Dengan mengenali pikirannya sendiri, R dapat meregulasi pikirannya sehingga menjadi lebih tertata.
“Oh, oke. Memang kalau secara fisik kalau meditasi itu kita duduk diam, antara melamun atau apa gitu enggak jelas ya. Cuman,
proses yang terjadi di dalam diri kita pada saat meditasi adalah kita melihat tentang pikiran kita, batin kita. Dari situ ya kita bisa
mengenali. Karena kalau kita terlalu, yang contoh... apa namanya... yang berlawanan ya, kita sering lebih frontal, lebih
opposite gitu dengan problem kita. Padahal, kalau kita dengan meditasi tu lebih.. ya... sebenarnya sederhana kayaknya ya. Cuman
mengenali, merasakan, dan menata kembali pikiran kita R, 24”
c. Respons terhadap pikiran
Sesudah mulai mempraktikkan meditasi mindfulness, R menjadi tidak mudah terlarut ke dalam pikiran-pikirannya. Hal ini disebabkan
oleh adanya kemampuan untuk selalu waspada terhadap pikiran. Dengan demikian, R mampu mempertahankan pikirannya agar selalu
berada dalam keseimbangan.
“Jadi, kita juga harus waspada dengan pikiran kita sendiri dan menempatkannya pada proporsi yang seimbang aja... Seimbang itu
pas... seperti timbangan, kiri kanan imbang, hehe...” R, 38
d. Perubahan pikiran menjadi lebih positif
Meditasi mindfulness yang dipraktikkan oleh R selama bertahun- tahun memberi pengaruh positif terhadap pikiran. Dengan kata lain,
pikiran berkembang menjadi lebih adaptif. Salah satu perubahan
positif yang dialami R adalah perubahan pikiran menjadi lebih fleksibel.
“Tapi bagian yang terbaik dari proses kita melakukan meditasi adalah kita bisa melenturkan ego kita. Kita enggak terikat dengan
pikiran kita, yang jadi kaku gitu... memegang itu sebagai sesuatu yang absolut. Tetapi kalau kita meditasi tu, ego kita lebih lentur.
Jadi, apa pun yang datang pada kita, masalah atau keyakinan kita, itu sebenarnya kadang-kadang enggak mutlak benar ya. Misalnya
kita punya musuh gitu, kita juga enggak menganggap itu 100 musuh. Tapi kadang-kadang kan ada hal-hal lain, misalnya
persoalan, atau musuh, atau apa pun yang negatif itu enggak mutlak itu tuh negatif gitu ya. Karena pasti ada sesuatu yang dari
situ tu bisa membuat kita lebih lentur lagi, lebih lentur lagi kalau kita menghadapi itu” R, 40
Dengan pikiran yang fleksibel, R dapat mengurangi kecenderungan untuk melekat terhadap suatu persepsi, kesan, ataupun penilaian.
Karena kecenderungannya ini, pikiran R menjadi lebih terkendali. Pikiran yang lebih terkendali membantu R dalam pemecahan masalah.
“Tapi, setelah saya mengalokasikan waktu untuk meditasi, pikiran itu lebih tertata dan banyak kemungkinan bisa menemukan solusi
terhadap masalah saya atau pikiran saya tu lebih terkendali” R, 17
Kecenderungan untuk tidak melekat pada masalah selain membuat pikiran menjadi lebih fleksibel dan terkendali ternyata juga memberi
pengaruh relaksasi. Dengan pikiran yang tidak melekat, R merasa pikirannya menjadi lebih relaks.
“Karena di dalam meditasi itu kita juga membuat pikiran kita itu tidak ada ‘engagement’ terhadap apa pun... Eee.... Keterikatan...
yang benar-benar mencengkram sesuatu atau memikirkan sesuatu sampai pusing sendiri. Jadi, kita lebih rileks” R, 30
Pikiran R juga menjadi lebih relaks karena tubuh yang relaks. Meditasi mindfulness yang dipraktikkan R nampak memberi pengaruh
relaksasi yang bertahap, mulai dari tubuh sampai ke pikiran.
“Ternyata dengan relaks itu, pikiran kita akhirnya relaks” R, 29
e. Perubahan sikap menjadi lebih positif