MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd.
Sekertaris : Drs. Mugiadi, M. Pd.
Penguji Bukan Pembimbing
: Drs. Muncarno, M. Pd.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
Dr. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003
Tanggal Lulus Ujian Skripsi :  03 Agustus 2012
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: nama mahasiswa
: Renshi Marchelina NPM
: 0813053054 jurusan
: Ilmu Pendidikan program studi
: S 1 PGSD fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Lampung dengan  ini  menyatakan  dengan  sesungguhnya  bahwa  skripsi dengan  judul
Penggunaan  Model Cooperative  Learning  Type  Two  Stay  Two  Stray TSTS untuk  Meningkatkan  Aktivitas  dan  Hasil  Belajar  Siswa  pada  Pembelajaran
Matematika Kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan Tahun Pelajaran 20112012 tersebut  adalah  benar-benar  hasil karya  saya sendiri. Bukan  plagiat
milik orang lain ataupun dibuatkan oleh orang lain. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila
di kemudian hari ternyata peryataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Metro, 01 Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,
Renshi Marchelina NPM 0813053054
RIWAYAT HIDUP
Penulis  dilahirkan  di  Bumiharjo,  Kec.  Batanghari,  Kab. Lampung  Timur,  Propinsi  Lampung  pada  tanggal  04  Juli
1990. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Siswanto dan Ibu Marsitin.
Pendidikan  penulis  diawali  di  Taman  Kanak-Kanak  TK  Xaverius Dipasena, selesai pada tahun 1996. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Dasar SD Xaverius Dipasena sampai dengan kelas IV dan pindah di SD Negeri  2  Sumberrejo,  Batanghari  Lampung  Timur  hingga  selesai  yaitu  tahun
2002. Tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama SMP di SMP Negeri 1 Metro dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah
Atas SMA di SMA Negeri 1 Metro pada tahun 2008. Setelah menyelesaikan studi SMA, penulis mengikuti tes Seleksi Nasional
Masuk  Perguruan  Tinggi  Negeri  SNMPTN  Universitas  Lampung  dan  lulus dalam  tes  tersebut.  Pada  tahun  2008  penulis  terdaftar  sebagai  mahasiswa
Universitas  Lampung  pada  Fakultas  Keguruan  dan  Ilmu  Pendidikan  dengan Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
MOTTO
Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin di dunia ini asalkan kita mau berusaha dan berdoa
Impossible is nothing. Because imposibble = i m possible
Sesulit apapun suatu pekerjaan pasti akan terselesaikan asalkan ada niat dan usaha yang maksimal untuk menyelesaikannya
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, Siti. 2011. Cooperative Learning. http:siti--amminah.blogspot.com. Diakses tanggal 15 Desember 2011 pukul 11.00 WIB.
Andayani, dkk.. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.
Apriyah, Nur. 2006. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas III SD Negeri Bulakpacing 02 Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal dalam
Materi Pecahan Melalui Bantuan Alat Peraga Benda Konkret Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Arikunto, Suharsimi, dkk.. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.
Aqib, Zainal, dkk.. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB,  TK. Yrama Widya. Bandung.
Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Eko. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. http:ras-
eko.blogspot.com201105model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two.html. Diakses tanggal 15 Desember 2011 pukul 11.00 WIB.
Furahasekai. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. http:furahasekai.wordpress.com20110907pembelajaran-kooperatif-tipe-
two-stay-two-stray. Diakses tanggal 15 Desember 2011 pukul 11.00 WIB. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.
Herrhyanto, Nar, dkk.. 2009. Statistik Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta. Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung. Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.
Komalasari,  Kokom.  2010. Pembelajaran  Kontekstual  Konsep  dan  Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.
Kusumah,  Wijaya  dan  Dedi  Dwitagama.  2009. Mengenal  Penelitian  Tindakan Kelas. PT Indeks. Jakarta.
Lie,  Anita.  2004. Mempraktikkan  Cooperative  Learning  di  Ruang-Ruang  Kelas. Grasindo. Jakarta.
Martati,  Badruli.  2010. Metodologi  Pembelajaran  pendidikan  Kewarganegaraan Strategi Penanaman Nilai. Ganesindo. Bandung.
Mursell dan Nasution. 2008. Mengajar dengan Sukses. Bumi Aksara. Jakarta. Poerwadarminta.  2011. Pengertian  Aktivitas  Belajar. http:id.shvoong.com
social-scienceseducation2241185-pengertian-aktivitas-belajar22 Desember, 2011. Diakses tanggal 27 Desember 2011 pukul 10.00 WIB.
Poerwanti,  Endang,  dkk..  2008. Asesmen  Pembelajaran  SD. DEPDIKNAS. Jakarta.
Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda Karya. Bandung.
Sanjaya, Ade. 2011. Pengertian Hasil Belajar. http:aadesanjaya. blogspot.com 201103pengertian-definisi-hasil-belajar.html. Diakses tanggal 15 Desember
2011 pukul 11.00 WIB. Sardiman.  2011. Interaksi  dan  Motivasi  Belajar  Mengajar. Raja  Grafindo
Persada. Jakarta. Solihatin,  Etin  dan  Raharjo.  2007. Cooperative  Learning  Analisis  Model
Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta. Sowiyah.  2010. Pengembangan  Kompetensi  Guru  SD.  Lembaga  Penelitian
Universitas Lampung. Bandar Lampung. Sunyono.  2008. Perancangan  PTK  dan  Penulisan  Karya  Ilmiah.  Universitas
Lampung. Bandar Lampung. Supriatna, Nana, dkk.. 2007. Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung.
Suprijono,  Agus.  2009. Cooperative  Learning Teori  dan  Aplikasi  PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Suwangsih, Erna dan Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Upi Press. Bandung.
Tim  Penyusun.  2010. Format  Penulisan  Karya  Ilmiah. Universitas  Lampung. Bandar Lampung.
Trianto.  2010. Mendesain  Model  Pembelajaran  Inovatif-Progresif.  Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Wardhani,  Igak,  dkk..  2007. Penelitian  Tindakan  Kelas.  Universitas  Terbuka. Jakarta.
ABSTRAK PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY
TWO STRAY TSTS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 4 SUKADAMAI LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 20112012 Oleh :
Renshi Marchelina
Permasalahan  penelitian  ini  adalah  rendahnya aktivitas  dan  hasil  belajar matematika siswa  kelas IV  SD  Negeri 4 Sukadamai.  Siswa  yang  mencapai  Kriteria
Ketuntasan  Minimum  KKM  60  hanya 10  siswa  31,2  dari  jumlah  keseluruhan  32 siswa dan nilai rata-rata kelasnya rendah yaitu 51,5.
Tujuan  penelitian  ini  adalah  untuk  meningkatkan  aktivitas  dan  hasil  belajar siswa  pada  pembelajaran  matematika  kelas  IV  SD  Negeri  4  Sukadamai  dengan
menggunakan model cooperative learning type TSTS. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari
perencanaan,  pelaksanaan,  observasi,  dan  refleksi.  Penelitian  ini  dilaksanakan  dalam  3 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Alat pengumpulan data
dalam penelitian  ini  berupa  lembar  observasi  dan  tes.  Lembar  observasi  digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran, sedangkan tes
digunakan  untuk  mengetahui  hasil  belajar  yang  dicapai  siswa.  Teknik  analisis  data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  adanya  peningkatan  persentase  aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada siklus I aktivitas siswa berada pada kualifikasi cukup aktif
dengan  rata-rata  persentase 59,66 ,  siklus  II  kualifikasi  aktif  dengan  rata-rata persentase 72,02 , dan pada siklus III menjadi sangat aktif dengan rata-rata persentase
81,39 . Pada hasil belajar siswa, siswa yang mencapai ketuntasan pada siklus I sebesar 62,5  dengan nilai rata-rata 57,2, siklus II menjadi 71,88  dengan nilai rata-rata 63,4,
dan pada siklus III meningkat menjadi 84,38  dengan nilai rata-rata 76,5.
Kesimpulan  dari  penelitian  ini  adalah  penerapan  model cooperative  learning type TSTS  pada  pembelajaran  matematika  dapat  meningkatkan  aktivitas  dan  hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan. Kata  kunci: aktivitas  dan  hasil  belajar matematika, cooperative  learning  type TSTS.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar  dan  proses  pembelajaran  agar  peserta  didik  secara  aktif
mengembangkan  potensi  dirinya  untuk  memiliki  spiritual  keagamaan, pengendalian  diri,  kepribadian,  kecerdasan,  akhlak  mulia  serta  keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara Supriatna, 2007: 3. Sedangkan pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila
dan  Undang-Undang  Dasar  Negara  Republik  Indonesia  tahun  1945,  yang berakar  pada  nilai-nilai  agama,  kebudayaan  nasional  Indonesia  dan  tanggap
terhadap  tuntutan  perubahan  zaman.  Pendidikan  merupakan  pilar  tegaknya bangsa.  Melalui  pendidikanlah  bangsa  akan  tegak  dan  mampu  menjaga
martabat Kusumah, 2009: 133. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menyebutkan  bahwa  pendidikan  nasional  berfungsi  mengembangkan kemampuan  dan  membentuk  watak  serta  peradaban  bangsa  yang
bermartabat  dalam  rangka  mencerdaskan kehidupan  bangsa.  Pendidikan bertujuan  untuk  mengembangkan  potensi  peserta  didik  agar  menjadi
manusia  yang  beriman  dan  bertakwa  kepada  Tuhan  Yang  Maha  Esa, berakhlak  mulia,  sehat,  berilmu,  cakap,  kreatif,  mandiri,  dan  menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Masalah  utama  dalam  pembelajaran  pada  pendidikan  formal  atau  sekolah dewasa  ini  adalah  masih  rendahnya  daya  serap  peserta  didik.  Hal  ini  tampak
dari  rata-rata  hasil  belajar  peserta  didik  yang  senantiasa  masih  sangat memprihatinkan.  Prestasi  ini  tentunya  merupakan  hasil  kondisi  pembelajaran
yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik  itu  sendiri,  yaitu  bagaimana  sebenarnya  belajar  itu.  Dalam  arti  yang
lebih  substansial,  bahwa  proses  pembelajaran hingga  dewasa  ini  masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk
berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. Proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Bahkan banyak
penelitian  menunjukkan  bahwa  pengajaran  oleh  rekan  sebaya  peer teaching  ternyata  lebih  efektif  daripada  pengajaran  oleh  guru.  Model
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan  sesama  siswa  dalam  tugas-tugas  yang  terstruktur  disebut  sebagai
sistem  pembelajaran  gotong  royong  atau cooperative  learning.  Dalam model ini, guru bertindak sebagai fasilitator Lie, 2004: 11-12.
Di Sekolah Dasar SD pembelajaran matematika masih saja dianggap sebagai pelajaran  yang  menakutkan  dan  tidak menarik.  Hal  ini  dikarenakan  proses
pembelajaran yang dianggap masih kurang dan perlu adanya perbaikan sesuai dengan yang diharapkan dalam KTSP Apriyah, 2006: 2.
Pembelajaran  matematika  kadang-kadang  terasa  sulit,  banyak  hambatan, banyak kegagalan, baik bagi siswa maupun guru. Karena itu diperlukan model
pembelajaran  matematika  yang  memungkinkan  siswa  untuk  belajar matematika lebih baik. Salah satunya adalah model cooperative learning type
TSTS.  Model cooperative  learning  type TSTS ini  dapat meningkatkan komunikasi  dan  hubungan  antar  siswa  di  kelas dalam  proses  pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran cepat tercapai, siswa menjadi lebih memahami materi  pembelajaran,
dan  membuat  suasana  menyenangkan  dalam
pembelajaran  matematika  yang  biasanya  dianggap  membosankan dan menakutkan oleh siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi pada tanggal 12 Desember 2011 tentang  data  hasil  belajar  siswa  kelas  IV  SD  Negeri  4  Sukadamai  pada  hasil
ulangan  semester  ganjil  tahun  pelajaran  20112012  pada  mata  pelajaran matematika, siswa yang mendapat nilai lebih dari 60 hanya 10 siswa 31,2
dari  jumlah  keseluruhan  32  siswa.  Ini  berarti  jumlah  siswa  yang  mendapat nilai  di  atas  Kriteria  Ketuntasan  Minimum  KKM  60  dengan  standar
ketuntasan  75  dari  jumlah  siswa  tidak  terpenuhi.  Hal  ini  menunjukkan bahwa  masih  banyak  siswa  yang  tidak  tuntas  dan  memiliki  nilai  rata-rata
rendah yaitu 51,5. Pada saat pembelajaran, guru belum menggunakan model-model pembelajaran
secara bervariasi sehingga menyebabkan kurangnya minat siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai terhadap pelajaran matematika. Hal ini terlihat pada saat
guru  memberikan  kesempatan  untuk  bertanya  tetapi  hampir  tidak  ada  siswa yang  bertanya.  Ini  terjadi  karena  pembelajaran  kurang  bervariasi  sehingga
terkesan  membosankan.  Selain  siswa  kurang  aktif  mengajukan  pertanyaan, kerjasama  positif  antar  siswa  dalam  kelompok  juga  sangat  kurang.  Saat
mengerjakan LKS secara berkelompok hanya siswa yang pintar saja yang aktif mengerjakannya.  Siswa  juga  sering  mengobrol  sendiri-sendiri  selama  proses
pembelajaran.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  aktivitas  dan  hasil  belajar  siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai masih rendah. Karena itu diperlukan suatu
usaha  untuk  mengoptimalisasikan  pembelajaran  matematika  dengan
menerapkan  model  pembelajaran  yang dapat  meningkatkan  aktivitas  belajar dan melatih berpikir siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan  latar  belakang  di  atas,  maka  peneliti  melakukan  perbaikan Penggunaan
Model Cooperative  Learning  Type  Two  Stay  Two  Stray TSTS untuk Meningkatkan  Aktivitas  dan  Hasil  Belajar  Siswa  pada  Pembelajaran
Matematika  Kelas IV  SD  Negeri  4 Sukadamai  Lampung  Selatan  Tahun Pelajaran 20112012
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:
1. Pembelajaran kurang bervariasi sehingga terkesan membosankan. 2. Kurangnya  minat  siswa  kelas  IV  SD  Negeri  4  Sukadamai  terhadap  mata
pelajaran matematika. 3. Siswa  tidak  berani  mengajukan  pertanyaan  jika  belum  memahami  materi
yang disampaikan guru. 4. Kurangnya kerjasama antar siswa dalam kelompok.
5. Saat  mengerjakan  LKS  secara  berkelompok  hanya  siswa  pintar  saja  yang aktif.
6. Siswa sering mengobrol sendiri-sendiri selama proses pembelajaran. 7. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai pada
proses pembelajaran. 8. Rendahnya  hasil  belajar  siswa  kelas  IV  SD  Negeri  4  Sukadamai,  dari  32
siswa, hanya 10 siswa 31,2 yang sudah mencapai mencapai KKM.
9. Rendahnya nilai rata-rata kelas yang hanya mencapai 51,5. 10. Guru belum menggunakan model-model pembelajaran secara bervariasi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan  identifikasi  masalah  di  atas  dapat  dirumuskan  masalah  dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah  penggunaan model cooperative  learning  type TSTS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas
IV SD Negeri 4 Sukadamai? 2. Bagaimanakah penggunaan  model cooperative  learning  type TSTS dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas
IV  SD  Negeri  4  Sukadamai  dengan  menggunaan model cooperative learning type TSTS.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai dengan menggunaan model cooperative learning
type TSTS.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika khususnya  di  kelas  IV  SD  Negeri  4  Sukadamai  sehingga  hasil  belajarnya
pun meningkat. 2. Bagi Guru
Dapat  memperluas  wawasan  dan  pengetahuan  guru  khususnya  dalam penggunaan  model cooperative  learning  type TSTS sehingga  dapat
memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan profesionalisme guru matematika SD Negeri 4 Sukadamai.
3. Bagi SD Negeri 4 Sukadamai Sebagai bahan masukan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan
dengan penggunaan model cooperative learning type TSTS. 4. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas dengan penggunaan model cooperative learning type TSTS sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray TSTS 1. Pengertian Model Pembelajaran
Model  pembelajaran  dapat  digunakan  sebagai  pedoman  bagi  guru  dalam merencanakan  kegiatan  pembelajaran.  Menurut  Mills  dalam  Suprijono,
2009:  45  model  adalah  bentuk  representasi  akurat  sebagai  proses  aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan  model  itu.  Model  merupakan  interpretasi  terhadap  hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.
Sedangkan  menurut  Joice  dan  Weil  dalam  Isjoni,  2007:  50  model pembelajaran  adalah  suatu  pola  atau  rencana  yang  sudah  direncanakan
sedemikian  rupa  dan  digunakan  untuk  menyusun  kurikulum,  mengatur materi  pelajaran,  dan  memberi  petunjuk  kepada pengajar  di  kelasnya.
Dalam  penerapannya,  model  pembelajaran  ini  harus  sesuai  dengan kebutuhan siswa.
Model  pembelajaran  merupakan  landasan  praktik  pembelajaran  hasil penurunan  teori  belajar  yang  dirancang  berdasarkan  analisis  terhadap
implementasi  kurikulum  dan  implikasinya  pada  tingkat  operasional  di kelas.  Model  pembelajaran  dapat  diartikan  pula  sebagai  pola  yang
digunakan  untuk  penyusunan  kurikulum,  mengatur  materi,  dan  memberi petunjuk kepada guru di kelas Suprijono, 2009: 45-46.
Menurut Arends dalam Trianto, 2010: 22 model pembelajaran mengarah pada  suatu  pendekatan  pembelajaran  tertentu  termasuk  tujuannya,
sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Berdasarkan  beberapa  pendapat  di  atas,  peneliti  menyimpulkan  bahwa
model  pembelajaran yaitu  pedoman  bagi  para  guru  dalam  merencanakan aktivitas pembelajaran, melalui model pembelajaran guru dapat membantu
peserta  didik  mendapatkan  informasi,  ide,  ketrampilan,  cara  berpikir,  dan mengekspresikan  ide  dalam  pengalaman  belajar  untuk  mencapai  tujuan
pembelajaran.
2. Cooperative Learning a. Pengertian Cooperative Learning
Cooperative  learning merupakan  salah  satu  model  pembelajaran  yang kegiatan  pembelajarannya  dilakukan  secara  berkelompok.  Menurut
Isjoni  2007:  11 cooperative  learning atau  pembelajaran  kooperatif adalah  strategi  belajar  dengan  sejumlah  siswa  sebagai  anggota
kelompok  kecil  yang  tingkat  kemampuannya  berbeda.  Dalam menyelesaikan  tugas  kelompoknya,  setiap  siswa  anggota  kelompok
harus  saling  bekerja  sama  dan  saling  membantu untuk  memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum
selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut  Slavin  dalam  Solihatin  dan  Raharjo,  2007:  4 cooperative learning adalah  suatu  model  pembelajaran  dimana  siswa  belajar  dan
bekerja  dalam  kelompok-kelompok  kecil  secara  kolaboratif  yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan struktur kelompoknya
yang bersifat heterogen. Sedangkan Artz dan Newman dalam Trianto, 2010:  56  menyatakan  bahwa  dalam  belajar  kooperatif  siswa  belajar
bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama, jadi setiap anggota kelompok memiliki
tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Sedangkan  Bern  dan  Erickson  dalam  Komalasari,  2010:  62
mengemukakan  bahwa cooperative  learning
merupakan  strategi pembelajaran  yang  mengorganisir  pembelajaran  dengan  menggunakan
kelompok  belajar  kecil  dimana  siswa  bekerjasama  untuk  mencapai tujuan  pembelajaran.  Sedangkan  menurut  Roger,  dkk.  dalam  Huda,
2011:  29 cooperative  learning merupakan  aktivitas  pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus
didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok- kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung
jawab  atas  pembelajarannya  sendiri  dan  didorong  untuk  meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.  Ada  unsur-unsur  dasar pembelajaran  kooperatif  yang
membedakannya  dengan  pembagian  kelompok  yang  dilakukan asal-asalan.
Model pembelajaran
kooperatif akan
dapat menumbuhkan  pembelajaran  efektif  yaitu  pembelajaran  yang
bercirikan:  1  memudahkan  siswa  belajar  sesuatu  yang bermanfaat  seperti  fakta,  keterampilan,  nilai,  konsep,  dan
bagaimana  hidup  serasi  dengan  sesama;  2  pengetahuan,  nilai, dan  keterampilan  diakui  oleh  mereka  yang  berkompeten  menilai
Suprijono, 2009: 58.
Menurut  Roger  dan  Johnson  dalam  Lie,  2004:  31  tidak  semua  kerja kelompok  bisa  dianggap cooperative  learning.  Untuk  mencapai  hasil
yang  maksimal,  lima  unsur  model  pembelajaran  kooperatif  harus diterapkan.  Lima  unsur  tersebut  adalah:  1  saling  ketergantungan
positif,  2  tanggung  jawab  perseorangan,  3  tatap  muka,  4 komunikasi antar anggota, dan 5 evaluasi proses kelompok.
Berdasarkan  beberapa  pendapat  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa cooperative  learning adalah  model  pembelajaran  yang  membagi  siswa
dalam  kelompok-kelompok  kecil  untuk  bekerja  sama  mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan pembelajaran.
b. Karakteristik Cooperative Learning
Pada  hakekatnya  cooperative  learning sama  dengan  kerja  kelompok, tetapi  tidak  setiap  kerja  kelompok  dapat  dikatakan  cooperative
learning.  Bennet  dalam  Isjoni,  2007: 41-43  menyatakan  ada  lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja
kelompok, yaitu: a Positive  Interdepedence,  yaitu  hubungan  timbal  balik  yang
didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota  kelompok  dimana  keberhasilan  seseorang  merupakan
keberhasilan yang lainnya juga. b Interaction Face to Face, yaitu interaksi yang langsung terjadi
antar siswa tanpa adanya perantara. c Adanya  tanggung  jawab  pribadi  mengenai  materi  pelajaran
dalam  anggota  kelompok  sehingga siswa  termotivasi  untuk membantu temannya.
d Membutuhkan  keluwesan,  yaitu  menciptakan  hubungan  antar pribadi,
mengembangkan kemampuan
kelompok, dan
memelihara hubungan kerja yang efektif. e Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam  memecahkan
masalah proses kelompok.
Berdasarkan  karakteristik  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa pembelajaran  dengan  model cooperative  learning dapat  melatih  siswa
untuk  berinteraksi,  bekerjasama,  dan  bertanggung  jawab  dengan anggota  kelompoknya  dalam  memecahkan  masalah  dalam  proses
pembelajaran.
c. Tujuan Cooperative Learning
Tujuan  utama  dalam  penerapan  model  pembelajaran cooperative learning adalah  agar  peserta  didik  dapat  belajar  secara  berkelompok
bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan  kesempatan  kepada  orang  lain  untuk  mengemukakan
gagasannya dengan
menyampaikan pendapat
mereka secara
berkelompok Isjoni, 2007: 21. Menurut  Martati  2010:  15  model  pembelajaran  kooperatif
dikembangkan    paling  sedikit  tiga  tujuan  penting,  yaitu  tujuan pertama,
pembelajaran kooperatif
dimaksudkan untuk
meningkatkan  kinerja  siswa  dalam  tugas-tugas  akademis  yang penting.  Tujuan  kedua  adalah  toleransi  dan  penerimaan  yang
lebih  luas  terhadap  orang-orang  yang  berbeda  ras,  budaya,  kelas sosial,  atau  kemampuannya.  Tujuan  ketiga  kooperatif  adalah
mengajarkan  katerampilan  kerjasama  dan  berkolaborasi  kepada siswa.
Sedangkan  menurut  Sharan  dalam Isjoni,  2007:  23-24,  siswa yang  belajar  menggunakan  metode  cooperative  learning akan
memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Cooperative learning juga bertujuan menghasilkan
peningkatan  kemampuan  akademik,  meningkatkan  kemampuan berpikir  kritis,  membentuk  hubungan  persahabatan,  menimba
berbagai  informasi,  belajar  menggunakan  sopan  santun, meningkatkan  motivasi  siswa,  memperbaiki  sikap  terhadap
sekolah  dan  belajar  mengurangi  tingkah  laku  yang  kurang  baik, serta  membantu siswa  dalam  menghargai  pokok  pikiran  orang
lain.
Pembelajaran  cooperative  learning bertujuan  meningkatkan  kinerja siswa  dalam  tugas-tugas  akademik,  unggul  dalam  membantu  siswa
memahami  konsep-konsep  yang  sulit,  dan  membantu  siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis Trianto, 2010: 59.
Berdasarkan  beberapa  pendapat  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa pembelajaran  cooperative  learning bertujuan  meningkatkan  prestasi
belajar  siswa,  dapat  menumbuhkan  sikap  toleransi  dan  penerimaan terhadap  keanekaragaman,  serta  dapat  mengembangkan  keterampilan
sosial.
d. Peranan Guru Dalam Cooperative Learning
Dalam pembelajaran, guru berperan menyediakan sarana pembelajaran untuk  menciptakan  suasana  belajar  yang  menyenangkan  dan  tidak
membosankan. Menurut  Isjoni  2007:  62  peran  guru  dalam  pelaksanaan
cooperative learning adalah sebagai: a Fasilitator
Sebagai  fasilitator  guru  harus  mampu  menciptakan  suasana kelas  yang  nyaman  dan  menyenangkan,  membantu  siswa
mengungkapkan keinginan
dan pembicaraan
secara individual  maupun  kelompok,
membantu  menyediakan sumber  dan  media  pembelajaran,  membina  siswa  agar
menjadi  sumber  yang  bermanfaat  bagi  yang  lainnya,  serta menjelaskan  tujuan  kegiatan  pada  kelompok  dan  mengatur
penyebaran dalam bertukar pendapat.
bMediator Sebagai  mediator  guru  berperan  sebagai  penghubung  dalam
menjembatani  mengaitkan  materi  pembelajaran  yang  sedang dibahas  melalui  cooperative  learning dengan  permasalahan
yang nyata yang ditemukan di lapangan.
c Director-Motivator Sebagai  director  guru  berperan  dalam  membimbing  serta
mengarahkan  jalannya  diskusi  dan  sebagai  motivator  guru berperan  sebagai  pemberi  semangat  pada  siswa  untuk  aktif
berpartisipasi.
d Evaluator Sebagai  evaluator  guru  berperan  dalam  menilai  kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa peran guru dalam  pembelajaran  koperatif  adalah  sebagai  fasilitator,  mediator,
director-motivator,  dan  evaluator  dalam  proses  pembelajaran  dan mendorong  serta  memotivasi  siswa  untuk  memperoleh  kemajuan  yang
baik.
3. Two Stay Two Stray TSTS a. Pengertian TSTS
TSTS  adalah  salah  satu  tipe  dari  cooperative  learning. TSTS merupakan salah  satu model  pembelajaran  yang  memberi kesempatan
kepada  kelompok  untuk  membagikan  hasil  dan  informasi  dengan kelompok  lainnya. Hal  ini dilakukan dengan  cara  saling  mengunjungi
atau bertamu  antar  kelompok  untuk  berbagi  informasi. Menurut  Lie 2004:  61  TSTS  ini  dikembangkan  oleh  Spencer  Kagan  pada  tahun
1992 dan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan  usia  anak didik.  Struktur  TSTS  ini  memberikan  kesempatan
kepada  kelompok  untuk  membagikan  hasil  dan  informasi  dengan kelompok lain.
TSTS ini  bisa  dijadikan sebagai  alternatif  pembelajaran  matematika  di sekolah. Terutama untuk bahasan yang terdiri dari beberapa sub pokok
bahasan.  Sehingga  tujuan  pembelajaran  cepat  tercapai,  siswa  menjadi lebih  mengerti  dan  membuat  suasana  menyenangkan  dalam
pembelajaran  matematika  yang  biasanya  dianggap  membosankan  oleh siswa. TSTS cocok  untuk  meningkatkan  komunikasi  dan  hubungan
antar siswa di kelas Furahasekai.wordpress.com, 2011. Sedangkan  menurut  Suprijono  2009:  93-94 TSTS diawali
dengan pembagian kelompok lalu guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan  yang  harus  mereka  diskusikan
jawabannya. Setelah itu dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan  kelompoknya  untuk  bertamu  kepada  kelompok
yang lain, dan dua anggota lainnya menerima tamu dari kelompok lain  untuk  menyajikan  hasil  kerja  kelompoknya  kepada  tamu
tersebut.  Jika  telah  selesai,  mereka  kembali  ke  kelompoknya masing-masing untuk membahas hasil kerja mereka.
TSTS merupakan  sistem  pembelajaran  kelompok  dengan  tujuan  agar siswa  dapat  saling  bekerjasama,  bertanggung  jawab,  saling  membantu
memecahkan  masalah  dan  saling  mendorong  untuk  berprestasi.  Model ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik wordpress.com,
2011. Sedangkan  menurut  Herdian  dalam  Amminah.blogspot.com,  2011
model pembelajaran ini juga bertujuan agar siswa berbagi pengetahuan dan  pengalaman  dengan  kelompok  lain.  Tahap-tahap  pelaksanaannya
adalah  kerja  kelompok,  dua  siswa  bertamu  ke  kelompok  lain  dan  dua siswa  lainnya  tetap  di  kelompoknya  untuk  menerima  tamu  dua  orang
dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke  kelompok asal, kerja kelompok, kemudian laporan kelompok-kelompok.
Menurut  Eko  blogspot.com,  2011
,
ciri-ciri TSTS  yaitu:  a Siswa  bekerja  dalam  kelompok  secara  kooperatif  untuk
menuntaskan  materi  belajarnya,  b Kelompok  dibentuk  dari siswa  yang  memiliki  kemampuan  tinggi,  sedang  dan  rendah,  c
Bila  mungkin  anggota  kelompok  berasal  dari  ras,  budaya,  suku,