KEPENTINGAN ASEAN DALAM ASEAN - CHINA FREE TRADE AGREEMENT

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dinamika Ekonomi Perdagangan Regional Asia Timur banyak di pengaruhi oleh faktor perdagangan regional serta peran masing masing Negara yang berada dalam lingkup kawasan tersebut guna pengembangan ekonomi. China, Jepang, Korea Selatan merupakan beberapa pemain yang sangat signifikan memainkan perannya dalam kegiatan perdagangan Asia. Meskipun demikian China mempunyai pengaruh yang sangat besar karena memiliki warna yang berbeda dalam melakukan peranya sebagai pelaku ekonomi dunia, pertumbuhan ekonomi yang sangat besar di China tidak menyebabkan China hanya tergantung dan fokus dalam pengembangan ekonomi domestik saja melainkan tetap terus menjalin hubungan perdagangan dengan Negara lain.

Salah satu kawasan yang mempunyai nilai penting bagi China guna membentuk perekonomian China yang kokoh dan maju adalah kawasan Asia Tenggara. Di dalamnya terdapat banyak sekali potensi perdagangan yang sangat tinggi dan merupakan pangsa pasar yang sangat menggiurkan dengan jumlah penduduk tidak kurang dari 583.506.648 jiwa1. sebaliknya China merupakan Pasar yang besar bagi Association of Southeast Asian Nations (selanjutnya ASEAN) dengan populasi penduduk kurang lebih 1.324.655.000 jiwa.2

1Data souce : Bank Dunia //

http://www.google.com/publicdata?ds=wbwdi&met=sp_pop_totl&idim=country:CHN&dl=id&hl =id&q=jumlah+penduduk+china. di akses tgl 10 november 2010 jam 12.57.

2


(2)

Dalam konteks Asia tenggara sebagaimana yang di sebut di atas ASEAN lah yang mempunyai pangsa pasar yang amat besar bersama 10 negara lainya merupakan sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok di prakarsai oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, serta memajukan perdamaian di tingkat regionalnya. Melihat dari sudut pandang ASEAN, China merupakan mitra dagang yang sangat menguntungkan semenjak pertengahan tahun 1990an3. sejak saat itu kebanyakan produk ekspor negara-negara ASEAN yang dijual di China, karena ukuran yang sangat besar dan jumlah penduduk yang sangat besar, China dipandang sebagai pasar yang menjanjikan untuk menjual barang untuk setiap negara di dunia, termasuk negara-negara ASEAN.

Pada tahun 2001, KTT ASEAN-China di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, China datang dengan menawarkan proposal ASEAN-China Free

Trade Area dalam periode sepuluh tahun. usulan China pada pertemuan itu sendiri

terbatas hanya untuk mempelajari lebih lanjut tentang kelayakan proposal tersebut. Dalam prosesnya, negosiasi terus berlanjut antara kedua belah pihak. Dalam satu tahun, pada pertemuan di Phnom Penh pada bulan November 2002, ASEAN dan para pemimpin China telah siap untuk menandatangani Framework agreement on Comprehensive Economic Cooperation between the ASEAN and

3 Evelyn Devadason , China‟s Future: Pitfalls,

Prospects and the Implications for ASEAN and the World. http://ics.um.edu.my/umweb/ics/may2009/evelyn.pdf, di akses tgl 10 November 2010 jam 13.00


(3)

People’s Republic Of China 4. Kesepakatan ini selanjutnya berkembang menjadi apa yang disebut sebagai kesepakatan perdagangan bebas ASEAN-China Free

Trade Area (selanjutnya ACFTA), Yang mana kesepakatan tersebut terdiri dari

tiga kesepakatan, yaitu : Agreement on Trade in Goods , Agreement on Trade in

Service , Agreement on Investment . Dan kesepakatan inilah yang merupakan

suatu pertanda bangkitnya Rezim Internasional baru sebagai wujud fitur penting Globalisasi5.

Adapun fungsi di bentuknya Rezim Internasional (ACFTA) adalah untuk memenuhi ekspektasi Negara (ASEAN-China) sebagai aktor utama dalam wadah ASEAN-China FTA dalam kerjasama internasional untuk suatu proses kerjasama. Rezim Internasional dalam hal ini ditegaskan sebagai fasilitator (alat) bagi negara yang berupa Agreement dengan wadah ASEAN-China Free Trade Area untuk memenuhi kepentingan masing-masing Negara yang terlibat melalui kerjasama internasional. Sehingga, nantinya bisa merepresentasikan dan mengartikulasikan kepentingan dari negara-negara anggotanya, setidaknya terdapat enam elemen penting dalam kerangka kesepakatan kerjasama ekonomi ASEAN – China FTA, meliputi6: (1) perdagangan dan langkah-langkah fasilitasi ( mencakup berbagai isu seperti penghapusan hambatan non tariff, pengakuan standar di masing-masing pihak dan penilaian prosedur bagi sektor jasa); (2) bantuan teknis dan pengembangan kapasitas bagi Negara-negara baru di ASEAN; (3) langkah –

4

Hadi Soesastro . “Realizing the East Asia Vision”, in Economics Working Paper Series, Februari

2005, p. 3. http://www.csis.or.id/working_paper_file/51/wpe090.pdf , di akses tgl 11 November 2010 jam 10.00

5 John Baylis & Steve Smith .2005. “The Globalization of World Politics” third edition.Oxford University press. New York. Hal: 372

6 I Wibowo dan Syamsul hadi. 2009, “

merangkul china-hubungan indonesia china pasca-soeharto” Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal: 238


(4)

langkah promosi perdagangan yang konsisten dengan peraturan di Organisasi Perdagangan Dunia WTO;(4) perluasan kerjasama dalam bidang keuangan, pariwisata, pertanian, pengembangan sumberdaya manusia, hak atas kekayaan intelektual (HaKI),dsb.;(5) pembentukan ACFTA dalam jangka 10 tahun, dengan perlakuan khusus dan berbeda diberikan ke negara-negara anggota baru ASEAN; dan (6) pembentukan lembaga-lembaga yang diperlukan untuk menjalankan komitmen kerjasama.

Tak lepas dari ketertarikan ASEAN untuk menerima proposal ACFTA oleh China bukan berarti ASEAN menerima begitu saja tanpa harus adanya pertimbangan yang matang terhadap terobosan China dalam kancah perdagangan dunia, yaitu dengan melihat keberhasilan China menjadi anggota World Trade

Organization (selanjutnya WTO), yang menunjukkan bahwa China telah berubah

dari Negara berkembang menjadi Negara maju,7 dan telah berhasil dalam pencapaian kesuksesan dalam proses beberapa negosiasi berbagai perjanjian Perdagangan Dunia merupakan bargaining tersendiri bagi China dan harus di perhitungkan oleh ASEAN untuk menerima serta menandatangani nota kesepakatan kerjasama.

Keputusan untuk membentuk zona perdagangan bebas antara ASEAN dan China merupakan suatu wujud ketertarikan China yang sangat mendalam terhadap ASEAN karena pada dasarnya dengan penandatanganan perjanjian FTA ASEAN -China maka secara tidak langsung memberikan peluang kepada -China untuk menstabilkan hubungan Ekonominya dengan ASEAN, yang merupakan mitra

7

Bagus Dharmawan, ed, 2006. Cermin dari China: Geliat Sang Naga di Era Globalisasi. Kompas.Jakarta hal . Xiii


(5)

dagang kelima terbesar setelah Jepang, AS, Uni Eropa (UE), dan Hongkong. Selain itu FTA dengan ASEAN juga memberi kesempatan bagi China untuk mengeksplorasi pasar ASEAN. Berdasarkan analisis kuantitatif yang di kembangkan oleh Laurenceson, 8 misalnya, pasar barang dan jasa yang memang sudah cukup maju di ASEAN dan China akan memberikan keuntungan lebih apabila kedua pihak akhirnya menandatangani ACFTA. Bagi China, ASEAN merupakan batu loncatan untuk mencapai tujuan - tujuan ekonomi dan keamanannya. ASEAN merupakan pilihan yang logis bagi China karena, selain ASEAN dapat menjadi pasar besar bagi Exspor China , kawasan ini juga kaya akan sumber daya alam yang dapat memberikan pasokan memadai untuk kebutuhan peningkatan industry dan bagi ASEAN, China adalah pangsa Expor yang sangat besar.9

Semua anggota ASEAN yang turut serta dalam penandatangan Framework

Agreement mempunyai pandangan yang hampir sama, ASEAN-China FTA adalah

merupakan sebuah rezim internasioanal yang lunak10 yang memfasilitasi adanya transaksi pasar yang lebih komprehen dan bertanggung jawab dengan adanya

norms, rules yang di implementasikan dengan Agreement yang fair yang tidak

merugikan satu sama lainya, bahkan kalaupun seandainya anggota ASEAN tidak ikut andil dalam penandatangan ACFTA maka kerugian perdagangan akan sangat signifikan karena dengan ketidakikutan dalam kesepakatan tersebut maka

8

James Laurenceson . .2003 “ Economic Integration between China and ASEAN – 5 “, ASEAN

economic Bulletin, Vol20, No.2, hlm 103 - 11 9Ibid op.cit

10

Tonny Dian Effendy: Yang di maksud lunak disini adalah ; Bisa di adakannya tawar-menawar dalam pencapaian kesepakatan pengurangan biaya beban perdagangan (trade barriers reduction) antara masing-masing negara yang bersepakat.


(6)

pertukaran barang dan jasa akan memakan biaya tinggi dan juga akan memperlemah ASEAN dalam konteks yang lebih strategis yaitu dalam integrasi perdagangan Asia Timur dan perdagangan Dunia.

Tak lepas dari itu semua perkembangan ekonomi China yang pesat merupakan sebuah momentum yang sangat bermanfaat bagi Negara-negara ASEAN karena pada tahun 1990-an pertumbuhan ekonomi ASEAN rata-rata 5.1 % sedangkan China 9.7% dan juga perdaganan China dan AFTA terus berkembang dengan pertumbuhan 15% setelah AFTA di mulai11, maka dari itu hal ini penting untuk di kaji, karena ketika FTA antara ASEAN dan China di berlakukan secara resmi, kemungkinan besar kecenderungan pertumbuhan ekonomi akan lebih cepat dan akan berdampak sangat signifikan bagi pertumbuhan ekonomi ASEAN.

Meskipun besarnya antusiasme berbagai kalangan terhadap potensi ekonomi dari kesepakatan ini namun kenyataannya ACFTA masih seringkali di sandingkan dengan nada - nada pesimis dan negative terkait dengan keputusan untuk ikut serta dalam penandatangan ACFTA dan banyak fihak yang menyatakan bahwa bentuk kerjasama ini masih kurang memperhatikan berbagai komponen fundamental untuk mempromosikan keberlanjutan dan keberlangsungan ekonomi, serta elemen – elemen yang harus di persiapkan terlebih dahulu bagi fihak ASEAN. Di atas kertas ,keputusan ASEAN dan China untuk membentuk kesepakatan tersebut menggambarkan perluasan hubungan ekonomi dan politik di antara kedua belah pihak, disisi lain telah banyak

11


(7)

kerenggangan terjadi diantara Negara-negara ASEAN dan China tersebut dalam urusan perekonomian. Bahkan sebelum terlaksananya fase awal ACFTA terhitung mulai tanggal 1 Januari 201012, pelaku usaha di Asia mengaku mengeluh atas membanjirnya produk-produk elektronik, pertanian, garment dan industri murah ke kawasan ini. Daya saing ASEAN juga ditantang oleh kemampuan China untuk menghasilkan produk manufaktur murah ke pasar dunia13.

Dari sinilah penulis mencoba menggali keunikan dengan mencoba menanggapi anggapan negative serta kotra tersebut diatas tanpa harus meninggalkan obyektifitas serta realitas yang ada dengan menyertakan bukti ri‟il dan kongkrit berupa data serta referensi yang komprehensibel dengan senantiasa menonjolkan kepentingan mendasar terkait kepentingan ASEAN dalam ACFTA.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang ingin di kemukakan penulis adalah, Mengapa ASEAN mau menandatangani kesepakatan ASEAN - China Free Trade Agreement?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian ini secara umum untuk mengetahui kepentingan, maksud dan tujuan ASEAN dalam penandatanganan kesepakatan ACFTA.

12 Pemberlakuan ACFTA. http://berita .liputan6.com 13

Sri Adiningsih.“ FTA ASEAN –China , Ancaman besar bagi Indonesia ?”. Kompas. 18 Januari 2010


(8)

1.4 Kajian Pustaka

1.4.1 Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan kajian kepada penelitian terdahulu yang membahas tentang Regionalisme melalui ASEAN -

China Free Trade Area: Prospek dan Tantangan. Penelitian yang dilakukan oleh

Mandala Sukanto Purba.14 menganalisa tentang Prospek dan Tantangan menghadapi ASEAN And China Free Trade Area dan apa – apa yang harus di persiapkan oleh masing – masing Anggota Asean untuk menghadapi kemampuan kompetitif China yang baru bergabung dengan WTO, dan Mandala juga membahas tentang Kompatibilitas ACFTA dengan WTO serta aturan dan cara penyelesaian sengketa dibawah ASEAN and NAFTA serta isu-isu mendalam berkaitan dengan ACFTA.

Penelitian terdahulu yang kedua oleh Titis Tri Rahayu15 menganalisa ketergantungan perdagangan yang telah dilakukan oleh ASEAN dan China sebelum terbentuknya ACFTA dan melihat prospek hubungan kerjasama 5 negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina dengan Cina melalui Indeks Ekspor, Indeks Impor dan Indeks Perdagangan untuk membentuk suatu integrasi ekonomi. Dengan menggunakan pendekatan yang berbeda dari penelitian Titis dan Mandala tersebut, maka penelitian ini berusaha membahas

14 Mandala Sukanto Purba. 2006 “Toward Regionalism through the ASEAN – China Free Trade Area : Prospects and Chalenges “ Presented in (Partial) Fulfilment of the Requirements for Degree of Master in Law. The Faculty of Law of The University Of The Western Cape. South Afrika.

15 Titis Tri Rahayu .2009.” ANALSIS KETERGANTUNGAN EKSPOR-IMPOR 5 NEGARA ASEAN DAN CHINA DALAM MEMBENTUK ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) ”skripsi

Program Sarjana bidang Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga Surabaya. unpublised


(9)

secara lebih sepecifik tentang sikap ASEAN akan adanya Sebuah rezim internasional baru (ACFTA) yang di implementasikan dengan penandatanganan nota kesepakatan. Yang nantinya berujung kepada kepentingan ASEAN dalam kesepakatan ACFTA yang berujung manis dengan liberalisasi perdagangan dengan tariff 0%., Serta investasi dari China.

1.4.2 Teori dan Konsep 1.4.2.1International Regime

Rezim internasional berkembang pesat sejak perang dunia kedua. Sampai saat ini pun rezim sudah meliputi hampir seluruh aspek hubungan internasional yang membutuhkan koordinasi antar state, mulai dari isu pertahanan, perdagangan, keuangan dan investasi, informasi dan komunikasi, hak asasi manusia, dan lingkungan; merupakan contoh dari sekian banyak urusan dalam sebuah rezim internasional. Menurut Stephen Krasner16:

….as sets of implicit or explicit principles, norm, rules, and decision making procedures around which actors expectations converge in a given area of international relation.

Rezim internasional adalah suatu tatanan yang berisi kumpulan prinsip, norma, aturan, proses pembuatan keputusan–baik bersifat eksplisit maupun implicit yang berkaitan dengan ekspektasi atau pengharapan aktor-aktor dan memuat kepentingan aktor itu sendiri dalam Hubungan Internasional. Kehadiran rezim dianggap penting untuk menyediakan kerangka perundingan dengan mengurangi biaya transaksi dan untuk membantu mengkoordinasikan harapan

16


(10)

pelaku dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas informasi yang ada untuk negara. Sedangkan Menurut Keohane17 :

International regimes perform the valuable functions of reducing the cost of illegitimate transactions, while increasing the cost of illegitimate ones, and reducing uncertainty. International regimes by no means substitute for bargaining: on the contrary, the authorize certain types of bargaining for certain purposes. Their most important function is to facilitate

negotiations leading to mutual beneficial agreements among government.

Dalam artikel “The Demand of The International Regimes”, Keohane mengungkapkan bahwa rezim dianggap efektif selama permintaan adanya rezim dalam politik internasional tersedia. Namun hal itu bukan merupakan hal yang mutlak karena terdapat beragam perbedaan kondisi dimana permintaan rezim semakin berkurang atau kondisi lain dimana rezim menjadi lebih signifikan meski tanpa kekuatan aktor dominan18.

Pengertian tentang Rezim Internasional secara bebas dapat di artikan sebagai alat untuk memfasilitasi pembuatan persetujuan dalam politik dunia, khususnya diantara negara-negara dengan menyediakan aturan, norma, prinsip dan prosedur yang mampu membantu aktor untuk mengatasi batasan yang disebut dengan kegagalan pasar. Bagaimanapun aturan dibutuhkan dalam pasar yang merupakan arena pencapaian kepentingan (jika tidak pasar tersebut merupakan „pasar gelap‟ yang berdasarkan ancaman, penyuapan, dan kekuatan). Keberadaan regulasi dan aturan politik yang merupakan bagian dari aspek rezim, menyatakan

17

Jönsson Jönsson dan Jonas Tallberg.” Institutional Theory in International Relations”.artikel.hal 11.http://www.uni-muenster.de/Politikwissenschaft/Doppeldiplom/docs/IIR.pdf.di akses tgl 24 November 2010 jam 01.29

18 Robert O Keohane . 1999. “The Demand for International Regime”,in Theory and Structure in International Political Economy, Charles Lipson and Benjamin J. Cohen (eds.). Massachusetts: the MIT Press , hal.161


(11)

kerangka fungsi kerja dari pasar agar tidak merugikan ataupun dirugikan negara lain19.

Oleh karena itu rezim membuat aktor lebih mudah dalam merealisasikan kepentingan bersama sehingga tidak sampai terjadi benturan kepentingan akibat sumber ekonomi yang terbatas disatu pihak dan tidak terbatasnya permintaan atau kebutuhan akan sumber ekonomi dilain pihak, apalagi saat terjadinya pembengkakan populasi, ini semakin meningkatkan permintaan akan peranan dari rezim, sehingga rezim dituntut untuk lebih efektif dalam menjalankan norma dan komitmen serta menyediakan informasi akurat bagi pembuat kebijakan.

Permintaan atas rezim “Demand for regime” sebagaimana yang di ungkapkan Keohane dapat dijelaskan menggunakan beberapa pendekatan, antara lain20:

1. Systemic constraint-choice analysis

Analisis ini menjelaskan perilaku anggota rezim yang tetap tergabung dalam suatu rezim kendati terdapat beberapa kendala (dapat berupa pengaruh lingkungan geografi, keterpaksaan oleh yang lebih kuat, dan lain sebagainya). Namun mereka menganggap hal yang demikian merupakan pilihan rasional minimum yang dapat mereka dapatkan dalam keanggotaan regime. yang mana setiap aktor, baik yang kuat maupun yang lemah

19

Robert Jackson , dan George Sorensen. 1999. Introduction to International Relations. New York. Oxford University. Hal 228

20

Stephen d Krasner.1983. “International Regimes” Cornell University Press. hal: 143

http://books.google.co.id/books?id=WIYKBNM5zagC&pg=PA143&lpg=PA143&dq=Systemic+c

onstraint-choice+analysis&source=bl&ots=ptBpuJDYff&sig=q68t-oGzXTAS9kDdEfNeIZyD_TE&hl=id&ei=td3rTJWuOtP4ccOvtYQP&sa=X&oi=book_result&ct


(12)

selalu memiliki pilihan dengan sejumlah kendala tertentu. Pendekatan ini menggambarkan jawaban dari pertanyaan mengapa para aktor yang tidak diuntungkan tetap mengikuti rezim kendati mereka menerima keuntungan yang jauh lebih sedikit dari lainnya.

2. Function of international regimes

Fungsional rezim internasional antara lain: menyediakan informasi, mengurangi biaya transaksi, dapat menanggulangi serta mencegah informasi yang tidak sesuai serta menyediakan prinsip-prinsip, aturan, asas kerjasama, dan lain sebagainya. Hal tersebut karena rezim mengijinkan anggotanya untuk saling mengkontrol perilaku anggota lainnya. Oleh karena itu melalui rezim, konflik kepentingan dapat dikurangi dengan cara mengkoordinasikan tingkah laku para anggota. Fungsi utama dari rezim sebenarnya adalah untuk mengfasilitasi penciptaan substansi perjanjian khusus dan pengganti hegemon dominan yang mengalami penurunan dalam beberapa fungsinya. Oleh karena fungsional-fungsional tersebut, rezim akan selalu dipertahankan keutuhannya.

3. Elements of demand of international regimes

Rezim, seperti yang dijelaskan sebelumnya, mengfasilitasi dalam pembuatan persetujuan substansif dengan menyediakan tatanan aturan, prinsip, norma, dan prosedur negosiasi. Ada kalanya sebuah rezim menjadi tidak berguna, menurut Ronald Coase21 (dalam artikel Robert O. Keohane:

The Demand of International Regimes), yakni ketika terjadi harmoni dan

21


(13)

tiap-tiap aktor menerima solusi Pareto Optimal, yakni: (a) kepastian– terdapat tatanan legal yang menekankan pertanggungjawaban aksi, misalya didukung oleh sebuah otoritas pemerintahan; (b)Informasi sempurna yang serupa; (c) Non biaya transaksi. Saat ketiga kondisi tersebut terpenuhi, rezim tidak diperlukan lagi. Namun jika satu saja tidak terpenuhi, maka akan terjadi hal yang sangat berkebalikan.

4. Information, communication, and openness

Pertama, rezim dengan tingkat keteraturan prosedur dan juga aturan yang tinggi akan menyediakan informasi yang jauh leih baik dan mendapat permintaan yang lebih besar dari partisipannya. Adanya ketidak seimbangan informasi antara aktor satu dengan yang lain akan menyebabkan tawar menawar yang tidak adil. Kedua, rezim yang mengembangkan norma-norma yang diinginkan oleh partisipan akan lebih diinginkan ketimbang rezim-rezim yang gagal mengembangkan norma-norma tersebut. Ketiga, rezim dengan tatanan yang terbuka dan terkarakteristik dengan hubungan trans-governmental yang luas akan lebih diminta dan bermakna ketimbang rezim yang jangkauannya sebatas ikatan state-to-state.

5. Coping with uncertainties

Yang dimaksud dengan ketidakpastian-ketidakpastian adalah sesuatu yang menyebabkan suatu rezim menjadi efektif atau bahkan hampir mutlak diperlukan. Jika rezim dapat mengendalikan ketidak pastian maka rezim akan terus dipelihara meskipun keadaan-keadaan yang baik seperti yang


(14)

disediakan oleh hegemon mereka pada awal pembentukan rezim sudah tidak lagi ada. Jika pendekatan control-oriented yang lebih ambisius dan keras tidak memiliki kekuatan efektif untuk mengatur anggotanya maka asuransi rezim akan menjadi pilihan terbaik. Di bawah pengikisan hegemoni asuransi rezim dapat diharapkan.

ACFTA merupakan sebuah Regime internasional baru yang perlu di pertimbangkan oleh ASEAN, Pola rezim yang lunak dan tidak lagi kaku serta hegemon merupakan nada positif bagi terbentuknya sebuah kesepakatan dan perjanjian antara masing-masing Negara. dan tentunya Anggota ASEAN sebagai Negara yang hidup dalam tatanan global dengan segala informasi yang ada dan didapat, dengan munculnya sebuah regim sekaliber ACFTA, mempunyai keinginan untuk mepertimbangkan guna ikut serta andil dalam pencapaian kepentingan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Dalam penulisan ini sesuai dengan Demand for Regime yang telah di terangkan diatas penulis mencoba mengunakan pendekatan Systemic

Constraint-Choice Analysis dan Function of International Regime, karena menurut penulis

Systemic Constraint-Choice Analysis merupakan wujud analisa bahwa ACFTA

sebagai Rezim Internasional mengharuskan ASEAN ikut andil di dalamnya karena rezim itu sendiri merupakan sebuah system yang mengharuskan ASEAN terlibat dengan mempertimbangkan resiko minimal di bandingkan tidak mengikuti rezim tersebut, untuk memperkuat pendekataan maka di selaraskan dengan

Function of International regime , untuk menghindari kerugian atas adanya


(15)

menurut fungsinya, yaitu dengan adanya rezim maka prinsip-prinsip, aturan, asas kerjasama dapat di capai yang nantinya berimbas kepada maksimalisasi informasi , pengurangan biaya transaksi dan yang lebih penting lagi bahwa Rezim mengijinkan anggotanya untuk saling mengkontrol perilaku anggota lainnya. Yang di tujukan untuk mengurangi konflik kepentingan dengan cara mengkoordinasikan tingkah laku para anggota Rezim.

1.5 METODE PENELITIAN

1.5.1 Jenis Penelitian

Melihat dari segi pembahasan, penelitian ini di golongkan pada penelitian eksplanatif karena berupaya untuk menjelaskan hubungan antarvariabel.22 Dan kemudian menguji hipotesa yang di rumuskan terlebih dahulu. Oleh karena itu, penelitian ini juga disebut penelitian pengujian hipotesis, walaupun dalam uraian bahasannya juga mengandung deskripsi, tetapi karena merupakan penelitian relasional maka fokusnya pada penjelasan hubungan antarvariabel.23 Untuk mengetahui variable yang akan di uji penulis akan menentukan unit eksplanasi dan unit analisanya terlebih dahulu. Unit analisa (variable dependen) yaitu perilaku yang hendak di deskripsikan, jelaskan dan ramalkan, adapun unit eksplanasi (variable independen) yaitu perilaku yang dampaknya berpengaruh terhadap unit analisa yang hendak di amati.24

22

Mohtar Mas‟oed . 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. LP3ES.

Jakarta. hal. 68.

23 Masry Singarimbun , dan Sofian Effendi (ed). 1989.

Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.

hal. 5. 24


(16)

Judul dari penelitian ini adalah “Kepentingan ASEAN dalam

Penandatanganan ASEAN - China Free Trade Agreement”. Dari judul tersebut

penulis dapat mengidentifikasikan variable – variable guna kelancaran penulisan penelitian:

1. Variable Pertama “Kepentingan ASEAN” sebagai unit analisa (variable

dependen), dimana indikator-indikator yang akan menjelaskan

bagaimana kemudian suatu muatan kepentingan dapat menjadikan suatu dasar keputusan untuk menjalin suatu hubungan atau perjanjian dengan suatu Negara. Meskipun banyak hal yang harus di pertimbangkan dalam konteks kepentingan disini bahwa pada hakekatnya kepentingan ASEAN adalah menjamin kesejahteraan seluruh anggota ASEAN. 2. Variabel kedua “ASEAN - China Free Trade Agreement”. Sebagai unit

ekplanasi (variable independen), ACFTA merupakan suatu alat, proses yang akan memberi pengaruh untuk mencapai suatu tujuan (kepentingan), Sukses dan tidaknya suatu keputusan untuk menyepakati suatu kesepakatan adalah dengan senantiasa berpegang teguh kepada tujuan awal pemberlakuan kesepakatan tersebut, selama masih dalam alur (kepentingan) sebagaimana yang di harapkan maka akan tercapailah tujuan dan apabila tidak sebaliknya.


(17)

Tabel 1.1 Variabel Dependen dan Independen

Variabel Dependen (Unit analisa) Variabel Independen ( Unit Ekplanasi ) Kepentingan ASEAN ASEAN - China Free Trade Agreement

- Perdagangan - Pangsa Pasar

- Investasi - Expor 0 % Tarif

Setelah dapat mengidentifikasi kedua unit analisa yang telah dapat dibedakan , lebih lanjut informasi yang dipakai untuk meneliti dan menjelaskan adalah bagaimana kemudian variabel tersebut di identifikasikan menurut tingkatannya , Terdapat tiga model hubungan antara unit analisa dan unit eksplanasi yaitu, model korelasionis, model induksionis dan model reduksionis. Disebut model korelasionis jika tingkat unit eksplanasi dan unit analisanya sama. Kedua, disebut model induksionis jika tingkat unit eksplansinya lebih tinggi dari tingkat unit analisa dan ketiga, disebut model reduksionis jika tingkat unit eksplanasi lebih rendah dari tingkat unit analisa. Menurut Mokhtar Masoed, tingkat analisa dapat di bagi menjadi lima tingkatan yaitu, yaitu perilaku individu, perilaku kelompok, negara-bangsa, pengelompokan negara-negara dan sistem internasional .25

Adapun model penelitian ini setelah mengamati penjelasan diatas dapat di ketahui bahwa unit analisa yang sesuai adalah negara bangsa yang di representasikan oleh kepentingan ASEAN, sedangkan unit ekplanasinya adalah sistem regional dan global yang di formulasikan dengan suatu kesepakatan regional berupa ASEAN - China Free Trade Agreement, sesuai dengan analisa

25


(18)

tersebut maka penelitian ini di golongkan sebagai analisa Induksionis karena tingkat unit eksplansinya (system regional dan global ) lebih tinggi dari tingkat unit analisa (sistem negara bangsa).

1.5.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan di bedakan menjadi data primer dan sekunder. Data primer merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti langsung dari sumbernya, sedangkan data sekunder adalah informasi yang dikumpulkan dari pihak lain.26 Dalam penulisan ini penulis menggunakan pengumpulan data sekunder, di karenakan penulis memperoleh tidak mendapat langsung dari sumber datanya melainkan memperoleh berdasarkan hasil pustaka, baik itu dari sumber buku ilmiah, jurnal, maupun internet.

1.5.3 Teknik Analisa Data

Data yang telah di peroleh terlebih dahulu di kumpulkan kemudian di olah agar nantinya peneliti dapat memudahkan menganalisa data-data yang sudah ada. Adapun teknik analisa data yang di lakukan penulis adalah analisa data Ekplanatif melalui sumber data yang diperoleh melalui data sekunder (kualitatif). Analisa penelitian ini akan mengkaji mengenai hubungan antara kebijakan pemerintah yang mendasari atas penandatanganan nota kesepakatan dalam skala lebih luasnya adalah Kepentingan ASEAN dalam penandatanganan ASEAN -

China Free Trade Agreement, yaitu kesepakan itu sendiri guna pencapaian

kepentingan yang sudah di jelaskan di atas.

26 Dr. Hermawan Wasito., 1997. “pengantar metodologi penelitian: Buku pansuan Mahasiswa”. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama. Hal. 69


(19)

Gambar 1.5.3.1 Alur Pemikiran Penelitian

Kepentingan

Kepentingan

Dari Alur pemikiran yang di gambarkan di atas, peneliti selanjutnya akan mengacu pada proses seperti yang di uraikan oleh gambar tersebut yaitu ACFTA sebagai rezim internasional telah mempertemukan ASEAN - China dengan

framework agreemet nya, dan dengan kesepakatan yang telah di buat, ASEAN

akan senantiasa bertumpu pada kepentingan awal dalam persetujuan penandatanganan kesepakatan tersebut guna mengusung kepentingan ASEAN.

1.5.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini di bagi menjadi dua yang pertama ruang lingkup batasan materi dan ruang lingkup batasan waktu. Hal ini berguna untuk membatasi pembahasan agar tidak berkembang kearah yang keluar dari kerangka dasar penelitian.

15.4.1 Ruang Lingkup Materi

Adapun batasan materi dari penelitain ini adalah penulis akan mengulas tentang sikap ASEAN terhadap adanya ACFTA sebagai Rezim Internasional

ASEAN-China Free Trade Agreement

Sebagai International Rezim

China ASEAN


(20)

serta akomodasi kepentingan ASEAN dalam ACFTA yang kemudian di implementasikan dengan penandatanganan nota kesepakatan tersebut .

1.5.4.2 Ruang Lingkup Waktu

Batasan waktu untuk menandai penelitian ini adalah ketika di mulainya hubungan ASEAN dan China hingga fase awal Framework Agreement di tawarkannya sampai di tandatanginya kesepakatan ACFTA tersebut 1990-2004.

1.6 HIPOTESA

ASEAN - China Free Trade Area sebagai rezim internasional telah

memberikan ASEAN kontribusi pemikiran ulang akan arti penting sebuah kerjasama yang bermanfaat, Rezim Internasional yang lunak dengan fasilitas transaksi pasar yang komprehen dan bertanggung jawab dengan menyertakan prinsip, norma, aturan yang di implementasikan dengan Agreement yang fair merupakan suatu nada positif bagi ASEAN atas terbentuknya sebuah kerjasama yang menjanjikan dengan kerugian yang minimal. dengan demikian akan mengakibatkan kenaikan akses pasar ekspor impor ke China dengan tingkat tarif yang terendah 0% ,dan juga meningkatkan kerjasama pelaku bisnis di kedua belah fihak yang berimbas adanya arus investasi asing asal China ke ASEAN.


(21)

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun Sistem Penulisan dalam penelitian ini adalah dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 1.7.1 Sistematika Penulisan

Bab Bahasan Pokok

Bab I: pendahuluan 1.1Latar Belakang, 1.2Rumusan Masalah, 1.3Tujuan Penelitian, 1.4Kajian Pustaka

1.4.1 Penelitian terdahulu 1.4.2 Teori dan konsep

1.4.2.1International Regimes 1.5Metodologi Penelitian

1.5.1 Jenis Penelitian

1.5.2 Metode Pengumpulan Data 1.5.3 Teknik Analisa data

1.5.4 Ruang Lingkup penelitian 1.5.4.1Ruang Lingkup Materi 1.5.4.2Ruang Lingkup Waktu 1.6Hipotesis

1.7Sistematika Penulisan Bab II: ASEAN-China

Free Trade Agreement

2.1Perkembangan Hubungan ASEAN-China

2.2Kerangka Kesepakatan ASEAN-China Free Trade Area

2.3ASEAN-China Free Trade Agreement 2.3.1 Tahap I : Early Harvest programe 2.3.2 Tahap II : Normal Track

2.3.3 Tahap III: Sensitive Track Bab III: Gambaran

Umum obyek penelitian

3.1Analisa pertimbangan penandandatanganan ACFTA oleh ASEAN

3.2Perkembangan perekonomian China

3.3Interdependensi ekonomi China dengan ASEAN Bab IV: ACFTA

sebagai rezim Internasional

4.1Integrasi kawasan dan pergeseran pola rezim internasional

4.2ACFTA sebagai rezim internasional baru kawasan 4.3Penyelesaian sengketa dalam ASEAN-China Free

Trade Agreement Bab V: Penutup 5.1 Kesimpulan


(22)

SKRIPSI

KEPENTINGAN ASEAN DALAM ASEAN - CHINA FREE

TRADE AGREEMENT

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Oleh:

HIZBUL WATHON 05260023

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(23)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Hizbul Wathon NIM : 05260023

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : KEPENTINGAN ASEAN DALAM ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Sabtu Tanggal : 23 April 2011

Tempat : Kantor Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Mengesahkan, Dekan FISIP – UMM

Dr. Wahyudi M,Si Dewan Penguji :

1. Tonny Dian Effendi, S.Sos., M.Si Penguji 1 ( ) 2. Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos., M.Si Penguji 2 ( ) 3. Dyah Estu Kurniawati, S.Sos., M.Si Penguji 3 ( ) 4. M Syaprin Zahidi, S.IP Penguji 4 ( )


(24)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Hizbul Wathon NIM : 05260023

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : KEPENTINGAN ASEAN DALAM ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT

Disetujui

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Dyah Estu Kurniawati, S.Sos., M.Si M Syaprin Zahidi, S.IP

Mengetahui,

Dekan Ketua Jurusan

FISIP UMM Hubungan Internasional


(25)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Hizbul Wathon 2. Nim : 05260023

3. Jurusan : Hubungan Internasional 4. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Jenjang Studi : Strata satu (S-1).

7. Judul Skripsi : Kepentingan ASEAN dalam ASEAN-China Free Trade Agreement

8. Pembimbing : 1. Dyah Estu Kurniawati S.Sos, M.Si 2. M Syaprin Zahidi, S.IP

9. Pembimbingan : Lihat Tabel.

WAKTU

PARAF

KETERANGAN

Pembimbing I Pembimbing II

03 Maret 2010 Pengajuan Judul

02 Juli 2010 ACC Judul Skripsi

13 Agustus 2010 ACC Seminar

Proposal

31 Desember 2010 Seminar Proposal

15 Januari 2011 Revisi Bab I

28 Januari 2011 ACC BAB I

01 Februari 2011 Revisi Bab II

15 Maret 2011 Revisi Bab III dan

IV

25 Maret 2011 Revisi Bab III, IV,

V

11 April 2011 ACC Bab II, III,

IV dan V

Malang, 01 Mei 2011

Pembimbing I Pembimbing II


(26)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Hizbul Wathon

Tempat, tanggal lahir : Jember, 10 Juni 1984

NIM : 05260023

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan judul:

KEPENTINGAN ASEAN DALAM ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT

adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 01 Mei 2011 Yang menyatakan


(27)

KATA PENGANTAR

سب ـــــــ محَرلا ها م ـــ

حَرلا ن ـــــ مي

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir dengan judul “ Kepentingan ASEAN dalam ASEAN – China

Free Trade Agreement “ sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan

pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. Penulisan tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth. Ibunda tercinta Ibu Nur Aini, yang selalu mendukung ananda baik suka maupun duka, serta Ayahanda tercinta Bpk. Subagiyo yang selalu mendorong ananda menyelesaikan skripsi.

2. Yth. Kedua kakak tercinta, Indah Lestari Asih dan Kakak Iparku Dwi Muhammad Imron yang selalu memberikan support tiada henti-hentinya, dan juga tidak lupa wat si kecil Serena Nada Azkia Zahwa yang telah memberikan warna tersendiri dengan kehadiranya di tengah keluarga kecil kita.

3. Yth. Ibu Dyah Estu Kurniawati S.Sos, M.Si selaku Kajur HI serta Dosen Pembimbing penulis yang selalu membimbing hingga ke akhir masa studi akademik.

4. Yth. Bpk M.Saprin Zahidi S.IP selaku pembimbing, Bpk. Tonny Dian Effendi S.Sos, M.Si serta Bpk Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos., M.Si selaku Dosen penguji . Terima kasih Bpk. Safrin atas saran, bimbingan serta masukannya, terima kasih Bpk Toni dan Bpk Ruli yang memberikan kritikan membangun serta masukan guna maksimalisasi penyelesaian tugas akhir ini.

5. Yth. Bpk. Victory Pradhitama S.Sos M.Si selaku dosen, terimakasih atas Ilmu yang telah di berikan.

6. Yth. Kepada keluarga besar PMB ( Penerimaan Mahasiswa Baru ) - UMM, Pak Wasis, Pak Eka, Pak Hamdi, Pak Ermanu, Jazuli, Hafidl, Cumi, Fajar, Hendy, Maria, Inay, Lely, serta seluruh teman-teman Volunter


(28)

PMB angkatan 2009-2010 Terima kasih atas kebersamaannya serta peran sertanya berjibaku dalam memajukan kampus Universitas Muhammadiyah Malang.

7. Yth. Saudara, dan keluarga, di Malang, Mas Ridho, Mba‟ Urifah serta adek-adek quw seperjuangan di malang Erwin, Azhar, Pendi thanks for all. 8. Yth. Teman-teman HI angkatan 2005, 2006, 2007 semuanya tanpa

terkecuali, Intan, Dedek, Suenk, Hakim, Bunda, Eka, Winda, Bagus, Terima Kasih atas kebersamaannya selama masa perkuliahan Empat tahun di HI-UMM.

9. Terakhir my Lovely Lily Liriyanti without you I‟m nothing, even though you are far far away out there your spirit still in my Heart.

Demikian kata pengantar ini dibuat, jika ada kesalahan dalam penulisan ataupun kata-kata, mohon di maklumi, Terima Kasih.

Malang, 10 Mei 2011 Penulis


(29)

DAFTAR ISI

Lembar Cover ...i

Lembar Pengesahan ... ..ii

Surat Pernyataan Orisinalitas ... .iii

Abstraksi...iv

Abstract...v

Kata Pengantar...vi

Daftar Isi...viii

Daftar Tabel ...x

Daftar Gambar ...xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 7

1.4Kajian Pustaka ... 8

1.4.1 Penelitian Terdahulu ... 8

1.4.2 Teori dan Konsep ... 9

1.4.2.1International regimes... 9

1.5Metode Penelitian ... 15

1.5.1 Jenis Penelitian ... 15

1.5.2 Metode Pengumpulan Data ...18

1.5.3 Teknik Analisa Data ... 18

1.5.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 19

1.5.4.1Ruang Lingkup Materi ... 19

1.5.4.2Ruang Lingkup Waktu ... 20

1.6Hipotesis ... 20

1.7Sistematika Penulisan ... 21

BAB II ASEAN-China Free Trade Agreement... 22

2.1Perkembangan Hubungan ASEAN-China... 22


(30)

2.3ASEAN-China Free Trade Agreement... 35

2.3.1 TAHAP : I Early Harvest Program... 40

2.3.2 TAHAP II : Normal Track ... 41

2.3.3 TAHAP III : Sensitive Track ... 41

BAB III Gambaran Umum Obyek Penelitian………. ... 43

3.1Analisa Pertimbangan Penandatanganan ACFTA oleh ASEAN….….. 43

3.2Perkembangan Perekonomian China……….…….... 55

3.3Interdependensi Ekonomi China dengan ASEAN………..………….... 60

BAB IV ASEAN-China Free Trade Agreement Sebagai Rezim Internasional….. 69

4.1Integrasi Kawasan dan pergeseran pola Rezim Internasional... 69

4.2ACFTA sebaga Rezim Internasional Baru Kawasan... 76

4.3Penyelesaian Sengketa dalam ASEAN-China Free Trade Agreement... 80

BAB V PENUTUP………... 88

5.1 Kesimpulan………. 88

5.2 Saran Penelitian Lanjutan……….………. 89

LAMPIRAN…….………... 90

- Framework Agreement ………..………..………. 90

- Dispute Settlements ………...……….…….………. 91

- GATT 1979……….……….…….………. 92


(31)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Unit Analisa dn Unit Eksplanasi ...17

Tabel 1.7.1 Sistematika Penulisan………..………21

Tabel 2.2.1 GDP Negara Anggota ASEAN dalam USD, 1997-2004...28

Tabel 2.3.2.1 Skema Penurunan Tarif ASEAN-China ...41

Tabel 2.3.3.1 ASEAN-China FTA : Jumlah Pos Tarif untuk sensitive dan highly sensitive list ( HS-6 Digit)…………...42

Tabel 3.1.1 Perdagangan Negara-Negara ASEAN menurut pasar tujuan : rata-rata periode 1998-2002 (pangsa pasar total : %)……….………..52

Tabel 3.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Negara AFTA dan China tahun 1990-2002 (%)……….………..………54

Tabel 3.1.3 Jumlah Perdagangan antara China dan 6 Negara ASEAN FTA…..55

Tabel 3.3.1 Kinerja Ekspor China di dalam perdagangan dunia : 1990-2000…56 Tabel 3.3.2 Pangsa Ekspor barang dari China dan beberapa Negara Asia di tiga pasar utama dunia (% dari total ekspor)………59

Tabel 4.2.1 Ketergantungan Ekspor dan Impor dunia ke ASEAN….…….……78


(32)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 5.3.1 Alur Pemikiran Penelitian ...19 Gambar 3.3.1 The 20 Economies with largest export market share (%)…….…57 Gambar 3.3.2 Peringkat daya saing Negara Dunia ...60


(33)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Barry, D. and R. C. Keith (1999), Regionalism, Multilateralism and the Politics of Global Trade, Vancouver, BC: University of British Columbia Press Cai, K. G. 2003, „The ASEAN-China Free Trade Agreement and East Asian

Regional Grouping‟, Contemporary Southeast Asia, Vol. 25

Dent, C. M. 2002b, „Introduction: Northeast Asia – A Region in Search of Regionalism‟, in C. M. Dent and D. W. F. Huang, eds., Northeast Asian Regionalism: Learning from the European Experience, London: Routledge Curzon

Dani Rodrik 2000. How Far Will International Economic Integration Go? The Journal of Economic Perspectives, 14(1)

Direktorat Jendral Sekretaris nasional ASEAN Departemen Luar Negeri, 1998:6 Dobson, W. 2001, „Deeper Integration in East Asia: Regional Institutions and the

International Economic System‟, World Economy, Vol. 24, No. 8

Eng, C. O. 2003, „Anchor East Asian Free Trade in ASEAN‟, The Washington Quarterly, Vol. 26

Ganesan, N. 2000, „ASEAN‟s Relations with Major External Powers‟, Contemporary Southeast Asia, Vol. 22

Harvie, C. and H-H. Lee 2002, „New Regionalism in East Asia: How Does it Relate to the East Asian Economic Development Model?‟, ASEAN Economic Bulletin, Vol. 19, No. 2

Jackson , Robert and George Sorensen. 1999. Introduction to International Relations. New York. Oxford University.

Jian Yang 2003, „Sino-Japanese Relations: Implications for Southeast Asia‟, Contemporary Southeast Asia, Vol. 25

John H. Jackson, 2002, „The Jurisprudence of GATT & WTO – Insights on Treaty Law and Economic Relations, p101-102, Higher Education Press


(34)

Keohane, O, Robert. 1999 .“The Demand for International Regime”,in Theory and Structure in International Political Economy, Charles Lipson and Benjamin J. Cohen (eds.). Massachusetts: the MIT Press

Krasner.d.Stephen.1983. “International Regimes” Cornell University Press

Laurenceson, James. Aug.2003 “ Economic Integration between China and

ASEAN – 5“.ASEAN economic Bulletin. Vol20

Mansfield, E. D., and H. V. Milner , 1999, „ The New Wave of Regionalism ‟, International Organization, Vol. 53

Mohtar Mas‟oed. 1990. “Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan

Metodologi”. LP3ES. Jakarta.

OECD - Organisation for Economic Co-operation and Development (1992), The Cost of Reducing CO2 Emissions: Evidence from Green, Paper of the Working Party No. 1 of the Economic Policy Committee, Paris: OECD Öjendal, J. 2001, „Southeast Asia at a Constant Crossroads: An Ambiguous „New

Region‟‟, in M. Schulz, F. Söderbaum, and J. Öjendal, eds., Regionalization in A globalizing World: A Comparative Perspective on Forms, Actors, and Processes, London: Zed Books,

Schulz, M, F. Söderbaum and J. Öjendal 2001, „Introduction: A Framework for Understanding Regionalization‟, in Schulz et al., eds., Regionalization in a Globalizing World: A Comparative Perspective on Forms, Actors and Processes, London: Zed Books

Tambunan, Tulus T.H . 2004 . Globalisasi dan Perdagangan Internasional. Bogor: Ghalia Indonesia

Wattannapruttipaisan, T. 2003, „ASEAN-China Free Trade Area: Advantages, Challenges, and Implications for the Newer Member Countries‟, ASEAN Economic Bulletin, Vol. 20

Wasito. Dr. Hermawan, 1997. “Pengantar metodologi penelitian: Buku pansuan

Mahasiswa”. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama

Wibowo I dan syamsul hadi. 2009 “ Merangkul China-Hubungan Indonesia


(35)

Zhang, Yunling ,” China and east Asian Economic Integration and Cooperation”. Jurnal perkembangan ekonomi vol 31

ARTIKEL DAN INTERNET

Agreement on Dispute Settlement Mechanism of the Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-Operation Between the Association of Southeast Asian Nations and the People‟s Republic of China, di unduh dari ASEAN web: http://www.aseansec.org/16635.htm

Beng, kim, phar . 2003. “ ASEAN and China‟s Regional Concerns, Asia Times. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=559382&http://www.g oogle.com/url?sa=t&source=web&cd=2&ved=0CCQQFjAB&url=http%3 A%2F%2Fpapers.ssrn.com%2Fsol3%2FDelivery.cfm%2FSSRN_ID5593 82_code372334.pdf%3Fabstractid%3D559382&rct=j&q=asean%20and% 20china%27s%20regional%20concern%20asia%20times%202003&ei=Cp OVTcjlLIb6cM_0vJ8C&usg=AFQjCNFAYu5N5cIehgqw8VS3sGxTdA9J 0w&sig2=w3FW7n1xY9nyqgAll55o2w&cad=rja

Cheow, Chu, Teo, Eric 2004 “ China‟s ASEAN strategis, japan times. http://taiwansecurity.org/news/2004/JT-151004.htm

Dani Rodrik ,2000, How Far Will International Economic Integration Go? The Journal of Economic Perspectives

Devason, Evelyn. 2009, “China’s Future: Pitfalls, Prospect and the Implications for ASEAN and the World.

http://ics.um.edu.my/umweb/ics/may2009/evelyn.pdf

Direktorat Kerjasama Regional. 2010 ,”Asean-China Free Trade Area”.landasan hukum.

http://ditjenkpi.depdag.go.id/Umum/Regional/Win/ASEAN%20-%20China%20FTA.pdf.

Dumbaugh.kerry. specialist in asian affairs. 2008.China‟s foreign policy. CRS report for congress. http://www.fas.org/sgp/crs/row/RL34588.pdf


(36)

Early harvest program. http://e-fpo.fpo.go.th/e-inter/ASEAN%20India/early%harvest%20(ASEAN%20india).doc

Ellen H. Palanca. 2002. China‟s economic growth : implications to the ASEAN, Philiphine institute for development studies (PIDS). http://www3.pids.gov.ph/ris/pdf/pidspn0204.PDF

Huang, K. B. 2002, „The China-ASEAN Free Trade Area: Background: Framework, and Political Implications‟, Peace Forum Update, Vol. 14, No. 2, http://www.dsis.org.tw/peaceforum/p_2e.htm#3

Jönsson, Jönsson and Jonas Tallberg.” Institutional Theory in International

Relations”.artikel.hal 11.

http://www.uni-muenster.de/Politikwissenschaft/Doppeldiplom/docs/IIR.pdf.di

Kennan, F,George. 2005. American Diplomacy.

http://www.unc.edu/depts/diplomat/item/2005/0406/palm/palmer_ch2.htm l

Kusuma, Bunga Dewi “ Investasi China di indonesia meningkat 50%”bisnis Indonesia online.

http://web.bisnis.com/keuangan/ekonomi-makro/1id220465.html

Lijun , Sheng, 2003, “China-ASEAN Free Trade Area: Origins, Developments and Strategic

Mutakin, Firman dan Aziza Rahmania Salam “ Dampak Penerapan Asean China

Free Trade Agreement (AC-FTA). INDONESIA.

http://www.bni.co.id/Portals/0/Document/Ulasan%20Ekonomi/ACFTA.pd f

Motivations”, ISEAS Working Paper: International Politics & Security Issues Series No. 1(2003),

Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.

http://ridwansyahyusufachmad.files.wordpress.com/2010/01/china-asean-free-trade-area-origins-development-and-strategic-motovations.pdf

Mei.lin “ The Economic relations between China and Indonesia and Mainlad China‟s investment in Indonesia”


(37)

http://www6.cityu.edu.hk/searc/CSEA_Workshop/CSEA_Workshop/PAP ERS/SeptemberSymposium/LinMei%28Eng_rev%29.pdf

Merchandise trade “ ASEAN statistic yearbook 2005. Hlm 72. http://www.aseansec.org/SYB2005/Chapter-5pdf

Mingjiang.li.2011 ” rising from within: china‟s search for a multilateral world” . http://www.rsis.edu.sg/publications/WorkingPapers/WP225.pdf

Morrison, M, Wayne 2006 “ China‟s Economic Conditions, congressional

research service “CSR”.

http://www.italy.ussembassy.gov/pdf/other/RL33534.pdf

Nataraj, Geethanjali. 2007. Regional Trade Agreement in the Doha Round : good for India ? ADB Institute Discussion Paper no.67.

http://www.adbi.org/files/dp67.regional.trade.agreements.doha.pdf Pemberlakuan ACFTA. http://berita .liputan6.com

Pradumna B. Rana. (2006).Economic integration in East Asia: Trends, prospects, and a possible roadmap. (Asia Development Bank Working paper on regional economic integration) Retrieved December 29, 2010 from

http://www.adb.org/documents/papers/economic-integration/WP02-Rana.pdf

Purba, Sukanto, Mandala. 2006 “Toward Regionalism through the ASEAN –

China Free Trade Area : Prospects and Chalenges “ Presented in (Partial)

Fulfilment of the Requirements for Degree of Master in Law. The Faculty of Law of The University Of The Western Cape. South Afrika.

Soesastro , Hadi. 2005. “Realizing the East Asia Vision”, in Economics Working Paper Series, Februari 2005, p. 3.Also available on http://www.csis.or.id/working_paper_file/51/wpe090.pdf

The basic rules for goods “ GATT: Artikel XXIV 8 (a) (i) and 8 (b) “ .http://www.wto.org/english/tratop_e/region_e/regatt_e.htm diakses tgl 8-april-2011

UNCTAD 2002

http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBcQFjAA &url=http%3A%2F%2Fwww.unctad.org%2Fen%2Fdocs%2Fwir2002p2c


(38)

h6_en.pdf&rct=j&q=uctad%202002%20ten%20big%20exporter%20state &ei=nymATbzrO8rorQfL1-S_Bw&usg=AFQjCNEqyh9kI4JYhR_9-XaD1QuJsNjI5Q&cad=rja

Yuan,dong,jing 2006. “China-ASEAN Relations: Perspectives, Prospects, and Implications”.

http://www.strategicstudiesinstitute.army.mil/pdffiles/pub735.pdf

Yue, Chia, Shiow, The rise of China and emergent east Asian regionalism. Hal 65. http://www.irchina.org/en/pdf/zxm06.pdf

Yue, Chia, Shiow, 2004. asean-china free trade area, AEP conference, hongkong. Hal 14 .

http://www.hiebs.hku.hk/aep/Chia.pdf

Zhao Jianglin, (2008),Recent Development of China-ASEAN Trade and Economic Relations: From Regional Perspective.

http://www.omgsearch.net/asean-international-hanoi.html diakses 8 februari 2011

SURAT KABAR HARIAN

Adiningsih, Sri “ FTA ASEAN – China , Ancaman besar bagi Indonesia ?”. Kompas. 18 Januari 2010


(1)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Barry, D. and R. C. Keith (1999), Regionalism, Multilateralism and the Politics of Global Trade, Vancouver, BC: University of British Columbia Press Cai, K. G. 2003, „The ASEAN-China Free Trade Agreement and East Asian

Regional Grouping‟, Contemporary Southeast Asia, Vol. 25

Dent, C. M. 2002b, „Introduction: Northeast Asia – A Region in Search of Regionalism‟, in C. M. Dent and D. W. F. Huang, eds., Northeast Asian Regionalism: Learning from the European Experience, London: Routledge Curzon

Dani Rodrik 2000. How Far Will International Economic Integration Go? The Journal of Economic Perspectives, 14(1)

Direktorat Jendral Sekretaris nasional ASEAN Departemen Luar Negeri, 1998:6 Dobson, W. 2001, „Deeper Integration in East Asia: Regional Institutions and the

International Economic System‟, World Economy, Vol. 24, No. 8

Eng, C. O. 2003, „Anchor East Asian Free Trade in ASEAN‟, The Washington Quarterly, Vol. 26

Ganesan, N. 2000, „ASEAN‟s Relations with Major External Powers‟, Contemporary Southeast Asia, Vol. 22

Harvie, C. and H-H. Lee 2002, „New Regionalism in East Asia: How Does it Relate to the East Asian Economic Development Model?‟, ASEAN Economic Bulletin, Vol. 19, No. 2

Jackson , Robert and George Sorensen. 1999. Introduction to International Relations. New York. Oxford University.

Jian Yang 2003, „Sino-Japanese Relations: Implications for Southeast Asia‟, Contemporary Southeast Asia, Vol. 25

John H. Jackson, 2002, „The Jurisprudence of GATT & WTO – Insights on Treaty Law and Economic Relations, p101-102, Higher Education Press


(2)

Keohane, O, Robert. 1999 .“The Demand for International Regime”,in Theory and Structure in International Political Economy, Charles Lipson and Benjamin J. Cohen (eds.). Massachusetts: the MIT Press

Krasner.d.Stephen.1983. “International Regimes” Cornell University Press Laurenceson, James. Aug.2003 “ Economic Integration between China and

ASEAN – 5 “.ASEAN economic Bulletin. Vol20

Mansfield, E. D., and H. V. Milner , 1999, „ The New Wave of Regionalism ‟, International Organization, Vol. 53

Mohtar Mas‟oed. 1990. “Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi”. LP3ES. Jakarta.

OECD - Organisation for Economic Co-operation and Development (1992), The Cost of Reducing CO2 Emissions: Evidence from Green, Paper of the Working Party No. 1 of the Economic Policy Committee, Paris: OECD Öjendal, J. 2001, „Southeast Asia at a Constant Crossroads: An Ambiguous „New

Region‟‟, in M. Schulz, F. Söderbaum, and J. Öjendal, eds., Regionalization in A globalizing World: A Comparative Perspective on Forms, Actors, and Processes, London: Zed Books,

Schulz, M, F. Söderbaum and J. Öjendal 2001, „Introduction: A Framework for Understanding Regionalization‟, in Schulz et al., eds., Regionalization in a Globalizing World: A Comparative Perspective on Forms, Actors and Processes, London: Zed Books

Tambunan, Tulus T.H . 2004 . Globalisasi dan Perdagangan Internasional. Bogor: Ghalia Indonesia

Wattannapruttipaisan, T. 2003, „ASEAN-China Free Trade Area: Advantages, Challenges, and Implications for the Newer Member Countries‟, ASEAN Economic Bulletin, Vol. 20

Wasito. Dr. Hermawan, 1997. “Pengantar metodologi penelitian: Buku pansuan Mahasiswa”. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama

Wibowo I dan syamsul hadi. 2009 “ Merangkul China-Hubungan Indonesia China pasca-Soeharto” Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


(3)

Zhang, Yunling ,” China and east Asian Economic Integration and Cooperation”. Jurnal perkembangan ekonomi vol 31

ARTIKEL DAN INTERNET

Agreement on Dispute Settlement Mechanism of the Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-Operation Between the Association of Southeast Asian Nations and the People‟s Republic of China, di unduh dari ASEAN web: http://www.aseansec.org/16635.htm

Beng, kim, phar . 2003. “ ASEAN and China‟s Regional Concerns, Asia Times. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=559382&http://www.g oogle.com/url?sa=t&source=web&cd=2&ved=0CCQQFjAB&url=http%3 A%2F%2Fpapers.ssrn.com%2Fsol3%2FDelivery.cfm%2FSSRN_ID5593 82_code372334.pdf%3Fabstractid%3D559382&rct=j&q=asean%20and% 20china%27s%20regional%20concern%20asia%20times%202003&ei=Cp OVTcjlLIb6cM_0vJ8C&usg=AFQjCNFAYu5N5cIehgqw8VS3sGxTdA9J 0w&sig2=w3FW7n1xY9nyqgAll55o2w&cad=rja

Cheow, Chu, Teo, Eric 2004 “ China‟s ASEAN strategis, japan times. http://taiwansecurity.org/news/2004/JT-151004.htm

Dani Rodrik ,2000, How Far Will International Economic Integration Go? The Journal of Economic Perspectives

Devason, Evelyn. 2009, “China’s Future: Pitfalls, Prospect and the Implications for ASEAN and the World.

http://ics.um.edu.my/umweb/ics/may2009/evelyn.pdf

Direktorat Kerjasama Regional. 2010 ,”Asean-China Free Trade Area”.landasan hukum.

http://ditjenkpi.depdag.go.id/Umum/Regional/Win/ASEAN%20-%20China%20FTA.pdf.

Dumbaugh.kerry. specialist in asian affairs. 2008.China‟s foreign policy. CRS report for congress. http://www.fas.org/sgp/crs/row/RL34588.pdf


(4)

Early harvest program. http://e-fpo.fpo.go.th/e-inter/ASEAN%20India/early%harvest%20(ASEAN%20india).doc

Ellen H. Palanca. 2002. China‟s economic growth : implications to the ASEAN, Philiphine institute for development studies (PIDS). http://www3.pids.gov.ph/ris/pdf/pidspn0204.PDF

Huang, K. B. 2002, „The China-ASEAN Free Trade Area: Background: Framework, and Political Implications‟, Peace Forum Update, Vol. 14, No. 2, http://www.dsis.org.tw/peaceforum/p_2e.htm#3

Jönsson, Jönsson and Jonas Tallberg.” Institutional Theory in International

Relations”.artikel.hal 11.

http://www.uni-muenster.de/Politikwissenschaft/Doppeldiplom/docs/IIR.pdf.di

Kennan, F,George. 2005. American Diplomacy.

http://www.unc.edu/depts/diplomat/item/2005/0406/palm/palmer_ch2.htm l

Kusuma, Bunga Dewi “ Investasi China di indonesia meningkat 50%”bisnis Indonesia online.

http://web.bisnis.com/keuangan/ekonomi-makro/1id220465.html

Lijun , Sheng, 2003, “China-ASEAN Free Trade Area: Origins, Developments and Strategic

Mutakin, Firman dan Aziza Rahmania Salam “ Dampak Penerapan Asean China Free Trade Agreement (AC-FTA). INDONESIA.

http://www.bni.co.id/Portals/0/Document/Ulasan%20Ekonomi/ACFTA.pd f

Motivations”, ISEAS Working Paper: International Politics & Security Issues Series No. 1(2003),

Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.

http://ridwansyahyusufachmad.files.wordpress.com/2010/01/china-asean-free-trade-area-origins-development-and-strategic-motovations.pdf

Mei.lin “ The Economic relations between China and Indonesia and Mainlad China‟s investment in Indonesia”


(5)

http://www6.cityu.edu.hk/searc/CSEA_Workshop/CSEA_Workshop/PAP ERS/SeptemberSymposium/LinMei%28Eng_rev%29.pdf

Merchandise trade “ ASEAN statistic yearbook 2005. Hlm 72. http://www.aseansec.org/SYB2005/Chapter-5pdf

Mingjiang.li.2011 ” rising from within: china‟s search for a multilateral world” . http://www.rsis.edu.sg/publications/WorkingPapers/WP225.pdf

Morrison, M, Wayne 2006 “ China‟s Economic Conditions, congressional

research service “CSR”.

http://www.italy.ussembassy.gov/pdf/other/RL33534.pdf

Nataraj, Geethanjali. 2007. Regional Trade Agreement in the Doha Round : good for India ? ADB Institute Discussion Paper no.67.

http://www.adbi.org/files/dp67.regional.trade.agreements.doha.pdf Pemberlakuan ACFTA. http://berita .liputan6.com

Pradumna B. Rana. (2006).Economic integration in East Asia: Trends, prospects, and a possible roadmap. (Asia Development Bank Working paper on regional economic integration) Retrieved December 29, 2010 from

http://www.adb.org/documents/papers/economic-integration/WP02-Rana.pdf

Purba, Sukanto, Mandala. 2006 “Toward Regionalism through the ASEAN – China Free Trade Area : Prospects and Chalenges “ Presented in (Partial) Fulfilment of the Requirements for Degree of Master in Law. The Faculty of Law of The University Of The Western Cape. South Afrika.

Soesastro , Hadi. 2005. “Realizing the East Asia Vision”, in Economics Working Paper Series, Februari 2005, p. 3.Also available on http://www.csis.or.id/working_paper_file/51/wpe090.pdf

The basic rules for goods “ GATT: Artikel XXIV 8 (a) (i) and 8 (b) “ .http://www.wto.org/english/tratop_e/region_e/regatt_e.htm diakses tgl 8-april-2011

UNCTAD 2002

http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBcQFjAA &url=http%3A%2F%2Fwww.unctad.org%2Fen%2Fdocs%2Fwir2002p2c


(6)

h6_en.pdf&rct=j&q=uctad%202002%20ten%20big%20exporter%20state &ei=nymATbzrO8rorQfL1-S_Bw&usg=AFQjCNEqyh9kI4JYhR_9-XaD1QuJsNjI5Q&cad=rja

Yuan,dong,jing 2006. “China-ASEAN Relations: Perspectives, Prospects, and Implications”.

http://www.strategicstudiesinstitute.army.mil/pdffiles/pub735.pdf

Yue, Chia, Shiow, The rise of China and emergent east Asian regionalism. Hal 65. http://www.irchina.org/en/pdf/zxm06.pdf

Yue, Chia, Shiow, 2004. asean-china free trade area, AEP conference, hongkong. Hal 14 .

http://www.hiebs.hku.hk/aep/Chia.pdf

Zhao Jianglin, (2008),Recent Development of China-ASEAN Trade and Economic Relations: From Regional Perspective.

http://www.omgsearch.net/asean-international-hanoi.html diakses 8

februari 2011

SURAT KABAR HARIAN

Adiningsih, Sri “ FTA ASEAN – China , Ancaman besar bagi Indonesia ?”. Kompas. 18 Januari 2010