dihadapkan dengan ancaman kejahatan narkotika yang merajalela berbasis di daerah Segitiga Emas. China dan ASEAN berkolaborasi dalam menanggulangi perdagangan narkotika karena adanya kedekatan geografis antara China dengan kawasan Segitiga Emas.

Di satu sisi, sebagian besar narkotika yang dijual di China berasal dari Segitiga Emas dengan fakta bahwa 70 sampai 80 ton obat-obatan yang diproduksi di Segitiga Emas pada tahun 2003 memasuki daratan China melalui perbatasan China-Myanmar (Xinzhen, 2004:20). Di sisi lain, China juga terkait masalah perdagangan narkotika yang dihadapi oleh negara-negara ASEAN, karena tidak hanya Cina salah satu rute transit utama dan tujuan konsumen untuk obat diperdagangkan dari golden Triangle, tetapi juga China adalah penghasil sumber bahan kimia prekursor yang digunakan sebagai bahan membuat obat terlarang untuk memproduksi berbagai jenis narkotika (www.chinatoday.com.cn/china/2004/0406/18 diakses pada tanggal 08 Desember 2012).

Hal itu membuat hubungan khusus antara China dan ASEAN dalam upaya pengendalian narkotika yang membawa kedua belah pihak bersama-sama untuk menghilangkan ancaman narkotika. Kekuatan China dalam hal dana, teknik, keahlian, dan hubungan yang baik dengan semua negara anggota ASEAN


(33)

membuatnya menjadi pasangan yang ideal dalam visi ASEAN yaitu kerjasama anti-narkoba multilateral. Selain itu, dorongan dari lembaga eksternal, seperti lembaga narkotika PBB, juga berfungsi untuk memperkuat momentum kerjasama anti-narkotika China-ASEAN.

Peneliti juga ingin meneliti efek dari kerjasama pengendalian narkotika antara China dan ASEAN secara lebih rinci. Dengan demikian, peneliti merasa tertarik untuk mengangkat judul :

Kerjasama AseanChinaMelalui AseanChina Cooperative Response To Dangerous Drugs (ACCORD) Dalam Menanggulangi Perdagangan Narkotika Di Segitiga Emas”.

Ketertarikan peneliti terhadap penelitian ini didukung oleh beberapa mata kuliah Ilmu Hubungan Internasional yaitu antara lain:

1. Pengantar Hubungan Internasional, merupakan peletak dasar bagi penelitian yang akan dilakukan, terkait hubungan para aktor yang melewati batas-batas negara.

2. Regionalisme, merupakan fokus kajian peneliti terhadap permasalahan yang akan diteliti menyangkut kerjasama dengan salah satu negara yang mempunyai permasalahan yang sama dan bersama-sama merumuskan kebijakan-kebijakan dalam menanggulangi masalah tersebut.

3. Isu– isu Global, karena masalah yang dikaji merupakan salah satu isu Global yang mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat Internasional dan


(34)

mendapat perhatian dari berbagai negara serta Organisasi Internasional lainnya.

4. Organized Crime, karena masalah yang dikaji merupakan pembahasan tentang Transnasional Organized Crime(TOC) yang sudah terorganisasi sangat baik. 5. Hubungan Internasional di Asia Pasifik, karena masalah yang dikaji terjadi di

kawasan Asia Pasifik.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian dalam menganalisis masalah, maka masalah yang akan diteliti dapat diidentifikasi sebagai berikut:

“Bagaimana Kerjasama Asean China Melalui Asean China

Cooperative Response To Dangerous Drugs (ACCORD) Dalam Menanggulangi Perdagangan Narkotika Di Segitiga Emas?”.

Rumusan masalah minor:

1. Apa yang melatarbelakangi kerjasama ASEAN dan China melalui ACCORD?

2. Upaya apa saja yang dilakukan oleh ASEAN– China melalui ACCORD dalam menanggulangi perdagangan narkotika di Segitiga Emas?

3. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh ASEAN dan China dalam menanggulangi perdagangan narkotikadi Segitiga Emas?


(35)

4. Bagaimana hasil dari pelaksanaan ACCORD dalam menanggulangi perdagangan narkotika di Segitiga Emas?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui keterlibatan ASEAN sebagai organisasi kawasan yang bekerjasama dengan China dalam mengatasi perdagangan narkotika di Segitiga Emas yang terdiri dari Myanmar, Thailand, dan Laos.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Apa yang melatarbelakangi kerjasama ASEAN dan China melalui ACCORD.

2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan oleh ASEAN–CHINA melalui ACCORD dalam menanggulangi perdagangan narkotika di Segitiga Emas.

3. Untuk mengetahui apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh ASEAN dan China dalam menanggulangi perdagangan narkotikadi Segitiga Emas. 4. Untuk mengetahui bagaimana hasil dari pelaksanaan ACCORD dalam


(36)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memperkaya pengetahuan mengenai kerjasama suatu regionalisme, dalam menanggulangi suatu permasalahan.Khususnya kerjasama antara ASEAN – China tentang peranannya terhadap meminimalisir perdagangan narkotika di Asia Tenggara.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Bagi lembaga akademik, manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan data di dalam program studi Hubungan Internasional yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini seperti informasi mengenai perdagangan narkotika, aspek yang melatarbelakangi adanya perdagangan narkotika di Asia Tenggara, serta upaya dari organisasi regional dalam ikut memerangi perdagangan narkotika di Segitiga Emas, dan mewujudkan Drug Free ASEAN 2015.

Bagi masyarakat, manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah memberikan pengetahuan dan motivasi kepada masyarakat tentang perdagangan narkotika yang sedang berlangsung di Myanmar, Thailand, dan Laos.


(37)

Bagi peneliti, manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah mengetahui tentang kejahatan transnasional yang dapat membawa dampak bagi berbagai kalangan.


(38)

✁ ✂

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Zarina Othman adalah salah satu dari beberapa ahli yang telah membuat tulisan yang berhubungan dengan permasalahan perdagangan narkotika di kawasan Asia Tenggara yang dibahas dalam bukunya yang berjudul Illicit Drug and Security Implications. Pada tahun 1998, ASEAN sebagai organisasi regional dikawasan Asia Tenggara telah menjadikan masalah perdagangan serta peredaran narkoba sebagai ancaman keamanan regional dan stabilitas kawasan (Othman, 2004:27). Pada tahun yang sama negara-negara ASEAN telah menandatangani Declaration for a Drug Free ASEAN yang bertujuan untuk memerangi peredaran narkoba termasuk proses produksi dan penyalahgunaannya.

Dalam buku yang berjudul Power and Interdependence: World Politics in Transition,R. Keohane dan Joseph Nye menjelaskan bahwa pluralism merupakan perspektif yang mampu menjelaskan kompleksitas keamanan. Pluralisme melihat ancaman keamanan tidak hanya datang dari state actor namun juga dapat datang dari non state actor termasuk entitas regional, seperti stakeholder dan organisasi internasional. Jadi, konten dari agenda politik internasional tidak hanya berada dalam koridor isu keamanan militer. Pada tahun yang sama negara-negara ASEAN telah menandatangani Declaration for a Drug Free ASEAN yang bertujuan untuk memerangi peredaran narkoba termasuk proses produksi dan


(39)

penyalahgunaan nya. Isu-isu lain seperti sosial, kemiskinan dalam negri, degradasi lingkungan, dan ekonomi juga sangat diperhitungkan (Keohane dan Nye, 2001:27). Sehingga peran masyarakat juga sangat dibutuhkan selain kontribusi maksimal dari institusi-institusi lokal serta regional yang ada.

Dalam artikel yang berjudulDrugs Abuse in Asia, Charas Shuwanwela dan Vichai Posyachinda menitikberatkan penelitiannya pada sejarah serta asal usul narkotika di kawasan Asia Tenggara, serta jenis dan dampak buruk dari penyalahgunaan narkotika terutama di kawasan Asia Tenggara. Dalam artikel yang berjudul Drugs Abuse in Asia, Charas Shuwanwela dan Vichai Posyachinda menitikberatkan penelitiannya pada sejarah serta asal usul narkotika di kawasan Asia Tenggara, serta jenis dan dampak buruk dari penyalahgunaan narkotika terutama di kawasan Asia Tenggara (Shuwanwela dan Posyachinda, 1999:25). Sumber ini juga memberikan gambaran yang cukup jelas dari permasalahandrugs trafficking di kawasan Asia Tenggara dengan turut mencantumkan hasil dari beberapa penelitian maupun survey yang mendukung penelitian ini.

2.1.1 Isu Keamanan Non Tradisional Dalam Penanggulangan Perdagangan Narkotika di Asia Tenggara

Robert Keohane dan Joseph Nye berpendapat bahwa konsep transnasionalisasi pada awal 1970-an sangat penting untuk proses pembelajaran politik internasional (Keohane dan Nye, 2001:4). Sedangkan McGrew dan Lewis berpandangan bahwa:

“Hubungan Transnasional merujuk kepada jaringan, asosiasi atau interaksi yang melintasi masyarakat nasional, menciptakan


(40)

hubungan antara individu, kelompok, organisasi dan komunitas yang berbeda dengan negara-negara (McGrew dan Lewis 2003:7)”. Kejahatan transnasional dapat diatasi baik dalam wacana kejahatan dan keamanan.Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendefinisikan kejahatan transnasional "sebagai kejahatan yang awal, pencegahan dan atau efek langsung maupun tidak langsung melibatkan lebih dari satu Negara” (Mueller,2001:18).

Perdagangan narkoba, pencucian uang atau terorisme membutuhkan kerja sama internasional dan tidak dapat secara efektif ditangani oleh masing-masing pemerintah. Memang, masalah kejahatan transnasional membutuhkan respon transnasional. Namun, kerjasama cenderung terbatas, karena pemerintah lebih memilih untuk bereaksi terhadap masalah ini di tingkat nasional. Kerjasama antar-negara melawan kejahatan transnasional yang dipersulit oleh fakta bahwa adanya sentuhan sensitif pada pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kedaulatan dan yurisdiksi nasional, hukum ekstradisi, dan masalah korupsi.

Dalam artikel yang berjudul Hubungan Antara Kejahatan Peredaran Gelap Narkoba dan Tindak Pidana Pencucian Uang, Yunus Husein meneliti tentangmajor laundering countries. Indonesia bersama 53 negara lainnya masuk dalam kategori ini. Predikat major laundering countries diberikan kepada negara-negara yang lembaga dan sistem keuangannya dinilai terkontaminasi bisnis narkotika internasional yang diasumsikan melibatkan uang dalam jumlah yang sangat besar. Sejarah mencatat bahwa kelahiran rezim hukum internasional yang memerangi


(41)

kejahatan pencucian uang dimulai pada saat masyarakat internasional merasa frustrasi dengan upaya memberantas kejahatan perdagangan gelap narkoba (Husein, 2006:29).

Pada saat itu, rezim anti pencucian uang dianggap sebagai paradigma baru dalam memberantas kejahatan yang tidak lagi difokuskan pada upaya menangkap pelakunya, melainkan lebih diarahkan pada penyitaan dan perampasan harta kekayaan yang dihasilkan. Logika dari memfokuskan pada hasil kejahatan ini adalah bahwa motivasi pelaku kejahatan akan menjadi hilang apabila pelaku dihalang-halangi untuk menikmati hasil kejahatannya. Melihat korelasi yang erat antara kejahatan peredaran gelap narkoba sebagai predicate crime dan kejahatan pencucian uang sebagai derivative-nya, maka Yunus Husein berasumsi bahwa keberhasilan perang melawan kejahatan peredaran gelap narkoba di suatu negara sangat ditentukan oleh efektivitas rezim anti pencucian uang di negara itu.

Dalam artikel lainnya yang berjudul Modus Operandi Kejahatan Lintas Negara, Mira Kartawijaya mengklasifikasikan sebuah perbuatan sebagai kejahatan lintas negara atau kejahatan terorganisasi antarnegara apabila memenuhi dua aspek utama. Pertama, terjadinya perbuatan lintas batas yang dilakukan baik oleh individu atau kelompok secara ilegal; ditinjau dari sisi hukum dan keamanan terdapat dua atau lebih negara terkait. Dari sudut pandang dua negara bersangkutan, perbuatan serupa dikelompokkan sebagai "perbuatan melawan hukum". Kedua, dari


(42)

perspektif internasional, perbuatan kriminal serupa itu jelas melanggar berbagai perjanjian bilateral, trilateral, multilateral, konvensi atau deklarasi tentang isu dan kasus yang sudah disepakati (Kartawijaya, 2007:75).

2.1.2 Perdagangan Narkotika di Asia Tenggara c

Beberapa negara Asia Tenggara merupakan produsen utama narkotika dan sebagai tempat transit obat – obatan terlarang yang akan diekspor ke Amerika Utara, Eropa, dan Negara – Negara di Asia lainnya. Segitiga Emas adalah salah satu wilayah penghasil narkotika yang terkemuka di dunia. Perdagangan narkoba di Segitiga Emas tidak lagi sebuah industri berbasis individu dan tersebar seperti di tahun 1980-an, tetapi telah menjadi sangat canggih dan terorganisir, terutama di bagian utara Myanmar. Budidaya opium, pembelian, transportasi, produksi, dan penjualan, meskipun tersebar tetapi terkoordinasi dengan baik. Sebelumnya, bisnis narkoba dijalankan oleh satu Mafia lokal, benar-benar mengendalikan perusahaan di wilayahnya sendiri. Tapi hari ini agen sering bekerja sama untuk menjalankan perusahaan obat di wilayah masing-masing. Sebagai contoh, pada tahun 1998, di antara lebih dari empat puluh pabrik obat di sepanjang perbatasan Myanmar-Cina yang dioperasikan oleh dua atau lebih mafia narkoba yang terpisah (Sheng Lijun, 2006:105).


(43)

2.1.3 Organize CrimeDalam Penanggulangan Perdagangan Narkotika Di Asia Tenggara

Dalam jurnal yang berjudul Drug Control Cooperation between China and ASEAN: Past, Present, and Future yang dibuat oleh He Miao, isu-isu non tradisional security yang beredar salah satunya peredaran narkotika ilegal, dengan latar belakang globalisasi yang rentan terhadap eksploitasi oleh unsur-unsur sosial yang korup, yang juga semakin mengglobal. Dalam lingkungan seperti kejahatan narkotika mengambil berbagai karakteristik seperti sindikasi transnasional dan menghubungkan dengan kejahatan lintas-perbatasan. Keadaan menggemparkan seperti ini diringkas oleh United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), yang menyatakan bahwa:

“Diperkirakan 3% dari populasi global, atau 185 juta orang, mengkonsumsi obat-obatan terlarang setiap tahunnya. Di antara populasi ini adalah orang-orang dari hampir setiap negara di bumi dan dari setiap jalan hidup.Lebih banyak orang yang tak terhitung jumlahnya, di seluruh dunia, terlibat dalam produksi dan perdagangan obat-obatan terlarang. Orang-orang ini hidup di negara maju dan berkembang, kaya dan miskin, sehat dan tidak sehat, warga dan pengungsi. Narkoba merupakan fenomena yang benar-benar global (He Miao, 2005:6).”

He Miao juga berpendapat bahwa ada faktor lain yang berkontribusi terhadap meningkatnya pentingnya tantangan keamanan transnasional adalah meningkatnya kecepatan globalisasi. Selain membawa peluang dan manfaat bagi banyak orang di dunia, globalisasi juga telah membawa resiko baru dan biaya yang terkait. Misalnya, kemajuan modern dalam komunikasi, transportasi dan perdagangan yang


(44)

telah dipupuk pertumbuhan ekonomi, pertukaran sosial dan integrasi politik juga dapat menjadi saluran untuk ancaman keamanan transnasional (He Miao, 2005:6).

Dalam buku yang berjudul Organized Crime: An International Encyclopedia yang ditulis oleh Frank G. Shanty dan Patit Paban Mishra menjelaskan bahwa tindak pidana transnasional terorganisasi adalah jenis kriminalitas yang melampaui batas–batas nasional dan telah meresapi dunia. Frank G. Shantydan Patit Paban Mishra juga menjelaskan bahwa efek dari kejahatan transnasional ini diperparah oleh kenyataan bahwa pelaku kejahatan transnasional ini biasanya adalah seorang elit sosial dan politik, politikus yang berkuasa, dan kekuatan bisnis. Penghubung antara kelompok-kelompok kejahatan terorganisir dan otoritas negara didorong oleh motif keuntungan dan kekuasaan dan dicontohkan oleh hubungan pertukaran yang saling menguntungkan yang tak terhitung jumlahnya (Shanty dan Mishra, 2007:8).

Perdagangan narkoba, pencucian uang atau terorisme membutuhkan kerja sama internasional dan tidak dapat secara efektif ditangani oleh masing-masing pemerintah. Memang, masalah kejahatan transnasional membutuhkan respon transnasional. Namun, kerjasama cenderung terbatas, karena pemerintah lebih memilih untuk bereaksi terhadap masalah ini di tingkat nasional. Kerjasama antar-negara melawan kejahatan transnasional adalah rumit oleh fakta bahwa sentuhan pada pertanyaan-pertanyaan sensitif seperti kedaulatan dan yurisdiksi nasional,


(45)

berbagi informasi, dan masalah hukum ekstradisi dari korupsi (McGrew dan Lewis, 1999:7).

Beberapa negara Asia Tenggara merupakan produsen utama narkotika dan/atau berfungsi sebagai transit untuk obat-obatan terlarang diekspor ke Amerika Utara, Eropa dan bagian lain di Asia. Segitiga Emas, yang menggabungkan Thailand Utara, Timur dan Barat Myanmar Laos, merupakan salah satu daerah penghasil terkemuka narkotika di dunia. Myanmar dan Laos yang masing-masing petani terbesar pertama dan ketiga dari bunga opium, yang kemudian diubah menjadi heroin. Akibatnya, diperkirakan bahwa dua-pertiga dari opium dunia ini dibudidayakan di Asia Tenggara. Dalam suplemen untuk perdagangan heroin, pembuatan amphetamine tipe stimulan-(ATS), umumnya dikenal sebagai "shabu" atau "es" di Asia Tenggara, telah secara dramatis meningkat di Segitiga Emas sejak awal 1990-an dan khususnya di Myanmar di mana relatif murah bentuk obat sedang diproduksi dalam jumlah besar (Emmers, 2003:7).

Dalam upaya mereka untuk mengatasi kejahatan transnasional terorganisasi, pemerintah dan aktor-aktor internasional harus menjangkau dan terlibat dengan jaringan sosial dan ekonomi. Dengan memperkuat kolaborasi antara badan-badan negara dan jaringan sosial di tingkat lokal, pemerintah dan aktor-aktor internasional dapat lebih efektif mengumpulkan informasi tentang pola pergeseran perdagangan,


(46)

memahami kerentanan, dan mengidentifikasi peluang untuk membangun ketahanan terhadap ancaman (Locke, 2012:1).

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Kerangka Teorities

Dalam kerangka penelitian ini, secara teorities dibutuhkan adanya suatu kerangka pemikiran yang dapat berguna dalam menguji konsep-konsep dasar yang dipergunakan dalam studi ilmu hubungan internasional ketika meneliti suatu konsep yang ada. Kerangka pemikiran ini diartikan sebagai konsep-konsep, model, analogi-analogi, pendekatan, generalisasi dan teori-teori yang dapat merangkum semua pengetahuan secara sistematis. Yang kesimpulannya bahwa, teori ini akan memberikan suatu kerangka pemikiran bagi upaya penelitian. Upaya ini juga tidak terkecuali yang mendasari akan adanya suatu penelitian didalam disiplin ilmu hubungan internasional.

2.2.1.1 Hubungan Internasional

Istilah Hubungan Internasional telah berkembang cukup pesat pada akhir abad ke-19, berbagai pakar Hubungan Internasional telah banyak memberikan definisi-definisi secara garis besar bahwa Hubungan Internasional merupakan hubungan yang terjalin antar negara-negara diseluruh belahan dunia. Colombis dan Wolfe mengatakan bahwa:

“Hubungan Internasional sendiri terdapat komponen-komponen yang mempengaruhi kerja dari Hubungan Internasional sendiri yakni adanya analisis mengenai perbandingan politik Luar negeri suatu negara, Hukum Internasional, organisasi-organisasi


(47)

internasional, perbandingan politik dan studi kawasan (Area studies), studi-studi strategis (strategic studies), pembangunan internasional, komunikasi internasional, dan studi perdamaian serta upaya penyelesaian konfliktermasuk yang menyangkut pengendalian dan pelucutan senjata (Coulombis dan Wolfe dan Wolfe2003:21)”.

Hubungan Internasional mencakup segala bentuk hubungan antar bangsa dan kelompok-kelompok bangsa dalam masyarakat dunia dan cara berpikir manusia (Coulombis dan Wolfe, 2003:33). Istilah hubungan internasional secara umum dapat didefinisikan bahwa hubungan internasional itu mengacu terhadap hubungan yang terjadi antar pemerintah di dunia yang merupakan anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Berkaitan erat dengan aktor-aktor lain seperti Organisasi Internasional, korporasi internasional dan individu-individu dengan struktur sosial yang lain mencakup ekonomi, kebudayaan dan politik domestik serta pengaruh-pengaruh geografis maupun historisnya (Goldstein, 2002: 3).

Hubungan internasional dilakukan oleh aktor-aktor internasional, seperti individu, nation-state, maupun organisasi internasional yang sifatnya lintas batas. Menurut Rosenau, terdapat lima aktor hubungan internasional, yaitu:

1. Individu-individu tertentu

2. Kelompok-kelompok dan organisasi swasta 3. Seluruh negara bangsa beserta pemerintahannya 4. Organisasi internasional


(48)

5. Seluruh wilayah geografis dan pengelompokkan-pengelompokkan politik utama dunia, seperti dunia ketiga (Rosenau, 2001: 5).

Kajian hubungan internasional sangat luas meliputi seluruh jenis hubungan atau interaksi antar negara termasuk asosiasi dan organisasi non negara serta jalinan hubungan yang bersifat politik maupun non politik (Johari, 2005: 9).

Dinamika hubungan internasional pada satu dasawarsa terakhir menunjukkan berbagai kecenderungan baru yang secara substansial sangat berbeda dengan masa sebelumnya. Berakhirnya Perang Dingin telah merubah tatanan sistem internasional daribipolarmenuju padamultipolar. Perubahan tersebut telah membawa pola hubungan menuju arah persaingan atau konflik kepentingan ekonomi di antara negara-negara di dunia ini. Pasca Perang Dingin yang ditandai dengan berakhirnya persaingan ideologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet telah mempengaruhi isu-isu hubungan internasional yang sebelumnya lebih fokus pada isu-isu high politics (isu politik dan keamanan) kepada isu-isu low politics (seperti hak asasi manusia, ekonomi, lingkungan hidup, perdagangan narkotika dan terorisme). Oleh karena itu, tidak mengherankan bila fenomena-fenomena hubungan internasional kini telah memasuki dimensi baru yang perlu ditangani dengan perangkat teoritis dan metodologi yang memadai dan akurat sehingga mengakibatkan munculnya


(49)

beragam definisi mengenai hubungan internasional dari para ahli hubungan internasional.

Pada awal perkembangannya, Shcwarzenberger mengatakan bahwa ilmu hubungan internasional adalah:

“Bagian dari sosiologi yang khusus mempelajari masyarakat internasional (sociology of international relations).Jadi, ilmu hubungan internasional dalam arti umum tidak hanya mencakup unsur politik saja, tetapi juga mencakup unsur-unsur ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, perpindahan penduduk (imigrasi dan emigrasi), pariwisata, olimpiade (olahraga) atau pertukaran budaya (cultural exchange) (Shcwarzenberger, 2003: 8)”.

Hubungan internasional mengacu pada semua bentuk interaksi antara anggota masyarakat yang berlainan baik yang disponsori pemerintah maupun tidak. Studi hubungan internasional dapat mencakup analisa kebijakan luar negeri, perdagangan internasional, Palang Merah Internasional, transportasi, komunikasi, turisme dan perkembangan etika internasional (Holsti, 2003 : 29).

Hubungan internasional berkembang bersamaan dengan seiring perkembangan zaman yang semakin maju dengan berbagai macam teknologi yang diciptakan menyebabkan studi hubungan internasional menjadi semakin kompleks. Kompleksitas hubungan internasional itu sesuai dengan pendapat Jack C. Plano yang mengatakan bahwa hubungan internasional mencakup hubungan antar negara atau sebagai interaksi para aktor yang tindakan serta kondisinya dapat menimbulkan konsekuensi terhadap aktor lainnya untuk memberikan tanggapan (Plano, 2001: 115).


(50)

Pada dasarnya, ilmu Hubungan Internasional lebih mencakup kepada segala macam hubungan-hubungan antar bangsa di dalam lingkungan masyarakat dunia, dengan adanya kekuatan-kekuatan didalam proses mempertahankan pola hidup, pola bertindak dan pola berpikir manusia, bagi suatu unit politik internasional. Studi ini merupakan bagian dari ilmu yang lebih luas yaitu ilmu politik, dan menitik beratkan kepada pentingnya studi fenomena-fenomena politik pada peringkat global, serta kepada masalah-masalah pemeliharaan perdamaian, studi srategis dan pembangunan internasional, kerjasama internasional sebagai tujuan damai atau sebagai peralatan militer dan isu – isu baru lainnya seperti halnya hubungan interaksi antara pemerintahan China dengan organisasi Asia Tenggara yaitu Association of South East Asia Nation (ASEAN) yang bertujuan untuk melakukan pengawasan dan pemantauan baik langsung maupun tidak langsung terkait dengan perdagangan narkotika yang berdampak pada kedua belah pihak.

Sejak awal 1990-an, konfrontasi bipolar berakhir dengan era Perang Dingin, globalisasi, karakteristik keterbukaan yang lebih besar, yang menyapu seluruh penjuru dunia. Adanya rasa saling bergantung antara satu negara dengan negara yang lainnya. Adanya angin perubahan yang memberikan dampak yang berbeda dari sebelumnya pada konseptualisasi dan praktek keamanan.

Semua perubahan berdampak pada hubungan China – ASEAN yang telah mengalami perubahan besar selama beberapa periode kedepan.


(51)

China mempunyai hubungan diplomatik yang baik dengan semua negara–

negara anggota ASEAN dan adanya hubungan diplomatik yang telah meningkat dengan organisasi ASEAN sendiri. ASEAN dan China juga mempunyai kepentingan bersama dan terus memperluas kerjasama dalam berbagai bidang yang saling menguntungkan antara yang satu dengan yang lainnya.

2.2.1.2 Organisasi Internasional

Organisasi-organisasi internasional tumbuh karena adanya kebutuhan dan kepentingan mesyarakat antar-bangsa untuk adanya wadah serta alat untuk melaksanakan kerja sama internasional. Sarana untuk mengkoordinasikan kerjasama antar-negara dan antar-bangsa kea rah pencapaian tujuan yang sama dan yang perlu diusahakan secara bersama-sama. Salah satu kajian utama dalam studi hubungan internasional adalah organisasi internasional yang juga merupakan salah satu aktor dalam hubungan internasional (Perwita & Yani, 2005:91).

Teuku May Rudi mendefinisikan organisasi internasional dalam buku nya“Organisasi dan Administrasi Internasional”sebagai berikut:

“Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah, maupun antara sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda (Rudy, 2005:3)”.


(52)

Berdasarkan definisi diatas, maka Organisasi Internasional kurang lebih harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Kerjasama yang ruang lingkupnya melingkupi batas-batas negara.

2. Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama.

3. Mencakup hubungan antar pemerintah maupun non pemerintah.

4. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap.

5. Melaksanakan fungsi secara berkesinambungan (Rudy, 2005:3).

Sedangkan menurut Michael Hass dalam Buku Perwita dan Yani

“Pengantar Hubungan Internasional”, Pengertian organisasi internasional memiliki dua pengertian yaitu:

“Pertama, organisasi internasional sebagai suatu lembaga atau struktur yang mempunyai serangkaian aturan, anggota, jadwal, tempat dan waktu pertemuan.Kedua, organisasi internasional merupakan pengaturan bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang utuh dimana tidak ada aspek non lembaga dalam istilah organisasi internasional ini” (Perwita dan Yani, 2005:93).

Menurut Clive Archer dalam bukunya International Organizations, organisasi internasional berasal dari dua kata organisasi dan internasional yang berarti aktivitas-aktivitas antara individu-individu dan kelompok-kelompok di negara lain serta juga termasuk hubungan intergovernmental yang disebut dengan hubungan transnational (Perwita dan Yani, 2005 ; 92).


(53)

Dari definisi diatas, sangat jelas bahwa ASEAN merupakan suatu organisasi internasional yang mempunyai tujuan dan fungsi khusus yakni pengawasan penggunaan nuklir dengan tujuan damai dengan struktur organisasi yang jelas serta mampu melaksanakan kerjasama dengan aktor-aktor lainnya

ASEAN merupakan organisasi yang terbentuk sebagai pengganti dari persatuan asia tenggara yang saat itu hanya terdiri dari tiga negara diantaranya yaitu Filipina, Thailand dan Malaysia. ASEAN terbentuk pada 6 Agustus 1987 di Bangkok, Thailand. Pada saat pembentukan ASEAN hanya terdiri dari 5 negara sebagai anggotanya yaitu Fillipina, Indonesia, Thailand, Singapura, dan Malaysia.

1. Fungsi dan Bentuk Organisasi Internasional

Columbis dan Wolfe mengemukakan klasifikasi organisasi internasional dengan keanggotaannya, menurut peneliti tersebut Inter-Governmental Organizations dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu;

1. Global Membership and General Purpose, yaitu suatu organisasi internasional antar pemerintah dengan keanggotaan global serta maksud dan tujuan umum.

2. Global Membership and limited puporse, yaitu suatu organisasi internasional antar pemerintah dengan keanggotaan global dan memiliki tujuan yang spesifik atau


(54)

khusus, organisasi jenis ini dikenal pula sebagai organisasi internasional yang fungsional karena menjalankan fungsi yang khusus.

3. Regional membership and general purpose, yaitu suatu organisasi internasional antar pemerintah dengan keanggotaan yang regional atau berdasarkan kawasan dengan maksud dan tujuan yang umum, biasanya bergerak dalam bidang yang luas, meliputi keamanan, politik, sosial, ekonomi, dan sebagainya.

4. Regional membership and limited purpose organizations, yaitu suatu organisasi internasional antar pemerintah dengan keanggotaan regional dan memiliki maksud serta tujuan yang khusus dan terbatas, organisasi internasional ini bergerak dalam bidang militer dan pertahanan, bidang ekonomi, sosial, dan sebagainya (Perwita dan Yani, 2005; 94).

Organisasi internasional yang bersifat fungsional memiliki fungsi dalam menjalankan aktifitasnya, fungsi ini bertujuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yang berhubungan dengan pemberian bantuan dalam mengatasi masalah yang timbul terhadap pihak yang terkait. Menurut Bennet fungsi organisasi internasional adalah:

1. Untuk menyediakan hal-hal yang dibutuhkan bagi kerjasama yang dilakukan antar negara dimana kerjasama


(55)

itu menghasilkan keuntungan yang besar bagi seluruh bangsa.

2. Untuk menyediakan banyak saluran-saluran komunikasi antar pemerintahan sehingga ide-ide dapat bersatu ketika masalah muncul ke permukaan (Perwita dan Yani, 2005: 97).

Adapun Fungsi organisasi internasional oleh Clive Archer dalam buku“International Organization” :

a.) Fungsi agregasi dan artikulasi

b.) Organisasi Internasional sebagai Norma c.) Sarana Rekrutmen dalam sistem internasional d.) Sarana Sosialisasi

e.) Sebagai wadah pembuatan kebijakan f.) Sebagai tempat penerapan kebijakan g.) Menerapkan kebijakan yang adil h.) Sarana Informasi Global

i.) Penerapan fungsi operasional (Archer, 2001:92-107).

Dalam kasus penelitian ini, fungsi Association of South East Asia Nation (ASEAN) sebagai organisasi internasional adalah mewujudkan kerjasama aktif dan saling membantu dalam masalah kepentingan bersama dalam memberantas narkotika.


(56)

2. Peranan Organisasi Internasional

Peranan organisasi internasional dapat digambarkan sebagai individu yang berada dalam lingkungan masyarakat internasional.Sebagai anggota masyarakat internasional, organisasi internasional harus tunduk pada peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama.Selain itu, melalui tindakan anggotannya, setiap anggota tersebut melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuannya (Perwita dan Yani, 2005:29). ASEAN dapat dikatakan menjalankan fungsinya sebagai suatu organisasi internasional yang difokuskan pada urusan memerangi narkotika dengan mendirikan sebuah organisasi dan membentuk kerjasama dengan berbagai pihak.

Negara-negara yang tergabung dalam keanggotaan suatu Organisasi Internasional berhak meminta bantuan berupa saran, rekomendasi atau aksi langsung berkaitan dengan masalah-masalah dimana pemerintah tidak dapat mengambil resiko dengan hanya bertindak melalui kebijakan nasionalnya. Bahkan saat ini Organisasi Internasional dapat mempengaruhi tingkah laku negara secara tidak langsung, dimana kehadiran mereka – organisasi internasional – mencerminkan kebutuhan suatu masyarakat dunia untuk bekerjasama dalam menangani suatu permasalahan.

Peranan Organisasi Internasional terbagi dalam 3 (tiga) kategori, adalah sebagai berikut :


(57)

1. Sebagai instrumen, yaitu organisasi internasional digunakan oleh negara-negara anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan politik luar negerinya.

2. Sebagai arena. organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi anggota-anggotanya yang membahas dan membicarakan masalah masalah yang dihadapi. Tidak jarang organisasi internasional digunakan oleh beberapa negara untuk mengangkat masalah dalam negerinya, ataupun mengangkat masalah dalam negeri orang lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internasional.

3. Sebagai aktor independen. organisasi internasional dapat membuat keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi. (Archer dalam Perwita & Yani, 2005 : 95).

Jelas di atas bahwa suatu organisasi Internasional hanya bisa melakukan tugas dan fungsinya dengan mengambil keputusan dari tubuh Organisasi internasional terkait. Dengan demikian semakin jelas bahwa organisasi internasional merupakan non-state actor (Aktor Non Negara) yang mempunyai kedudukan dalam sistem Internasional.

Organisasi internasional sangat berperan sebagai aktor hubungan internasional karena organisasi internasional sebagai wadah atau instrument bagi koalisi antar anggota atau koordinasi kebijakan antar pemerintah, seperti bagaimana ASEAN(Association of South East Asia


(58)

Nation)berperan di Asia Tenggara dalam memerangi narkotika di seluruh negara-negara anggota ASEAN.

2.2.1.3 Kerjasama Internasional

Perkembangan didalam Politik Luar Negeri dimana terdapat berbagai pola-pola, yang salah satunya ialah pola kerjasama yang akan menjelaskan kearah mana suatu negara melangkah, apakah kerah kerjasama politik, ekonomi, sosial budaya, atau kepada pertahanan dan keamanan. Perhatian utama didalam teori Hubungan Internasional ialah studi mengenai penyebab-penyebab konflik yang menunjang suatu kerjasama. Oleh karena itu, teori hubungan politik yang meliputi konflik, membentuk dasar yang paling penting bagi pembentukan teori Hubungan Internasional (Dougherty dan Pfaltzgraff, 2007:418).

Menurut ilmu Hubungan Internasional berdasarkan Charles A. McCleland dalam jurnal yang berjudul The Functions of Theory in International Relations mengatakan bahwa kerjasama internasional merupakan alat internasional yang berfungsi untuk memberikan fasilitas-fasilitas dan untuk melayani kegiatan-kegiatan yang hamper tidak ada batasnya adalah terdapat di dalam suatu kerjasama internasional, misalnya dalam kerjasama internasional tentang ilmu pengetahuan, kekuasaan perusahaan internasional, dalam pengumpulan dan penyebaran berita dunia, dalam komunikasi internasional antar gereja, profesi, serikat-serikat


(59)

kerja dan badan-badan pemerintah dalam mengejar lain-lain kegiatan yang terorganisir (McCleland, 1960:303).

Dalam usaha sebuah negara untuk menyelesaikan suatu masalah yang bersifat regional maupun internasional bisa diselesaikan bersama dengan kerjasama, dalam kerjasama ini terdapat kepentingan-kepentingan nasional yang bertemu dan tidak bisa dipenuhi di negaranya sendiri. Kerjasama menurut Holsti :

“Kerjasama yaitu proses-proses dimana sejumlah pemerintah saling mendekati dengan penyelesaian yang diusulkan, merundingkan atau membahas masalah, mengemukakan bukti teknis untuk menyetujui satu penyelesaian atau lainnya, dan mengakhiri perundingan dengan perjanjian atau perundingan tertentu yang memuaskan kedua belah pihak” (Holsti, 2003: 209).

Menurut Muhadi Sugiono ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kerjasama internasional:

1. Pertama, Negara bukan lagi sebagai aktor eksklusif dalam politik internasional melainkan hanya bagiandari jaringan interaksi politik, militer, ekonomi dan kultural bersama-sama dengan aktor-aktor ekonomi dan masyarakat sipil.

2. Kedua, kerjasama internasional tidak lagi semata-mata ditentukan oleh kepentingan masing-masing negara yang terlibat di dalamnya, melainkan juga oleh institusi internasional, karena institusi internasional seringkali bukan hanya bisa mengelola berbagai kepentingan yang berbeda dari negara-negara


(60)

anggotanya, tetapi juga memiliki dan bisa memaksakan kepentingannya sendiri (Sugiono, 2006: 6).

Kerjasama internasional merupakan suatu perwujudan kondisi masyarakat yang saling tergantung satu dengan yang lain. Dalam melakukan kerjasama ini dibutuhkan suatu wadah yang dapat memperlancar kegiatan kerjasama tersebut. Tujuan dari kerjasama ini ditentukan oleh persamaan kepentingan dari masing-masing pihak yang terlibat. Kerjasama internasional dapat terbentuk karena kehidupan internasional meliputi bidang, seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan dan keamanan (Perwita dan Yani, 2005: 34).

Dalam suatu kerjasama internasional bertemu berbagai macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi di dalam negerinya sendiri (Perwita dan Yani, 2005; 33). Joseph Grieco mengatakan dalam bukunya Cooperation among Nations. Europe, America, and Nontariff Barriers to Trade bahwa kerjasama internasional hanya berlangsung jika terdapat kepentingan ‘objektif’ dan, oleh

karenanya, kerjasama akan berakhir jika kepentingan obyektif ini berubah (Sugiono, 2006: 6).

Dalam hal ini terjadi kerjasama antara ASEAN dengan China dalam memberantas perdagangan narkotika yang terletak di Segitiga Emas dengan mendirikan sebuah operasi kerjasama yaitu ASEAN China


(61)

Cooperative Response to Dangerous Drugs (ACCORD) pada tahun 2000 sebagai respon terhadap obat–obatan berbahaya.

2.2.1.4 Perjanjian Internasional

Dalam hubungan internasional ada hak dan kewajiban antar subyek hukum (negara) yang saling berhubungan. Dan lazimnya hal demikian itu akan diawali dengan perjanjian pembukaan hubungan de facto (konsuler) sampai pada akhirnya berupa de jure (perwakilan diplomatik) yang bersifat bilateral.

Prof Dr. Mochtar Kusumaatmadja, SH. LL.M. dalam bukunya Pengantar Hukum Internasional, perjanjian internasional adalah (Kusumaatmadja, 2004:18):

“Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antar bangsa yang bertujuan untuk menciptakan akibat-akibat hukum tertentu.”

Menurut G. Schwarzenberger definisi dari perjanjian internasional yang diambil dari buku Pengantar Hukum Internasional yang ditulis oleh Mochtar Kusumaadmadja adalah (Kusumaadmadja, 2004:15 ):

“Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antara subjek-subjek hukum internasional yang menimbulkan kewajiban-kewajiban yang mengikat dalam hukum internasional. Perjanjian internasional dapat berbentuk bilateral maupun multirateral. Subjek-subjek hukum dalam hal ini selain lembaga-lembaga internasional, juga negara-negara.”

Masalah definisi perjanjian internasional memang salah satuissuekontroversi dalam literatur hukum perjanjian internasional. Perdebatan sengit bahkan berlangsung pula dalam perumusan definisi ini


(62)

pada Konvensi Wina 1969 tentang Perjanjian Internasional. Menurut Konvensi Wina, perjanjian internasional adalah:

“Kesepakatan Internasional menyimpulkan antara Negara dan Organisasi Internasional dalam bentuk tertulis dan diatur berdasarkan hukum internasional, baik yang terkandung dalam instrumen tunggal atau dalam dua atau lebih instrumen terkait dan apapun sebutan tertentu." (Kantaadmaja, 2008:30)

Selanjutnya, definisi ini diadopsi oleh Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional yang dirumuskan sebagai (Kantaadmaja, 2008:10):

“Setiap perjanjian di bidang hukum publik, yang diatur oleh hukum internasional, dan dibuat oleh Pemerintah dengan Negara, organisasi internasional, atau subjek hukum internasional lain.” Dari pengertian hukum ini, maka terdapat beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh suatu dokumen untuk dapat ditetapkan sebagai suatu perjanjian internasional menurut Konvensi Wina 1969 dan Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, yaitu (Kantaadmaja, 2008:20):

“...Perjanjian Internasional; dengan Subjek Hukum internasional; dalam Formulir tertulis“ Diatur oleh Hukum Internasional” (diatur dalam hukum internasional serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik); ApapunForm.”

Dalam memberantas perdagangan narkotika yang terletak di Segitiga Emas dengan mendirikan sebuah perjanjian yaituASEAN–China Cooperative Response to Dangerous Drugs (ACCORD) pada tahun 2000 sebagai respon terhadap obat-obatan berbahaya dan sebagai bukti kesungguhan ASEAN dan China dalam memberantas peredaran narkotika.


(63)

2.2.1.5 Kejahatan Terorganisir

Kejahatan senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban manusia mulai dari zaman primitif hingga modern saat ini. Kemampuan untuk memasuki suatu negara tanpa batas adalah faktor yang menyebabkan munculnya kejahatan modern saat ini. Selain itu tidak terlepas juga dengan perkembangan teknologi dan informasi yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat modern telah menjadi sumber kejahatan baru. Era digital saat ini telah memunculkan suatu fenomena yang disebut global village dimana orang dapat berhubungan satu dengan yang lain tanpa ada batas wilayah geografis, ekonomi, ideology, politik, sosial, budaya dan hukum (Prisgunanto, 2012:17).

Hugh D. Barlow memaparkan adanya beberapa karakteristik dari kejahatan terorganisasi, yaitu: pertama, organisasi tersebut secara eksplisit mempunyai tujuan untuk memperoleh uang. Bagi kejahatan ini, uang adalah segalanya; kedua, inti dari aktivitas yang dilakukan adalah menyediakan jasa atau barang yang bersifat illegal bagi mereka yang membutuhkan; ketiga, organisasi ini memiliki hubungan dengan pemerintah dan para politikus, guna melancarkan segala aktivitasnya. Oleh karena itu, kekhawatiran dari berkembangnya organized crime ini adalah bahwa kejahatan ini mampu mempengaruhi kebijakan pemerintah dan menimbulkan korupsi di kalangan para pejabat; keempat, untuk melanggengkan eksistensi mereka, kejahatan ini selalu melakukan


(64)

regenerasi. Dengan demikian, kejahatan ini cukup sulit untuk diberantas secara tuntas (Barlow, 2000:25).

Karakteristik kejahatan Narkoba sebagai kejahatan terorganisir yang ada di Golden Triangle antara lain :

a. Terorganisasi secara hirarki dan berkelanjutan

Dalam lingkaran dunia Narkoba maka ada yang disebut sebagai distributor, Bandar, pengedar dan penjual dimana antara masing masing peran tersebut kadang meiliki jaringan terputus dan tidak saling mengenal. Banyak para kelompok mafia maupun kartel yang merupakan oragnisasi kejahatan internasional terlibat dalam peredaran Narkoba di Golden Triangle. Dan lebih sangat mengkhawatirkan bahwa para organisasi kejahatan internasional tersebut telah menggunakan Thailand sebagai tempat produksi agar mudah melakukan pejualannya.

b. Memperoleh keuntungan lewat kejahatan

Diperkirakan peredaran uang dari Narkoba mencapai miliaran rupiah setiap tahunya. Keuntungan inilah yang dicari oleh para pengedar narkotika di Golden Triangle.

c. Menggunakan kekerasan dan ancaman

Munculnya para kelompok pengedar Narkoba juga telah menumbuhkan persaingan dan tindakan kekerasan dalam memperebutkan daerah kekuasaan penjualan dan para bandar


(65)

Narkoba ini juga tidak segan segan secara langsung menggunakan kekerasan dan intimidasi bagi seseorang untuk mengedarkan dan menggunakan Narkoba.

d. Melayani permintaan masyarakat umum

Peredaran Narkoba tidak hanya dikonsumsi orang tertentu saja tapi juga meliputi semua orang yang menjadi sasaran baik dia laki-laki maupun wanita dan melibatkan kalangan muda sampai dewasa.

e. Keanggotaan tertutup

Para pengedar yang telah ditangkap tidak mengetahui siapa sponsornya karena adanya sistem terputus dan tidak saling mengenal. Sehingga kebanyakan petugas hukum lebih banyak menangkap para pengedar dan pelaku sebagai pemakai.

f. Pembagian kerja terspesialisasi

Para Sponsor, Distributor, kurir dan bandar Narkoba memiliki keahlian dalam menjalankan peredaran Narkoba. Masing-masing pelaku memiliki keahlian dalam mendanani, memproduksi hingga melakukan penjualan. Begitu pula dengan modus operandi produksi narkoba, dimana antara pemilik dana dengan orang-orang yang terlibat dalam proses produksi (peracik bahan, penyedia bahan mentah, pengemas dan kurir distributor barang)


(66)

memiliki pola yang semakin sulit diantisipasi oleh petugas di lapangan. Dengan adanya modus baru ini tentu saja semakin menyulitkan peranan petugas dalam mengungkap dan memberantas kejahatan Narkoba dari Indonesia.

g. Memiliki aturan untuk menjaga kerahasiaan

Dalam rangka mengelabui petugas hukum maka kegiatan para pelaku kejahatan Narkoba mereka sangat rahasia dan hanya khusus orang tertentu yang bisa masuk dalam lingkaran Narkoba tersebut. Trend perkembangan modus operandi kejahatan Narkoba di Indonesia juga mengalami perkembangan menarik yang perlu kita perhatikan bersama. Pada mulanya, perkembangan kejahatan narkoba ini dilakukan dengan modus operandi tradisional yaitu dari penjual kepada pembeli layaknya proses transaksi barang dagangan lainnya. Akan tetapi seiring dengan kemajuan jaman dan teknologi, modus operandi tersebut berkembangan menjadi sebuah jaringan dengan sistem komunikasi terputus. Hal ini menyebabkan antara penjual maupun pembeli Narkoba tidak bertemu sama sekali atau bahkan nyaris tidak saling mengenal antara satu dengan yang lain.

h. Terencana secara luas

Para pelaku memiliki perencanaan bagaimana mereka melakukan operasinya dan tehnik dan taktik yang digunakan


(1)

135

perawatan di sebuah pusat rehabilitasi, di bawah kondisi yang ditentukan oleh pengadilan (Kato, 2000:196).

Beberapa organisasi internasional juga turut berpartisipasi dalam membantu ASEAN dalam mewujudkan Drug Free ASEAN 2015 dengan program–program penanggulangan narkotika dimasyarakat.

Tabel 4.3.9

Demand Reduction ProjectDan Program Oleh Organisasi Internasional di Thailand

Organisasi Program / Aktivitas Coverage And Key Partner

Budget And

Duration

USAID Tidak ada kegiatan drug demand reduction yang diselenggarakan, tetapi mendukung program pengurangan HIV, yang menjangkau kalangan masyarakat yang beresiko tinggi terhadap penularan HIV/AIDS, termasuk IDU. CARE Memperbarui kinerja pusat

pendidikan dan harm reduction centres, melakukan outreach activities dan pendidikan tentang resiko HIV terkait dengan IDU dan bekerjasama dengan LSM dan instansi pemerintah lainnya.

Departemen Kesehatan

2005-2007,

berlanjut dengan skala yang lebih kecil di 2008

Family Health International

Proyek Pencegahan HIV pada pengguna narkoba termasuk IDU di Bangkok dan Pathumthani – menyediakan pusat bagi pengguna narkoba dan advokasi penegakan hukum

Bangkok dan Pathumthani

US$60,000 2007-2008


(2)

136

reductiondan HIV

UNICEF "Right to Know" Umbrella project - bekerjasama dengan instansi pemerintah dan LSM untuk mengembangkan pendekatan komunikasi yang tepat tentang HIV kepada generasi muda. Drug demand reduction ditujukan sebagai komponen dari proyek ini

Thailand Utara, Timur Laut dan Selatan

Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan

2002-2007, sedang merencanakan

rencana ke

depannya

UNESCAP Mengurangi penggunaan narkoba dan kenakalan di kalangan remaja di Greater Mekong Sub-region (Tahap III): pengembangan sistem kesehatan dan proyek reformasi kebijakan

Total budget US$450,000– Anggaran negara yang belum bisa dipastikan

2007-2009 World

Vision

Komponen Small drug education dan promosi kegiatan alternatif seperti olahraga di bawah “Area Development Programme”. Informasi tentang IDU / HIV bagi kelompok masyarakat yang berisiko tinggi

80 distrik di Thailand

Sekitar US $ 15 juta.

Secara

berkelanjutan, dengan target kegiatan yang bertahan selama 10-15 tahun

(Sumber: ASEAN 2008:115)

United States Agency for International Development (USAID) membantu Thailand untuk melawan epidemi HIV / AIDS, terutama melalui Mekong Regional HIV/AIDS Program yang kegiatannya mencakup di Burma, Kamboja, Laos, Thailand, Vietnam, dan dua provinsi di China. Strategi ini berlaku untuk periode 2003-2006 dan akan digantikan oleh strategi untuk lima tahun kedepan 2007-2012. Bantuan USAID ke Thailand mencapai $ 1,5 juta pada tahun 2004 (USAID, 2005:2).


(3)

137

CARE berdiri di Thailand pada tahun 1979. Pada awalnya CARE hanya memberi reaksi jika ada pengungsi Kamboja yang memasuki perbatasan Thailand. The Raks Thai Foundation (nama lokal CARE di Thailand) telah menjadi anggota CARE International pada Januari 2003 dan anggota CARE pertama yang didirikan di negara berkembang.CARE bertugas memperbarui kinerja pusat pendidikan dan harm reduction centres, melakukan outreach activities dan pendidikan tentang resiko HIV terkait dengan IDU dan bekerjasama dengan LSM dan instansi pemerintah di Thailand (http://www.care.org/careswork/whatwedo/index.asp diakses


(4)

1✟8 BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa yang melatarbelakangi kerjasama ASEAN dan China melalui ACCORD adalah ancaman narkotika yang bersifat transnasional, kebutuhan politik yang bersifat konvergen, kebutuhan sosial dan ekonomi domestik China serta orang-orang dari negara-negara ASEAN, perbaikan secara bertahap hubungan antara China dan negaranegara anggota ASEAN, secara individu dan antara China -ASEAN secara keseluruhan, dan akhirnya peran pemersatu dimainkan oleh badan-badan PBB yang terkait.

Upaya yang dilakukan oleh ASEAN – CHINA melalui ACCORD dalam menanggulangi perdagangan narkotika di Myanmar, Thailand, dan Laos adalah meningkatan kerjasama lintas batas dengan memperkuat struktur hubungan dan kerjasama operasional reguler antara pemerintah dan lembaga penegak hukum di tingkat lokal, nasional, dan regional; Penekanan dan pencegahan pengalihan bahan kimia prekursor; menyediakan mata pencaharian alternatif yang berkelanjutan dan dapat menghasilkan pendapatan bagi petani budidaya opium melalui kombinasi kerja sama regional antara proyek-proyek pembangunan alternatif .


(5)

1✠ ✡

Kendala-kendala yang dihadapi oleh ASEAN dan China dalam menanggulangi perdagangan narkotikadi Myanmar, Thailand, dan Laos adalah penegakan hukum yang tidak merata, perbatasan yang rawan, kapasitas operasional yang lemah.

Hasil dari pelaksanaan ACCORD dalam menanggulangi perdagangan narkotikadi Myanmar, Thailand, dan Laos adalah memperkuat kerjasama dalam investigasi kriminal, mempromosikan hubungan dan meningkatkan pertukaran para ahli di bidang tertentu dan mendukung penelitian bersama di bidang keamanan non-tradisional, pertemuan tahunan telah terjadi dengan otoritas pengawasan obat untuk menentukan kemajuan dan mengidentifikasi bidang yang menjadi perhatian.

5.2 Saran

Penulis berharap yang terbaik untuk kesuksesan kedua belah pihak yaitu ASEAN dan China untuk segala upaya yang dilakukan dalam menghadapi kasus ini. Isu tentang perdagangan narkotika bukanlah isu yang menjadi top agenda semua negara-negara anggota ACCORD, karena beberapa negara masih berkonsentrasi dalam menghadapi isu-isu lain seperti stabilitas nasional, etnis, pergantian rezim pemerintahan, ekonomi, keamanan regional, dan hubungan internasional. Tetapi untuk mengatasi isu perdagangan narkotika ini, negara-negara anggota ACCORD perlu bekerja sama antara yang satu dengan yang lainnya dengan cara penegakkan hukum yang dapat mengikat seluruh negara


(6)

1☛0

yang lebih efektif dalam penanggulangan perdagangan narkotika seperti serangan militer gabungan bilateral, regional, maupun internasional untuk membasmi tanaman opium dan produksi narkoba di negara-negara Segitiga Emas.