PERAN PEMBACA DALAM PEMAKNAAN KARYA SAST

1

2

PERAN PEMBACA DALAM PEMAKNAAN KARYA SASTRA:
PENELUSURAN RESEPSI PEMBACA TERHADAP NOVEL SUPERNOVA
KSATRIA, PUTERI DAN BINTANG JATUH KARYA DEE*)
Ekarini Saraswati
Universitas Muhammadiyah Malang
ekarini2004@yahoo.com
Penelitian resepsi pembaca terhadap karya sastra secara sinkronis belum
begitu mentradisi di Indonesia. Dalam makalah ini penulis ingin mengangkat
penelitian resepsi pembaca terhadap novel Supernova Ksatria, Puteri dan
Bintang Jatuh karya Dee. Penelitian ini terfokus pada variabel pembaca, unsur
resepsi serta pola resepsi. Hasil penelitian terhadap variabel pembaca
menunjukkan adanya keragaman latar sosial. Latar pendidikan yang dimiliki
pembaca mulai dari SMA hingga S3 dengan disiplin ilmu psikologi,
pendidikan, filsafat, sejarah, dan sastra. Adapun jenis pekerjaan yang
melatarinya terdiri dari siswa, mahasiswa, dosen, penyair, paranormal, dokter,
dan wanita karir. Keragaman latar sosial pembaca tersebut memberikan resepsi
yang beragam pula. Unsur gaya penceritaan, penokohan, sains dan bahasa

merupakan unsur yang lebih banyak diresepsi. Adapun pola resepsi yang
dipengaruhi strategi membaca, kepribadian, sikap, dan gaya menunjukkan
masih dominannya teks terhadap resepsi yang dilakukan. Strategi membaca
yang menyertakan emosi lebih banyak digunakan daripada memahami,
menerangkan, menghubungkan, menafsirkan dan menilai. Kadar emosi ini
terimbas pada kepribadian pembaca ”feeling types” (yang memutuskan
berdasarkan sikap dan nilai pribadi) daripada “think types” (yang membuat
keputusan menurut logika, kriteria objektif). Selanjutnya sikap yang
ditunjukkan lebih banyak pada orientasi informasi daripada orientasi poin dan
gaya yang menghadirkan dunia kecil teks lebih banyak daripada gaya
mengungkap makna dibalik teks. Namun dibalik itu semua, secara keseluruhan
pembaca memberikan sikap yang positif terhadap novel Supernova Ksatria,
Puteri dan Bintang Jatuh.
Pendahuluan
Kemunculan novel Supernova Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh karya Dee
dianggap merupakan sebuah fenomena. Hal ini dapat dilihat dari segi pengarang
yang merupakan seorang selebritis (penyanyi yang tergabung dalam trio vokal Rida
Sita Dewi). Kemudian novel yang dihasilkan merupakan novel sains yang bersifat
intelektual, yang bagi sebagian orang biasanya seorang selebritis dikenal kurang
akrab dengan berbagai hal yang berhubungan dengan intelektual. Selain itu, dari segi

jumlah penjualan yang dapat menembus angka 75.000 buah. Jumlah yang jarang
ditembus karya sastra lain seperti novel Saman karya Ayu Utami, pemenang lomba
penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta yang terjual sekitar 40.000 an.
*) *)

Makalah disajikan dalam Konferensi Internasional HISKI di Palembang tgl 21-23 Agustus 2005

3

Berdasarkan ketiga faktor

tersebut banyak pembaca dari berbagai kalangan

terdorong untuk memberikan resepsi baik melalui surat kabar maupun internet.
Beranjak dari fenomena di atas penulis ingin mengangkat masalah resepsi
pembaca terhadap novel Supernova Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh karya Dee.
Untuk mengungkap resepsi pembaca ada tiga permasalahan utama yang
dipertanyakan, yakni 1. variabel-variabel apa saja yang membedakan resepsi
pembaca novel Supernova KPBJ? 2. Unsur-unsur apa saja yang diresepsi oleh
pembaca novel Supernova KPBJ? dan 3. Bagaimanakah pola resepsi pembaca

terhadap novel Supernova KPBJ?. Untuk menjawab permasalahan tersebut perlu
pijakan utama tentang konsep resepsi pembaca. Adapun metodologi penelitian yang
dilakukan bersifat kualitatif dengan mengambil data dari internet dan lapangan.

Resepsi Pembaca
Pada dasarnya pemikiran tentang resepsi pembaca bermuara pada pemikiran
Jauss dan Iser. Pada bagian ini peneliti ingin melihat titik singgung antara pendapat
Jauss dengan Iser yang berhubungan dengan resepsi pembaca. Hans Robert Jauss
diakui sebagai tokoh pertama yang berpengaruh di dalam pengalihan pandangan
kritikus sastra dari peran karya sastra ke peran pembaca. Pada awal tulisan, Jauss
(1989: 83) sudah memberikan suatu isyarat bahwa penerimaan teks pembaca terlepas
dari ikatan psikologis, karena penerimaan pembaca ditentukan oleh horison harapan
pembaca yang berkembang dalam suatu peristiwa historis hasil pemahaman jenre,
bentuk dan tema karya yang dikenal serta bentuk kontras antara bahasa puitik dan
bahasa praktis. Dari pernyataan Jauss itu tergambar bahwa permasalahan psikologis
bukan hal yang utama, hal ini berbeda dengan Iser (1989: 77) yang mengawali
pernyataannya dalam kerangka fenomenologis. Menurutnya dalam teori seni
fenomenologis tekanan ide dalam mempertimbangkan sebuah karya sastra, seseorang
harus mempertimbangkan tidak hanya teks nyata tetapi juga tindakan melibatkan
tanggapan untuk teks. Selanjutnya Iser memunculkan istilah konvergensi yang

dikatakan sebagai virtualitas karya sastra dari prakondisi efek-efek yang ditimbulkan
karya. Dalam kegiatan membaca terjadi proses dinamis ketika pembaca menyusun
karya sastra dalam berbagai perspektif penawaran dengan pola dan pandangan

4

skemata yang berbeda. Proses yang terjadi menghasilkan puncak kesadaran
responsnya sendiri.
Pada bagian berikutnya, Jauss menguraikan tentang horison harapan yang
terjadi pada diri pembaca. Menurutnya sekalipun karya sastra itu tampak baru, tetapi
tidak muncul seperti sesuatu yang baru dalam suatu informasi ruang hampa. Strategi
resepsi pembaca, isyarat rahasia maupun yang jelas, ciri-ciri umum yang dikenal atau
sindiran tersembunyi membangkitkan memori serta emosi pembaca yang selanjutnya
membuat suatu horison harapan. Horison harapan itu sendiri bergerak mulai awal
hingga akhir dengan berbagai proses secara utuh, diubah, berorientasi ulang atau
dipenuhi gaya atau jenis teks. Proses asimilasi teks secara fisik tidak hanya
merupakan suatu rangkaian acak dari kesan subjektif, tetapi merupakan suatu proses
persepsi terarah yang dapat dipahami dari motivasi yang mendasarinya.
Konsep horison harapan yang dikemukakan Jauss yang tidak menganggap
adanya ruang hampa pada diri pembaca berbalikan dengan pendapat Iser yang

mengakui adanya ruang hampa atau gap atau indeterminasi. Pada dasarnya secara
potensial karya seseorang dalam perwujudan yang berbeda sudah memadai, tetapi
dalam membaca sering tidak dapat menuntaskan potensi itu secara penuh. Pembaca
mengisi indeterminasi itu dengan cara yang dia miliki. Indeterminasi itu sendiri
bukan merupakan kekurangan, tetapi merupakan kesempatan. Semakin banyak
indeterminasi dalam suatu karya semakin banyak kesempatan bagi pembaca untuk
mengisinya.
Masalah subjektivitas dalam memaknai suatu karya menjadi perbincangan di
kalangan ahli resepsi. Pada pandangan Jauss subjektivitas pengarang diobjektifkan
dalam rangkaian spektrum pandangan publik dalam suatu kurun waktu tertentu. Iser
mengungkapkan pengisian indeterminasi tidak hanya didasarkan pada pengalaman
dan pengharapan hidup sekehendak hati tetapi berdasarkan kesesuaian dengan
struktur tekstual
Menurut Segers teori Jauss terutama dimaksudkan untuk melayani studi sejarah
sastra, sementara Iser memusatkan diri pada sifat dan status teks sastra. Dari
pernyataan Segers tersebut pendapat yang sesuai dalam penelitian ini adalah
kerangka pemikiran dari Iser karena berhubungan dengan teks sastra bukan dengan
sejarah sastra.

5


Berdasarkan pemikiran Riffatere (1966) pembaca terdiri dari pembaca ideal,
pembaca implisit dan pembaca nyata. Pembaca ideal merupakan pembaca super
human yang memiliki informasi yang maksimum sehingga mampu mensintensiskan
isi teks secara subjektif yang memungkinkannya menyadari benar-benar proses
resepsi yang dijalaninya. Pembaca implisit adalah pembaca yang berada di dalam
teks yang keseluruhan susunannya menginstruksikan cara pembaca nyata membaca.
Jadi, pembaca implisit merupakan faktor imanen teks yang memiliki satu jenis ciri
tanda yang sering mendapat resepsi pembaca nyata dengan cara yang berbeda-beda.
Pembaca nyata merupakan pembaca yang memberikan penerimaan secara nyata,
karena pembaca nyata memberikan arti individual kepada struktur-struktur yang
dipresentasikan oleh pengarang.

Pembaca nyata merupakan pembaca yang

berperanan penting bagi resepsi daripada kategori-kategori pembaca ideal dan
pembaca implisit.
Berikut merupakan hasil sementara penelitian yang telah dilakukan yang
menggambarkan variable, unsur dan pola resepsi dari pembaca.


Variabel
Sosiologi sastra merupakan salah satu bidang kajian yang dapat dijadikan
bahan untuk mengetahui latar belakang sosial pembaca. Alan C. Purves (Segers,
2000:72) berpendapat bahwa pola resepsi sangat bergantung pada usia responden.
Menurutnya “Resepsi terhadap sastra merupakan suatu learned behavior „perilaku
yang dipelajari‟ (perilaku yang merupakan hasil belajar).
Pembaca nyata yang dijadikan subjek penelitian diambil dari internet dari
lapangan dengan mewawancarai pembaca yang telah membaca novel Supernova
KPBJ. Dari data yang terkumpul tergambar bahwa variabel subjek penelitian yang
memberikan resepsi terdiri dari berbagai strata pendidikan, pekerjaan, usia dan jenis
kelamin. Penentuan variabel didasarkan pada ciri yang menonjol pada diri pembaca.
Misalnya seorang sastrawan yang dosen juga doktor ditentukan berdasarkan
intensitas dia dalam bidang yang digelutinya. Apabila yang menonjol adalah sebagai
sastrawan karena karya yang dihasilkannya, maka peneliti memasukkan dia ke dalam
bidang pekerjaan sastrawan bukan pada pendidikan yang dia raih maupun
pekerjaannya sebagai dosen.

6

Pembaca yang berpendidikan SMA berjumlah tiga orang, mahasiswa S1 23

orang, mahasiswa S2 satu orang dan doktor terdiri dari kandidat doktor unversitas
Hamburg, Kartrin Bandel dan dari Cornell University, Michael Garcia, Doktor
Bachtiar Alam dari Universitas Indonesia, Prof dr Dikman Angsar Sp.OG guru besar
bidangobstetridanginekologi satu orang. Dari segi pekerjaan pembaca yang
memberikan resepsi sangat variatif terdiri dari dosen, pengamat sastra, yakni
sastrawan, pereviu ekonomi timur jauh, moderator mailing list, staf editor,
pemrakarsa dan pengelola pembelajaran, paranormal, pembantu rumah tangga, dan
manajer produksi Dari beberapa peresepsi yang mencantumkan usia yang mereka
miliki diketahui rentang usia mulai 17 tahun hingga 65 tahun. peresepsi yang berjenis
kelamin pria terdiri dari 43 orang dan yang berjenis kelamin perempuan terdiri dari
32 orang.

Unsur-unsur
Aspek-aspek proses pembacaan yang menentukan dikemukakan oleh Rien T.
Segers (2000) meliputi aspek intelektual, emosional (psikologi), dan sosial. Aspek
intelektual dan aspek emosional merupakan aspek inti di dalam mengetahui cara
penilaian yang dilakukan oleh pembaca sedangkan aspek sosial merupakan aspek
pendukung untuk mengetahui latar belakang sosial pembaca. Adapun aspek
intelektual itu sendiri meliputi: struktur (menyajikan bagian-bagian karya sastra yang
terintegrasi dengan baik dan koheren), bahasa (menyajikan pemakaian bahasa secara

terampil dengan sikap yang jelas dan meyakinkan), karakterisasi (menyajikan potret
sifat manusia yang dapat dikenali), tema (menyajikan tema atau gagasan besar yang
dikembangkan dengan jelas), tempo (menyajikan aksi yang terbatas yang bergerak
dengan cepat), dan plot (menyajikan garis aksi yang dikembangkan dengan jelas).
Aspek emosional meliputi: keterlibatan: (membawa pembaca kepada satu jenis
keterlibatan pribadi, baik dalam watak maupun tindakan.), emosi (mempunyai
dampak pada emosi pembaca), minat (cukup menarik untuk membawa pembaca ke
arah refleksi/analisis lebih lanjut), keaslian (memberi perspektif yang segar dan
berbeda kepada pembaca), sukacita (membangkitkan ketegangan tertentu di hati
pembaca), kemampuan untuk percaya (dapat dipercaya oleh pembaca).

7

Selanjutnya pendapat Beach (1993:8) mengemukakan unsur intelektual
berhubungan dengan teks. Menurutnya kegiatan yang dilakukan oleh pembaca yang
berhubungan dengan teks sastra meliputi pengetahuan konvensi naratif pembaca
yang mencakup empat tipe.
(a) Aturan yang tampak yang memperhatikan aspek-aspek teks (judul, kalimat
pertama dan kalimat terakhir, pembuka cerita dsb.)
(b) Aturan yang berarti kesimpulan yang merujuk pada aspek-aspek khusus teks

misalnya mengasumsikan penokohan yang dimotivasi oleh motif psikologis.
(c) Aturan konfigurasi yang mencoba mengambil penyimpulan pola-pola agar sejak
permulaan novel pembaca tahu bagaimana akhir novel tersebut.
(d) Aturan koherensi bagaimana bagian-bagian yang berserakan secara bersamaan
menjadi total yang komplit.
Selain Segers dan Beach, Purves dan Rippere mengemukakan unsur-unsur yang
diresepsi pembaca meliputi engagement (keterlibatan emosi dan pengalaman) dan
persepsi (deskripsi tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa)

Aspek Intelektual
Aspek intelektual yang banyak diresepsi pembaca terutama pada tokoh, alur,
latar, gaya dan bahasa. Pada sebagian besar resepsi pembaca mengungkapkan
ketidakmendalaman penggambaran tokoh karena Dee terfokus pada ide-ide yang
dikemukakan sehingga deskripsi tokoh kabur. Pada dasarnya terdapat lima
pernyataan umum yang dikemukakan pembaca. Pertama tentang tokoh terlalu
banyak, tokoh membingungkan, penggambaran tokoh supernova menantang untuk
mengetahui lebih jauh, penggambaran tokoh tidak sesuai dengan realitas dan yang
terakhir yang merupakan pernyataan paling banyak mengenai kurang pendeskripsian
tokoh secara mendalam. Pembaca merasa bingung karena tokoh terlalu banyak,
tokoh tidak sesuai dengan realitas, pergulatan tokohnya tidak jelas. Ada salah satu

pembaca yang menganggap tokoh cukup menantang untuk mengetahui lebih jauh.
Dhimas dan Ruben, pembaca mempertanyakan pasangan gay yang intelektual.
Selama ini persepsi masyarakat terhadap ilmuwan tidak ada yang gay. Terdapat dua
pernyataan yang menganggap bahwa pasangan gay dapat berprestasi tinggi. Rana,
diresepsi pembaca sebagai perempuan tak berdaya karena dia mencintai pria selain

8

suaminya dengan menganggap ada ketidakhangatan dalam keluarga. Rana
sebenarnya merupakan korban budaya kapitalis yang melanda kehidupan global.
Orang modern terasing dari dirinya sendiri, dari sesamanya, dan dari alam. Ia telah
diubah menjadi suatu komoditi. Objek spiritual menjadi material, menjadi suatu
objek tukar menukar dan objek konsumsi. Orang modern tidak bisa mencintai,
mereka hanya bisa mempertukarkan “paket kepribadian” mereka dan mengharapkan
pembelian yang sepadan. Ferre merupakan gambaran pria yang mewakili kaum
Yuppies yang berhasil di bidang karir, ambisius serta materialistis dan hidup di kota
besar. Pembaca menganggap sebagai pria tampan yang berhasil yang dilanda cinta
buta. Diva merupakan tokoh yang paling banyak disoroti pembaca. Tokoh Diva yang
paradoks, seorang pelacur yang inteletual dan dermawan. Pembaca banyak yang
mempertanyakan tentang tokoh ini karena biasanya kalau wanita yang intelektual
lebih banyak hidup di tempat seminar ke seminar bukan dari hotel ke hotel untuk
menjual diri. Diva merupakan tokoh yang bergelut dalam bidang ekonomi yang
semuanya diukur dengan hitungan uang. Dia menjual diri juga pengetahuan yang dia
miliki hanya untuk meningkatkan nilai jual yang dia miliki. Kedermawanan yang dia
miliki hanya sebatas basa basi untuk orang tertentu dan tidak menyeluruh kepada
setiap orang. Arwin sebagai tokoh suci yang mencintai istrinya dengan
menginginkan kebahagiaan senantiasa untuk istrinya. Arwin termasuk pria yang
masih memiliki nilai kemanusiaan yang menganggap perasaan cinta adalah memberi.
Gio merupakan orang yang datang dan pergi dalam kehidupan Diva tanpa ada suatu
komitmen. Ale merupakan tokoh penyambung cerita.
Resepsi pembaca lebih banyak yang memberikan komentar tentang alur yang
meloncat-loncat, tidak berurutan, alurnya maju mundur, sangat membosankan dan
jenuh, cerita bertingkat. Cerita yang digunakan Dee, cerita berbingkai dan
merupakan cerita ide. Alur terasa meloncat-loncat karena pada bagian akhir
tergambar adanya pembauran antara fiksi dan realita.
Hanya dua pembaca yang memberikan resepsi tentang latar yang keduanya
mengatakan latar samar, mengenai sebuah tempat yang belum pernah dikenal.
Membuat dunia ini melayang-layang.
Resepsi paling banyak menyangkut gaya penceritaan. Cerita menunjukkan
kecerdasan pengarang sehingga beberapa pembaca merasa kewalahan untuk

9

memahami isi cerita dan menurut mereka hanya pembaca yang memiliki
intelektualitas tinggi yang mampu memahaminya. Perlu dibaca berulang-ulang.
Novel Supernova ditulis dengan semangat garda depan. Terdapat beberapa pendapat
yang menyamakan novel Supernova KPBJ dengan Sophies World. Penyampaian
sains yang ngawur tidak mendalam sehingga ada kesan pamer ilmu. Mengungkapkan
masalah spiritualitas, feminisme termasuk novel eksperimen. Supernova KPBJ
merupakan novel baru yang memberikan kesegaran, Tidak termasuk novel sastra
karena tidak menunjukkan ciri zamannya. Cara berdialog sama pada tiap tokoh.
Bahasa yang digunakan pengarang Supernova KPBJ diresepsi pembaca dari
dua sudut pandang, yakni yang menganggap bahasa yang sulit, tetapi juga ada yang
menganggap termasuk bahasa gaul. Bahasa yang digunakan terlalu tinggi, sulit
dimengerti, bahasa ilmiah, bahasa sains, kata-kata sulit dipahami, bahasa sastra, Ada
seorang pembaca yang memberikan masukan perlunya meluweskan. Bahasa yang
digunakan Dee merupakan bahasa sehari-hari yang tidak diolah lebih jauh menjadi
bahasa sastra.

Aspek Emosional
Aspek emosional yang diberikan tergambar dari pujian yang diberikan. Dari
keterlibatan perasaan pembaca memperlihatkan pandangan bahwa awal kisah
mendorong untuk mengetahui peristiwa yang akan terjadi selanjutnya,. Emosi
fantastik, luar biasa, sangat bagus, tidak menyangka seorang penyanyi dapat menulis
novel, super bagus, virus yang menggoda, novel yang bagus, sok pinter, pamer ilmu
pengatahuan, novelnya menarik, anggapan saya selama ini tidak semua selebritis
hanya mengandalkan fisik, aku seneng banget dengan novel itu, saya paling suka
dengan novel karya anak muda,

Pola
Beberapa studi resepsi terhadap karya sastra mengeksplorasi karakteristik
pembaca seperti jender, orientasi kepribadian, kognitif dan sikap sebagaimana ragam
karakteristik teks yang berhubungan dengan proses resepsi pembaca. Penelitian
resepsi pembaca tertarik pada beberapa pertanyaan Bagaimana sikap atau orientasi
yang dilakukan pembaca selama membaca teks sastra? Bagaimana pengetahuan

10

tekstual dan konvensi sosial yang mereka miliki serta pengalaman membaca mereka
di rumah dan di sekolah berpengaruh terhadap respons mereka? Tipe-tipe strategi apa
yang mereka gunakan dan merespons sastra? Bagaimanakah pengaruh pengetahuan,
sikap, kemampuan, minat kepribadian atau tujuan pada respons mereka?
Strategi membaca yang dikemukakan oleh Beach & Marshall (1991:28)
meliputi 7 strategi. Menyertakan (engaging),. Pembaca selalu menyertakan
perasaannya pada saat dia menjelaskan reaksi emosionalnya terhadap teks sastra.
Merinci (describing) atau memecahkan masalah (problem solving), (Beach 7
Marshall, 1991:29). Pembaca merinci teks sastra pada saat mereka menyatakan
kembali atau mereproduksi informasi yang disajikan kata demi kata dalam teks itu.
Memahami (conceicing), (Beach 7 Marshal, 1991:29). Ketika pembaca memahami
karakter, latar, dan bahasa, mereka bergerak dibalik informasi untuk membuat
pernyataan tentang artinya. Menerangkan (explaining),. (Beach & Marshall,
1991:30). Meskipun kita sudah membentuk konsep tentang perilaku karakter (tokoh),
tetapi kita masih harus menjelaskan sebaik mungkin alasan tokoh itu bertindak
seperti itu. Menghubungkan (connecting), (Beach & Marshall, 1991:31). Ketika
pembaca menghubungkan pengalaman mereka dengan isi teks sastra, pada saat itulah
interaksi antara pembaca dengan teks semakin jelas. Menafsirkan (interpreting),
(Beach & Marshall, 1991:32). Ketika pembaca menafsirkan teks sastra, mereka
menggunakan reaksi, deskripsi, konsepsi, dan koneksi yang mereka bentuk untuk
mengartikulasikan tema atau butir dari episode yang spesifik atau dari keseluruhan
teks. Menilai (judging), (Beach 7 Marshall, 1991:33). Ketika kita membuat jarak
dengan teks sastra, bagaimanapun kita bisa berbuat lebih banyak daripada hanya
menyusun interpretasi. Sebagaimana sering berlaku, kita membuat penilaian tentang
karakter dalam cerita atau kualitas sastra dari teks itu secara keseluruhan.
Hunt dan Vipond (Beach, 1984) membedakan antara orientasi, information
driven, seorang driven dan point driven. Dalam adaptasi orientasi informasi, driven,
seorang pembaca membaca secara sederhana hasil informasi dalam teks. Menurut
Rossenblat sikap “efferent” (membaca yang memfokuskan pada informasi inti
sebagai kebalikan membaca estetis yang memfokuskan pada pengalaman membaca
itu sendiri, orientasi story-driven, seorang pembaca terutama membaca untuk
menikmati teks dan berfokus pada pemahaman apa yang terjadi. Kebalikan seorang

11

pembaca yang mengambil orientasi point-driven menyimpulkan tema atau point yang
dikemukakan penulis.)
Dilton mendefinisikan tiga gaya dasar proses membaca: orientasi CAM
(penokohan, aksi dan moral) terhadap membaca yang menyajikan dunia teks sebagai
bagian kecil dari dunia yang dimiliki pembaca. Proses pencelupan ini berbeda dari
gaya Dillon‟s lainnnya; digger for secret yang menelaah makna tersembunyi dibalik
peristiwa dalam cerita dan antropologis yang menelaah norma-norma budaya dan
nilai-nilai dibalik aksi tokoh. Penelitian Flynn‟s terhadap siswa kolej menghasilkan
tiga perbedaan sikap: “dominan” yakni kontrol pembaca terhadap teks oleh kesankesan yang mereka miliki asumsi dan sikap terhadap teks, “subsimisive” yakni
pembaca dikontrol oleh teks, kegagalan mengungkapkan perspektif yang mereka
miliki dan “integratif” yakni pembaca bukan dominan dan submit tetapi terlibat
dalam transaksi yang bermakna.
Sikap pembaca terhadap sastra dan membaca secara umum ditemukan
pengaruh elaborasi dan kualitas respons mereka. Hignds memperlihatkan adanya
pembaca dengan sikap negatif terhadap membaca. Pembaca mungkin meresepsi
secara positif atau negatif terhadap teks bergantung pada sikap mereka, antar pribadi
atau fenomena sosial dikuatkan atau diancam.
Beberapa konsep pembaca dari para pakar dalam hubungan dengan atribut dan
perhatian kepribadian. Melalui proses empati atau keterlibatan dengan tema-tema
fantasi atau psikologis di dalam teks, seorang pembaca mengenal jelas atau ditransfer
pada bawah sadar dan sering akhirnya pada kesadaran.
Dalam telaah yang menggunakan teori kepribadian Myers, Briggs, Hynd dan
Chase menemukan bahwa kelompok siswa kolej sebaga “feeling types” (yang
memutuskan berdasarkan sikap dan nilai pribadi) lebih disukai untuk mengevaluasi
memutuskan respons sastra daripada think & types (yang membuat keputusan
menurut logika, kriteria objektif).
Perkembangan studi respons sastra memperlihatkan bahwa pembaca pada tahap
operasional formal mereka semakin mampu berpikir secara abstrak tentang sastra,
sementara pembaca pada tahap operasional formal awal cenderung merespons dalam
hubungan peran perilaku fisik, Selain perkembangan kognitif juga kognisi sosial.

12

Studi kognisi sosial dalam respons sastra mulai menelaah cara yang dimaui pembaca
menggunakan fenomena sosial pengetahuan mereka dalam menginterpretasi cerita.
Flynn menemukan bahwa pria cenderung mereka sendiri berjarak dari teks
berupaya mendominasinya atau berfokus pada persepsi pribadi dan sikap yang
dimiliki mereka secara eksklusif. Dalam melepaskan mereka dari isi emosi teks,atau
menjadi sadar dengan perspektif yang mereka miliki secara berlebihan, siswa putra
sering gagal memahami dilema tokoh yang kompleks. Sedangkan putri lebih mampu
menyeimbangkan hubungan jarak dan pencelupan di dalam teks. Bagaimanapun
ketika membawakan peran teks tradisional perempuan, pembaca wanita telah
menemukan jarak mereka sendiri, melawan nilai-nilai yang diungkapkan secara tidak
langsung. Jender telah menemukan pengaruh tidak hanya sikap pembaca terhadap
teks, tetapi juga kisah yang mereka sukai.

Strategi
Strategi membaca yang dilakukan pembaca SMA sebagian besar pada taraf
enganging (menyertakan perasaan). Abdurrahman asal SMAN 7, mengemukakan
pesan yang terkandung di dalam novel itu menyentuh sekali. Tentang kesetiaan.
Katanya sih, sekarang tuh kesetiaan dinilai omong kosong
Namun, ada seorang siswa SMA yang mengisi mailing list penyair memberikan
komentar yang lebih mendalam yang bersifat kritik, yakni Pelangi Azzam yang
mengatakan bahwa novel Supernova dangkal dan bersifat menggurui. Pernyataan
dangkal dijelaskan dengan membicarakan sains yang terlalu banyak sehingga
berkesan pamer dan penggambaran pergulatan tokoh yang kabur.
Mahasiswa S1 dari segi strategi lebih banyak pada tataran engaging
(menyertakan perasaan) tentang sambutan pembaca, kehidupan guy, penggunaan
bahasa, cinta, cerita jorok, struktur teks, alur, fantastik, cinta Ferre, ketidakberdayan
Rana, pesona Diva, peribahasa modern, bahasa sastra, seksualitas secara vulgar,
kisah cinta seseorang dari 23 mahasiswa yang memiliki strategi memahami,
menjelaskan, menghubungkan dengan pengetahuan berjumlah 5 orang tentang
bahasa asing, struktur cerita, karakter, latar, bahasa.
Resepsi pembaca dari pengamat sastra bervariasi. Pengamat sastra Nizam
Zakaria, Sutyoko, Tommy F. Awuy, Katrin Bandel sudah pada taraf evaluasi,

13

sedangkan pengamat Bambang Sugiharto, Jacob Sumardjo, Arswendo Atmowiloto,
Sujiwo Tejo pada taraf menyertakan perasaan. Nizam Zakaria berdasarkan pendapat
Beach pembaca melakukan strategi memahami, menerangkan tentang alur yang
berkeping, suatu peristiwa di jalan, menghubungkan alur dengan cerita lain yakni
Moby Dick, menyerupai novel lain, naratif pesimis, masalah sains yang kurang
mendalam, menghubungkan suatu peristiwa dengan peristiwa lain yang ditulis oleh
Deleuze dan Guattari, menyerupai novel Sophie‟s World, naratif pesimis novel
Saman, menginterpretasi membual tentang paradoks kucing Schrodinger, tentang
Helmut Kohl dan Seretonin yang sesuka hati, perbincangan menarik tentang Ferre,
Rana dan Diva dan mengevaluasi. Tommy F. Awuy pembaca melakukan strategi
memahami, menerangkan, menghubungkan, menginterpretasi tentang paradigma
kritik, dan mengevaluasi dengan ilmu pengetahuan lain di antaranya menampik Dee
mengumbar pengetahuan, padahal daat dijadikan bahan pengajaran kritik sastra dari
segi sains, masalah ejaan bukan masalah pengarang, manusia pra sejarah yang belum
jelas, tentang keos dan order yang merupakan satu kesatuan, Andreas Harefa tentang
pengetahuan yang kutip sana kutip sini. Katrin Bandel beranjak dari Beach pembaca
melakukan strategi memahami, menerangkan konsep-konsep spiritual dilukiskan
sebagai sesuatu yang menyatu, menghubungkan konsep-konsep spiritual dengan
kedua novel lain, yakni novel Tujuh Musim Setahun karya Ani Sekarningsih dan
Memburu Kalacakra karya Clara Ng, menginterpretasi, dan mengevaluasi.Bachtiar
Alam memahami tentang inovasi gaya dan masalah, Landung Simatupang engaging,
memahami, dengan memberikan pendapat tentang pembauran antara fiksi dan
realitas dan evaluasi yang dapat menilai gaya bercerita Dee yang masih mencari
bentuk, jalan cerita yang meloncat-loncat.
Bambang Sugiharto, Jacob Sumardjo, Arswendo Atmowiloto, Sujiwo Tejo,
Pembaca sebagai pengamat sastra ini kelihatannya tidak begitu mendalam
mengomentari novel Supernova, mungkin karena merasa ditodong. Komentar tidak
mendalam. Sepertinya pembaca tidak sempat membaca novel lain sebagai
pembanding. Berdasarkan pendapat Beach dan Marshal maka pembaca termasuk ke
dalam engaging perasaan.

14

Sikap
Sikap yang diambil pembaca Abdurahman dan Rosita berdasarkan pendapat
Hunt dan Vipont termasuk ke dalam sikap orientasi informasi. Jadi pembaca hanya
ingin menikmati bacaan. Berdasarkan pendapat Dilton pembaca menghadirkan teks
sebagai dunia kecil pembaca, yakni masalah kesetiaan, fisika dan psikologi tanpa
memberikan penjelasan yang lebih mendetail. Dari Hind diketahui sebagai pembaca
yang menunjukkan sikap yang positif karena mengungkapkan kata-kata positif
menyentuh yang mengandung arti memberikan kesan, seneng dan cerita apik.
Biasanya pembaca yang bersikap positif memiliki pengalaman sastra yang
menyenangan baik dari pengajaran maupun pengetahuan yang dia dapatkan. Menurut
Myers, Briggs, Hynd dan Chase pembaca SMA termasuk Feeling Type yang
memutuskan berdasarkan sikap dan nilai pribadi.
Sikap yang dilakukan pembaca Pelangi Azzam sudah pada driven point sudah
dapat menunjukkan poin-poin makna dibalik teks, yakni masalah kedangkalan dalam
mengupas masalah kehidupan karena terfokus pada ide-ide. Dari Dilton sudah pada
digger for secret yang menelaah makna tersembunyi dibalik peristiwa. Berdasarkan
pendapat Flyn termasuk pembaca yang integratif yang mampu terlibat transaksi yang
bermakna. Berdasarkan Myers, Briggs, Hynd dan Chase termasuk pembaca think &
types yang memutuskan secara logika dan objektif.
Pada akhir pendapat dia cukup apresiatif terhadap kemampuan Dee, Merujuk
pada pernyataan Beach dan Marshall maka resepsi pembaca di atas engaging dan
memahami. Sikap yang dilakukan sudah pada driven point sudah dapat menunjukkan
poin-poin makna dibalik teks. Dari Dilton sudah pada digger for secret yang
menelaah makna tersembunyi dibalik peristiwa. Berdasarkan pendapat Flyn termasuk
pembaca yang integratif yang mampu terlibat transaksi yang bermakna. Berdasarkan
Myers, Briggs, Hynd dan Chase termasuk pembaca think & types yang memutuskan
secara logika dan objektif.
Berhubungan dengan strategi maka dari segi sikap yang dilakukan mahasiswa
S1 sebagian besar berdasarkan pendapat Hunt dan Vipont termasuk ke dalam sikap
orientasi informasi karena pembaca tidak membandingkan dengan pengetahuan lain
yang dicoba untuk digali. Jadi pembaca hanya ingin menikmati bacaan. Berdasarkan
pendapat Dilton pembaca menghadirkan teks sebagai dunia kecil pembaca yang

15

meliputi unsur permukaan tentang sambutan pembaca dan kaum gay. Dari Hind
diketahui sebagai pembaca yang menunjukkan sikap yang positif, biasanya pembaca
yang memiliki pengalaman sastra yang menyenangan baik dari pengajaran maupun
pengetahuan yang dia dapatkan. Menurut Myers, Briggs, Hynd dan Chase pembaca
termasuk

Feeling Type yang memutuskan berdasarkan sikap dan nilai pribadi.

Sedangkan lima orang lainnnya menunjukkan sikap Sikap yang dilakukan sudah
pada driven point sudah dapat menunjukkan poin-poin makna dibalik teks. Dari
Dilton sudah pada digger for secret yang menelaah makna tersembunyi dibalik
peristiwa. Berdasarkan pendapat Flyn termasuk pembaca yang integratif yang
mampu terlibat transaksi yang bermakna
Sebagian besar pembaca dari kalangan pengamat apabila merujuk pada
pendapat Hunt dan Vipont termasuk pada pembaca yang memiliki sikap point driven
karena mampu menyimpulkan tema dan poin-poin yang dikemukakan penulis.
Pembaca dapat menerangkan poin-poin tentang sains dan bahasa dengan disertai
alasan dan menurut Rosenblat termasuk pembaca “efferent” . Berdasarkan Dilton
termasuk digger for secret yang menelaah makna tersembunyi dibalik peristiwa
dalam cerita dan antropologis yang menelaah norma-norma budaya dan nilai-nilai
dibalik aksi tokoh. Pembaca sudah dapat memberikan penjelasan dari nilai budaya,
yakni sains dan bahasa. Menurut Flyns termasuk pembaca dominan” yakni kontrol
pembaca terhadap teks oleh kesan-kesan yang mereka miliki asumsi dan sikap
terhadap teks. Pembaca sudah dapat menguasai teks sehingga tidak begitu banyak
terpengaruh dengan isi teks. Ini diakibatkan penguasaan ilmu yang dimiliki pembaca.

Kepribadian
Dari segi kepribadian seperti diungkapkan Myers, Briggs, Hynd dan Chase
termasuk mengevaluasi memutuskan respons sastra think & types (yang membuat
keputusan menurut logika, kriteria objektif).
Pembaca yang memiliki kepribadian tipe Feeling Type yang memutuskan
berdasarkan sikap dan nilai pribadi seperti yang dikemukakan Myers, Briggs, Hynd
dan Chase ada orang terdiri dari Agus Hidayat yang tida menjelaskan lebih mendetail
tentang sambutan pembaca, cerita dan kenyataan serta kaum guy yang intelektual;
Romzi Usman tentang realitas kehidupan, penggunaan bahasa, penggambaran tokoh

16

secara mendetail; Liya Kusriatun tentang cinta; Eka Isro‟innikma tentang percintaan
yang jorok, Anthik Asri Utami tentang struktur teks, bahasa yang tinggi; Rizka
Miftakul Rochmi tentang bahasa tegar, berani dan vulgar serta alur maju mundur;
Umiliyah tentang fantastik, luar biasa, cinta Ferre, ketidakberdayaan Rana, pesona
Diva, dan rasa jenuh; Amelia Wati tentang alur maju mundur; Ulfa Riza Umami
kebingungan tentang bahasa, alur, dan tokoh; Rismanita Ika Indriyani sulit
memahami kata-kata dan peribahasa modern; Triasti Mustikasari tentang
penggunaan bahasa sastra;

Kenyo Rini tentang bahasa dan realitas tokoh; Eny

Rohmah dan Rika Anggraini tentang isi, penulisan, cerita dan gaya bahasa; Nor‟aini
tentang bahasa yang sulit dipahami; Supatini Ningsih tentang masyarakat modern,
cinta dan bahasa yang sulit; Neli Andriani tentang masyarakat modern dan bahasa
sains; Iin Ratriyaningsih tentang cerita kawula muda dan bahasa yang sulit;
Pembaca yang Pembaca yang memiliki kepribadian pembaca think & types
yang memutuskan secara logika dan objektif seperti yang dikemukakan Myers,
Briggs, Hynd dan Chase ada orang terdiri dari: Anis Farida tentang struktur cerita
dan bahasa; Miranda tentang kehidupan abu-abu;

Sulis tentang struktur cerita;

mahasiswa UPI tentang hasil penelitian
Dari pembaca pengamat sastra sebagian besar memiliki kepribadian Dari segi
kepribadian seperti diungkapkan Myers, Briggs, Hynd dan Chase termasuk
mengevaluasi memutuskan respons sastra think & types (yang membuat keputusan
menurut logika, kriteria objektif), karena apa yang dikemukakan pembaca beranjak
dari hasil pemikiran yang dilakukannya. Beranjak dari Beach pembaca melakukan
strategi memahami, menerangkan, menghubungkan, menginterpretasi tentang
paradigma kritik, dan mengevaluasi dengan ilmu pengetahuan lain di antaranya
menampik Dee mengumbar pengetahuan, padahal daat dijadikan bahan pengajran
kritik sastra dari segi sains, masalah ejaan bukan masalah pengarang, manusia pra
sejarah yang belum jelas, tentang keos dan order yang merupakan satu kesatuan, .

Kognitif
Pembaca Agus Hidayat sudah dapat menggunakan pengetahuan fenomena
sosial tentang kehidupan hitam putih dalam kehidupan realitas. Liya Kusriatun
pembaca telah dapat menggunakan fenomena sosial tentang cinta. Pembaca Eka

17

Isro‟innikma telah dapat menggunakan fenomena sosial tentang cinta dan keikhlasan.
Pembaca Anthik Asri Utami telah dapat menggunakan fenomena sosial tentang
penerimaan pembaca terhadap novel Supernova KPBJ yang banyak. Pembaca Wiwit
Hindarwati dan Neli Andriani sudah dapat menggunakan pengetahuan fenomena
sosial tentang seksualitas yang vulgar. Pembaca Supatini Ningsih sudah
menggunakan fenomena sosial tentang kehidupan masyarakat modern. Pembaca Iin
Ratriyaningsih dapat menggunakan pengetahuan fenomena sosial tentang kawula
muda. Anis Farida menggunakan pengetahuan fenomena sosial tentang menghargai,
keikhlasan, bahasa gaul. Miranda menggunakan pengetahuan fenomena sosial
tentang nilai-nilai kehidupan di zaman modern. Sulis menggunakan pengetahuan
fenomena sosial tentang pasangan homo dan pelacur yang memiliki nilai lebih. Pada
resepsi pembaca ini terutama menonjol pada aspek fenomena sosial pembaca.
Dari pembaca pengamat sastra sebagian besar memiliki kognitif tentang
fenomena sosial yang tinggi seperti tentang paradigma kritik, spiritual, fisika,
kebudayaan, filsafat

Jender
Dilihat dari jender tergambar bahwa pembaca pria SMA mulai dapat
mengungkap makna dibalik teks yang berbeda dengan pembaca perempuan SMA
yang berkisar pada tokoh dan peristiwa.
Dari pengamat sastra yang menyoroti masalah feminisme berasal dari
pengamat pria yakni Nizam Zakaria yang membandingkan dengan novel Saman
karya Ayu Utami

Makna
Martinich (2001:30-32) mengemukakan enam pengertian makna, yaitu makna
natural (nonkognitif), makna komunikatif, makna intensional, makna referensial,
makna sebagai kejujuran, dan makna sebagai signifikansi. Makna natural adalah
makna sebagai hubungan natural antara dua gejala, misalnya hubungan antara asap
dengan api. Makna ini sama dengan makna ketiga belas dalam uraian Ogden dan
Richards. Makna komunikatif dapat dianggap sebagai kebalikan dari makna natural
karena makna ini tidak didasarkan pada hubungan alamiah atau natural melainkan

18

pada maksud pengarang, makna verbal, dan makna situasional yang berhubungan
dengan hal-hal manusiawi baik personal maupun sosial. Makna intensional adalah
makna sebagai maksud pengarang; jadi, sama dengan makna (g) dari Ogden dan
Richards. Makna referensial dapat dianggap sebagai pengkhususan makna
komunikatif di atas, yakni makna sebagai acuan. Makna sebagai kejujuran
merupakan makna yang diasumsikan dalam pergaulan sehari-hari, yaitu kata-kata
yang diucapkan diasumsikan benar. Makna ini mungkin bisa disamakan dengan
makna (s) dari Ogden dan Richards. Terakhir, makna sebagai signifikansi sama
sepenuhnya dengan makna (i) dari Ogden dan Richards.
Bahwa karya sastra mengandung signifikansi sudah merupakan asumsi yang
mendasari pembacaan karya sastra dan menjadi semacam postulat dalam pemahaman
dan analisis karya sastra. H.L.B. Moody (1968:2) menyatakan bahwa (1) sastra
tumbuh dari kecintaan manusia pada tradisi bercerita tentang pengalamannya; (2)
tujuan utama sastra ialah memberikan kenikmatan; (3) sastra membawa manusia
untuk kembali pada situasinya, problemanya, perasaannya, dan hubungannya. Pada
dasarnya H.L.B. Moody bermaksud untuk menekankan kebermaknaan (signifikansi)
sastra bagi manusia dengan dasar bahwa sastra bertolak dari pengalaman manusia
dan berakhir dengan penghayatan hakikat kemanusiaan, yang meliputi berbagai
dimensi kehidupannya.
Pendapat senada tentang kebermaknaan sastra dikemukakan oleh Robert
E.Probst (1988:44). Menurutnya, Keususastraan memungkinkan kita untuk
mengalami

dan

merefleksikan

pengalaman

dan

karenanya

mengundang

kegemaran/ketertarikan orang-orang yang berusaha memahami dirinya dan dunia
sekitarnya. Kesadaran pada kedekatan sastra dengan kehidupan manusia itu sendiri
akan membangun kebermaknaan sastra itu bagi kehidupan manusia kesehariannya.
Berdasarkan uraian tentang makna secara umum dan kebermaknaan karya
sastra di atas dapat disimpulkan bahwa makna karya sastra berhubungan dengan
maksud pengarang, efeknya pada pembaca, dan makna verbal dari suatu teks sastra.
Makna karya sastra tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada maksud pribadi
penulisnya karena karya sastra itu ditulis dengan menggunakan media publik, yaitu
bahasa yang bersifat sosial dan konvensional. Seperti yang dikemukakan oleh Louise
M. Rossenblatt (1983:251) bahwa Kesusastraan bukanlah pencerminan kehidupan

19

secara fotografi melainkan merupakan hasil dari suatu kepribadian tertentu yang
dipolakan secara sosial dengan menggunakan/ memanfaatkan moda-moda/cara-cara
komunikasi tertentu yang berkembang secara sosial.
Dalam teori sastra yang bertolak dari teori resepsi estetis, seperti yang diikuti
dalam penelitian ini, pembahasan makna karya sastra dikaitkan dengan peranan
pembaca. Yang dimaksud adalah bahwa pembaca secara aktif merumuskan makna
dari karya sastra yang dibacanya berdasarkan pengetahuannya tentang konvensikonvensi

sastra

secara

umum,

keakrabannya

dengan

tradisi

sastra,

dan

kecenderungan pribadinya. Pendirian ini secara tegas dinyatakan oleh Jane P.
Tompkins (1980:xix) para kritikus resepsi pembaca akan berpendapat bahwa sebuah
puisi tidak dapat dipahami terlepas dari hasil-hasilnya, “efek-efeknya”, psikologis
dan yang lain sangat penting bagi setiap deskripsi yang akurat tentang makna puisi
tersebut karena makna tersebut tidak mempunyai eksistensi (keberadaan), efektif di
luar realisasinya dalam pikiran pembaca. Dengan demikian, sebuah teks sastra akan
bermakna setelah ada komunikasi dan transaksi dengan pembacanya. Dalam
rumusan yang lain, Agnes J. Webb (Cooper, 1985:274) menyatakan bahwa pembaca
merespon suatu karya sastra secara aktif untuk memberikan suatu makna respons
transaktif (kesusastraan) menyatakan bahwa pembacaan suatu karya bukanlah
sekadar pengkomunikasian pesan kepada penerima pasif, transaksi tersebut
merupakan aktivitas internal di mana pembaca menciptakan ulang teks dan
memberikan makna kepada karya tersebut.
Makna pertama: Novel Supernova dapat diminati pembaca yang cukup banyak
tidak terlepas dari profesi Dee sebagai penyanyi yang telah terkenal.
Mana kedua: Berbeda dengan penulis Dunia Sofie yang menampilkan tokoh
yang kompeten dalam bidang ilmu filsafat. Tokoh yang ditampilkan Dee merupakan
ilmuwan yang pernah melakukan pesta kimia juga seorang Guy. Sehingga ada kesan
penulis berlindung dibalik tokoh cerita yang memiliki kekurangan sehingga dia bisa
leluasa berbicara sains dengan tidak mendalam.
Makna Ketiga: dimunculkannya tokoh Diva yang intelektual, namun seorang
pelacur kembali mendudukkan penulis dalam daerah aman. Kepintaran yang dimiliki
Diva tampaknya hanya untuk berkelit dari pelayanan yang dia lakukan terhadap
pelanggannya.

20

Makna: penggunaan bahasa yang digunakan bersifat populis. Mungkin akan
lebih mendalam kalau Dee berupaya menggunakan bahasa lebih apik kalau bisa
mendekati Pramudya Ananta Toer.
Makna: akhirnya peneliti dapat menemukan bahwa novel Supernova lebih
dapat didudukkan sebagai novel yang bersifat menghibur daripada untuk diambil
renungannya.

Penutup
Penelitian yang telah dilakukan terhadap novel Supernova KPBJ karya Dee ini
masih belum menyeluruh, maka perlu ada perbandingan dengan resepsi pembaca
terhadap novel lainnya. Sekalipun demikian, mengingat masih sedikitnya penelitian
kesusastraan Indonesia yang menitikberatkan pada peran pembaca secara sinkronis,
maka diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi bagi
pemerhati sastra untuk melakukan penelitian yang serupa.

Daftar Pustaka
Awuy, Tommy F “Supernova KPBJ: Tantangan Baru bagi Kritik Sastra”
diakses 20
Oktober 2002
Beach. R. 1993. A. Teacher’s Introduction to Reader Resepsi Theories. Urbana: The
National Council of Teacher of English.
Dee, 2001. Supernova KPBJ: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh. Bandung: Trudee
Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln, Ed. 1994. Handbook of Qualitative
Research. London: Sage Publication.
Fokkema, D.W. 1998. Teori Sastra Abad Kedua Puluh. Diterjemahkan J.Pratadiharja
& Kepler Silaban. Jakarta: Gramedia.
Harefa, Andrias, 2001 Tips Menulis: Supernova
http://www.Cybersastra diakses 12 Desember 2003
Hermawan, C Sri Sutyoko. 2001 “Pesona Sains dalam Fiksi”
diakses 12
Desember 2003
Holub, R.C. 1984. Reception Theory: A Critical Introduction. London: Routledge.

21

Iser, Wolfgang, 1989. Persfecting: From Reader Response to Literary Anthropology.
London: The John Hopkins Press Ltd.
Martinich, A. P. 2001. The Philosophy of Language. Fourth edition. Oxford: Oxford
University Press.
Ogden, C.K. & I.A. Richards. 1923. The Meaning of Meaning: A Study of The
Unfluence of Language Upon Thought and of The Science of Symbolism. New
York and London: A Harvest/HBJ Book Harcourt Brace Javanovich.
PERSONA Dewi lestari Simangunsong
http://www.kompas.com/kompas%2Dcetak/0104/01/naper/dewi04.htm
Probst, R.E. 1988. Resepsi and Analysis: Teaching Literature in Junior and Senior
High School. Portsmooth: Boynton/Cook Publisher.
Rossenblatt, Louise M. 1978 The Reader the Text the Poem: The Transactional
Theory by the Literary Work. USA: Southern Illinois University Press.
Segers, Rien T. 2000. Evaluasi Sastra. Terjemahan Suminto A. Sayuti. Yogyakarta:
Adicita
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

22