Tinjauan atas prosedur penyusunan anggaran belanja daerah pada BAPPEDA Kota Bandung

(1)

(2)

(3)

(4)

80

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di kota Bandng pada tanggal 1 Mei 1992, penulis diberi nama Purwosetiono dengan panggilan tyo oleh pasangan suami istri Sukarwadi dan Semi Lestary. Saat ini penulis tinggal bersama kedua orang tua dan di Kebon Bibit, Bandung.

Riwayat pendidikan penulis dimulaidari TK Pertiwi Istri Bandung pada tahun 1997-1998, SD Pertiwi Bandung pada tahun 1998-2004, SMPN 16 Bandung pada tahun 2004-2007 dan SMA Sumatra 40 Bandung pada tahun 2007-2010. Penulis melanjutkan kuliah di Universitas Komputer Indonesia pada tahun 2010 dengan program studi DIII Akuntansi .

Nama : Purwosetiono

Tempat,Tanggal,Lahir : Bandung, 01 Mei 1992 Jenis Kelamin : Laki- laki

Tinggi Badan : 170 Cm

Berat Badan : 70

Golongan Darah : B

Agama : Islam

Kewarganegaraan : WNI

Telepon : 022-2511667 (HP) 08562048076

Nomor Ktp : 105007010592001

Alamat : Jl.Pelesiran no34a/58 Bandung

E-Mail : tio_ion_mills@yahoo.co.id

Pendidikan Formal : - SD Pertiwi,Bandung - SMPN 16,Bandung

- SMA SUMATRA 40,Bandung

- D3 Akuntansi Universitas Komputer Indonesia

Hobi : - Menggambar

- Mendengarkan Musik - Membaca Novel


(5)

PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BANDUNG

REVIEW OF LOCAL BUDGET PREPARATION PROCEDURES IN BAPPEDA BANDUNG

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

Jenjang Diploma III Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh:

NAMA : PURWOSETIONO NIM : 21310002

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi, Tuhan Semesta Alam, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan peneitian tugas akhir ini dapat diselesaikan.

Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat kelulusan pada mata tugas akhir Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi materi maupun susunan tata bahasanya dan juga tidak luput dari kekurangan dan kesalahan.

Hal ini mengingat kemampuan dan pengetahuan yang Penulis miliki sangat terbatas untuk membuat dan menghasilkan karya tulis yang baik. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat Penulis harapkan sebagai masukan yang sangat berharga guna perbaikan dan penyempurnaan tugas akhir ini dan Penulis pada masa yang akan datang.

Dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya Penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan hingga selesainya penyusunan tugas akhir ini, terutama yang terhormat :


(7)

iv Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Ernie Tisnawati Sule, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

4. Adi Rachmanto,S.Kom selaku Dosen Wali kelas Ak-6

5. Lilis Puspitawati, SE., M.Si., Ak, selaku Dosen pembimbing .

6. Seluruh staff Dosen pengajar Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia yang telah mendidik, membimbing dan membekali penulis dengan ilmu pengetahauan.

7. Orang tua tercinta, yang telah memberikan semua cinta, kasih sayang, doa restu dan perhatian yang tidak pernah henti-hentinya serta memberikan semangat dan dukungan secara moral maupun materil. Terima kasih atas pengorbanan selama ini dan juga kepada almarhum kakek saya yang tidak sempat melihat kelulusan saya semoga beliau bangga pada saya dan tenang berada di sisi Allah swt.

8. Pak Hilma selaku pembimbing di BAPPEDA kota Bandung 9. Seluruh staff dan karyawan di BAPPEDA kota Bandung.

10. Teman-teman kelas AK-6 yang selalu kompak dan saling membantu dalam penyusunan laporan tugas akhir ini .

11. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.


(8)

v

Akhirnya Penulis mengharapkan semoga tugas akhir ini bermanfaat BAPPEDA kota Bandung, juga bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi kita semua.

Semoga amal baik yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis secara tulus ikhlas mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amin Ya Rabbal Alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2013


(9)

vi

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.4.1 Maksud Penelitian ... 6

1.4.2 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Lokasi dan Penelitian ... 7

1.5.1 Lokasi Penelitian ... 7

1.5.2 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Anggaran ... 9


(10)

vii

2.1.1.2 Dasar Hukum Anggaran ... 12

2.1.1.3 Jenis Anggaran ... 13

2.1.1.4 Karakteristik Anggaran ... 15

2.1.1.5 Manfaat dan Fungsi Anggaran ... 16

2.1.1.6 Prinsip-prinsip Anggaran ... 18

2.1.1.7 Proses Penyusunan Anggaran ... 20

2.1.1.8 Tujuan Penyusunan Anggaran ... 22

2.1.2 Belanja... 23

2.1.2.1 Definisi Belanja ... 23

2.1.2.2 Klasifikasi Belanja Daerah ... 26

2.1.3 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ... 27

2.1.3.1 Definisi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ... 26

2.1.3.2 Karakteristik Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ... 34

2.1.3.3 Fungsi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ... 36

2.1.3.4 Dasar Hukum Penggunaan Anggaran Belanja Daerah (APBD) ... 37

2.1.4 Sumber Penggunaan dan Pengeluaran Dana pada BAPPEDA ... 39

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 41


(11)

viii

3.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 44

3.3.1 Sumber Data ... 44

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 47

4.1.1 Gambaran Umum BAPPEDA kota Bandung ... 47

4.1.1.1 Sejarah Singkat BAPPEDA ... 47

4.1.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 50

4.1.1.3 Uraian Tugas pada BAPPEDA kota Bandung ... 51

4.1.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 56

4.1.2 Analisis Deskriptif ... 57

4.1.2.1 Landasan Hukum Penyusunan Anggaran, Sumber Penerimaan dan Sumber Pengeluaran Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA kota Bandung ... 57

4.1.2.2 Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA Kota Bandung ... 58

4.1.2.3 Kendala dalam Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA Kota Bandung ... 61

4.2 Pembahasan ... 61

4.2.1 Analisis terhadap Landasan Hukum Penyusunan Anggaran, Sumber Penerimaan dan Sumber Pengeluaran Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA kota Bandung ... 61 4.2.2 Analisis terhadapa Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja


(12)

ix

Daerah pada BAPPEDA Kota Bandung ... 63

4.2.3 Kendala dan Solusi Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA Kota Bandung ... 71

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 79


(13)

x


(14)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Flowchart Penyusunan APBD ... 66 Gambar 4.4 Struktur Organisasi Perusahaan ... 83 Gambar 4.1 Flowchart Penggunaan Anggaran pada BAPPEDA kota

Bandung alur PPTK ... 84 Gambar 4.2 Flowchart Penggunaan Anggaran Alur SPM ... 85


(15)

xii

Tabel Biodata Penulis ... 80

Lembar Pernyataan Hak Eksklusif ... 81

Fotokopi DPA SKPD ... 82

Fotokopi DPA SKPD 2.1 ... 83

Fotokopi DPA SKPD 2.2 ... 84

Struktur Organisasi BAPPEDA ... 85

Flowchart Penggunaan Anggaran pada BAPPEDA kota Bandung alur PPTK ... 86


(16)

77

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari Buku ;

Abdul Halim. (2010). Akuntansi Daerah Sektor Publik : Jakarta : Salemba 4. Iwan Satibi. (2011). Teknik Penulisan Skripsi Tesis dan Disertasi : Ceplos.

Jonathan Sharwono. (2009). Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogya : Andi Offset. Permendagri Nomor 59 Tahun 2007.

Laporan Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah (2010) : Bandung.

Laporan Akuntanbilitas Instansi Pemerintah (2010) : Bandung

Moh Nazir. (2008). Metlit : Jakarta : Ghalia.

Muhammad Gade. (2009). Akuntansi Pemerentahan : Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Mulyadi. (2007). Sistem Perencanaan dan Pengendalian manajmen sistem pelipat gandaan perusahaan : Jakarta : Salemba4.

M.Nafarin. (2008). Penganggaran Perusahaan : Jakarta : Salemba 4. Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 21 tahun 2007.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.

Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Pemendagri No.59 Tahun 2007. Supriyono. (2000). Sistem Pengendalian Manajmen : Yogya :BPFE . Sugiyono. (2009). Metlit Skripsi dan Tesis Bisnis : Jakarta : Rajawalipers.

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik : Jakarta : Bhineka Cipta

Supriyanti. (2012). Metlit Unikom : Bandung.

Umi Narimawati, Sri Dewi anggadini,dan Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi : Genesis.


(17)

Undang-Undanh 28 Tahun 2009 Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Undang-Undang No 32 Tahun 2004

Undang-Undang U 33 Tahun 2003 Undang-Undang No 22 Tahun 1999

Sumber dari Internet ;

id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Daerah.

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/public-speaking/2114252-pengertian-anggaran-menurut-para-ahli/.

http://ruth-happy.blogspot.com/2010/04/jenis-jenis-anggaran.

http://setiawantopan.wordpress.com/2012/02/22/metode-penelitian-dan-metode-penelitian.


(18)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Anggaran

Suatu perusahaan baik perusahaan yang berskala kecil, besar maupun juga dalam lembaga pemerintahan memerlukan perencanaan, pengkoordinasian dan pengawasan keuangan haruslah dilakukan secara memadai. Keadaan itu disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan yang ada didalam perusahaan yang mempunyai kegiatan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kegagalan pelaksanaan salah satu kegiatan akan mempunyai akibat terhadap kegiatan lain yang ada dalam suatu bagian atau bahkan dengan bagian yang lain di dalam perusahaan maka dari itu perusahaan harus melaksanakan perencanaan, pengkoordinasian dan pengawasan dengan sebaik-baiknya dan secara terpadu.

Anggaran dalam suatu perusahaan merupakan suatu alat yang penting bagi manajemen. Sebab untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah direncanakan, manajemen harus dapat mengambil keputusan yang tepat diantara berbagai alternatif yang ada. Untuk itu manajemen memerlukan alat bantu yang dapat digunakan untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan perusahaan. Selain itu anggaran merupakan fungsi yang sangat penting kerena merupakan dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi yang lainnya. Salah satu alat bantu yang digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan fungsi utama manajemen yaitu perencanaan dan pengendalian anggaran.


(19)

2.1.2 2.1.1.1 Definisi Anggaran

Anggaran merupakan suatu rencana keuangan selama satu tahun anggaran yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah.

Menurut M. Suparmoko (2008) memberikan pengertian anggaran yaitu:

”Anggaran adalah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tetang penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu, yang biasa adalah satu tahun”

Sedangkan pengertian anggaran menurut Muhammad Gade (2008) menyatakan ”Suatu anggaran adalah rencana operasional keuangan yang mencakup suatu estimasi pengeluaran untuk jangka waktu tertentu dan rencana penerimaan pendapatan untuk membiayainya”.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa anggaran adalah kegiatan keuangan, baik penerimaan maupun pengeluaran untuk periode satu tahun anggaran.

Selain itu anggaran digunakan juga untuk mengarahkan suatu kegiatan dan juga sebagai alat perbandingan dalam mengukur hasil pelaksanaan kegiatan, sehingga proses pelaksanaan terkendali. Ada beberapa pengertian yang diberikan mengenai anggaran oleh beberapa kalangan ahli. Tetapi pengertian tersebut pada dasarnya memiliki maksud yang sama.

M Nafarin (2009:11) meyatakan bahwa:

“ Anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang “.


(20)

11

Menurut Balidric Siregar dan Boni Siregar (2008) menyatakan bahwa

“Anggaran adalah jumlah rupiah yang direncanakan untuk aktivitas yang dilakukan pada periode tertentu”.

Menurut pendapat Munandar (2011) menyatakan bahwa

“Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”.

Dari uraian diatas maka ditarik kesimpulan bahwa anggaran adalah rencana operasi keuangan untuk aktuvitas yang dilakukan pada periode tertentu secara sistimetas dalam kegiatan perusahaan atau instansi tertentu.

Fungsi Anggaran dalam pelaksanaan pembukuan anggaran adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pedoman bagi Pemerintah dalam mengelola negara untuk satu periode dimasa yang akan datang;

2. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kebijaksanaan yang dipilih Pemerintah, karena sebelum anggaran dijalankan terlebih dahulu harus mendapatkan pengesahan dari Lembaga Perwakilan Rakyat; dan

3. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kemampuan Pemerintah dalam melaksanakan negara harus dipertanggungjawabkan pelaksanaannya oleh Pemerintah kepada Lembaga Permusyawaratan Rakyat.


(21)

2.1.1.2 Dasar Hukum Penyusunan Anggaran

Sedemikian penting arti anggaran, secara umum hal ini diatur dalam konstitusi suatu Negara, peraturan perundang-undangan atau dalam Standar Akuntansi Pemerintah.

Di Indonesia anggaran diatur dalam pasal 23 ayat (1) UUD 1945 dan diimplementasikan dengan disusunnya UU APBN setiap tahun. Selain itu untuk melaksanakan UU APBN tersebut, pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan lainnya seperti UU Pajak, UU Bea Masuk dan Cukai, Keppres APBN dan pelaksana lainnya.

Proses penyusunan anggaran dalam sektor publik umumnya disesuaikan dengan peraturan lembaga yang lebih tinggi. Sejalan dengan pemberlakuan Undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan

Undang-Undang No 25 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah, yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dan lahirlah 3 paket per Undang-Undang, yaitu Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, Undang-Undang No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang No 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan

tanggungjawab keuangan Negara, Undang-Undang sistem perencanaan Pembangunan Nasional yang telah membuat perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Pemerintahan serta pengaturan keuangan, khususnya Perencanaan Anggaran Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.


(22)

13

Pada dasarnya prosedur penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan tiga cara sesuai dengan Undang-Undang no 32 tahun 2004 :

1. Otoriter (top down)

Dalam metode ini anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh pimpinan dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan bawahan tanpa keterlibatan bawahan dalam penyusunannya. Bawahan tidak diminta keikut sertaannya dalam menyusun anggaran.

2. Demokrasi (bottom up)

Dalam metode ini anggaran disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan. Penyusunan anggaran yang akan dicapai dimasa yang akan datang sepenuhnya diserahkan pada para karyawan.

3. Campuran (top down dan bottom up)

Dalam metode ini perusahaan menyusun anggaran yang dimulai dari atasan yang kemudian selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan bawahan.

2.1.1.3 Jenis Anggaran

Sebagai alat bantu manajemen, anggaran perusahaan mempunyai lingkupan yang luas. Seluruh kegiatan yang ada dalam perusahaan akan terkait dengan anggaran perusahaan tersebut. Oleh karena itu, maka anggaran perusahaan terdiri dari berbagai macam anggaran yang mempunyai kegunaan sendiri-sendiri.


(23)

Menurut Ellen Christina (2009) jenis-jenis anggaran dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. “Berdasarkan ruang lingkup atau intensitas penyusunannya: a. Anggaran parsial

b. Anggaran komprehensif 2. Berdasarkan fleksilibilitasnya:

a. Anggaran tetap b. Anggaran kontinue 3. Berdasarkan periode waktu.

c. Anggaran jangka pendek d. Anggaran jangka panjang.”

Adapun penjelasan dari jenis-jenis anggaran adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan ruang lingkup atau intensitas penyusunan. a. Anggaran parsial

Adalah anggaran yang ruang lingkupnya terbatas misalnya anggaran untuk bidang keuangan atau produksi saja.

b. Anggaran komprehensif

Adalah anggaran dengan ruang lingkup menyeluruh, karena jenis kegiatan meliputi seluruh aktivitas perusahaan dibidang pemasaran, produksi, keuangan, personalia, dan administrasi.

2. Berdasarkan fleksibilitas a. Anggaran tetap

Adalah anggaran yang disusun untuk periode waktu tertentu dengan volume yang sudah tertentu dan berdasarkan volume tersebut diperkirakan besarnya revenue, cost dan expense.


(24)

15

b. Anggaran kontinue

Adalah anggaran yang disusun untuk perode waktu tertentu dengan volume tertentu dan berdasarkan volume tersebut diperkirakan besarnya revenue, cost dan expense, namun secara periodik dilakukan penilaian kembali.

3. Berdasarkan periode waktu. a. Anggaran jangka pendek

Adalah rencana kegiatan perusahaan secara rinci dalam satu tahun anggaran.

b. Anggaran jangka panjang

Adalah rencana kegiatan perusahaan dengan cakupan waktu yang panjang dengan penekanan pada pengembangan profil perusahaan pada masa yang akan datang. Anggaran jangka panjang mencerminkan perencanaan menyeluruh tentang kegiatan yang akan dilakukan dalam jangka panjang dan merupakan suatu kesatuan yang utuh dari rencana yang disusun untuk kegiatan setiap tahun.

2.1.1.4 Karakteristik Anggaran

Anggaran harus disusun secara benar dan sistematis penyusunan anggaran yang telah mengikuti prosedur yang benar tidak menjamin anggaran itu pasti berhasil. Anggaran juga memiliki karakteristik-karakteristik tertentu menurut Mulyadi (2007) secara umumnya adalah sebagai berikut.


(25)

“1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.

1. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.

2. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen yang berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. 3. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang

lebih tinggi dari penyusun anggaran.

4. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu.

5. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.”

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa karakteristik anggaran tidak lebih dari sekedar perkiraan, yang setiap manajer tidak memiliki komitmen untuk mencapai sasaran anggaran, tetapi dalam situasi penyusunan anggaran manajer menengah dan bawah sebagai penyusun anggaran tidak akan memiliki persepsi yang jelas mengenai sasaran anggaran dan menerima alokasi sumber daya yang menurut persepsi mereka tidak memadai untuk mencapai sasaran anggaran.

2.1.1.5Manfaat dan Fungsi Anggaran

Anggaran merupakan alat manajemen dalam melaksanakan fungsinya, (planing, organizing, directing dan controlling). Mengenai manfaat anggaran ini akan penulis kutipkan pendapat para ahli.

Manfaat anggaran menurut M Nafarin (2009:19) adalah sebagai berikut.

1. “Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.

2. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai.


(26)

17

4. Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada pegawai. 5. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.

6. Sumber daya seperti : tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat dimanfaatkan seefisien mungkin.

7. Alat pendidikan bagi para manajer.”

Menurut Horgen (2010) dalam bukunya “Cost Accounting Amanagerial adalah sebagai berikut:

“Anggaran merupakan ciri utama dari kebanyakan sistem pengendalian manajemen kalau di kelola dengan cermat anggaran akan. (a) Membantu perencanaan, (b) Menyediakan kriteria prestasi, dan (c) Meninggkatkan komunikasi dan koordinasi dalam organisasi”.

Dari kedua pendapat diatas, jelas manfaat dari anggaran adalah memberikan petunjuk kearah mana perusahaan, sehingga semua pihak dalam perusahaan dapat mengarahkan aktivitasnya sesuai dengan yang telah dianggarkan serta masing-masing akan saling menyesuaikan diri. Dengan demikian terciptalah koordinasi dan pengendalian yang baik.

Sedangkan fungsi anggaran Menurut RA Supriyono yang dikutip oleh Tendi Haruman dan Sri Rahayu (2008:5) adalah sebagai berikut :

“ 1. Fungsi Perencanaan ( Planning ) 2. Fungsi Koordinasi ( Coordinating ) 3. Fungsi Pengawasan ( Controlling ). “

Dari beberapa manfaat anggaran diatas dapat disimpulkan bahwa anggaran menentukan tujuan dan sasaran yang dapat dijadikan tolok ukur untuk mengevaluasi kinerja selanjutnya, selain itu anggaran juga memiliki manfaat sebagai alat pengendalian dan perencanaan dalam perusahaan, karena dengan


(27)

menggunakan anggaran maka perusahaan dapat merencanakan masa depan perusahaan.

2.1.1.6 Prinsip-Prinsip Anggaran

Sebelum menyusun sebuah anggaran, maka manajemen suatu perusahaan harus mematuhi prinsip-prinsip anggaran agar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dibawah ini merupakan prinsip-prinsip anggaran yaitu :

Menurut RA Supriyono yang dikutip oleh Tendi Haruman dan Sri Rahayu (2007:9) menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar yang harus dipenuhi dan ditaati

agar suatu anggaran dapat disusun dan dilaksanakan sesuai dengan rencana adalah sebagai berikut:

1. Management Involvement 2. Organizational Adaption 3. Responsibility Accounting 4. Full Communication 5. Timeliness

6. Reward and Punishment.”

Adapun penjelasan prinsip-prinsip Penyusunan Anggaran adalah : 1. Management Involvement

Keterlibatan manajemen dalam penyusunan rencana mempunyai makna bahwa manajemen mempunyai komitmen yang kuat untuk mencapai segala sesuatu yang direncanakan.

2. Organizational Adaption

Suatu rencana keuangan harus disusun berdasarkan struktur organisasi dimana ada ketegasan wewenang dan tanggung jawab.


(28)

19

Agar rencana keuangan dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus didukung adanya suatu system responsibility accounting yang polanya disesuaikan dengan pertanggung jawaban manajemen keuangan perusahaan.

4. Full Communication

Suatu perencanaan dan pengendalian dapat berjalan secara efektif apabila antara tingkatan manajemen mempunyai pemahaman yang sama tentang tanggung jawab dan sasaran yang akan dicapai.

5. Timeliness

Laporan-laporan mengenai realisasi rencana harus diterima manajer yang berkompeten tepat pada waktunya agar informasi tersebut berguna bagi manajemen.

6. Reward and Punishment

Manejemen harus melakukan penilaian kinerja manajer berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan. Jadi manajer yang kinerjanya dibawah atau melebihi standar harus dapat diketahui sehingga pemberian reward atau punishment oleh manajemen menjadi transparan.

Berdasarkan definisi dan penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip anggaran terdiri dari Management Involvement, Organizational Adaption, Responsibility Accounting, Full Communication,

Timeliness dan Reward and Punishment. Oleh sebab itu manajemen yang akan menyusun suatu anggaran harus menatati prinsip-prinsip tersebut agar suatu anggaran yang telah direncakan dapat terwujud.


(29)

2.1.1.7 Proses Penyusunan Anggaran

Pada dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab dalam penyusunan anggaran dan pelaksanaan kegiatan penganggaran lainnya ada ditangan pimpinan tertinggi perusahaan atau yang paling bertanggung jawab atas kegiatan perusahaan keseluruhan. Akan tetapi dalam suatu perusahaan dibentuk sebuah komite anggaran, komite anggaran tersebut anggotanya terdiri dari Manajer Pemasaran, Manajer Produksi, Manajer Keuangan dan Manajer Pengawasan.

Dengan demikian tugas menyiapkan dan menyusun anggaran serta kegiatan-kegiatan penganggaran lainnya tidak harus ditangani oleh pimpinan tertinggi perusahaan.

Menurut M. Nafarin (2008:9) mengemukakan bahwa prosedur penyusunan anggaran terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :

“1. Tahap penentuan pedoman perencanaan. 2. Tahap persiapan anggaran.

3. Tahap penentuan anggaran. 4. Tahap pelaksanaan anggaran.”

Adapun penjelasan dari tahapan prosedur penyusunan anggaran perusahaan yang terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :

1. Tahap Penentuan Pedoman Perencanaan

Yaitu tahap yang menentukan anggaran yang akan dibuat pada tahun yang akan datang, anggaran disiapkan beberpa bulan sebelum tahun anggaran sebelumnya dimulai. Dengan demikian anggaran yang dibuat dapat digunakan pada awal tahun anggaran. Sebelum menysusun anggaran terlebih dahulu direktur melakukan dua hal yaitu :


(30)

21

a. Menetapkan rencana besar perusahaan, seperti tujuan, kebijakan dari asumsi-asumsi sebagai dasar penyusunan anggaran.

b. Membentuk panitia anggaran yang terdiri dari direktur sebagai ketua, manajer keuangan dan sekretaris serta manajer lainnya sebagai anggota.

2. Tahap Persiapan Anggaran

Yaitu tahapan dimana manajer perusahaan terlebih dahulu menyusun ramalan penjualan (forecast sale) sebelum menyusun anggaran penjualan perusahaan. Setelah tahap tersebut selesai manajer keuangan untuk menyusun anggaran lainnya.

3. Tahap Penentuan Anggaran

Yaitu tahapan diadakannya rapat dari semua manajer beserta direksi, dengan materi rapat berupa perundingan mengenai rencana penyusunan anggaran, Setiap komponen anggaran serta pengesahan dan pendiskusian anggaran.

4. Tahap Pelaksanaan Anggaran

Yaitu tahapan dilaksanakannya anggaran oleh semua unit kerja yang ada di dalam perusahaan. Untuk kepentingan pengawasan setiap manajer membuat laporan realisasi anggaran. Setelah di analisis anggaran disampaikan pada redaksi.

Dari uraian diatas penulis artikan bahwa prosedur penyusunan terdiri dari empat tahap, yaitu penentuan pedoman perencanaan anggaran, persiapan anggaran, tahap penentuan anggaran dan tahap pelaksanaan anggaran.


(31)

Menurut Robert N. Anthony and Vijay govindarjan yang di terjemahkan oleh Kurniawan tjakrawala (2008:9) mengemukaan proses penyusunan anggaran suatu

perusahaan sebagai berikut:

“1. Departemen Anggaran, yang biasanya melaporkan kepada pengawas perusahaan, menyusun arus informasi dari sistem pengkontrolan anggaran.

2. Panitia Anggaran, terdiri dari anggota senior manajemen, seperti bagian esekutif, kepala bagian operasi dan bagian kepala keuangan.”

Menurut uraian diatas bahwa proses penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan menggunakan komputer, khususnya internet, fungsi ini dapat dilakukan dengan lebih sedikit kopian dan kesalahan perhitungan, dan lebih cepat. Panitia anggaran melakukan peranan penting dalam perusahaan yang besar, panitia anggaran mungkin hanya sampai pejabat pelaksanaan senior yang menilai anggaran untuk unit bisnis.

2.1.1.8 Tujuan Penyusunan Anggaran.

Anggaran merupakan alat dalam manajemen yang memberikan petunjuk mengenai beberapa perkiraan yang tersedia pada suatu saat dan untuk beberapa lama, tujuan penyusunan anggaran dalam setiap perusahaan pada dasarnya sama, yaitu merencanakan posisi anggaran untuk suatu periode tertentu yang akan datang.

Menurut RA Supriyono yang dikutip oleh Tendi Haruman dan Sri Rahayu (2007:6) Tujuan penyusunan anggaran adalah :


(32)

23

1. “ Untuk menyatakan harapan/sasaran perubahan secara jelas dan formal. Sehingga bisa menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai manajemen.

2. Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak yang terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung dan dilaksanakan.

3. Untuk menyediakan rencana rinci mengenai aktivitas dengan maksud mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan

4. Untuk mengkoordinasikan cara/metode yang akan ditempuh dalam rangka memaksimalkan sumber daya

5. Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu dan kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlu tidaknya tindakan koreksi.”

Berdasarkan definisi diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari penyusunan anggaran adalah untuk Memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan, Merasionalkan sumber dana dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal, Menampung dan menganalisis serta memutusakan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan dan Menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan anggaran, lebih jelas dan nyata terlihat.

2.1.2 Belanja

2.1.2.1 Definisi Belanja

Definisi belanja menurut PP No. 24 Tahun 2005 adalah sebagai berikut :

“ Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.”

Definisi lain dari belanja ini adalah seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut :


(33)

“ Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. ”

Dari uraian di atas belanja adalah pengeluaran dana dari kas yang mengurangi dana lancar dari tahun yang bersangkutan dan dari Kedua definisi tersebut di atas menjelaskan bahwa transaksi belanja akan menurunkan ekuitas dana pemerintah daerah. dalan hal ini belanja di bagi menjadi :

1. Belanja Langsung.

Belanja Langsung, yaitu belanja yang dipengaruhi secara langsung oleh adanya program dan kegiatan yang direncanakan. Jenis Belanja Langsung dapat berupa Belanja Pegawai/ Personalia, Belanja Barang/ Jasa, Belanja Pemeliharaan dan Belanja Perjalanan Dinas.

Keberadaan anggaran Belanja Langsung merupakan konsekuensi karena adanya program atau kegiatan. Karakteristik Belanja Langsung adalah bahwa input (alokasi belanja) yang ditetapkan dapat diukur dan diperbandingkan der.gan Ouput yang dihasilkan. Variabilitas jumlah komponen Belanja Langsung sebagian besar dipengaruhi oleh target kinerja atau tingkat pencapaian program atau kegiatan yang diharapkan.

2. Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung yaitu belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan. Jenis Belanja Tidak Langsung dapat berupa


(34)

25

Belanja Pegawai/Personalia, Belanja Barang/Jasa. Belanja Pemeliharaan dan Belanja Perjalanan Dinas.

Keberadaan Anggaran Belanja Tidak Langsung bukan merupakan konsekuensi dan atau tiada suatu program atau kegiatan. Belanja Tidak Langsung digunakan secara periodik (umumnya bulanan) dalam rangka koordinasi penyelenggaraan kewenangan pemerintah Daerah yang bersifat umum.

Belanja Tidak Langsung pada dasarnya merupakan belanja yang digunakan secara bersama-sama (common cost) untuk melaksanakan seluruh program atau kegiatan unit kerja. Oleh karena itu dalam perhitungan SAB, anggaran belanja tidak langsung dalam satu tahun anggaran (anggaran tahunan belanja tidak langsung) harus dialokasikan ke setiap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Program atau kegiatan yang memperoleh alokasi belanja tidak langsung adalah program atau kegiatan Non Investasi. Program atau kegiatan investasi yang menambahkan aset daerah tidak menerima alokasi anggaran tahunan belanja tidak langsung, karena ouput program atau kegiatan investasi adalah merupakan aset daerah yang dimanfaatkan lebih satu tahun anggaran. Anggaran belanja tidak langsung hanya digunakan untuk satu tahun anggaran seperti halnya out put program atau kegiatan non investasi.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Standar Alokasi Belanja (SAB) merupakan hasil penjumlahan belanja langsung setiap program atau


(35)

kegiatan dengan belanja tidak langsung yang dialokasikan pada program atau kegiatan yang bersangkutan. Jumlah belanja menjadi standar untuk mengevaluasi program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh setiap unit kerja berdasarkan tingkat pencapaian program atau kegiatan yang diharapkan.

2.1.2.2 Klasifikasi Belanja Daerah

Menurut Abdul Halim dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah.

“Belanja adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode anggaran.”

Klasifikasi Menurut Ketentuan Undang-Undang di Bidang Keuangan Negara Pasal 14 ayat (2) dan Pasal 19 ayat (2) Undang Undang Nomor 17

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, disebutkan bahwa :

“rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga (di tingkat pemerintah pusat) dan rencana kerja dan anggaran SKPD (di tingkat pemerintah daerah) disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.” Menurut Pasal 15 ayat (5) dan Pasal 20 ayat (5) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, ditetapkan bahwa :

“Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPR/DPRD) terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja.”


(36)

27

Ketentuan tersebut di atas ditegaskan lagi dengan Pasal 14 dan 15 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang menyatakan

bahwa :

di dalam dokumen pelaksanaan anggaran perlu diuraikan sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, serta pendapatan yang diperkirakan.

Klasifikasi Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan:

“Pada Paragraf 34 PSAP Nomor 02 ditetapkan bahwa belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi dan fungsi. Rincian tersebut merupakan persyaratan minimal yang harus disajikan oleh entitas pelaporan. Selanjutnya dicontohkan pada Paragraf 39 PSAP 02 klasifikasi belanja menurut ekonomi (jenis belanja) yang dikelompokkan lagi menjadi Belanja Operasi, Belanja Modal dan Belanja Lain-lain/Tak Terduga.”

2.1.3 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ( APBD )

2.1.3.1 Definisi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh


(37)

pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Menurut Abdul Halim (2007:117) mengemukakan bahwa :

“APBD dapat didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah, dimana suatu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran yang dimaksud”.

Adapun pengertian lain dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menurut (Mardiasmo danKirana Jaya,2011:34):

“Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan kebijak sanaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disusun berdasarkan ketentuan peundang-undangan yang berlaku serta berbagai pertimbangan lainnya dengan maksud agar penyusunan, pengendalian dan evaluasi anggaran pendapatan dan belanja daerah mudah dilakukan. Pada sisilain APBD dapat pula menjadi sasaran bagi pihak tertentu untuk melihat atau mengetahui kemampuan daerah baik dari sisi pendapatan maupun belanja.”


(38)

29

Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Daerah Antara Pemerintah Pusat dan Daerah dinyatakan dalam pasal 1 buitir 13 APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah yang di tetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Pasal 1 (6) disebutkan bahwa pengertian dari Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Sedangkan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah (Pasal 1 (8)).

Sekretaris Daerah selaku Koordinator pengelolaan keuangan daerah mempunyai tugas koordinasi di bidang penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD, penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD, serta penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah. Penyusunan APBD berpedoman kepada RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah).


(39)

Berikut ini adalah JADWAL PENYUSUNAN APBD berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006.

No. URAIAN WAKTU KETERANGAN

A. APBD

1. Penyusunan RKPD Akhir Bulan Mei

2.

Penyampaian Rancangan KUA (Kebijakan Umum Anggaran) kepada Kepala Daerah

Awal Bulan Juni 1 Bulan

3.

Penyampaian Rancangan KUA dari Kepala Daerah kepada DPRD

Pertengahan Bulan Juli 3 Minggu

4.

KUA disepakati antara Kepala Daerah dengan DPRD

Minggu Pertama Bulan Juli 1 Minggu

5.

Penyusunan Rancangan PPAS (Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara)

1 Minggu

6.

Penyampaian Rancangan PPAS ke DPRD

Minggu Kedua Bulan Juli 3 Minggu

7.

PPAS disepakati antara Kepala Daerah dengan


(40)

31

DPRD

8.

Penetapan Pedoman Penyusunan RKA – SKPD oleh Kepala Daerah

Awal Bulan Agustus 1 Minggu

9.

Penyampaian Raperda APBD kepada DPRD

Minggu Pertama Bulan Oktober

2 Bulan

10.

Pengambilan keputusan bersama DPRD dan Kepala Daerah terhadap RAPBD

Paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan (awal

bulan Desember)

11. Penetapan hasil evaluasi

15 hari kerja (pertengah bulan Desember)

12.

Penetapan Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan KDH tentang penjabaran APBD bila sesuai hasil evaluasi

Akhir Desember (31 Desember)

13.

Penyempurnaan sesuai hasil evaluasi

7 hari kerja

Akhir Bulan Desember 14. Pembatalan berdasarkan hasil evaluasi

7 hari kerja setelah hasil evaluasi dari


(41)

Negeri/Gubernur

15.

Penghentian dan

pencabutan pelaksanaan Peraturan Daerah tentang APBD bersama DPRD

7 hari kerja

Awal Bulan Januari

16.

Penetapan keputusan pimpinan DPRD tentang penyempurnaan Peraturan Daerah APBD dan

penyampaian hasil penyempurnaan

berdasarkan hasil evaluasi

3 hari setelah keputusan ditetapkan

17.

Penetapan Peraturan Daerah APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD

31 Desember

18.

Penyampaian Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD kepada Menteri Dalam


(42)

33

Negeri/Gubernur

B. DALAM HAL DPRD TIDAK MENGAMBIL KEPUTUSAN TERHADAP RAPERDA TENTANG APBD

1.

Penyampaian Rancangan Peraturan Kepala Daerah kepada Menteri Dalam Negeri/Gubernur dalam hal DPRD tidak mengambil keputusan bersama terhadap Raperda tentang APBD sampai dengan batas waktu yang ditetapkan UU

Paling lama 15 hari setelah Raperda tidak disetujui DPRD (Pertengahan Bulan Desember) 2.

Pengesahan Menteri Dalam

Negeri/Gubernur terhadap Rancangan Peraturan Kepala Daerah

Paling Lama 30 hari kerja (Pertengahan

Bulan Januari)

1 (satu) Bulan

C. APBD BAGI DAERAH YANG BELUM MEMILIKI DPRD

1.

Penyampaian Rancangan KUA dan PPAS kepada Menteri Dalam Negeri/Gubernur bagi daerah yang belum memiliki DPRD

Pertengahan Bulan Juni

2.

Persetujuan Menteri Dalam Negeri/Gubernur

Minggu Pertama Bulan Juli

15 hari

3.

Penyampaian Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang APBD

30 hari kerja sejak KUA dan PPAS

Minggu Pertama Bulan Agustus


(43)

disahkan Menteri Dalam Negeri/Gubernur

Rancanagan APBD sendiri terbagai dalam dua sisi yaitu sebelah kiri adalah Pendapatan dan sebelah kanan Pengeluaran. Pendapatan dapat diperoleh dari pendapatan rutin daerah atau Pendapatan Asli Daerah (PAD), pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah atau Intansi yang lebih tinggi yang sekarang dikenal dengan nama Dana Perimbangan, dan dari Pinjaman darah. Pengeluaran dana APBD ini secara garis besar dikelompokan kedalam dua kelompok yaitu Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan, salah satu pengeluaran dalam APBD yang dianggarkan yaitu anggaran belanja pembangunan.

Anggaran belanja pembangunan disusun atas dasar kebutuhan nyata yaitu untuk membangun daerah lebih berpotensi dan menjadikan masyarakat lebih sejahtra dan terpenuhinya kebutuhan untuk melakukan pertumbuhan ekonomi.

2.1.3.2 Karakteristik Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Dalam reformasi keuangan daerah perubahan ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah tersebut membawa dampak perubahan karakteristik APBD. Karakteristik APBD diera reformasi menurut Abdul Halim,MBA, Akt. (2008:4) adalah sebagai berikut:


(44)

35

1. Perhitungan APBD menjadi satu dengan pertanggungjawaban kepada daerah (pasal 38 PP No.108 Tahun 2000).

2. Bentuk laporan pertanggungjawaban akhirtahun anggaran terdiri atas: a. Laporan perhitungan APBD

b. Nota perhitungan APBD c. Laporan Aliran Kas

d. Neraca Daerah dilengkapi dengan penilaian kinerja berdasarkan tolak ukur Renstra (Pasal 38 PP No. 105 Tahun 2000).

3. Pinjaman APBD tidak lagi termasuk kedalam pos pendapatan (yang menunjukan hak pemerintah daerah), tetapi masuk kedalam pos penerimaan (yang belum tentu menjadi hak pemerintah daerah).

4. Masyarakat termasuk dalam unsure penyusunan APBD disamping Pemda yang terdiri atas kepala daerah dan DPPD.

5. Indikator kinerja Pemda tidak hanya mencakup

a. Perbandingan antara anggaran dengan realisasinya. b. Perbandingan antara standar biaya dengan relisasinya.

c. Target dan persentase fisik proyek tetapi juga meliputi standar pelayanan yang diharapkan.

6. Laporan pertanggungjawaban kepala daerah pada akhir tahun anggaran yang bentuknya adalah laporan perhitungan APBD dibahas oleh DPRD dan mengandung konsekuensi terhadap masa jabatan kepala Daerah apabila dua kali ditolak oleh DPRD.


(45)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa APBD pada era reformasi memiliki karakteristik struktur, perhitungan dan pertanggungjawaban yang dapat dikatakan sempurna. Hal tersebut ditandai dengan adanya penerapan system akuntansi yang sempurna dan akuntabilitas merupakan salahsatu prinsip dasar penyusunan. Selain itu pengawasan terhadap APBD juga menjadi lebih ketat karena melibatkan unsur masyarakat yang diwakili oleh DPRD.

2.1.3.3 Fungsi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Pengertian Anggaran Pemerintah dan Anggaran Organisasi sebenarnya tidak jauh berbeda, baik dalam proses penyusunannya maupun dalam tujuan dibuatnya anggaran selain itu anggaran dalam pemerintah daerah memiliki fungsi sebagai berikut :

Fungsi dari Anggaran Belanja menurut Abdul halim (2008:13) adalah : “ a. Sebagai pedoman pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah adalah satu periode di masa yang akan datang.

b.Sebagai alat ukur untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat daerah

c.Sebagai alat pengawasan bagi masyarakat daerah terhadap kebijakan- kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah.

d.Sebagai alat mengevaluasian kinerja pemerintah daerah dalam periode tertentu.”

Menurut M. Nafarin ( 2000:15 )dalam bukunya Fungsi anggaran adalah : ”1. Fungsi perencanaan


(46)

37

Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis menurut pemikiran yang teliti danakan memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan uang.

2. Fungsi pelaksanaan

Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan sehingga anggaran merupakan alat penting untuk menyelaraskan (koordinasi) setiap bagian kegiatan.

3. Fungsi pengawasan

Anggaran merupakan alat pengawasan (controlling) yang berarti bahwa mengevaluasi (menilai) terhadap pelaksanaan pekerjaan dengan cara : a. Memperbandingkan realisasi dengan rencana anggaran.

b. Melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (apabila terdapat penyimpangan yang merugikan).”

2.1.3.2 Dasar Hukum Penggunaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Dalam Pengelolaan keuangan daerah ini tentu harus dilakukan sesuai dengan kebijakan pemerintah, salah satunya adalah dengan adanya Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Pemendagri No.59 Tahun 2007 yang mengatur tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah (APBD) ini terdiri atas berbagai aktivitas yaitu mulai dari penyusunan rancangan, penetapan, pelaksanaan, serta Pertanggung jawaban APBD. Proses ini juga dilengkapi dengan formulir-formulir


(47)

yang digunakan. Selain itu ,di dalam Permendagri ini juga diatur mengenai waktu-waktu penyelesaian setiap aktivitas, misalnya penyusunan laporan realisasi semester pertama APBD paling lambat minggu kedua bulan juli tahun anggaran APBD yang bersangkutan . Pada akhir seluruh proses diharapkan Pemda dapat menyajikan pertanggung jawaban .

Menurut Abdul Halim dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah (2008:2) menyatakan bahwa daasar hukum Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD ) adalah:

1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah 2. Undang-Undanmg Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan di Daerah.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban, dan pengawasan Keuangan Daerah.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 tentang penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD.

5. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 900-009 Tahun 1980 tentang Manual Admistrasi Keuangan Daerah.

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan APBD.

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retrebusi Daerah.


(48)

39

8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1999 tentang Bentuk dan Susunan Perhitungan APBD.

2.1.4 Sumber Penggunaan dan Pengeluaran Dana pada BAPPEDA

Berdasarkan UU 33 Tahun 2003 dan UU 28 Tahun 2009 Sumber-sumber Pendanaan berasal dari :

1. PAD

a) Pajak Daerah b) Retribusi Daerah

c) Hal.Pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan d) Lain-lain PAD yang sah

2. Dana Perimbangan

a) Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak b) Dana Alokasi Umum (DAU)

c) Dana Alokasi Khusus (DAK) 3. Lain-lain Penapatan yang sah

a) Dana Hibah b) Dana Darurat

c) Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi/Pemerintah Daerah Lainnya d) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

e) Bantuan dan dari provinsi/Pemerintah Daerah Lainnya

Sedangkan pengeluaran dana pada Bappeda dapat di urutkan sebagai berikut : 1. Belanja Pegawai


(49)

b) Tambahan Penghasilan PNS

2. Program Pelayanan administrasi Kantor a) Penyediaan jasa komunikasi

b) Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor

c) Penyediaan komponen instalasu listik kantor/bangunan 3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

a) Pemeliharaan Gedung kantor b) Pemeliharaan Kendaraan dinas

4. Program Peningkatan Disiplin dan Sumber Daya Aparatur a) Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya b) Pendidikan dan pelatihan formal

5. Program Peningkatan Pengembangan Sistim Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

6. Program Kerja sama Urusan dan Perencanaan Pembangunan 7. Program Perencanaan Pembangunan ekonomu

8. Program Perencanaan Sosial Budaya

9. Program Perencannaan Prasarana wilayah dan Sumber daya alam salah satunya program Perencannaan Pembangunan fisik dan kewilayahan


(50)

41

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan suatu kondisi yang menggambarkan atau menerangkan suatu situasi dari objek yang akan diteliti untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari suatu penelitian

Pengertian objek penelitian menurut Supriati (2012:38) adalah sebagai berikut : “Objek penelitian adalah variabel yang diteliti oleh peneliti ditempat penelitian dilakukan.”

Sedangkan menurut Iwan Satibi (2011:74) adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian secara umum akan memetakan atau menggambarkan wilayah penelitian atau sasaran penelitian secara komperhensif, yang meliputi karakteristik wilayah, sejarah perkembangan, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi lain-lain sesuai dengan pemetaan wilayah penelitian yang dimaksud.”

Dengan pengertian diatas objek penelitian adalah cara mendapatkan informasi data mengenai karya ilmiah kapan dan dimana penelitian tersebut juga untuk mendapatkan data dan mengetahui apa, siapa, kapan dan dimana penelitian tersebut dilakukan. Berdasarkan penjelasan diatas dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah prosedur penyusunan anggaran belanja.


(51)

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Supriati (2012:5) adalah sebagai berikut:

“Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan.”

Sedangkan menurut Sugiyono (2009:2), menyatakan bahwa:

“Metode penlitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

Dengan demikian dari pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur untuk mendapatkan data dan informasi ilmiah yang dilakukan dengan teknik yang teliti dan sistematika serta suatu cara atau prosedur untuk mendapatkan data terhadap suatu permasalahan dan tujuan serta kegunaan tertentu tanpa harus membuat perbandingan atau menghubungkan dengan objek yang lain.

Dalam melaksanakan penelitian ini, untuk memperoleh data dan fakta yang diperlukan berkaitan dengan tujuan dengan judul yang diambil dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu suatu cara penelitian dengan menggambarkan atau menguraikan secara jelas mengenai objek yang diteliti menegenai Tinjauan atas Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA Kota Bandung.


(52)

43

3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian yang baik harus didahului dengan perencanaan penelitian agar penelitian tersebut bisa berjalan dengan baik dan lancar. Definisi menegenai desain penelitian menurut Husein Umar (2011:30) sebagai berikut :

“Desain penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”

Menurut Moh. Nazir dalam (2010) menyatakan bahwa :

“Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.

Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa desain penelitian merupakan prosedur awal yang digunakan dalam memilih dan mengumpulkan data saat penelitian sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan.

Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan judul yang diteliti, sehingga dapat diketahui apa yang akan diteliti dan yang menjadi masalah dalam penelitian. Dimana judul penelitian ini adalah “ Tinjauan Anggaran Belanja Daerah pada Bappeda Kota Bandung “

2. Melihat, mengumpulkan data mengenai masalah.

3. Melakukan pembahasan terhadap masalah melalui data dan informasi yang diperoleh dari Instansi pemerintah .

4. Melaporkan hasil dari penelitian yang termasuk dari proses penelitian, yang termasuk didalamnya mengenai proses penelitian, diskusi serta


(53)

interpretasi data dan mengajukan beberapa saran untuk masukan bagi perusahaan dimasa yang akan datang.

3.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.3.1 Sumber Data

Pengertian sumber data menurut Suharsimi Arikunto (2010:172) adalah sebagai berikut :

“ Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.”

Sumber data dapat berasal dari Data Primer dan Data Sekunder, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, dimana data yang diperoleh penulis secara tidak langsung.

1. Data Primer

Merupakan data yang langsung dapat dan disajikan sebagai sumber dari penelitian dan pengamatan secara langsung pada objek atau perusahaan tempat penulis melakukan penelitian, dimana dilakukan dengan cara penelitian lapangan melalui observasi dan wawancara dengan pihak yang langsung dengan penelitian yang dilakukan.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui sumber lain yang dikategorikan sebagai data sekunder misalkan melalui catatan atau arsip perusahaan dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain.


(54)

45

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik atau cara pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :

1. Penelitian Langsung (Field Research)

Studi lapangan adalah melakukan peninjauan secara langsung untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir. Penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan dari seluruh objek penelitian yang meliputi : a) Wawancara (Interview)

Menurut Sugiyono (2009:121):

“Wawancara digunakan bila ingin mengetahui hal-ha dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit.”

Dari pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa wawancara yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan ketua dan bagian keuangan BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) kota Bandung dengan maksud untuk mendapat keterangan dari permasalahan yang akan diteliti.

b) Observasi (Observation) Menurut Sugiyono(2009:121):

“Observasi digunakan bila objek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, responden kecil.”

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa Observasi yaitu mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan pencatatan peristiwa, kejadian serta kegiatan yang ada relevansinya dengan


(55)

masalah yang diteliti. Hasil dari observasi dijadikan data pendukung dalam menganalisis dan mengambil keputusan.

c) Dokumentasi (Documentation)

Menurut Umi Narimawati, Sri Dewi anggadini dan Linna Ismawati (2010:39) dokumentasi adalah

“Pengumpulan data yang dilakukan dengan menelaah dokumen-dokumen yang terdapat pada perusahaan.”

Dari Pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data tentang penyusunan anggaran belanja daerah pada BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ) kota Bandung yang diperoleh dari Sub Bagian Keuangan.

2. Studi Pustaka (Library Research)

Yaitu teknik pengumpulan data dari berbagai bahan pustaka (Referensi) yang relevan dan mempelajari yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan adalah sumber informasi yang telah ditemukan oleh para ahli yang kompeten dibidangnya masing-masing sehingga relevan dengan pembahasan yang sedang diteliti, dalam melakukan studi kepustakaan ini penulis berusaha mengumpulkan data dari beberapa referensi.


(56)

1 Tinjauan Atas Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Daerah Pada Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung. Purwosetiono

21310002

tio_ion_mills@yahoo.co.id Abstrak

Keuangan daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah, dalam kerangka anggaran pendapatan dan belanja daerah

Pada Tahun 2006 dan 2007 telah disahkan , Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Pemendagri No.59 Tahun 2007 yang mengatur tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah (APBD) , sehingga penganggaran dan pelaksanaan program pembangunan diharapkan menjadi lebih efektif. Namun demikian pada awal tahun penerapannya, sistem ini menimbulkan kendala ketidaksiapan aparat di daerah dalam pengaplikasiannya.

Beranjak dari latar belakang dan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat efektivitas belanja daerah terhadap pelayanan publik dengan mengambil studi kasus di Kota Bandung dan mengambil sampel pada tiga bidang pembangunan (pendidikan, kesehatan, dan prasarana umum). Pengambilan objek kajian pada tiga bidang ini didasarkan pada tingkat keeratan sektor pelayanan tersebut terhadap masyarakat.

Kata Kunci : Prosedur, Anggaran, Belanja, APBD Abstract

Local finance is all the rights and obligations in respect of the area local government can be valued in money, including all forms of wealth relating to the rights and obligations of the area, within the framework of the budget revenue and expenditure areas.

In the Year 2006 and 2007 have been ratified, Permendagri No 13 year of 2006 and permendagri No 59 year of 2007 which regulates of Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ,budgeting and implementation of the development program are expected to be more effective. However, in the early years of application, these systems pose a risk to the unpreparedness of the authorities in the region its application

Moving on from the background and problems, this study aims to assess the effectiveness of local spending on public services by taking a case study in Bandung City and took samples on three areas of development (education, health, and infrastructure general). Object retrieval on three areas of study are based on the service sector, the level of closeness The on society.


(57)

Keywords: Procedures, estimate, Cost, APBD.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja suatu Daerah (APBD) untuk satu tahun berjalan (1 periode) yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda). APBD disusun oleh Badan Eksekutif (pemerintah Kab/Kota), dan Legislatif (DPRD). Salah satu tujuan dibuat anggaran adalah untuk membiayai seluruh belanja rutin pegawai dan kegiatan publik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam Pengelolaan keuangan daerah ini (APBD) tentu harus dilakukan sesuai dengan kebijakan pemerintah, salah satunya adalah dengan adanya Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Pemendagri No.59 Tahun 2007 yang mengatur tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah (APBD) ini terdiri atas berbagai aktivitas yaitu mulai dari penyusunan rancangan, penetapan, pelaksanaan, serta Pertanggung jawaban APBD. Proses ini juga dilengkapi dengan formulir-formulir yang digunakan. Selain itu ,di dalam Permendagri ini juga diatur mengenai waktu-waktun penyelesaian setiap aktivitas, misalnya penyusunan laporan realisasi semester pertama APBD paling lambat minggu kedua bulan juli tahun anggaran APBD yang bersangkutan . Pada akhir seluruh proses diharapkan Pemda dapat menyajikan pertanggung jawaban .

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun pokok masalah yang ingin penulis ketahui dalam Tinjauan Atas Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada ( BAPPEDA) Kota Bandung :

1. Masih terdapat keterlambatan dalam penyusunan Anggaran belanja daerah (LAPTAH BAPPEDA Tahun 2010).

2. Masih kurangnya sumber daya manusia (SDM), baik kualitas maupun kuantitas dibandingkan

beban kerja yang di laksanakan di badan pemerintahan kota Bandung dan peralatan pendukung kerja yang kurang memadai (LAPTAH BAPPEDA Tahun 2010).

1.3 Rumusan Masalah

1 Apakah landasan Hukum Peyusunan Anggaran,sumber penerimaan dan sumber pengeluaran pengeluaran anggaran pada BAPPEDA kota Bandung. 2 Bagaimana Prosedur Penyusunan

Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA kota Bandung.

3 Apakah kendala dan solusi Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA kota Bandung.

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk melakukan tinjauan terhadap penganggaran pada instansi pemerintah BAPPEDA Kota Bandung yang hasilnya akan digunakan penulis untuk menyusun laporan.

1.4.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui landasan

Hukum Peyusunan

Anggaran,sumber penerimaan dan sumber pengeluaran pengeluaran anggaran pada BAPPEDA kota Bandung. 2. Untuk mengetahui prosedur

penyusunan anggaran belanja daerah pada BAPPEDA kota Bandung.

3. Untuk mengetahui kendala dan solusi Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA kota Bandung.


(58)

3 1. Lokasi dan Tempat Penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BAPPEDA Kota Bandung tepatnya berada di Jalan Tamansari No.76 Bandung Telp. (022)2500950, Fax. 2501316. 1.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai bulan Juni 2013. Adapun kegiatan penyusunan penelitian terdapat pada Tabel 1.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anggaran

Anggaran dalam suatu perusahaan merupakan suatu alat yang penting bagi manajemen. Sebab untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah direncanakan, manajemen harus dapat mengambil keputusan yang tepat diantara berbagai alternatif yang ada. Untuk itu manajemen memerlukan alat bantu yang dapat digunakan untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan perusahaan. Selain itu anggaran merupakan fungsi yang sangat penting kerena merupakan dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi yang lainnya. Salah satu alat bantu yang digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan fungsi utama manajemen yaitu perencanaan dan pengendalian anggaran.

2.2 Pengertian Prosedur

(M.Nafarin,2009:9)

“Prosedur (Procedure) adalah urut-urutan seri tugas yang saling berkaitan dan dibentuk guna menjamin pelaksanaan kerja yang seragam.” 2.3 Definisi Anggaran

M. Suparmoko (2008)

memberikan pengertian anggaran yaitu:

”Anggaran adalah suatu

daftar atau pernyataan yang terperinci tetang penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu, yang biasa adalah satu tahun”

2.4 Definisi Belanja

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut :

“ Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. ” 2.5 Definisi APBD

Menurut (Abdul Halim 2007:117) mengemukakan bahwa :

“APBD dapat didefinisikan

sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah, dimana suatu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran

yang dimaksud”.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan suatu kondisi yang menggambarkan atau menerangkan suatu situasi dari objek yang akan diteliti untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari suatu penelitian.

(Iwan Satibi 2011:74)


(1)

primer, dimana data yang diperoleh penulis secara langsung.

Menurut (Sugiyono 2008:193) menjelaskan mengenai data primer bahwa :

“Sumber Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.” (

Data primer merupakan data yang langsung dapat dan disajikan sebagai sumber dari penelitian dan pengamatan secara langsung pada objek atau perusahaan tempat penulis melakukan penelitian, dimana dilakukan dengan cara penelitian lapangan melalui observasi dan wawancara dengan pihak yang langsung dengan penelitian yang dilakukan.

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui sumber lain yang dikategorikan sebagai data sekunder misalkan melalui catatan atau arsip perusahaan dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.2 Analisis Deskriptif

4.1.2.1 Landasan Hukum Penyusunan Anggaran, Sumber Penerimaan dan Sumber Pengeluaran APBD pada BAPPEDA Kota Bandung.

Badan Pemerintah Daerah seperti

BAPPEDA kota Bandung telah melaksanakan proses penganggaran sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) yang berlaku, kemudian menyusun dan melaksanakan kegiatan berkaitan APBD dengan landasan hukum penyusunan Anggaran, Sumber Penerimaan dan Sumber Pengeluaran yang diatur dalam Undang-Undang Negara mengenai pengelolaan dana pemerintahan seperti : 1. Undang-Undang No 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah dan

2. Undang- Undang No 25 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang kemudian direvisi menjadi

3. Undang-Undang No 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah dan, 4. Undang-Undang No 33 Tahun 2004

tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Selain itu pada pemerintah daerah peraturan mengenai penyusunan anggaran juga tercantum pada :

1. Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Pemendagri No.59 Tahun 2007 yang mengatur tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah (APBD) ini terdiri atas berbagai aktivitas yaitu mulai dari penyusunan rancangan, penetapan, pelaksanaan, serta Pertanggung jawaban APBD (APBD) , dan juga berdasarkan

2. UU 33 Tahun 2003 dan UU 28 Tahun 2009 mengenai Sumber-sumber Pendanaan pada Instansi pemerintah.

4.1.2.2 Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA Kota Bandung.

Penyusunan anggaran belanja daerah seperti pada BAPPEDA kota Bandung juga terdapat pada :

1. Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Pemendagri No.59 Tahun 2007 yang mengatur tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah (APBD) ini terdiri atas berbagai aktivitas yaitu mulai dari penyusunan rancangan, penetapan, pelaksanaan, serta Pertanggung jawaban APBD dan Proses ini juga dilengkapi dengan formulir-formulir yang digunakan.

2. UU 33 Tahun 2003 dan UU 28 Tahun 2009 mengenai Sumber-sumber Pendanaan pada Instansi pemerintah.

Pada BAPPEDA kota Bandung hanya menerapkan metode Otoriter (top down) dimana hanya kepala subbagian keuangan saja yang membuat laporan


(2)

anggaran belanja pada BAPPEDA kota Bandung sehingga kurang efisien dalam waktu pembuatan laporan anggaran tersebut.

Proses Penyusunan Anggaran Belanja pada BAPPEDA kota Bandung : 1. Tahap penentuan pedoman

perencanaan

Yaitu tahap yang menentukan anggaran yang akan dibuat pada tahun yang akan datang, anggaran disiapkan beberpa bulan sebelum tahun anggaran sebelumnya dimulai.

2. Tahap persiapan anggaran

Yaitu tahapan dimana manajer perusahaan terlebih dahulu menyusun ramalan penjualan (forecast sale) sebelum menyusun anggaran penjualan pada BAPPEDA.

3. Tahap penentuan anggaran

Yaitu tahapan diadakannya rapat dari subbagian keuangan, dengan materi rapat berupa perundingan mengenai rencana penyusunan anggaran.

4. Tahap pelaksanaan anggaran

Yaitu tahapan dilaksanakannya anggaran oleh subbagian keuangan yang ada di dalam BAPPEDA kota Bandung.

4.1.2.3 Kendala dalam Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA Kota Bandung. Kendala dan pada Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA kota Bandung Hilma Kusuman (Kepala Subbagian Keuangan BAPPEDA ) yaitu : 1. Metode yang digunakan pada BAPPEDA

kota Bandung kurang efektif karena menggunakan metode otoriter (top down) dimana hanya kepala subbagian keuangan saja yang menyusun anggaran belanja pada BAPPEDA kota Bandung tanpa adanya kerjasama dengan bawahan subbagian keuangan atau unit terkait sehingga terjadi keterlambatan pembuatan laporan keuangnan dan hasil yang di capaipun kurang maximal. 2. Pada BAPPEDA kota Bandung SDM

(Sumber Daya Manusia) yang ada kurang memadai dan kurangnya SDM yang kompeten dalam pembuatan

Anggaran sehingga terjadi kurang akurat dan efisien dalam penyusunan anggaran belanja daerah.

3.

Selain itu Kurangnya peralatan pendukung dalam pembuatan laporan anggaran menjadi salah satu faktor yang membuat Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA kota Bandung

mengalami keterlambatan.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis terhadap Landasan

Hukum PEnyusunan Anggaran

Belanja

Daerah

pada

BAPPEDA Kota Bandung.

Sejalan dengan pemberlakuan Undang-Undang mengenai pemerintah daerah dan Permendari yang sudah diterapkan pada BAPPEDA kota Bandung sumber-sumber Anggaran Penerimaan dan Sumber Pengeluaran Belanja Daerah berasal dari :

1. PAD

a) Pajak Daerah b) Retribusi Daerah

c) Hal.Pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan

d) Lain-lain PAD yang sah 2. Dana Perimbangan

a) Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak b) Dana Alokasi Umum (DAU)

c) Dana Alokasi Khusus (DAK) 3. Lain-lain Penapatan yang sah

a) Dana Hibah b) Dana Darurat

c) Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi/Pemerintah Daerah Lainnya d) Dana Penyesuaian dan Otonomi

Khusus

e) Bantuan dan dari provinsi/Pemerintah Daerah Lainnya

Sedangkan pengeluaran dana pada Bappeda dapat di urutkan sebagai berikut :

1. Belanja Pegawai a) Gaji dan tunjangan

b) Tambahan Penghasilan PNS


(3)

a) Penyediaan jasa komunikasi

b) Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor

c) Penyediaan komponen instalasu listik kantor/bangunan

3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

a) Pemeliharaan Gedung kantor b) Pemeliharaan Kendaraan dinas 4. Program Peningkatan Disiplin dan

Sumber Daya Aparatur

a) Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya

b) Pendidikan dan pelatihan formal 5. Program Peningkatan Pengembangan

Sistim Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

6. Program Kerja sama Urusan dan Perencanaan Pembangunan

7. Program Perencanaan Pembangunan ekonomu

8. Program Perencanaan Sosial Budaya 9. Program Perencannaan Prasarana

wilayah dan Sumber daya alam salah satunya program Perencannaan Pembangunan fisik dan kewilayahan

4.2.2 Analisis terhadap Prosedur

Penyusunan Anggaran Belanja

Daerah pada BAPPEDA kota

Bandung.

Di dalam prosedur penyusunan anggaran belanja daerah pada BAPPEDA kota Bandung lebih mengikuti metode Otoriter (top down) Dalam metode ini anggaran hanya disusun dan ditetapkan sendiri oleh pimpinan subbagian keuangan pada BAPPEDA dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan tanpa ada keterlibatan bawahan dalam penyusunannya. Sehingga Bawahan tidak diikut sertakan dalam menyusun anggaran. yang mengakibatkan kurangnya kerjasama antara bawahan dan atasan yang terkait juga hasil dan ketepatan waktu dalam penyusunannya pun terhambat dan kurang maximal.

Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Daerah di Bappeda kota Bandung terdiri dari :

1. Tahap Penentuan Pedoman Perencanaan

Yaitu tahap yang menentukan anggaran yang akan dibuat pada tahun yang akan datang, anggaran disiapkan beberpa bulan sebelum tahun anggaran sebelumnya dimulai. Dengan demikian anggaran yang dibuat dapat digunakan pada awal tahun anggaran. Sebelum menysusun anggaran terlebih dahulu kepala bagian keuangan melakukan dua hal yaitu :

a. Menetapkan rencana besar BAPPEDA, seperti tujuan, kebijakan dari asumsi-asumsi sebagai dasar penyusunan anggaran.

b. Membentuk panitia anggaran yang terdiri dari direktur sebagai ketua, manajer keuangan dan sekretaris serta manajer lainnya sebagai anggota. 2. Tahap Persiapan Anggaran

Yaitu tahapan dimana manajer perusahaan terlebih dahulu menyusun ramalan anggaran belanja sebelum menyusun anggaran penjualan BAPPEDA. Setelah tahap tersebut selesai manajer keuangan untuk menyusun anggaran lainnya.

3. Tahap Penentuan Anggaran

Yaitu tahapan diadakannya rapat dari subbagian keuangan beserta direksi, dengan materi rapat berupa perundingan mengenai rencana penyusunan anggaran, Setiap komponen anggaran serta pengesahan dan pendiskusian anggaran.

4. Tahap Pelaksanaan Anggaran

Yaitu tahapan dilaksanakannya anggaran oleh subbagian keuangan yang ada di dalam perusahaan. Untuk kepentingan pengawasan setiap manajer membuat laporan realisasi anggaran. Setelah di analisis anggaran disampaikan pada redaksi.


(4)

Flowchart Tahapan Penyusunan Anggaran pada Gambar 4.2 hal :

4.2.3 Kendala dan Solusi Penysunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA kota Bandung.

Pada BAPPEDA kota Bandung hanya menerapakan metode otoriter (top down) dimana hanya kepala subbagian keuangan saja yang mengatur dan menyusun laporan Anggara Belanja Daerah sehingga kurang efektif dan efisien dalam penyusunan anggaran belanja tersebut karena tidak adanya kerjasama antara atasan dan bawahan. Seharusnya metode yang harus dilakukan pada BAPPEDA kota Bandung yaitu metode Campuran ( top down dan Bottom up ) dimana setelah kepala subbagian keuangan mengerjakan sebagian laporan anggaran belanja daerah dan dilanjutkan oleh bawahan untuk diperiksa kembali akan kebenaran dalam hasil laporan tersebut sehingga ada kerjasama yang baik antaran pimpinan subbagian keuangan dan bawahan.

Dalam penyusunan anggaran belanja daerah pada BAPPEDA juga mengalami kendala diakibatkan dari kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia) yang kompeten dan memadai sehingga mengakibatkan ketidak akuratan dan ketepatan waktu dalam penyusunan anggaran belanja daerah. Sebaiknya SDM

yang kurang memadai diberikan pelatihan-pelatihan khusus agar para pegawai dapat bekerja lebih baik dan akurat atau ditambahkan para pegawai yang lebih kompeten dalam bidang penyusunan anggaran belanja daerah sehingga dapat menghasilkan kerjasama antara unit yang terkait di dalam proses prosedur penyusunan anggaran karena Sebagai Instansi Pemerintah daerah BAPPEDA juga harus memiliki SDM (Sumber Daya Manusia) yang mampu menyusun laporan Anggaran daerah yang sesuai dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Hal ini merupakan pedoman untuk Permendagri agar dapat menyusun anggaran sesuai dengan yang harus dikeluarkan berdasarkan laporan anggaran tersebut dan sesuai dengan pelaksanaannya.

Selain itu pada BAPPEDA kota Bandung pun mengalami permasalahan dari kurangnya peralatan pendukung dalam pembuatan laporan anggaran belanja daerah seperti masih menggunakan sistem operasi lama juga pengerjaan laporan secara manual sehingga terjadi kurang akuratanya dan ketepatan waktu sehingga mengalami keterlambatan dalam penyusunan anggaran belanja tersebut. Permasalahan ini sebaiknya diselesaikan dengan cara penambahan dana untuk membeli peralatan pendukung dan sistem operasi yang sudah modern sesuai dengan perkembangan jaman saat ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan Analisis dan pembahasan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung, maka penulis dapa menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kebijakan-kebijakan yang perlu diperhatikan dalam prosedur Laporan Penyusunan Anggaran Belanja Daerah BAPPEDA Kota Bandung antara lain : Setiap kegiatan belanja pemerintah selalu berdasarkan atas rencana yang


(5)

telah di tetapkan pada saat penyusuna APBD, yang dituangkan dalam bentuk program dan kaitan sesuai dengan prioritasnya, setiap elemen pada BAPPEDA harus mampu melaksanakan semua program serta kegiatan yang telah direncanakan, serta melakukan proses pertanggung jawaban atas terselenggaranya kegiatan dan laporan penyusunan anggaran, baik secara internal, pejabat-pejabat BAPPEDA ataupun eksternal terhadap masyarakat. Dan telah dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 dan No. 57 Tahun 2007 serta Peraturan UU 33 Tahun 2003 dan UU 28 Tahun 2009.

2. Metode yang digunakan pada BAPPEDA kota Bandung yaitu metode Otoriter Dimana pimpinan atau subbagian keuangan yang menyusun dan menetapkan sendiri tanpa adanya campur tangan dari bawahan. Dalam metode ini jelas terlihat dari pengertiannya hanya kepala bagian keuangan yang berhak untuk melakukan penyusunan anggaran sehingga di nilai kurang efektif karena tidak ada kerjasama antara bawahan-bawahan yang terkait dalam proses pelaksanaan anggaran terlihat dari tahapan-Tahapan penyusunan anggaran pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) kota Bandung .

3.

Dalam penyusunan anggaran belanja

daerah pada BAPPEDA juga mengalami

kendala diakibatkan dari kurangnya SDM

(Sumber Daya Manusia) yang kompeten

dan memadai sehingga mengakibatkan

ketidak akuratan dan ketepatan waktu

dalam penyusunan anggaran belanja

daerah.

5.2 Saran

Saran yang disampaikan oleh Penulis dengan harapan akan menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi BAPPEDA Kota Bandung adalah sebagai berikut :

1. Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Daerah Kota Bandung secara umum telah dilaksanakan sesuai

dengan Peraturan Pemerintah dan pedoman pengelolaan keuangan daerah. Hendaknya dilaksanakan secara konsisten dan selalu memperhatikan serta meningkatkan kerjasama unit terkait dalam SKPD ( Satuan Kerja Perangkat Daerah). 2. Metode dalam pelaksanaannya

sebaiknya meggunakan metode campuran dimana tidak hanya kepala subbagian keuangan saja yang melakukan penyusunan anggaran belanja daerah tapi bawahan-bawahan yang terkait ikut serta dalam penyusunan anggaranya agar dapat menyelesaikan laporan anggaran sesuai waktu dan keakuratan dalam penyusunannya dapat dimaksimalkan. 3. Dalam penyusunannya harus

dilaksanakan lebih baik lagi dari segi karyawanya harus mendapatkan pelatihan-pelatihan khusus agar dapat memiliki pengetahuan yang cukup sehingga kualitas perencanaan yang dihasilkan bisa dijadikan acuan pembangunan secara umum dan peralatan pendukungnya juga harus bisa mengikuti perkembangan jaman sehingga bisa meminimalkan kesalahan dan dapat tepat waktu dalam penyusunan anggarannya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA Sumber dari Buku :

Abdul Halim. (2010). Akuntansi Daerah Sektor Publik : Jakarta : Salemba 4. Iwan Satibi. (2011). Teknik Penulisan

Skripsi Tesis dan Disertasi : Ceplos.

Permendagri Nomor 59 Tahun 2007.

Laporan Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah (2010) : Bandung. .Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.

Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Pemendagri No.59 Tahun 2007.

Sugiyono. (2009). Metlit Skripsi dan Tesis Bisnis : Jakarta : Rajawalipers. Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik : Jakarta : Bhineka Cipta

Undang- Undang No 25

Undang-Undanh 28 Tahun 2009 Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Undang U 33 Tahun 2003 Undang-Undang No 22 Tahun 1999