Tinjauan Atas Perencanaan dan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Pada Kantor Pertanahan Kota Bandung
Review Of The Planning And Implementation Of Performance Based Budgeting In The Land Office Of Bandung City
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh: Sri Ana Nurhikmah
21311010
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(2)
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Rumusan Masalah ... 6
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6
1.4.1 Maksud Penelitian ... 6
1.4.2 Tujuan Penelitian ... 7
1.5 Kegunaan Penelitian... 7
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 9
1.6.1 Lokasi Penelitian ... 9
(3)
vii BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anggaran ... 11
2.1.1 Pengertian Anggaran ... 11
2.1.1.1 Manfaat dan Fungsi Anggaran ... 12
2.1.1.2 Tujuan Penyusunan Anggaran ... 14
2.1.1.3 Jenis-jenis Anggaran... 14
2.1.1.4 Kegunaan dan Keterbatasan Anggaran ... 16
2.1.2 Pengertian Anggaran Sektor Publik ... 16
2.1.2.1 Fungsi dan Prinsip Anggaran Sektor Publik... 17
2.1.2.2 Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik ... 18
2.1.2.3 Pendekatan Penyusunan Anggaran Sektor Publik ... 19
2.2 Kinerja ... 20
2.2.1 Pengertian Kinerja... 20
2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 21
2.2.3 Penilaian Kinerja ... 22
2.2.4 Tujuan Penilaian Kinerja ... 22
2.2.5 Manfaat Penilaian Kinerja ... 23
2.2.6 Indikator Kinerja ... 23
2.3 Anggaran Berbasis Kinerja ... 24
2.3.1 Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja ... 24
2.3.2 Karakteristik Anggaran berbasis Kinerja ... 25
2.3.3 Proses Perencanaan Anggaran Berbasis Kinerja ... 26
2.3.4 Tahap Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja ... 26
2.3.5 Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja ... 28
2.3.6 Keunggulan dan Kelemahan Anggaran Berbasis Kinerja... 29
(4)
viii
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian ... 32
3.2 Metode Penelitian ... 32
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 34
3.2.2 Sumber Data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 37
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 37
4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 37
4.1.1.1.1 Visi Misi Kantor Pertanahan Kota Bandung ... 38
4.1.1.1.2 Arti Logo dan Lambang Kantor BPN ... 38
4.1.1.1.3 Fungsi Kantor Pertanahan Kota Bandung ... 40
4.1.1.1.4 Tujuan Kantor Pertanahan Kota Bandung... 41
4.1.1.2 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kota Bandung ... 42
4.1.1.3 Uraian Tugas Kantor Pertanahan Kota Bandung ... 43
4.1.1.4 Aktifitas Perusahaan ... 49
4.1.2 Analisis Deskriptif ... 51
4.1.2.1 Perencanaan dan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja .... 51
4.1.2.1.1 Perencanaan Anggaran Berbasis Kinerja ... 51
4.1.2.1.2 Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja ... 59
4.1.2.2 Hambatan Yang Dihadapi Dalam Perencanaan dan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja ... 60
(5)
ix
4.1.2.3 Upaya Untuk Meminimalisir Hambatan Yang Terjadi
Dalam Perencanaan Dan Penerapan Anggaran Berbasis
Kinerja ... 61
4.2 Pembahasan ... 62
4.2.1 Perencanaan dan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja ... 62
4.2.1.1 Perencanaan Anggaran Berbasis Kinerja ... 62
4.2.1.2 Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja... 65
4.2.2 Hambatan Yang Dihadapi Dalam Perencanaan dan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja ... 69
4.2.3 Upaya Untuk Meminimalisir Hambatan Yang Terjadi Dalam Perencanaan dan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja ... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 74
5.2 Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 77
LAMPIRAN ... 79
(6)
77
Cipta, Hendra. 2011. Analisis Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja 1, Jurnal
Manajemen Kinerja. Tanah Datar.
Dwi, Roni. 2010. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja, Direktorat Pemantauan dan
Evaluasi Pendanaan Pembangunan Bappenas. Jakarta.
Nafarin, M. 2012. Penganggaran Perusahaan, Salemba Empat. Jakarta.
Haruman, Tendi. 2010. Penyusunan Anggaran Perusahaan, Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Nordiawan, Dedi. 2012. Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat. Jakarta.
Ismatullah, Dedi. 2010. Akuntansi Pemerintah, Unit Penerbit dan Percetakan
akademik, YPKN, Bandung.
Cristina, Ellen. 2011. Anggaran Perusahaan, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Bastian, Indra. 2013. Akuntansi Yayasan dan Sektor Publik, Erlangga. Jakarta.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik, CV andi offset. Yogyakarta.
Donsantoso. 2009. Artikel ekonomi. Bandung.
Srimindarti, Caecilian. 2009. Balance Scorecard Sebagai Alternative Untuk
Mengukur Kinerja, Jurnal Forum Ekonomi Volume 11.
Mangkunegara, Prabu Anwar. 2010. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia,
(7)
Wahyudi, Bambang. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia, Sulita. Bandung.
Simamora, Hendry. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKPN.
Yogyakarta.
Alwi, Syarifudin. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia, Strategi Keunggulan
Kompetitif, BPFE. Yogyakarta.
Mahsun, Mohamad. 2010. Pengukuran Kinerja Sektor Publik, BPFE. Yogyakarta.
Khusufi, Muhammad. 2013. Teori, Konsep dan Aplikasi Akuntansi Sektor Publik,
Salemba Empat. Jakarta.
Satibi, Iwan. 2011. Teknik Penulisan Skripsi, Tesis desertasi, Ceplas. Bandung.
Sedarmayanti. 2011. Metodologi Penelitian, CV Pustaka Setia. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian, Rineke Cipta. Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, Alfabeta.
Bandung.
Ong Teong Wan. 2010. Manajemen hasil, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
Undang-undang Dasar Nomor 17 Tahun 2003.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004.
(8)
100
Dengan hormat, Penulis Nama Lengkap
Sri Ana nurhikmah
Kontak Pribadi Ponsel : 083821592987
Email : sanurhikmah@gmail.com Pin : 76ab46c2
Alamat
Jalan Terusan Holis No. 18 RT 03 RW 09 Cibolerang Bandung 40224
Biodata Pribadi
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 16 Maret 1994 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke- : 1 dari 3 bersaudara Status : Belum Menikah
Hobi : Memasak, Musik dan Olah raga
Pendidikan Formal
Tahun Institusi
1997-1999 TK. Al-Hidayah
1999-2005 SDN Margahayu Utara 1 Bandung 2005-2008 SMPN 36 Bandung
2008-2011 SMKN 4 Bandung
(9)
iii
Puji syukur yang dalam penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas pelimpahan rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya.
Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat kelulusan Diploma Tiga
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi
sisi materi ataupun susunan tata bahasa dan juga tidak luput dari kekurangan dan
kesalahan.
Penulis menyadari bahwa tanpa peran serta dari berbagai pihak dalam
memberi dukungan, bantuan dan bimbingan serta do’a maka tugas akhir ini tidak dapat terlaksana. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini., SE., Spec. Lic, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
3. Dr. Surtikanti., SE, M.Si., Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Komputer Indonesia.
4. Dr. Ely Suhayati., SE, M.Si., Ak., CA, selaku Dosen Wali Kelas Ak-5.
(10)
iv dengan ilmu pengetahuan.
7. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan semua cinta, kasih
sayang, do’a restu dan perhatian yang tidak pernah henti-hentinya serta memberikan semangat dan dukungan secara moril maupun materil.
Terimakasih atas pengorbanan yang sangat besar selama ini. Juga tidak
lupa kepada orang-orang tercinta yang telah berpulang menghadap Allah
SWT yang tidak sempat melihat kelulusan penulis, semoga beliau bangga
kepada penulis dan tenang berada disisi Allah SWT.
8. Seluruh teman-teman kelas Ak-5 yang selalu kompak dan saling
membantu dalam penyusunan tugas akhir ini, terimakasih atas
kebersamaannya selama ini. Khususnya untuk Amrina Aulya, Angeliek
Muller, Ayu Mauliyhawati, Fazar Sidiq dan Yuniarti Annisya.
9. Sri Mulyawati., SE, Erni Parida., S.Sos, Bapak Asep Saepul., SH, selaku
pembimbing di Kantor Pertanahan Kota Bandung.
10.Saudara Yudi Saepuloh., S.Kom, yang telah memberikan waktu,
dukungan, semangat dan perhatiannya selama ini.
11.Seluruh teman-teman yang tergabung dalam komunitas w4rkop St
Asmarandana yang selalu memberi dukungan moril, khususnya Krisna
Batara Esha yang telah memberikan kepercayaan dan banyak membantu.
12.Staff dan Karyawan Kantor Pertanahan Kota Bandung yang telah
memberikan ilmu dan kerja sama selama penulis melakukan penelitian.
(11)
v
Penulis mengharapkan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi Kantor
Pertanahan Kota Bandung, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca
untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Semoga amal baik yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis
secara tertulis ikhlas mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Aaamiiin
Ya Allah Ya Rabbal Alamin.
Bandung, Agustus 2014
(12)
11
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Anggaran
2.1.1 Pengertian Anggaran
Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan
penting karena dengan anggaran manajemen dapat merencanakan, mengatur dan
mengevaluasi jalannya suatu kegiatan. Berikut penulis mengemukakan beberapa
definisi anggaran yang dinyatakan oleh para ahli diantaranya:
Menurut M. Nafarin (2012:19) mengemukakan bahwa:
“Anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan umumnya
dinyatakan dalam satuan uang.”
Sedangkan pengertian anggaran menurut National Committee on Governmental Accounting (NCGA) yang dikutip oleh Tendi Haruman (2010:6) mengemukakan bahwa:
“Anggaran adalah rencana operasi keuangan yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya
dalam periode waktu tertentu.”
Dari beberapa definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa anggaran
merupakan rencana kerja suatu perusahaan yang disusun dalam jangka waktu satu
(13)
perusahaan yang disusun secara formal dan umumnya dinyatakan dalam satuan
uang.
2.1.1.1 Manfaat dan Fungsi Anggaran
Menurut Dedi Nordiawan (2012:15) anggaran mempunyai banyak
manfaat, antara lain:
1. Anggaran merupakan alat komunikasi internal yang menghubungkan departemen (divisi) yang satu dengan departemen (divisi) lainnyadalam organisasi maupun dengan manajemen puncak.
2. Anggaran menyediakan informasi tentang hasil kegiatan yang sesungguhnya dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
3. Anggaran sebagai alat pengendalian yang mengarah manajemen untuk menentukan bagian organisasi yang kuat dan lemah. Hal ini akan dapat mengarahkan manajemen untuk menentukan tindakan koreksi yang harus diambil.
4. Anggaran mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan untuk bekerja dengan konsisten, efektif dan efisien dalam kondisi kesesuaian tujuan perusahaan dengan tujuan karyawan.
5. Anggaran sebagai alat pengawasan yang baik, jika perusahaan sedang menyelesaikan suatu kegiatan, maka manajemen perusahaan dapat membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan anggaran yang telah ditetapkan dalam perusahaan.
Menurut M.Nafarin (2012:20) manfaat anggaran antara lain:
a. Semua kegiatan dapat mengarah pada pencapaian tujuan bersama.
b. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan karyawan.
c. Dapat memotivasi karyawan.
d. Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada karyawan . e. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.
f. Sumber daya (seperti tenaga kerja, peralatan dan dana) dapat dimanfaatkan seefisien mungkin.
g. Alat pendidikan bagi para manajer.
Sedangkan fungsi anggaran menurut Dedi Ismatullah (2010:14) adalah
(14)
a. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan meliputi tindakan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam hal merumuskan aktifitas-aktifitas yang diusulkan dan dianggap perlu ubtuk mencapai hasil yang diinginkan.
b. Fungsi Pengawasan
Anggaran merupakan salah satu cara mengadakan pengawasan dalam perusahaan. Pengawasan itu merupakan usaha-usaha yang ditempuh agar rencana yang telah disusun sebelumnya dapat dicapai.Dengan demikian pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja dan tindakan perbaikan apabila perlu.Aspek pengawasan yaitu dengan membandingkan antara prestasi dengan yang dianggarkan. Tujuan pengawasan itu bukanlah mencari kesalahan akan tetapi mencegah dan memperbaiki kesalahan. c. Fungsi Koordinasi
Fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu atau bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk menciptakan adanya koordinasi diperlukan perencanaan yang baik, yang dapat menunjukkan keselarasan rencana antara satu bagian dengan bagian yang lain. Anggaran yang berfungsi sebagai perencanaan harus dapat menyesuaikan rencana yang dibuat untuk berbagai bagian dalam perusahaan, sehingga rencana kegiatan yang satu akan selaras dengan yang lainnya.
d. Anggaran sebagai pedoman kerja
Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun sistematis dan dinyatakan dalam unit moneter. Penyusunan anggaran berdasarkan pengalaman masa lalu dan taksiran-taksiran pada masa yang akan datang, maka ini dapat menjadi pedoman kerja bagi setiap bagian dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatanya. Tujuan yang paling utama dari anggaran adalahuntuk pengawasan luar, yaitu untuk membatasi sumber-sumber daya keseluruhan yang tersedia untuk suatu instansi dan untuk mencegah pengeluaran-pengeluaran bagi hal-hal atau aktivitas-aktivitas yang tidak dibenarkan oleh undang-undang.
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam suatu anggaran, yaitu:
1. Rencana, yaitu suatu penentuan terlebih dahulu tentang kegiatan yang akan dilakukan diwaktu yang akan datang.
2. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yaitu mencakup kegiatan yang dilakukan manajemen dalam menjalankan fungsi perencanaan dan pengendalian.
3. Dinyatakan dalam unit moneter atau satuan ukur lainnya, yaitu suatu unit yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan dimasa yang akan datang.
4. Jangka waktu tertentu yang akan datang, yaitu menunjukan bahwa berlakunya suatu anggaran adalah untuk masa yang akan datang.
Dari beberapa manfaat dan fungsi anggaran diatas dapat disimpulkan
(15)
untuk mengevaluasi kinerja selanjutnya, selain itu anggaran juga memiliki
manfaat dan fungsi sebagai alat pengendalian dan perencanaan dalam perusahaan,
karena dengan menggunakan anggaran maka perusahaan dapat merencanakan
masa depan perusahaan.
2.1.1.2 Tujuan Penyusunan Anggaran
Menurut Ellen (2011:4) tujuan penyusunan anggaran adalah:
1. Untuk menyatakan harapan sasaran perusahaan secara jelas dan formal, sehingga bisa menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai manajemen
2. Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung dan dilaksanakan.
3. Untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dengan maksud mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan
4. Untuk mengkoordinasi cara atau metode yang akan ditempuh dalam rangka memaksimalkan sumber daya
5. Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu dan kelompok, menyediakan informasi yang mendasari perlu tidaknya tindakan koreksi
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa dalam menyusun anggaran
perlu banyak diperhatikan hal-hal yang dapat membantu dalam kelancaran
penyusunan anggaran tersebut, sehingga memberi kemudahan bagi manajer dalam
melaksanakan kegiatan perusahaan dan sesuai apa yang telah disusun sehingga
tujuan penyusunan anggaran akan tercapai secara efektif dan efisien.
2.1.1.3 Jenis-jenis Anggaran
Menurut M. Nafarin (2012:22) anggaran dapat dikelompokan dari
beberapa sudut pandang yaitu:
1. Menurut dasar penusunan
a. Anggaran Variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu
(16)
seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda. Anggaran variabel disebut juga anggaran fleksibel.
b. Anggaran tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertetu. Anggaran tetap disebut juga anggaran statis.
2. Menurut cara penyusunan
a. Anggaran periodic, adalah anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, pada umumnya dalam periode satu tahun yang disusun setiap periode anggaran.
b. Anggaran kontinyu, adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan anggaran yang pernah dibuat.
3. Menurut jangka waktu
a. Anggaran jangka pendek (anggaran taktis) adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun.
b. Anggaran jangka panjang (anggaran strategis) adalah anggaran yang dibuat dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.
4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari anggaran operasional dan anggaran keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan disebut anggaran indeks atau masterbudget. Anggaran indeks yang mengkonsolidasikan rencana keseluruhan perusahaan untuk jangka pendek, biasanya disusun atas dasar tahunan, anggaran tahunan dipecah lagi menjadi anggaran triwulan dan anggaran triwulan dipecah lagi menjadi anggaran bulanan. a. Anggaran operasional adalah anggaran untuk menyusun anggaran rugi
laba.
b. Anggaran keuangan adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca.
5. Menurut kemampuan usaha
a. Anggaran komprehensif merupakan ringkasan dari berbagai macam anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran komprehensif merupakan perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan yang disusun secara lengkap.
b. Anggaran partial, adalah anggaran yang disusun tidak secara lengkap, anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja.
6. Menurut fungsinya
a. Appropriation budget, adalah anggaran yang diperuntukan bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk manfaat lain.
b. Performance budget, adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi aktivitas yang dilakukan dalam perusahaan untuk menilai apakah biaya atau beban yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa jenis-jenis
anggaran dapat dibedakan berdasarkan kelompoknya yaitu berdasarkan
(17)
2.1.1.4 Kegunaan dan Keterbatasan Anggaran
Ellen (2011:12) mengemukakan kegunaan anggaran sebagai berikut:
1. Adanya perencanaan terpadu
2. Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan 3. Sebagai alat pengkoordinasian kerja
4. Sebagai alat pengawasan kerja
5. Sebagai alat evaluasi kegiatan perusahaan
Meskipun anggaran mempunyai beberapa kegunaan, tetapi terdapat pula
keterbatasan-keterbatasan, seperti yang dikemukakan Dedi Ismatullah (2010:15)
antara lain:
a. Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan sehingga mengandung unsur ketidakpastian.
b. Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang dan tenaga yang tidak sedikit sehingga tidak semua perusahaan mampu menyusun anggaran secara lengkap (komprehensif) dan akurat.
c. Bagi pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat mengakibatkan mereka menentang sehingga anggaran tidak akan efektif.
2.1.2 Pengertian Anggaran Sektor Publik
Sektor publik merupakan suatu wadah pemerintah untuk menghasilkan
barang dan pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan publik dengan
mengutamakan kesejahteraan masyarakat.Dalam menjalankan segala aktivitasnya
sektor publik menyusun seluruh kegiatan dalam program kerja dalam sebuah
anggaran.
Menurut Indra Bastian (2013:69) menyatakan bahwa:
“Anggaran sektor publik adalah rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter.”
(18)
Sedangkan menurut Mardiasmo (2009:15) menyatakan bahwa:
“Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan
dana publik dan pelaksanaan program-program dan dibiayai dengan uang publik.” Dapat disimpulkan bahwa anggaran sektor publik berarti proses
pelaksanaan program-program dalam bentuk pendapatan dan belanja yang
dinyatakan dalam satuan moneter dan didanai dengan uang masyarakat.
2.1.2.1 Fungsi dan Prinsip Anggaran Sektor Publik
Pemerintah menggunakan anggaran sebagai alat untuk merancang program
kerja atau langkah-langkah yang akan dilakukan setiap aktivitas dapat terarah dan
terkontrol dengan baik. Anggaran menjadi kendali dan tolak ukur untuk setiap
aktivitas yang dilakukan. National Committee on Governmental Accounting (NCGA) yang dikutip oleh Tendi Haruman (2013:11), mengemukakan bahwa anggaran sektor publik memiliki beberapa fungsi utama yaitu sebagai berikut:
1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan dimasa mendatang.
3. Anggaran sebagai alat komunikasi interen yang menghubungkan berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antara atasan dan bawahan.
4. Anggaran sebagai alat pengendali unit kerja.
5. Anggaran merupakan alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien dalam mencapai visi organisasi.
6. Anggaran merupakan instrument politik.
7. Anggaran merupakan instrument kebijakan fiskal.
Sedangkan prinsip-prinsip anggaran sektor publik menurut Mardiasmo (2009:67) meliputi:
1. Otorisasi oleh legislatif, yaitu anggaran publik harus mendapat otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
(19)
2. Komprehensif, yaitu anggaran harus menunjukan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
3. Keutuhan anggaran, yaitu semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum (general fund).
4. Nondiscretionary appropriation, yaitu jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efektif dan efisien.
5. Periodik, yaitu anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan maupun multi-tahunan.
6. Akurat, yaitu estimasi anggaran hendaknya tidak memasukan cadangan yang tersembunyi yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran. 7. Jelas, yaitu anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat
dan tidak membingungkan.
8. Diketahui publik, yaitu anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
Dari beberapa fungsi dan prinsip anggaran sektor publik diatas dapat
penulis simpulkan bahwa anggaran sektor publik merupakan hasil akhir dari
proses penyusunan rencana kerja selain itu anggaran sektor publik juga menjadi
suatu alat komunikasi interen dan pengendali unit kerja. Dan prinsip anggaran
sektor publik yaitu haruslah terotorisasi, komprehensif, utuh, termanfaatkan,
periodik, akurat, jelas dan diketahui publik.
2.1.2.2 Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2009:70) proses penyusunan anggaran sektor publik mempunyai prinsip-prinsip pokok sebagai berikut:
1. Tahap persiapan anggaran
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Selain itu, harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang angggaran pengeluaran.
2. Tahap ratifikasi
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill namun juga harus mempunyai political skill, salesmanship dan coalition building yang memadai. Integritas dan
(20)
kesiapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-bantahan dari pihak legislatif.
3. Tahap pelaksanaan anggaran
Dalam tahap ini yang paling penting adalah yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen.
4. Tahap pelaporan dan evaluasi
Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap pelaporan dan evaluasi tidak akan menemukan banyak masalah.
2.1.2.3 Pendekatan Penyusunan Anggaran Sektor Publik
Pada dasarya terdapat beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan
penyusun anggaran sektor publik.Secara garis besar terdapat dua pendekatan
utama yang memiliki perbedaan mendasar.
Menurut Donsantoso (Artikel Ekonomi 2009) kedua pendekatan tersebut
adalah:
1. Anggaran tradisional
Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan di Negara berkembang dewasa ini. Terdapat dua cirri utama dalam pendekatan ini, yaitu:
a. Cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendeketan incrementalism.
Anggaran tradisional bersifat incrementalism yaitu hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam.
b. Struktur dan susunan anggaran yang bersifat line item.
Anggaran tradisional yang bersifat line item yaitu anggaran yang hanya mendasarkan pada besarnya realisasi anggaran tahun sebelumnya, konsekuensinya tidak ada perubahan mendasar atas anggaran baru.
(21)
2. Pendekatan baru yang sering di kenal dengan pendekatan New Public management.
Sejak pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen sektor publik yang cukup drastis dari sistem manajemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis dan hirearkis menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut bukan sekedar perubahan kecil dan sederhana.Perubahan tersebut telah mengubah peran pemerintah terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan masyarakat.Paradigm baru yang muncul dalam manajemen sektor publik tersebut adalah pendekatan New Public Management.
New Public Management berfokus pada manajemen sektor publik yang
berorientasi pada kinerja, bukan kebijakan.Penggunaan paradigma tersebut
menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintah diantaranya adalah tuntutan
untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya dan kompetisi tender.
2.2 Kinerja
2.2.1 Pengertian Kinerja
Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia
dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi
atau perusahaan.
Menurut Sri mindarti (2009:34) menjelaskan pengertian kinerja sebagai
berikut:
“Kinerja adalah penentuan secara periode efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya.”
Sedangkan pengertian kinerja menurut Mangkunegara (2010:65) adalah sebagai
(22)
“Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai tanggungjawab yang diberikan
kepadanya.”
Maka dapat penulis simpulkan bahwa kinerja adalah penampilan hasil
karya personel baik kualitas maupun kuantitas dalam suatu organsasi.Kinerja
dapat berupa penampilan individu atau kelompok personel.
2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson yang dikutip oleh
Mangkunegara (2011:82) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu
tenaga kerja yaitu:
1. Kemampuan mereka 2. Mutivasi
3. Dukungan yang diterima
4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan 5. Hubungan mereka dengan organisasi
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Mc. Clelland yang
dikutip oleh Mangkunegara (2010:68) adalah:
1. Memiliki tanggung jawab yang tinggi 2. Berani mengambil resiko
3. Memiliki tujuan yang realistis
4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan
5. Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukan
6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
Berdasarkaan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa
kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu
(23)
kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta
keinginan untuk berprestasi.
2.2.3 Penilaian kinerja
Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna
mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya
kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada
dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika
pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat
diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan.
Menurut Bambang Wahyudi (2012:101) penilaian kinerja adalah:
“Suatu evaluasi yang dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi
kerja atau jabatan seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya.”
Sedangkan menurut Henry Simamora (2009:338) adalah:
“Proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan.”
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa penilaian kinerja
adalah sebuah gambaran yang sistematis tentang kekuatan dan kelemahan yang
terkait dari individu atau kelompok.
2.2.4 Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Syarifudin Alwi (2011:187) tujuan penilaian kinerja
dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development, yaitu:
1. Evaluation, penilai harus menyelesaikan:
a. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi b. Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision
c. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pengevaluasi sistem seleksi
(24)
2. Development, penilai harus menyelesaikan: a. Prestasi riil yang dicapai individu
b. Kelemahan-kelemahan individu yang menghambat kinerja c. Prestasi-prestasi yang dikembangkan.
2.2.5 Manfaat Penilaian Kinerja
Kontrobusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu yang sangat bermanfaat
bagi perencanaan kebijakan organisasi adapun secara terperinci seperti yang
dikemukakan oleh Syarifudin Alwi (2011:190) penilaian kinerja bagi organisasi
adalah:
1. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi 2. Perbaikan kinerja
3. Kebutuhan latihan dan pengembangan
4. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja
5. Untuk kepentingan penelitian pegawai
6. Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai. 2.2.6 Indikator Kinerja
Penggunaan indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah
suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efisien dan efektif. Indikator
untuk tiap-tiap unit organisasi berbeda-beda tergantung pada tipe pelayanan yang
dihasilkan.
Menurut Lohman (2013:74) indikator kinerja adalah:
“Suatu variabel yang digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektifitas dan efisiensi proses atau operasi dengan berpedoman pada target-target
dan tujuan organisasi”
Sedangkan menurut Moh. Mahsun (2010:11) adalah:
“Ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian
(25)
Dapat penulis simpulkan bahwa indikator kinerja merupakan kriteria yang
digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang
diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu.
2.3 Anggaran Berbasis Kinerja
2.3.1 Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja
Dengan adanya reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai
dengan munculnya era New Public Management telah membantu pemerintah
dalam memperbaiki kinerja program yang akan dijalankan. Salah satunya dengan
pendekatan kinerja.
Menurut Muhammad Syam Khusufi (2013:35) menjelaskan anggaran
berbasis kinerja adalah sebagai berikut:
“Sistem anggaran yang lebih menekankan pada pendayagunaan dana yang
tersedia untuk mencapai hasil yang optimal.”
Sedangkan menurut pandangan Government Performance Result Act (GPRA) yang dikutip oleh Sony Yuwono (2009:33) adalah sebagai berikut:
“Anggaran kinerja adalah suatu pendekatan sistematis untuk membantu pemerintah lebih responsif terhadap masyarakat dengan menghubungkan
pendanaan program untuk kinerja dan produksi.”
Dan menurut Mahmudi (2009:158) menjelaskan mengenai pengertian anggaran
(26)
“Sistem yang mencakup kegiatan penyusunan dan tolak ukur kinerja sebagai
instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program.”
Maka dari beberapa pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa
anggaran berbasis kinerja merupakan suatu sistem perencanaan program yang
akan dilakukan pemerintah dengan menetapkan tolak ukur kinerja sebagai
pembanding dalam mencapai tujuan. Anggaran berbasis kinerja disusun untuk
membantu pemerintah dalam melakukan koordinasi setiap kegiatan dan mengatasi
berbagai kelemahan yang terdapat dalam sistem anggaran tradisional, khususnya
kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja dalam mencapai tujuan dan sasaran pelayanan publik.
2.3.2 Karakteristik Anggaran Berbasis Kinerja
Karakteristik anggaran berbasis kinerja menurut Mursyidi (2013:58)
adalah sebagai berikut:
1. Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan fungsi dan aktivitas juga berasarkan unit organisasi dan rincian belanja.
2. Menyelidiki dan mengukur aktifitas guna mendapatkan efisiensi maksimum dan untuk mendaptkan standar biaya.
3. Mendasarkan anggaran untuk eriode yang kan dating pada biaya perunit standar dikalikan dengan unit aktivitas yang diperkirakan harus dilakukan pada periode tertentu.
Anggaran berbasis kinerja melakukan pegklasifikasian akun-akun dalam
setiap anggaran berdasarkan dengan menggunakan standar biaya untuk
memperoleh efisiensi maksimal yang anggarannya disusun nerdasarkan pada
perkiaraan biaya perunit standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang akan
(27)
2.3.3 Proses Perencanaan Anggaran Berbasis Kinerja
Perencanaan Anggaran Berbasis Kinerja menurut Indra Bastian
(2013:103) adalah:
“Suatu proses yang tidak pernah berakhir. Apabila sebuah perencanaan telah ditetapkan, maka dokumen menyangkut perencanaan terkait harus
diimplementasikan.”
Sedangkan definisi perencanaan menurut Deacon (2010:95) adalah:
“Upaya penyusunan berbagai keputusan yang bersifat pokok, yang dipandang
paling penting dan yang akan dilaksanakan menurut urutannya guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.”
Maka dari kedua definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa
perencanaan adalah proses guna mengupayakan penetapan rencana dari berbagai
keputusan yang bersifat pokok dan akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
2.3.4 Tahap Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja
Penganggaran berbasis kinerja merupakan penyusunan yang dilakukan
dengan memperhatikan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.
Berdasarkan Pasal 7 PP Nomor 21 Tahun 2004 Kementrian Negara/Lembaga
diharuskan menyusun anggaran dengan mengacu kepada indikator kinerja, standar
biaya dan evaluasi kinerja.
Anggaran berbasis kinerja sebagai suatu organisasi dalam memperoleh
hasil yang maksimal, dimana seluruh aktivitas yang akan ilakukan harus selalu
(28)
mewujudkan strategi yang dimiliki. Oleh karena itu, suatu anggaran yang akan
didesain dan disusun harus mampu menjadi panduan yang baik bagi pelaksana
aktivitas yang akan dilakukan oleh organisasi sesuai dengan tujuan dan strategi
yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam penyusunan
anggaran berbasis kinerja harus melalui beberapa tahap penyusunan seperti yang
telah disebutkan Pasal 7 ayat (2) PP Nomor 21 Tahun 2004 diatas yaitu:
“Tahap penyusunan anggaran berbasis kinerja
1. Indikator kinerja 2. Standar biaya 3. Evaluasi kinerja.”
Adapun penjelasan dari kutipan diatas yang kembali di pertegas oleh pasal 5 ayat
(3) PP Nomor 90 Tahun 2010 adalah sebagai berikut:
1. Indikator kinerja
Indikator kinerja merupakan alat ukur untuk menilai keberhasilan suatu program atau kegiatan. Dalam konteks penerapan anggaran berbasis kinerja ini, indikator kinerja dibagi menjadi 3 level, yaitu:
a. Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk menilai tingkat keberhasilan Program
b. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) untuk menilai tingkat keberhasilan Kegiatan
c. Indikator Keluaran untuk menilai tingkat keberhasilan Subkegiatan.
2. Standar biaya
Standar Biaya adalah satuan biaya atau harga tertinggi dari suatu barang dan jasa baik secara mandiri maupun gabungan yang diperlukan untuk memperoleh keluaran tertentu dalam rangka penyusunan anggaran berbasis kinerja. Standar Biaya dapat bersifat umum atau bersifat khusus. Standar Biaya Umum (SBU) adalah satuan biaya yang merupakan batas tertinggi yang berlaku secara nasional, dimana penggunaannya bersifat lintas Kementerian Negara/Lembaga atau lintas wilayah. Sedangkan Standar Biaya Khusus (SBK) adalah standar biaya yang digunakan untuk kegiatan yang khusus dilaksanakan Kementerian Negara/Lembaga tertentu atau di wilayah tertentu. Idealnya standar biaya yang digunakan adalah standar biaya keluaran. Akan tetapi pada tahap awal penerapan PBK, standar biaya yang digunakan adalah standar biaya masukan.
(29)
3. Evaluasi kinerja
Evaluasi kinerja adalah proses untuk menghasilkan informasi capaian kinerja yg telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan dan anggaran (dalam hal ini RKA-KL). Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara target kinerja dengan hasil yang dicapai, serta membandingkan rencana penggunaan dana dengan realisasinya. Proses ini sangat penting untuk menunjukkan adanya keterkaitan antara pendanaan dengan capaian kinerja. Tujuan lain dari evaluasi kinerja adalah untuk mengukur tingkat efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan serta sebagai umpan balik (feed back) untuk penyusunan RKA-KL dan perbaikan kinerja pada tahun berikutnya.
Penganggaran merupakan proses penerjemahan rencana aktivitas kedalam
rencana keuangan. Perencanaan aspek kegiatan selalu diawali dengan bagaimana
menjabarkan visi atau misi dan strategi ke dalam berbagai tema tujuan strategi
hingga dimensi aktivitas. Pada tahap pelaksanaan dan pengendalian aspek
strategis akan mengendalikan arah organisasi melalui analisis laporan kinerja,
baik strategis maupun operasional dari berbagai lapisan manajemen.
Anggaran yang sudah disahkan merupakan kesanggupan atau komitmen
manajemen untuk melaksanakan rencana seperti yang tercantum dalam anggaran
tersebut.
2.3.5 Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran berbasis kinerja akan memberikan informasi kinerja atas
pelaksanaan suatu program atau kegiatan pada suatu kementrian atau lembaga,
serta dampak hasilnya bagi masyarakat. Informasi kinerja yang dicantumkan tidak
hanya keluaran dan hasil pada tingkatan kegiatan tetapi juga menjalaskan
hubungan erat antar tingkatan tersebut.
Menurut HH Adityo (2010:23) dalam rangka penerapan anggaran
(30)
gambaran diatas, maka siklus yang harus dijalani terdiri dari delapan tahapan
yaitu:
1. Penetapan sasaran strategis
2. Penetapan outcome, program, output dan kegiatan
3. Penetapan indikator kinerja utama program dan indikator kinerja kegiatan 4. Penetapan standar biaya
5. Penghitungan kebutuhan anggaran 6. Pelaksanaan kegiatan dan pembelanjaan 7. Pertanggung jawaban
8. Pengukuran dan evaluasi kinerja
Yang perlu dicermati dari kedelapan langkah tersebut adalah tahapan terakhir. Pengukuran dan evaluasi merupakan suatu yang sudah dinyatakan dalam sistem penganggaran, tetapi penerapannya belum maksimal. Secara rinci tahapan siklus kesatu sampai tuga sedang dilaksanakan melalui langkah sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2.1
Kegiatan dalam penerapan anggaran berbasis kinerja
No Uraian kegiatan Dokumen sumber
1 Penetapan visi dan misi Renstra Kementrian dan Lembaga dan tupoksi kementrian dan lembaga 2 Perumusan sasaran strategis Renstra Kementrian dan Lembaga 3 Restrukturisasi program Tupoksi Eselon I
4 Perumusan outcome program Visi dan misi Eselon 5 Penetapan indikator kinerja utama
program
Indikator kinerja utama kegiatan unggulan atau pendekatan lain
6 Perumusan kegiatan eselon II/Satker
Tupoksi eselon II
7 Penetapan output kegiatan Output utama sesuai core bussines unit
8 Penetapan indikator kinerja kegiatan
Pendekatan kuantitas, kuantitas dan harga: indikator keluaran, suboutput
Sumber: Buku 2 Pedoman Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja 2009, Departemen Keuangan dan Bappenas
2.3.6 Keunggulan dan Kelemahan Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran berbasis kinerja merupakan bagian dari New Public
Management yang merupakan penyempurnaan dari anggaran tradisional, dimana
(31)
kekurangan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja dalam mencapai tujuan dan sasaran publik.
Meskipun demikian, anggaran kinerja disusun sebagai dasar
penyempurnaan anggaran tradisional tidak terlepas dari adanya kelebihan dan
kekurangan.
Menurut Dedi Nordiawan (2009:27) dijelaskan bahwa kelebihan dan
kekurangan dari anggaran kinerja ini adalah sebagai berikut:
1. Keunggulan dari penggunaan anggaran berbasis kinerja adalah:
Penekanan pada dimasukannya deskripsi secara negatif dari setiap aktivitas di setiap anggaran yang diajukan.
a. Anggaran disusun berdasarkan aktivitas yang didukung oleh estimasi biaya dan pencapaian yang diukur secara kuantitatif.
b. Penekanannya pada kebutuhan untuk mengukur output dan input. c. Anggaran kinerja memasyarakatkan adanya data-data kinerja
memungkinkan legislatif untuk menambah atau mengurangi dari jumlah yang diminta dalam fungsi dan aktivitas tertentu.
d. Menyediakan pada eksekutif pengendalian yang lebih terhadap bawahannya.
e. Anggaran kinerja menekankan aktivitas yang memakai anggaran dari pada berapa jumlah anggaran yang terpakai.
2. Kelemahan dari anggaran berbasis kinerja adalah sebagai berikut:
a. Hanya sedikit dari pemerintah pusat dan daerah yang memiliki staf anggaran atau akuntansi yang memiliki kemampuan memadai untuk mengidentifikasikan unit pengukuran dan melaksanakan analisis biaya. b. Banyak jasa dan aktivitas pemerintah telah secara khusus dibuat
dengan dasar anggaran yang dikeluarkan (cash basis).
c. Kadang, aktivitas diukur biaya secara detail dan dilakukan pengukuran secara detail lainnya tanpa adanya pertimbangan memadai yang diperlukan pada perlu atau tidaknya aktivitas itu sendiri.
Dari penjelasan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa sebaik apapun
anggaran kineja tersebut direncanakan pada dasarnya akan terdapat kekurangan
(32)
2.3.7 Upaya Untuk Meminimalisir Hambatan
Untuk meminimalisir hambatan terdapat beberapa Upaya yang bisa
dijalankan, seperti yang dikemukakan oleh Ong Teong Wan (2010:92) tentang
mengidentifikasi masalah, mencari solusi, implementasikan solusi, dan
menindaklanjuti solusi dalam hambatan kinerja, yaitu:
1. Mengidentifikasi masalah
Untuk mendapatkan fakta, kita perlu menarik pendapat dengan mengklarifikasi dan mengkonfirmasi untuk memahami apa dan mengapa. Hanya saat menyatukan fakta-faktalah kita dapat menetapkan penyebab utama pelaku kinerja tidak dapat memenuhi target atau harapan.
2. Mencari solusi
Sesudah penyebab utama dimengerti dan diterima, pelaku kinerja akan lebih mudah mengusulkan solusi atau mengkontribusikan ide untuk pemecahan masalah secara bersama. Biasanya, begitu penyebab utama ditetapkan dan diterima, pelaku kinerja dapat memberikan solusi untuk mencegah serta perbaikan yang logis. Umpan balik yang membangun juga dapat digunakan untuk menyempurnakan solusi. 3. Implementasi solusi
Implementasi akan menjadi lebih mudah bila ada rasa kepemilikan terhadap solusi. Oleh karena itu, bila solusi tidak dijadikan sebagai suatu yang harus ditaati, tapi datang dari pelaku kinerja atau merupakan sesuatu yang dikembangkan bersama, akan muncul komitmen. Implementasi akan lebih cepat.
4. Menindaklanjuti solusi
Dibanyak kasus saat tidak ada rasa kepemilikan solusi, pemberdayaan dan kendali diri akan menjadi bentuk tindak lanjut terbaik. Selain itu ada beberapa solusi pimpinan pelaku kinerja untuk pemberdayaan dan kendali pelaku kinerja:
a. Pembinaan kinerja yaitu proses diagnostik dalam menentukan kekurangan pengetahuan dan keahlian yang mempengaruhi kinerja yang baik.
b. Konseling kinerja yaitu proses diagnostik yang berfokus pada kelakuan atau kesediaan untuk mengubah kelakuan atau kerangka berfikir yang berpengaruh negatif terhadap kinerja seseorang atau yang lain.
Maka dapat penulis simpulkan bahwa setiap hambatan atau masalah
diperusahaan dapat diselesaikan atau diupayakan agar masalah atau hambatan
(33)
32
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Dalam sebuah penelitian, hal penting yang harus diperhatikan adalah objek
dari penelitian tersebut, karena objek penelitian merupakan suatu sumber informasi
dalam sebuah penelitian.
Pengertian objek penelitian menurut Supriati (2012:38) adalah:
“Objek penelitian adalah variabel yang diteliti oleh peneliti ditempat penelitian
dilakukan.”
Sedangkan menurut Iwan Satibi (2011:74) adalah sebagai berikut:
“Objek penelitian secara umum akan memetakan atau menggambarkan wilayah penelitian atau sasaran penelitian secara komprehensif, yang meliputi karakteristik wilayah, sejarah pengembangan, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi lain-lain
sesuai dengan pemetaan wilayah penelitian yang dimaksud.”
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa objek penelitian
merupakan sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dan mengetahui apa, siapa, kapan
dan dimana penelitian tersebut dilakukan. Berdasarkan penjelasan tersebut dalam
penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perencanaan dan penerapan
anggaran berbasis kinerja pada Kantor Pertanahan Kota Bandung.
3.2 Metode Penelitian
Metode juga dapat dikatakan sebagai salah satu penulisan yang dapat
(34)
keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti menurut keadaan yang
sebenarnya pada saat penelitian dilakukan.
Menurut Sedarmayati (2011:27) mendefinisikan metode penelitian sebagai
berikut:
“Metode penelitian adalah mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang
digunakan dalam penelitian.”
Sedangkan menurut Supriati (2012:5) adalah sebagai berikut:
“Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan.”
Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa metode penelitian adalah
suatu cara mengemukakan secara teknis tentang bagaimana suatu penelitian
dilaksanakan. Metode penelitian digunakan penulis untuk dapat mengemukakan
perencanaan dan penerapan anggaran berbasis kinerja pada Kantor Pertanahan Kota
Bandung.
Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
deskriptif, menurut Suharsimi Arikunto (2013:174) mendefinisikan penelitian
deskriptif sebagai berikut:
“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksud untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan yang hasilnya dipaparkan dalam
(35)
Menurut Sugiyono (2013:35) pengertian metode deskriptif adalah:
“Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri) tanpa membuat
perbandingan dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain.”
Dengan demikian dapat penulis katakan bahwa penelitian deskriptif yaitu
suatu cara penelitian dengan menggambarkan atau menguraikan secara jelas
mengenai objek yang diteliti pada saat penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan perencanaan dan
penerapan anggaran berbasis kinerja pada Kantor Pertanahan Kota Bandung.
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik atau cara pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian Langsung (Field Research)
Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan peninjauan langsung pada
Kantor Pertanahan Kota Bandung. Studi lapangan adalah melakukan
peninjauan secara langsung untuk memperoleh data-data yang diperlukan
dalam penyusunan tugas akhir. Penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan dari
seluruh objek penelitian meliputi:
a. Observasi (observation)
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan
(36)
mendapatkan bukti-bukti yang dapat mendukung dan melengkapi hasil
penelitian.
b. Wawancara (interview)
Menurut Sedarmayanti (2011:198) interview adalah:
“Sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer).”
Maka dapat penulis sebutkan bahwa wawancara merupakan pengumpulan
data berupa sebuah tanya jawab secara langsung antara penulis dan pihak
yang berhubungan dengan objek yang sedang diteliti.
c. Dokumentasi (documentation)
Mengadakan pencatatan dan mengumpulan data yang diidentifikasikan
dari dokumentasi yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
2. Studi Pustaka (Library Research)
Yaitu teknik pengumpulan data dari berbagai bahan pustaka yang relevan dan
mempelajari yang berkaitan dengan masalah yang kan dibahas. Data yang
diperoleh melalui studi pustaka adalah sumber informasi yang telah
ditemukan oleh para ahli yang kompeten dibidangnya, dalam melakukan studi
kepustakaan ini penulis berusaha mengumpulkan data dari beberapa
referensip. Dalam melakukan studi kepustakaan ini penulis berusaha
mengumpulkan data dari beberapa referensi yang berhubungan dengan judul
tugas akhir yaitu mengenai perencanaan dan penerapan anggaran berbasis
(37)
3.2.2 Sumber Data
Pengertian sumber data menurut Suharsimi Arikunto (2013:172) adalah
sebagai berikut:
“Sumber data dalam penelitian adalah sumber darimana data dapat diperoleh.”
Sumber data dapat berasal dari Data Primer dan Data Sekunder, pengertian
Data Primer dan Data Sekunder menurut Suharsimi Arikunto (2013:172) adalah:
1. Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama, biasanya dapat melalui wawancara, jajak pendarat dan lain-lain.
2. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui pihak kedua , biasanya diperoleh melalui instansi yang bergerak dibidang pengumpulan data seperti Badan Pusat Statistik dan lain-lain.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer,
dimana data yang penulis peroleh adalah secara langsung dari pihak pertama yaitu
(38)
(39)
(40)
1 Universitas Komputer Indonesia
Abstrak
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pertanahan Kota Bandung. Fenomena yang terjadi pada Kantor Pertanahan Kota Bandung yaitu kurangnya keterlibatan setiap Seksi kerja pada saat perencanaan dan penerapan anggaran berbasis kinerja dan keterlambatan penyusunan anggaran yang disebabkan oleh belum selesainya data pendukung anggaran. Rumusan masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui perencanaan dan penerapan anggaran berbasis kinerja, mengetahui hambatan yang dihadapi dalam perencanaan dan penerapan anggaran berbasis kinerja dan upaya untuk meminimalisir hambatan tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu studi kepustakaan, studi lapangan yang terdiri dari wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perencanaan dan penerapan anggaran berbasis kinerja tersebut cukup sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang Rencana Strategis Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia tahun 2010-2014, peraturan perundangan yang diterbitkan oleh instansi eksternal seperti Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementrian Keuangan Republik Indonesia, namun kurangnya keterlibatan setiap Seksi kerja pada saat perencanaan dan penerapan anggaran seharusnya tidak terjadi, maka dari itu Kepala Unit Satuan Kerja Kantor Pertanahan Kota Bandung mengadakan sosialisasi dan membentuk sistem tindak lanjut yang bertujuan untuk meminimalisir hambatah tersebut. Keterlambatan penyusunan anggaran yang disebabkan oleh belum selesainya data pendukung seharusnya tidak terjadi karena telah ada tolak ukur jadwal perencanaan, maka dari itu Subbagian Urusan Perencanaan dan Keuangan berupaya untuk mendahulukan penyelesaian data pendukung inti seperti TOR (Term of reference) atau kerangka acuan kerja, RAB (Rencana Anggaran Biaya) dan spesifikasi belanja barang.
Kata kunci: Anggaran, Anggaran Berbasis Kinerja Abstract
This research was conducted at the Land Office in Bandung. Phenomena occurring at the Land Office in Bandung, namely the lack of involvement of each section of work at the time of the planning and implementation of performance-based budgeting and budgeting delays caused by the completion of the data supporting the budget. The research problem is to determine the planning and implementation of performance-based budgeting, knowing the obstacles encountered in the planning and implementation of performance based budgeting and attempt to minimize these obstacles.
The method used in this study is a descriptive analysis methods, data collection techniques, namely library research, field study consisted of interviews, observation and documentation.
The results showed that the planning and implementation of performance-based budgeting is quite in accordance with the Regulation of the National Land Agency of the National Land Agency Strategic Plan of the Republic of Indonesia in 2010-2014, regulations issued by external agencies such as the National Development Planning Agency (Bappenas) and the Ministry of Finance Republic of Indonesia, but the lack of involvement of each section of work at the time of budget planning and implementation should not occur, then the Chief of the Land
(41)
2 as TOR (Terms of Reference) or the terms of reference, RAB (Budget Plan) and the specification
of goods.
(42)
3
Semakin kompleksnya masalah
penganggaran menyebabkan banyak
kegiatan harus dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang cermat. Perkembangan pemerintahan dalam suatu negara dengan menciptakan administrasi pemerintahan yang berhasil guna, berdaya guna dan adil telah membuka kesadaran bagi masyarakat terutama instansi-instansi pemerintah untuk
senantiasa tanggap akan tuntutan
daerahnya dengan berupaya memberikan pelayanan yang terbaik, transparan dan akuntabel.
Perencanaan merupakan pemilihan
alternatif yang memungkinkan untuk
dilaksanakan dimasa depan dengan
mempertimbangkan tujuan yang ingin
dicapai dan sumber ekonomi yang dimiliki pada masa yang akan datang. Mengingat pelaksanaan kegiatan yang dilakukan
sangat luas dan beragam jenisnya,
pemerintah membuat sesuatu perencanaan dan pengendalian yang baik, disamping itu pemerintah harus memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas .
Pengalokasian dana yang efektif mengandung arti bahwa setiap pengeluaran yang dilakukan pemerintah mengarah pada pencapaian sasaran dan tujuan strategis yang dimuat dalam dokumen perencanaan stratejik daerah. Sedangkan pengalokasian dana yang efisien mengandung arti bahwa pencapaian sasaran dan tujuan stratejik tersebut telah menggunakan sumber daya
yang paling minimal dengan tetap
mempertahankan tingkat kualitas yang direncanakan. Pengalokasian pengeluaran yang efektif dan efisien tersebut dapat di wujudkan dengan penerapan performance
based budgeting dalam penyusunan
anggaran Pemerintah Daerah (Hendra
Cipta, 2011:2).
Anggaran merupakan rencana yang
diungkapkan secara kuantitatif dalam unit moneter untuk periode satu tahun dan implementasi dari rencana strategi yang telah ditetapkan. Penganggaran merupakan
pemerintah dikembangkan untuk melayani
berbagai tujuan termasuk guna
pengendalian keuangan, rencana
manajemen, prioritas dari pengguna dana dan pertanggungjawaban kepada publik (M. Nafarin, 2012:19). Penganggaran berbasis kinerja diantaranya menjadi jawaban untuk digunakan sebagai alat pengukuraan dan pertanggungjawaban kinerja pemerintah.
Secara teori, prinsip anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting) merupakan suatu pendekatan sistematis dalam penyusunan anggaran
yang mengaitkan pengeluaran yang
dilakukan organisasi sektor publik dengan
kinerja yang dihasilkan dengan
menggunakan informasi kinerja.
Performance Budgeting mengalokasikan sumber daya pada program, bukan unit organisasi semata, dan memakai output measurement sebagai indikator kinerja organisasi. Pengkaitan biaya dengan output organisasi merupakan bagian integral dalam berkas atau dokumen anggaran. Dengan demikian dalam penganggaran berbasis kinerja, informasi kinerja merupakan media atau sarana dalam mengaitkan pengeluaran yang akan dilakukan organisasi sektor publik dengan kinerjanya. Informasi kinerja yang dimaksud dinyatakan dalam bentuk indikator kinerja dan target capaiannya. Karena itu, salah satu unsur penting dalam penganggaran berbasis kinerja adalah penetapan ukuran atau indikator kinerja (Hendra Cipta, 2011:7).
Perencanaan dan penerapan sistem
penganggaran di Kantor Pertanahan Kota Bandung yang menggunakan pendekatan
performance based budgeting, dan
dilaksanakan dengan cara bertahap. Namun
pada kenyataannya dalam proses
perencanaan setiap Seksi pada Kantor
Pertanahan Kota Bandung belum
sepenuhnya melibatkan diri, terkadang Seksi-seksi tersebut hanya memberikan usulan perencanaan yang sama dengan tahun lalu, hal tersebut mengakibatkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja
(43)
4 berbasis kinerja, hal ini disebabkan karena
adanya data pendukung seperti TOR (Term of reference) atau kerangka acuan kerja, RAB (Rencana Anggaran Biaya) dan
spesifikasi belanja barang belum
sepenuhnya diselesaikan dan masalah lain terdapat pada koordinasi dan keterlibatan setiap Seksi kerja yang belum optimal yang
mengakibatkan prosentase realisasi
anggaran yang kecil, itu berarti kinerja anggaran kurang berjalan dengan baik. Menurut Ibu Erni Parida, S.Sos sebagai
Pimpinan Urusan Perencanaan dan
Keuangan pada Kantor Pertanahan Kota Bandung.
Berdasarkan latar belakang
permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Kantor Pertanahan Kota Bandung dan mengambil
judul “Tinjauan Atas Perencanaan Dan
Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Pada Kantor Pertanahan Kota Bandung” 1.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas
maka dapat diidentifikasikan bahwa
fenomena yang diteliti adalah:
1. Terkadang dalam proses
perencanaan, setiap Seksi pada Kantor Pertanahan Kota Bandung belum sepenuhnya melibatkan diri dan Seksi-seksi tersebut kadang
hanya memberikan usulan
perencanaan yang sama dengan
tahun lalu, hal tersebut
mengakibatkan pelaksanaan
anggaran berbasis kinerja tidak selalu berjalan dengan baik, bahkan sasaran yang dihasilkan kadang kurang tepat.
2. Keterlambatan dalam proses
penyusunan anggaran berbasis
kinerja, hal ini disebabkan karena adanya data pendukung seperti TOR (Term of reference) atau
kerangka acuan kerja, RAB
(Rencana Anggaran Biaya) dan
mengakibatkan prosentase realisasi anggaran berbasis kinerja tersebut kecil, itu berarti penerapan kinerja anggaran kurang berjalan dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan dan
penerapan anggaran berbasis
kinerja pada Kantor Pertanahan Kota Bandung ?
2. Bagaimana hambatan yang
dihadapi dalam perencanaan dan
penerapan anggaran berbasis
kinerja pada Kantor Pertanahan Kota Bandung ?
3. Bagaimana upaya untuk
meminimalisir hambatan yang
terjadi dalam perencanaan dan
penerapan anggaran berbasis
kinerja pada Kantor Pertanahan Kota Bandung ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud diadakannya penelitian ini selain untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya, juga untuk memperoleh data dan informasi untuk
dianalisis tentang perencanaan dan
penerapan anggaran berbasis kinerja pada Kantor Pertanahan Kota Bandung.
1.3.2 Tujuan penelitian
Dari identifikasi masalah yang telah diuraikan maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui perencanaan
dan penerapan anggaran berbasis kinerja pada Kantor Pertanahan Kota Bandung.
2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi dalam perencanaan dan
(44)
5
meminimalisir hambatan yang
terjadi dalam penerapan anggaran berbasis kinerja pada Kantor Pertanahan Kota Bandung.
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian
Dalam proses penyusunan tugas akhir ini penulis melakukan penelitian pada Kantor Pertanahan Kota Bandung yang berlokasi di Jalan Soekarno Hatta No. 586 Bandung.
1.6.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2014. Selama melaksanakan penelitian pada
Kantor Pertanahan Kota Bandung
memperoleh data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas akhir.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anggaran
Menurut M. Nafarin (2012:19)
mengemukakan bahwa:
“Anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang.”
Dari beberapa definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa anggaran merupakan rencana kerja suatu perusahaan yang disusun dalam jangka waktu satu tahun berdasarkan kegiatan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan suatu perusahaan yang disusun secara formal dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang.
2.1.2 Anggaran Sektor Publik
Menurut Indra Bastian (2013:69) menyatakan bahwa:
belanja dalam satuan moneter.”
Dapat disimpulkan bahwa anggaran sektor publik berarti proses pelaksanaan program-program dalam bentuk pendapatan dan belanja yang dinyatakan dalam satuan
moneter dan didanai dengan uang
masyarakat. 2.2 Kinerja
Menurut Sri mindarti (2009:34) menjelaskan pengertian kinerja sebagai berikut:
“Kinerja adalah penentuan secara periode efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.”
Maka dapat penulis simpulkan bahwa kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kualitas maupun kuantitas dalam suatu organsasi.Kinerja dapat berupa penampilan individu atau kelompok personel.
2.3 Anggaran Berbasis Kinerja
Menurut Muhammad Syam
Khusufi (2013:35) menjelaskan anggaran berbasis kinerja adalah sebagai berikut: “Sistem anggaran yang lebih menekankan pada pendayagunaan dana yang tersedia untuk mencapai hasil yang optimal.”
Maka dari beberapa pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa anggaran berbasis
kinerja merupakan suatu sistem
perencanaan program yang akan dilakukan pemerintah dengan menetapkan tolak ukur
kinerja sebagai pembanding dalam
mencapai tujuan. Anggaran berbasis kinerja disusun untuk membantu pemerintah dalam melakukan koordinasi setiap kegiatan dan
mengatasi berbagai kelemahan yang
terdapat dalam sistem anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam
(45)
6
PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Dalam sebuah penelitian, hal penting yang harus diperhatikan adalah objek dari penelitian tersebut, karena objek
penelitian merupakan suatu sumber
informasi dalam sebuah penelitian.
Pengertian objek penelitian menurut Supriati (2012:38) adalah:
“Objek penelitian adalah variabel yang diteliti oleh peneliti ditempat penelitian dilakukan.”
Sedangkan menurut Iwan Satibi (2011:74) adalah sebagai berikut:
“Objek penelitian secara umum akan memetakan atau menggambarkan wilayah penelitian atau sasaran penelitian secara komprehensif, yang meliputi karakteristik wilayah, sejarah pengembangan, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi lain-lain sesuai dengan pemetaan wilayah penelitian yang dimaksud.”
Dari pengertian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa objek penelitian
merupakan sasaran ilmiah untuk
mendapatkan data dan mengetahui apa, siapa, kapan dan dimana penelitian tersebut dilakukan. Berdasarkan penjelasan tersebut dalam penelitian ini yang menjadi objek
penelitian adalah perencanaan dan
penerapan anggaran berbasis kinerja pada Kantor Pertanahan Kota Bandung.
3.2 Metode Penelitian
Metode juga dapat dikatakan
sebagai salah satu penulisan yang dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti menurut keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti menurut keadaan yang sebenarnya pada saat penelitian dilakukan.
Menurut Sedarmayati (2011:27)
mendefinisikan metode penelitian sebagai berikut:
“Metode penelitian adalah mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian.”
Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa metode penelitian adalah suatu cara mengemukakan secara teknis
tentang bagaimana suatu penelitian
dilaksanakan. Metode penelitian digunakan
penulis untuk dapat mengemukakan
perencanaan dan penerapan anggaran berbasis kinerja pada Kantor Pertanahan Kota Bandung.
Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, menurut Suharsimi Arikunto (2013:174) mendefinisikan penelitian deskriptif sebagai berikut:
“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksud untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan yang hasilnya dipaparkan dalam laporan penelitian.”
Menurut Sugiyono (2013:35) pengertian metode deskriptif adalah:
“Penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri) tanpa
membuat perbandingan dan mencari
hubungan variabel itu dengan variabel yang lain.”
Dengan demikian dapat penulis katakan bahwa penelitian deskriptif yaitu
suatu cara penelitian dengan
menggambarkan atau menguraikan secara jelas mengenai objek yang diteliti pada saat penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan perencanaan dan penerapan anggaran berbasis kinerja pada Kantor Pertanahan Kota Bandung.
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik atau cara
pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Langsung (Field Research)
Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan peninjauan langsung
(1)
10
sebagian RKAKL yang bersangkutan.Pemblokiran tersebut dapat dilakukan setelah peryaratan yang ditentukan dipenuhi.
h. November
Selanjutnya Kementerian Keuangan menerbitkan Surat Pengesahan (SP) RKAKL. Berdasarkan SP RKAKL tersebut Kementerian Keuangan, Ditjen Perbendaharaan menyiapkan Daftar Nominatif Anggaran (DNA) sebagai dasar penerbitan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Seluruh Satuan Kerja di lingkungan BPN RI menyusun konsep. Secara simultan, BPN RI mulai melakukan pemutahiran data pokok untuk bahan perencanaan pada dua tahun ke depan.
i. Desember
Seluruh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pada setiap Satuan Kerja menandatangani DIPA dan disahkan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk Satuan Kerja Pusat dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk Satuan Kerja Daerah. Pengesahan DIPA ini ditargetkan terbit pada pertengahan bulan Desember dan berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari tahun berikutnya.
4.2.1.2 Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
Kinerja pada suatu instansi pemerintahan akan berkaitan dengan dokumen sumber yang telah ditetapkan oleh peraturan perundangan atau kementrian yang berlaku, sama halnya dengan Kantor Pertanahaan Kota Bandung yang merupakan salah satu unit kerja instansi pemerintahan dimana kegiatan penerapan anggaran berbasis kinerja bertolak ukur pada peraturan yang berlaku, berikut penjelasan dari kegiatan penerapan anggaran berbasis kinerja pada tabel diatas sebagai berikut:
1. Setiap perusahaan atau instansi akan mempunyai sebuah visi dan misi, pada visi dan misi tersebut suatu perusahaan atau instansi akan memiliki tolak ukur untuk melakukan suatu kegiatan, visi dan misi pada Kantor Pertanahan Kota Bandung mengacu pada rencana strategis
kementerian dan lembaga dan disesuaikan kembali dengan tugas pokok dan fungsi Kantor Pertanahan Kota Bandung. 2. Pada saat perumusan sasaran
strategis Kantor Pertanahan Kota Bandung masih menggunakan acuan dokumen sumber rencana strategis yang sesuai dengan ketentuan kementerian dan lembaga. 3. Untuk restrukturisasi program
perencanaan dan anggaran, Kantor Pertanahan Kota Bandung menyesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi dari BPN RI, karena pada dasarnya Kantor Pertanahan Kota Bandung adalah unit satuan kerja BPN RI .
4. Perumusan output program akan sangat identik dengan visi dan misi Kantor Pertanahan Kota Bandung, karena misi yang dijalankan akan sangat berpengaruh pada outcome yang diharapkan Kantor Pertanahan Kota Bandung.
5. Penetapan indikator kinerja utama program, penetapan
output kegiatan dan penetapan indikator kinerja kegiatan pada Kantor Pertanahan Kota Bandung mengacu pada dokumen sumber Rencana kerja yaitu TOR (Term Of Reference)
atau kerangka acuan kerja. 6. Perumusan kegiatan Eselon II
atau Kantor Wilayah, Kantor Pertanahan Kota Bandung tidak banyak memberi andil, Kantor Pertanahan Kota Bandung hanya dilibatkan dalam pengawasan saja.
4.2.2 Hambatan yang Dihadapi Dalam Perencanaan dan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
Seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Asep Saepul., SH, selaku Bendara Urusan Perencanaan dan Keuangan, dimana dimasa transisi sekarang ini masih terdapat beberapa permasalahan dalam perencanaan dan penerapan anggaran berbasis kinerja, yaitu:
(2)
11
1. Terkadang dalam prosesperencanaan setiap Seksi pada Kantor Pertanahan Kota Bandung belum sepenuhnya melibatkan diri dan seksi-seksi tersebut kadang hanya memberikan usulan perencanaan yang sama dengan tahun lalu.
2. Keterlambatan dalam proses penyusunan anggaran berbasis kinerja, yang menyebabkan pemblokiran anggaran, hal ini disebabkan karena adanya data pendukung seperti TOR (Term of reference) atau kerangka acuan kerja, RAB (Rencana Anggaran Biaya) dan spesifikasi belanja barang belum sepenuhnya diselesaikan.
3. Koordinasi dan keterlibatan setiap seksi kerja yang belum optimal mengakibatkan prosentase realisasi anggaran berbasis kinerja tersebut kecil, itu berarti penerapan kinerja anggaran kurang berjalan dengan baik.
4.2.3 Upaya Untuk Meminimalisir Hambatan Yang Terjadi Dalam Perencanaan dan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Adapun beberapa upaya diterapkan seperti yang diungkapkan oleh Bapak Asep Saepul., SH untuk meminimalisir hambatan yang terjadi yaitu:
1. Upaya untuk meminimalisir masalah minimnya keterlibatan setiap Seksi Kantor Pertanahan Kota Bandung dalam perencanaan anggaran berbasis kinerja yaitu dengan cara diadakannya sosialisasi dan membentuk sistem tindak lanjut yang dilakukan oleh pimpinan Unit Kerja Kantor Pertanahan Kota Bandung.
2. Upaya untuk meminimalisir keterlambatan dalam proses penyusunan anggaran berbasis kinerja yaitu dengan cara mengutamakan penyelesaian data pendukung yang lebih penting. 3. Upaya untuk meminimalisir kecilnya
prosentase realisasi anggaran yaitu dengan cara menghapus perkiraan
anggaran dan atau mengoptimalkan kinerja anggaran.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan analisis mengenai perencanaan dan penerapan anggaran berbasis kinerja pada Kantor Pertanahan Kota Bandung, maka pada bab ini penulis berkesimpulan bahwa:
1. Perencanaan dan penerapan sistem penganggaran pada Kantor Pertanahan Kota Bandung yang menggunakan pendekatan anggaran berbasis kinerja dilaksanakan berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku. Ketentuan yang mengatur tentang organisasi dan tata kerja, juga ketentuan yang mengatur substansi pertanahan lebih bersifat internal, yaitu sesuai Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang Rencana Strategis Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia tahun 2010-2014. Sedangkan ketentuan yang mengatur substansi perencanaan program dan anggaran lebih bersifat eksternal, yaitu peraturan perundangan yang diterbitkan oleh instansi eksternal seperti Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
2. Hambatan yang dihadapi dalam perencanaan dan penerapan anggaran berbasis kinerja pada Kantor Pertanahan Kota Bandung meliputi minimnya keterlibatan setiap Seksi kerja dalam proses perencanaan anggaran berbasis kinerja, keterlambatan dalam proses penyusunan yang disebabkan belum rampungnya sebagian data pendukung dan koordinasi keterlibatan setiap seksi kerja pada saat penerapan belum optimal yang mengakibatkan prosentase realisasi anggaran kecil.
(3)
12
3. Upaya untuk meminimalisirhambatan-hambatan yang terjadi dalam perencanaan dan penerapan anggaran berbasis kinerja pada Kantor Pertanahan Kota Bandung meliputi sosialisasi dan pembentukan sistem tindak lanjut yang dibentuk oleh pimpinan Unit Kerja, mengutamakan penyelesaian data pendukung yang lebih penting dan mengoptimalkan kinerja anggaran.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan diatas, maka penulis memberikan saran yang diharapkan dapat dijadikan suatu masukan oleh Kantor Pertanahan Kota Bandung sebagai berikut:
1. Sebaiknya pada saat perencanaan anggaran berbasis kinerja, setiap Seksi terkait berinisiatif untuk melibatkan diri dan berperan aktif tanpa harus terlebih dulu Pimpinan unit kerja melakukan sosialisasi dan melakukan upaya untuk menangani minimnya keterlibatan setiap Seksi terkait. Karena jika dipikir lebih dalam, mempunyai inisiatif untuk melibatkan diri dan berperan aktif akan memperlancar seluruh rangkaian proses perencanaan anggaran berbasis kinerja sampai anggaran berbasis kinerja tersebut disahkan.
2. Seharusnya keterlambatan dalam proses penyusunan anggaran berbasis kinerja ini tidak ada, karena BPN RI telah menetapkan jadwal/kalender perencanaan yang dimaksudkan untuk memberikan himbauan kepada setiap satuan kerja termasuk satuan unit seperti Kantor Pertanahan Kota Bandung agar proses penyusunan anggaran berbasis kinerja sudah terkonsep tepat waktu. Namun hambatan memang selalu ada, akan tetapi upaya yang dijalankan oleh Kantor Pertanahan Kota Bandung sudah dijalankan dengan baik dan menunjukan hasil yang baik.
3. Sebaiknya koordinasi dan keterlibatan setiap seksi
dioptimalkan agar tidak terdapat kembali kecilnya prosentase realisasi anggaran yang disebabkan kinerja anggaran kurang diminati. Sosialisasi, koordinasi dan komunikasi menjadi peran penting dalam meningkatkan prosentase realisasi anggaran. Diluar dari hal tersebut kesadaran diri sendiri menjadi modal paling utama untuk megoptimalkan seluruh rangkaian yang berkaitan dengan anggaran berbasis kinerja.
DAFTAR PUSTAKA Sumber buku:
Cipta, Hendra. 2011. Analisis Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja 1, Jurnal Manajemen Kinerja. Tanah Datar.
4. Dwi, Roni. 2010. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja, Direktorat Pemantauan dan Evaluasi Pendanaan Pembangunan Bappenas. Jakarta.
5. Nafarin, M. 2012. Penganggaran Perusahaan, Salemba Empat. Jakarta.
6. Haruman, Tendi. 2010. Penyusunan Anggaran Perusahaan, Graha Ilmu. Yogyakarta.
7. Nordiawan, Dedi. 2012. Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat. Jakarta.
8. Ismatullah, Dedi. 2010. Akuntansi Pemerintah, Unit Penerbit dan Percetakan akademik, YPKN, Bandung.
9. Cristina, Ellen. 2011. Anggaran Perusahaan, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
10. Bastian, Indra. 2013. Akuntansi Yayasan dan Sektor Publik, Erlangga. Jakarta.
11. Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik, CV andi offset. Yogyakarta. 12. Donsantoso. 2009. Artikel ekonomi.
Bandung.
13. Srimindarti, Caecilian. 2009.
Balance Scorecard Sebagai Alternative Untuk Mengukur Kinerja, Jurnal Forum Ekonomi Volume 11.
(4)
13
14. Mangkunegara, Prabu Anwar. 2010.Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Eresco. Jakarta.
15. Wahyudi, Bambang. 2012.
Manajemen Sumber Daya Manusia, Sulita. Bandung.
16. Simamora, Hendry. 2009.
Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKPN. Yogyakarta.
17. Alwi, Syarifudin. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia, Strategi Keunggulan Kompetitif, BPFE. Yogyakarta.
18. Mahsun, Mohamad. 2010.
Pengukuran Kinerja Sektor Publik,
BPFE. Yogyakarta.
19. Khusufi, Muhammad. 2013. Teori, Konsep dan Aplikasi Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat. Jakarta.
20. Satibi, Iwan. 2011. Teknik Penulisan Skripsi, Tesis desertasi, Ceplas. Bandung.
21. Sedarmayanti. 2011. Metodologi Penelitian, CV Pustaka Setia. Bandung.
22. Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian, Rineke Cipta. Jakarta. Sugiyono. 2013. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, Alfabeta. Bandung.
Ong Teong Wan. 2010. Manajemen hasil, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Peraturan dan Undang-undang:
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
Undang-undang Dasar Nomor 17 Tahun 2003.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004.
Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010.
(5)
14
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kota Bandung(6)