65
dengan motif bunga, hewan, tubuh manusia, dan juga motif-motif abstrak yang dipajang di galeri milik mereka.
Perkembangan Burat Kriasta sejak mulai berdiri secara statistik dan sesuai perhitungan perusahaan terlihat relatif stabil dan cenderung mengalami progress
yang stabil. Ditinjau dari segi alat, sekarang ini sudah terhitung lengkap tidak seperti dulu lagi. Tidak hanya itu, dari segi pemasaranpun Burat Kriasta bekerja
sama dengan banyak penjual yang tersebar di berbagai pasar yang menjual kerajianan seni di Yogyakarta.
Pada tahun 2004 hingga sekarang, pada era persaingan global ini Burat Kriasta dapat terus eksis di dalam persaingan dan dirasa semakin berkembang
dengan seiring waktu menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan awal mula berdiri. Sekarang Burat Kriasta bisa merasakan tempat, peralatan, pemasaran yang
sangat memadai, dan bahkan strategi pemasaranpun sudah mulai menggunakan strategi yang lebih modern melalui berbagai sosial media termasuk website dan
sejenisnya.
B. Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan dasar atau bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi. Bahan dasar atau bahan mentah lalu digunakan dalam
membuat produk dimana bahan tersebut secara menyeluruh tampak pada produk jadi atau merupakan bagian terbesar dari bentuk barang. Bahan baku utama dalam
proses produksi Burat Kriasta adalah tanah liat, ketersediaan sumber bahan baku tanah liat dan bahan baku pendukung serta pelengkap lain seperti gas, glasir, dan
66
sebagainya mutlak dibutuhkan oleh Perusahaan Burat Kriasta untuk dapat terus mempertahankan kelangsungan usahanya.
Dalam pemilihan tanah, Burat Kriasta sangat teliti dan berhati-hati. Bahkan mereka selalu memastikan bahwa tanah yang hendak digunakan harus
memiliki kemampuan bentuk yang baik. Tanah liat yang hendak diproduksi menjadi keramik harus memiliki kemampuan bentuk yang berfungsi sebagai
penyangga sehingga tidak mengalami perubahan bentuk pada waktu proses pembentukan atau setelah proses pembentukan selesai.
Setiap tanah liat dari perusahaan atau rumah produksi keramik yang ada, berasal dari berbagai daerah yang berbeda-beda, Burat Kriasta sendiri memilih
menggunakan tanah liat Sukabumi. Tanah liat Sukabumi ini merupakan tanah liat sekunder, karena pembentukannya melalui proses yang panjang dan bercampur
dengan bahan lain dan sudah tidak murni lagi, maka tanah liat ini mempunyai sifat: berbutir halus, berwarna krem, suhu matang antara 900
C-1400 C. Pada
umumnya tanah liat sekunder lebih plastis dan mempunyai daya susut yang lebih besar dari pada tanah liat primer. Semakin tinggi suhu bakarnya semakin keras
dan semakin kecil porositasnya, sehingga benda keramik menjadi kedap air. “Ya kalau tanah dari Sukabumi itu kuat dibakar suhu 1200
C hasil wawancara Ibu Tin, 25 April 2016.
Dikarenakan sifatnya yang lebih plastis tersebut serta mampu menahan glasir hingga suhu yang tinggi inilah maka tanah jenis ini lebih dipilih oleh Burat
Kriasta dalam proses produksinya. Burat Kriasta sangat menitikberatkan pada
67
keunggulan di sektor glasirnya dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan keramik berglasir lain di sekitar Kasongan, maka suhu bakar yang tinggi sangat
dibutuhkan, karena jika tanah liat tidak memiliki suhu bakar yang tinggi tidak akan mampu untuk dibakar hingga suhu dimana glasir dapat meleleh dengan
sempurna. Burat kriasta dalam mengolah bahan baku tanah liat dibuat menjadi dua
jenis olahan, yaitu tanah liat Sukabumi murni dan tanah liat Sukabumi dicampur kaolin dan tanah liat Singkawang. Tentu saja campuran dari kedua jenis tanah liat
tersebut berbeda dan hasil pembuatan dari masing-masing tanah akan berbeda pula hasilnya setelah dibakar, untuk tanah liat yang murni hanya Sukabumi akan
berwarna krem agak kemerahan, sedangkan untuk tanah liat Sukabumi yang dicampur dengan kaolin dan tanah liat Singkawang akan berwarna krem
cenderung putih. Masing-masing tanah memiliki kelebihan dan fungsinya masing- masing.
Awalnya Burat Kriasta hanya memproduksi slip tanah liat Sukabumi dengan campuran water glaze saja, akan tetapi seiring dengan mengikuti
perkembangan, Burat Kriasta mencampurkan kaolin dan tanah liat Singkawang, hal ini dilator belakangi karena tanah liat Sukabumi hasil cetaknya setelah dituang
untuk benda-benda berukuran besar sangat rawan pecah karena kurang kuat, maka dari itu Burat Kriasta menyiasatinya dengan mencampurkan kaolin dan tanah
Singkawang. Disamping membuat body keramik lebih kuat tanah ini lebih banyak peminatnya karena warna hasil bakarnya dianggap lebih menarik, tanah liat