PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV B SD NEGERI 4 METRO PUSAT

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY

DENGAN MEDIA GRAFIS PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV B SD NEGERI 4 METRO PUSAT

Oleh

ANNISA PRADINI

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B pada pembelajaran IPS di SD Negeri 4 Metro Pusat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis pada pembelajaran IPS.

Jenis penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari dua siklus, setiap siklus memiliki empat tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan tes menggunakan lembar observasi dan soal-soal tes. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa pada siklus I menunjukkan aktivitas cukup aktif dengan nilai 64,06 dan persentase siswa aktif 58,34%. Aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan aktivitas sangat aktif dengan nilai 80,94 dan persentase siswa aktif 75%. Aktivitas siswa dan persentase siswa aktif siklus I dan siklus II meningkat 16,88 dan 16,66%. Hasil belajar siswa pada siklus I 58,50

kategori “cukup baik” dengan persentase ketuntasan belajar siswa mencapai 54,17%. Hasil belajar siswa pada siklus II 79,66 kategori “baik” dengan persentase ketuntasan belajar siswa 80%. Hasil belajar dan persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan siklus II meningkat 21,16 dan 25,83%.

Kata kunci: aktivitas, cooperative learning tipe two stay two stray, hasil belajar, media grafis


(2)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY

DENGAN MEDIA GRAFIS PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV B SD NEGERI 4 METRO PUSAT

Oleh

ANNISA PRADINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Kota Metro, pada tanggal 19 Oktober 1993. Peneliti adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Hi. Buyung Hermanto dan Ibu Septiyani. Peneliti menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Bustanul Athfal Aisyah Metro Pusat, diselesaikan pada tahun 1999. Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Metro Pusat, diselesaikan pada tahun 2005. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 6 Metro Pusat, diselesaikan pada tahun 2008. Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Pekalongan, Lampung Timur, diselesaikan pada tahun 2011. Selanjutnya, pada tahun 2011 peneliti melanjutkan pendidikan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(7)

i PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur atas nikmat dan karunia yang telah Allah SWT berikan sehingga karya

ini dapat terselesaikan. Ku persembahkan karya ini untuk:

Ayah Hi. Buyung Hermanto dan Mamah Septiyani

yang telah membesarkanku, mendidik, memberikan kasih sayang yang tulus, bekerja

keras demi anak-anaknya, dan selalu memberikan motivasi terbesar dalam hidup ku

untuk selalu berjuang mewujudkan impianku, dan tiada pernah lelah selalu

memberikan do’a dan nasihat untuk menyelesaikan studi ini,

terima kasih Ayah, terima kasih Mamah

Adik-adikku tersayang, Adinda Pratiwi dan Fitri Ramadani

yang selalu memberikan dukungan untuk karyaku, semoga karya ini menjadi

motivasi bagi kalian untuk menjadi lebih baik dari kakak mu. Aamiin.

Teruslah belajar dan berikanlah prestasi terbaik bagi Ayah dan Mamah.


(8)

Moto

SETIALAH PADA TUHAN, DIRI SENDIRI DAN IMPIAN (ANNISA PRADINI)


(9)

SANWACANA

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray dengan Media Grafis Pada Pembelajaran IPS Kelas IV B SD Negeri 4 Metro Pusat” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir Sugeng P. Hariyanto, M.S., Rektor Universitas Lampung yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung dan membawa nama Universitas Lampung terus menjadi yang terbaik di lingkup nasional.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., Dekan FKIP Unila yang telah memberikan dukungan yang teramat besar terhadap perkembangan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M. Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah membantu sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD tercinta.


(10)

5. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., Koordinator Kampus B FKIP UNILA yang telah memberikan banyak ilmu kepada peneliti selama masa kuliah dan memberikan bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Hj. Yulina., M.Pd.I, Dosen Pembimbing Utama, yang telah bersedia memberikan bimbingan dan masukan dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Dra. Asmaulkhair, M.Pd., Dosen Pembimbing Kedua yang telah membimbing dan memberikan masukan yang berarti selama proses penyusunan skripsi.

8. Bapak Drs. Supriyadi, M. Pd., Penguji Utama yang telah memberikan saran dan masukan guna perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan PGSD UPP Metro, yang telah membantu dan memberi ilmu pengetahuan kepada peneliti hingga skripsi ini selesai.

10.Ibu Rostati Nasution, S.Pd. SD. Kepala Sekolah SD Negeri 4 Metro Pusat yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SD Negeri 4 Metro Pusat. 11.Ibu Sunarmi, S.Pd., Wali Kelas dan Guru kelas IV B SD Negeri 4 Metro Pusat yang

telah bersedia untuk bekerja sama menjadi teman sejawat dalam penelitian tindakan kelas.

12.Siswa-siswi kelas IV SD Negeri 4 Metro Pusat yang ikut andil pada pelaksanaan penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

13.Teman-teman (Sovia Rina, Gusti Ayu, Azka Falaih, Umi Yuli, Putri Nurul, Imma Shofiana Tsani, Nurlitasari Ningsih, Atika Oktaviani, Juwita Kusuma, Etik Desti, Nuke Zella, Nur Aulia, Ristiana, Ikke Jaya, Rizki Agung, Faradilla A. Putri, Sella


(11)

dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

14.Seluruh rekan-rekan mahasiswa PGSD angkatan 2011 kelas A dan B yang telah bersama-sama berusaha dari awal hingga akhir.

Metro, April 2015 Peneliti,

Annisa Pradini NPM 1113053010


(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 8

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 8

2. Ruang Lingkup IPS ... 9

3. Tujuan IPS SD ... 10

B. Belajar dan Pembelajaran ... 11

1. Belajar ... 11

a. Pengertian Belajar ... 11

b. Aktivitas Belajar ... 12

c. Hasil Belajar ... 14

2. Pembelajaran ... 17

a. Pengertian Pembelajaran ... 17

b. Pembelajaran IPS di SD ... 18

C. Model Pembelajaran ... 19

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 19

2. Jenis-jenis Model Pembelajaran ... 20

D. Model Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) ... 21

1. Pengertian Model Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) ... 21


(13)

xiii

E. Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray ... 24

1. Pengertian Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray .. 24

2. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray ... 25

3. Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Two Stay TwoStray ... 26

F. Media Pembelajaran ... 28

1. Pengertian Media ... 28

2. Media Pembelajaran ... 29

3. Fungsi Media Pembelajaran ... 30

4. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran ... 31

G. Media Grafis ... 32

1. Pengertian Media Grafis ... 32

2. Kelebihan dan Kekurangan Media Grafis ... 33

3. Jenis-jenis Media Grafis ... 33

H. Kinerja Guru ... 34

I.Hipotesis Tindakan ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Setting Penelitian ... 38

1. Subjek Penelitian ... 38

2. Tempat Penelitian ... 38

3. Waktu Penelitian ... 38

C. Teknik Pengumpulan Data ... 39

D. Alat Pengumpulan Data ... 39

E. Teknik Analisis Data ... 42

1. Analisis Kualitatif ... 42

2. Analisis Kuantitatif ... 44

F. Prosedur Penelitian ... 45

G. Indikator Keberhasilan ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah ... 55

B. Deskripsi Awal ... 55

C. Refleksi Awal ... 56

D. Persiapan Pembelajaran ... 57

E. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian ... 57

1. Siklus I ... 58

a. Perencanaan ... 58

b. Pelaksanaan ... 58

c. Hasil Pengamatan Siklus I ... 67


(14)

xiv

5) Hasil Belajar Psikomotor ... 87

6) Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 94

d. Refleksi Siklus I ... 95

e. Saran Perbaikan Siklus II ... 97

2. Siklus II ... 99

a. Perencanaan ... 99

b. Pelaksanaan ... 100

c. Hasil Pengamatan Siklus II ... 112

1) Kinerja Guru ... 112

2) Aktivitas Siswa ... 118

3) Hasil Belajar Kognitif ... 123

4) Hasil Belajar Afektif ... 125

5) Hasil Belajar Psikomotor ... 131

6) Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 138

d. Refleksi ... 140

F. Pembahasan ... 141

1. Kinerja Guru ... 141

2. Aktivitas Siswa ... 143

3. Hasil Belajar ... 145

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 148

B. Saran ... 149 DAFTAR PUSTAKA


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.01 Ruang lingkup pelajaran IPS ... 10

3.01 Kategori keberhasilan kinerja guru. ... 42

3.02 Kategori perolehan nilai aktivitas siswa ... 43

3.03 Kategori nilai afektif siswa ... 43

3.04 Kategori nilai psikomotor siswa ... 44

3.05 Kategori nilai kognitif siswa ... 45

4.02 Kinerja guru siklus I pertemuan 1 ... 67

4.03 Kinerja guru siklus I pertemuan 2 ... 69

4.04 Rekapitulasi kinerja guru siklus I ... 72

4.05 Aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 ... 74

4.06 Aktivitas siswa siklus I pertemuan 2 ... 76

4.07 Rekapitulasi aktivitas siswa siklus I ... 78

4.08 Nilai kognitif siswa siklus I ... 79

4.08 Nilai afektif siswa siklus I pertemuan 1 ... 81

4.09 Nilai afektif siswa siklus I pertemuan 2 ... 83

4.10 Rekapitulasi hasil belajar afektif siswa siklus ... 86

4.11 Nilai psikomotor siswa siklus I pertemuan 1 ... 87

4.13 Nilai psikomotor siswa siklus I pertemuan 2 ... 90

4.14 Rekapitulasi hasil belajar psikomotor siswa siklus I ... 93

4.15 Hasil belajar siswa siklus I ... 94

4.16 Nilai kinerja guru siklus II pertemuan 1 ... 112

4.17 Nilai kinerja guru siklus II pertemuan 2 ... 114

4.18 Rekapitulasi kinerja guru siklus II ... 117

4.19 Aktivitas siswa siklus II pertemuan 1 ... 118

4.20 Aktivitas siswa siklus II pertemuan 2 ... 120

4.21 Rekapitulasi aktivitas siswa suklus II ... 122

4.22 Nilai kognitif siswa siklus II ... 124

4.23 Nilai afektif siswa siklus II pertemuan 1... 125

4.24 Nilai afektif siswa siklus II pertemuan 2... 128

4.25 Rekapitulasi hasil belajar afektif siswa siklus I ... 130

4.26 Nilai psikomotor siswa siklus II pertemuan 1 ... 132

4.27 Nilai psikomotor siswa siklus II pertemuan 2 ... 134

4.28 Rekapitulasi hasil belajar psikomotor siswa siklus II ... 137

4.29 Hasil belajar siswa siklus II... 139

4.30 Rekapitulasi kinerja guru siklus I dan II ... 141


(16)

(17)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Penelitian Pendahuluan ... 153

2. Surat Keterangan ... 154

3. Surat Izin Penelitian ... 155

4. Surat Keterangan Penelitian ... 156

5. Surat Pernyataan ... 159

6. Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 161

7. Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 184

8. Kinerja Guru Siklus I ... 211

9. Kinerja Guru Siklus II ... 215

10. Rekapitulasi Kinerja Guru ... 220

11. Aktivitas Siswa Siklus I ... 224

12. Aktivitas Siswa Siklus II ... 225

13. Rekapitulasi Aktivitas Siswa ... 229

14. Hasil Belajar Siswa ... 231

15. Rekapitulasi Hasil Belajar ... 243


(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Diamika perpindahan anggota kelompok dalam metode two stay two

stray ... 27

3.1 Alur siklus penelitian tindakan kelas ... 38

4.1 Grafik peningkatan nilai kinerja guru ... 142

4.2 Grafik aktivitas siswa ... 144


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal mutlak yang harus dikembangkan bagi seluruh bangsa Indonesia, agar tidak tertinggal dari negara lain. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif serta sehat jasmani dan rohani. Selanjutnya, untuk mencapai tujuan

tersebut, maka salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah adanya pendidikan yang dikelola dengan baik. Peran pendidikan dinilai sangat penting, sebab pendidikan merupakan kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan yang ada disekitarnya. Lingkungan pendidikan yang dimaksud adalah keluarga, sekolah dan masyarakat.

Pendidikan dalam keluarga merupakan proses awal karakter anak dibentuk. Sekolah dan masyarakat juga terlibat dalam mengembangkan kepribadian dan karakter anak, sebab sekolah merupakan rumah kedua bagi setiap anak.


(20)

Menurut Amri (2013: 214) tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter, sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Usaha untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut adalah melalui pendidikan di sekolah yang di dalamnya terdapat beberapa mata pelajaran yang harus ditempuh, salah satunya yaitu, llmu Pengetahuan Sosial (IPS).

IPS mempelajari tentang kehidupan manusia dan lingkungannya. Banks (dalam Sapriya dkk., 2007: 4) menyatakan bahwa IPS di sekolah penekanannya pada aspek pengembangan berpikir peserta didik sebagai bagian dari masyarakat dalam berperan serta dalam memecahkan masalah. Selanjutnya, menurut Martorella (dalam Sapriya dkk., 2007: 8) seorang warga negara yang dihasilkan oleh pendidikan IPS mempunyai sifat sebagai warga negara yang reflektif, mampu atau terampil, dan peduli. Reflektif berarti dapat berpikir kritis dan mampu membuat keputusan-keputusan untuk memecahkan masalah atas dasar bukti-bukti terbaik yang dapat diperolehnya. Terampil berarti mempunyai sejumlah keterampilan untuk menolong seseorang di dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Sikap peduli berarti kemampuan untuk menyelidiki kehidupan sosialnya dan memperhatikan/ menelaah isu-isu yang penting, melaksanakan hak-haknya dan tanggung jawabnya sebagai anggota dari masyarakat.

Menurut Bruner (dalam Supriatna, dkk., 2007: 38) terdapat tiga prinsip pembelajaran IPS di SD, yaitu 1) pembelajaran harus berhubungan dengan


(21)

pengalaman serta konteks lingkungan; 2) pembelajaran harus terstruktur; 3) pembelajaran harus disusun sedemikian rupa.

Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran IPS di kelas IV B SD Negeri 4 Metro Pusat pada hari Senin 24 November 2014, diperoleh informasi bahwa guru kurang bervariasi dalam menggunakan model pembelajaran. Guru kurang optimal dalam penggunaan media pembelajaran, yaitu ketika pelaksanaan pembelajaran IPS guru kurang memanfaatkan media pembelajaran yang ada. Pembelajaran IPS di kelas tersebut terkesan teks book oriented atau guru menyampaikan materi sesuai dengan yang tertulis di dalam bahan ajar, pembelajaran tersebut terkesan hanya memindahkan pengetahuan secara utuh kepada siswa. Pola pembelajaran tersebut membuat siswa jenuh dan mengajarkan siswa untuk tidak berpikir logis, karena hanya mementingkan pemahaman dan hafalan. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran masih jarang terlihat siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang telah diberikan guru, dan siswa kurang berani apabila ingin bertanya serta berpendapat dalam pembelajaran. Beberapa indikasi tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa di kelas tersebut masih rendah.

Penelusuran lebih lanjut melalui telaah dokumen, diketahui bahwa hasil belajar IPS siswa kelas IV B rendah. Nilai rata-rata siswa kelas tersebut, yaitu 53,07. Terdapat 13 orang siswa tuntas (50%) dan 13 orang siswa lainnya belum tuntas (50%) atau belum mencapai KKM yang telah ditentukan, yaitu 65.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dapat mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar siswa. Pemilihan model pembelajaran yang relevan dapat membatu guru dalam memperbaiki kegiatan pembelajarannya. Model


(22)

cooperative learning tipe two stay two stray dirasa dapat menjadi solusi dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Model cooperative learning tipe two stay two stray dipilih untuk digunakan pada penilitian ini. Menurut Eko (2011) model cooperative learning tipe two

stay two stray dapat membuat siswa lebih aktif, membuat siswa lebih berani

mengungkapkan pendapatnya, dan meningkatkan minat siswa dalam belajar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa model cooperative learning tipe two stay

two stray dapat membantu guru dalam meningkatkan aktivitas siswa. Lebih

lanjut, Hamalik (2009: 90) menyatakan bahwa pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati dimana siswa belajar sambil bekerja, melalui kegiatan bekerja tersebut, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Selanjutnya, Hanafiah dan Suhana (2010: 23) menjelaskan bahwa proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Artinya, aktivitas siswa dapat memicu hasil belajarnya. Oleh karena itu, penggunaan model cooperative learning tipe two

stay two stray dalam penelitian ini, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa.

Selain menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray, peneliti juga menggunakan media pembelajaran jenis media grafis untuk membantu guru dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 4 Metro Pusat.


(23)

Menurut Sanjaya (2012: 70) melalui penggunaan media pembelajaran, pembelajaran dapat lebih bermakna, yakni pembelajaran bukan hanya dapat meningkatkan penambahan informasi berupa data dan fakta sebagai pengembangan aspek kognitif tahap rendah, akan tetapi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menganalisis dan mencipta sebagai aspek kognitif tahap tinggi. Bahkan lebih dari itu dapat meningkatkan aspek sikap dan keterampilan.

Selanjutnya, menurut Susilana dan Cepi (2009: 15) media grafis dapat mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa terhadap pesan yang disajikan, media grafis dilengkapi dengan warna-warna sehingga lebih menarik perhatian siswa, pembuatan media grafis mudah dan harganya murah. Oleh

karena itu, penggunaan media grafis dipilih dalam penelitian ini, untuk membantu guru meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis. Oleh karena itu, peneliti memilih judul dalam PTK, yaitu: “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray dengan Media Grafis pada Pembelajaran IPS Kelas IV B SD Negeri 4 Metro Pusat”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas IV B SD Negeri 4 Metro Pusat. 2. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 4 Metro Pusat, yaitu

rata-rata nilai siswa adalah 53,07.


(24)

4. Guru kurang optimal dalam penggunaan media pembelajaran. 5. Pembelajaran IPS di kelas IV B terkesan masih teks book oriented.

6. Masih jarang terlihat siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang

telah diberikan guru.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat diperoleh beberapa rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis pada pembelajaran IPS siswa kelas IV B SD Negeri 4 Metro Pusat?

2. Apakah penggunaaan model cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IV B SD Negeri 4 Metro Pusat?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model

cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis pada pembelajaran IPS siswa kelas IV B SD Negeri 4 Metro Pusat.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis pada pembelajaran IPS siswa kelas IV B SD Negeri 4 Metro Pusat.


(25)

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Siswa

Sebagai alternatif gaya belajar siswa dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran menarik dan tidak membosankan serta dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 4 Metro Pusat.

2. Guru

Memperluas wawasan guru tentang model pembelajaran dan media pembelajaran, yaitu model cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis sebagai media pembelajaran. Model pembelajaran dan media pembelajaran tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif mengajar oleh guru, sehingga dapat meningkatkan kualitas profesional guru.

3. Bagi Sekolah

Sebagai masukan yang baik untuk mengadakan pembaharuan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas siswa dan guru dalam pembelajaran.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengembangan wawasan tentang penelitian tindakan kelas agar kelak menjadi guru yang profesional.


(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan bermasyarakat. Djahiri (dalam Susilawati dan Rustati, 2013: 3) mengungkapkan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Lebih lanjut, menurut Trianto (2010: 171) IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, sejarah geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Selanjutnya, Somantri (dalam Susilawati dan Rustati, 2013: 3) menjelaskan pendidikan IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan perpaduan dari berbagai ilmu sosial dan ilmu lainnya yang diolah sebagai kebutuhan pembelajaran di sekolah.


(27)

2. Ruang Lingkup IPS

Pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. Manusia dalam konteks sosial demikian luas dengan berbagai kebutuhannya, maka pembelajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi, dan harus sesuai dengan kemampuan peserta didik pada tiap jenjang yang sedang ditempuhnya, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Sofa (2010) menyatakan ruang lingkup pembelajaran IPS pada jenjang pendidikan adalah sebagai berikut.

a. Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD.

b. Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup kajian diperluas. c. Begitu juga pada jenjang pendidikan tinggi: bobot dan keluasan materi dan kajian semakin dipertajam dengan berbagai pendekatan. Pendekatan interdisipliner atau multidisipliner dan pendekatan sistem menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan karena IPS pada jenjang pendidikan tinggi menjadi sarana melatih daya pikir dan daya nalar mahasiswa secara berkesinambungan.

Tasrif (2008: 4) membagi ruang lingkup IPS menjadi beberapa aspek, yaitu sebagai berikut.

a. Ditinjau dari ruang lingkup hubungan, mencakup hubungan sosial, hubungan ekonomi, hubungan psikologi, hubungan budaya, hubungan sejarah, hubungan geografi, dan hubungan politik. b. Ditinjau dari segi kelompoknya adalah dapat berupa keluarga, rukun

tetangga, kampung, warga desa, organisasi masyarakat dan bangsa. c. Ditinjau dari tingkatannya, meliputi tingkat lokal, regional dan

global.

d. Ditinjau dari lingkup interaksi dapat berupa kebudayaan, politik dan ekonomi.


(28)

Selanjutnya, menurut Sapriya dkk., (2007: 19) ruang lingkup pelajaran IPS dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.01 Ruang lingkup pelajaran IPS

Aspek Sub Aspek

1. Sistem sosial dan budaya a. Individu, keluarga, dan masyarakat. b. Sosiologi sebagai ilmu dan metode. c. Interaksi sosial.

d. Sosialisasi. e. Pranata sosial. f. Struktur sosial. g. Kebudayaan.

h. Perubahan sosial budaya. 2. Manusia, tempat, dan lingkungan a. Sistem informasi geografi

b. Interaksi gejala fisik dan sosial c. Struktur internal suatu tempat/

wilayah

d. Interaksi keruangan.

e. Persepsi lingkungan dan kewajiban. 3. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan a. Berekonomi.

b. Ketergantungan.

c. Spesialisasi dan pembagian kerja. d. Perkoperasian.

e. Kewirausahaan.

4. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan a. Dasar-dasar ilmu sejarah. b. Fakta, peristiwa, dan proses.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pembelajaran IPS, meliputi manusia, lingkungan, waktu, perubahan, isu sosial, sistem sosial, lokal, regional dan global.

3. Tujuan IPS SD

Pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang berhubungan dengan masyarakat. Menurut Trianto (2010: 176):

Tujuan IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.


(29)

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menjelaskan bahwa mata pelajaran IPS di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Lebih lanjut, Sapriya (2009: 12) menjelaskan bahwa:

IPS di tingkat sekolah dasar pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledges), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi/masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari IPS, yaitu untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap, agar dapat berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

B. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely (dalam Arsyad, 2011: 3) belajar adalah perubahan perilaku,


(30)

sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Artinya, perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati.

Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009: 2) belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah. Selanjutnya, menurut Bell-Gredler (dalam Winataputra, 2008: 1.5) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan angka ragam competencies, skills, dan attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Lebih lanjut, Abdillah (dalam Aunurrahman, 2010: 35) menyatakan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang melalui proses untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang lebih baik.

b. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar siswa merupakan segala sesuatu kegiatan yang dilakukan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Menurut


(31)

Sadiman (2006: 100) aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Selanjutnya, Hanafiah dan Suhana (2010: 23) menjelaskan bahwa proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani, sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kunandar (2010: 277) berpendapat bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang berlangsung dari awal pembelajaran sampai pembelajaran berakhir yang dilakukan oleh siswa.

Adapun indikator aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian ini, yang merujuk dari Sudjana (2010: 61); 1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; 2) terlibat dalam pemecahan masalah; 3) bertanya kepada siswa lain/kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; 4) melaksanakan diskusi kelompok. 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya

Maksud dari indikator ini adalah siswa ikut serta dalam proses pembelajaran, misalnya siswa mendengarkan, memperhatikan, mencatat dan mengerjakan soal dan sebagainya.


(32)

2) Terlibat dalam pemecahan masalah

Maksud dari indikator tersebut adalah siswa ikut aktif dalam menyelesaikan masalah yang sedang dibahas dalam kelas, misalnya ketika guru memberi masalah/ soal siswa ikut membahas.

3) Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya

Maksud dari indikator tersebut adalah jika tidak memahami materi/ penjelasan dari guru hendaknya siswa melontarkan pertanyaan, baik pada guru/siswa lain.

4) Melaksanakan diskusi kelompok

Maksud dari indikator tersebut adalah melakukan kerjasama dengan teman diskusi untuk menyelesaikan masalah/ soal.

c. Hasil Belajar

Segala sesuatu yang diperoleh peserta didik dalam kegiatan belajar, akan menghasilkan hasil belajar. Menurut Dick dan Reiser (dalam Sumarno, 2011) hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang terdiri atas empat jenis, yaitu: (1) pengetahuan, (2) keterampilan intelektual, (3) keterampilan motorik, dan (4) sikap.

Menurut Hamalik (2011: 155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.


(33)

Lebih lanjut, Bloom (dalam Suprijono, 2009: 6) menyatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah pengetahuan, ingatan, pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh, menerapkan, menguraikan, menentukan hubungan, mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, dan menilai. Domain afektif adalah sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi, karakterisasi. Domain psikomotor meliputi initiotory, pre-routine, rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2010: 22) ranah kognitif, yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan di tempat bermain. Ranah afektif, yaitu memiliki perilaku disiplin, santun, peduli, jujur, tanggung jawab percaya diri dan kerjasama dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya. Adapun dua aspek sikap siswa yang diamati dalam penelitian ini, yaitu:

1) Percaya Diri

Kemendikbud (2013: 25) menyatakan bahwa percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikan keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak. Berikut ini indikator yang diamati pada aspek percaya diri.


(34)

b) Berani mengemukakan pendapat dalam diskusi. c) Berani mengemukakan hasil diskusi di depan kelas. 2) Kerjasama

Kemendikbud (2013: 24) menyatakan bahwa kerjasama adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas. Berikut ini indikator yang diamati pada aspek kerjasama. a) Selalu berada dalam kelompok saat diskusi.

b) Mendiskusikan tugas tampak secara kompak atau bersama-sama.

c) Bekerja sesuai tugasnya dalam kelompok.

Selanjutnya, dalam ranah psikomotor mengamati tentang keterampilan sosial dan keterampilan berkomunikasi. Berikut ini indikator dari aspek keterampilan sosial dan keterampilan berkomunikasi.

1) Keterampilan Sosial

Berikut ini indikator yang diamati pada aspek keterampilan sosial. a) Dapat beradaptasi dalam kelompok.

b) Berdiskusi tentang tugas yang diberikan guru. c) Terjadi interaksi pada setiap anggota kelompok. 2) Keterampilan Berkomunikasi

Berikut ini indikator yang diamati pada aspek keterampilan sosial. a) Mempresentasikan hasil diskusi dengan kalimat yang singkat. b) Menggunakan bahasa Indonesia dengan benar dan bahasa yang


(35)

c) Menyampaikan hasil diskusi dengan tenang.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan output yang diperoleh peserta didik dalam kegiatan belajar berupa perubahan yang dialaminya, meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan.

2. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Nasution (dalam Amri, 2013: 28) menyatakan bahwa pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik, sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan yang dimaksud adalah ruang belajar, guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa. Sedangkan menurut Sudjana (dalam Amri, 2013: 28) pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Menurut Winataputra (2008: 1.18) pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan belajar antara siswa dan guru dalam pemberian ilmu atau pengetahuan serta sumber belajar dengan menggunakan berbagai sarana untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.


(36)

b. Pembelajaran IPS di SD

IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pembelajaran IPS di SD dapat membina peserta didik untuk memahami potensi dan peran dirinya dalam bermasyarakat. Menurut Bruner (dalam Supriatna, dkk., 2007: 38) terdapat tiga prinsip pembelajaran IPS di SD, yaitu:

1) Pembelajaran harus berhubungan dengan pengalaman serta konteks lingkungan, sehingga dapat mendorong mereka untuk belajar. 2) Pembelajaran harus terstruktur, sehingga siswa belajar dari hal-hal

mudah kepada hal yang sulit.

3) Pembelajaran harus disusun sedemikian rupa, sehingga memungkinkan siswa dapat melakukan eksplorasi sendiri dalam mengkonstruksi pengetahuannya.

Selanjutnya, Sapriya, dkk. (2007: 23) menyatakan bahwa:

Pada unsur materi pendidikan IPS di SD, dikembangkan dan digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Masyarakat merupakan sumber serta objek kajian materi pendidikan IPS, yaitu berpijak pada kenyataan kehidupan yang riil, dengan mengangkat isu-isu yang sangat berarti dari mulai kehidupan yang terdekat dengan siswa sampai pada kehidupan yang luas dengan dirinya. Masalah yang dipilih sebagai topik untuk IPS di SD harus disesuaikan dengan minat anak dan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan mereka sehari-hari, karena program pengajaran IPS, mampu melibatkan potensi siswa yang meliputi fisik, mental, sosial dan motorik.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwasannya pembelajaran IPS di SD merupakan pembelajaran yang mengkaji tentang kehidupan manusia, kebutuhan dan lingkungannya. Materi yang dipelajari dalam pembelajaran IPS di SD haruslah sesuai


(37)

dengan kebutuhan dan pengalaman siswa, agar materi yang disampaikan kepada siswa dapat dengan mudah dipahami.

C. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Suprijono (2009: 46) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends (dalam Suprijono, 2009: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 41) model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka menyiasati perubahan perilaku peserta didik secara adiptif maupun generatif. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar guru. Selanjutnya, Yulaenawati (dalam Abidin, 2014: 117) menyatakan bahwa model pembelajaran menawarkan struktur dan pemahaman desain pembelajaran dan membuat para pengembang pembelajaran memahami masalah, merinci masalah, ke dalam unit-unit yang mudah diatasi, dan menyelesaikan masalah pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola tindakan yang telah direncanakan dalam pembelajaran, sebagai pedoman dalam pembelajaran.


(38)

2. Jenis-jenis Model Pembelajaran

Menurut Bern, dkk. (dalam Komalasari 2011: 55) model-model pembelajaran memiliki banyak jenisnya, yaitu:

a. Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah strategi belajar yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah, dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu.

b. Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah pendekatan yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin pembelajaran.

c. Pembelajaran pelayanan (service learning) adalah model yang menyediakan suatu aplikasi praktis suatu pengembangan pengetahuan melalui proyek dan aktivitas.

d. Pembelajaran berbasis kerja (work based learning) adalah dimana tempat kerja terintegrasi dengan materi di kelas untuk kepentingan para siswa dalam memahami dunia terkait.

e. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah strategi belajar yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan model-model pembelajaran yang telah dijelaskan oleh ahli di atas, maka peneliti memilih model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), karena model pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk


(39)

dapat memiliki kemampuan yang baik dalam menyelesaikan permasalahan dengan bekerjasama.

D. Model Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)

1. Pengertian Model Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menggunakan sistem bekerja dalam kelompok kecil di kelas. Anita Lie (dalam Isjoni, 2007: 16) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran bergotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari dua sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Menurut Rusman (2012: 202) keberhasilan belajar dan kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu, siswa diharapkan dapat termotivasi apabila pembelajaran dilakukan oleh teman kelompoknya.

Rohman (2009: 186) menyatakan bahwa:

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok. Untuk itulah dalam pembelajaran kooperatif terdapat ciri-ciri yaitu: (1) adanya tujuan kelompok; (2) akuntabilitas diri; (3) kesempatan yang sama untuk berhasil; (4) kompetisi antar-kelompok; (5) adanya spesialisasi tugas; dan (6) adaptasi kebutuhan individu.


(40)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerjasama dan saling ketergantungan positif sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif. Siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena siswa belajar dibantu dengan teman dalam kelompoknya.

2. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning

Setiap model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan juga kekurangan, begitu juga dengan model cooperative learning. Menurut Jarolimek & Parker (dalam Isjoni, 2007: 24) terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam model cooperative learning yaitu sebagai berikut. a. Kelebihan cooperative learning:

1) Saling ketergantungan yang positif.

2) Adanya kemampuan dalam merespon perbedaan individu. 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) Suasana yang rileks dan menyenangkan.

5) Terjadinya hubungan yang hangat dan bersahabat antar siswa dan guru.

6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

b. Kekurangan cooperative learning:

1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang dan membutuhkan banyak tenaga.


(41)

2) Membutuhkan fasilitas, alat dan biaya yang memadai.

3) Selama diskusi kelompok berlangsung, ada kecendrungan topik permasalahan meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, sehingga mengakibatkan banyak siswa yang pasif.

3. Langkah-langkah Model Cooperative Learning

Menurut Huda (2013: 112) langkah-langkah pada pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

a. Tahap 1: Persiapan kelompok

1) Guru memilih metode, teknik, dan struktur pembelajaran kooperatif.

2) Guru menata ruang kelas untuk pembelajaran kelompok. 3) Guru merangking siswa untuk pembentukan karakter. 4) Guru menentukan jumlah kelompok

5) Guru membentuk kelompok-kelompok. b. Tahap 2: Pelaksanaan pembelajaran

1) Siswa merancang team building dengan identitas kelompok. 2) Siswa dihadapkan pada persoalan.

3) Siswa mengeksplorasi persoalan.

4) Siswa merumuskan tugas dan menyelesaikan persoalan. 5) Siswa bekerja mandiri, lalu bekerja kelompok.

c. Tahap 3: Penilaian kelompok

1) Guru menilai dan menskor hasil kelompok. 2) Guru memberi pengarahan pada kelompok.

3) Guru dan siswa mengevaluasi perilaku anggota kelompok.

Guru haruslah mengacu pada langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang sudah dijelaskan di atas, agar pembelajaran terlaksana secara sistematis dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.


(42)

4. Tipe-tipe Model Cooperative Learning

Model cooperative learning masih dikategorikan menjadi beberapa tipe yang berbeda. Menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 41) tipe dari model pembelajaran kooperatif, yaitu:

(1) Examples Non-Examples; (2) Numbered Head Together; (3) Cooperative Script; (4) Kepala Bernomor Struktur; (5) STAD; (6) Jigsaw; (7) Problem Based Intruction; (8) Artikulasi; (9) Mind Mapping; (10) Make a Match; (11) Think Pair Share; (12) Debate; (13) Role Playing; (14) Grup Investigation; (15) Talking Stick; (16) Bertukar Pasangan; (17) Snowball Throwing; (18) Two Stay Two Stray dan lain-lain.

Berdasarkan beberapa tipe model pembelajaran kooperatif di atas,

peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray sebagai jenis pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini.

E. Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray

1. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray Two stay two stray merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif dengan cara membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk mengerjakan tugas atau memecahkan masalah tertentu. Menurut Anita Lie (dalam Isjoni, 2007: 79) two stay two stray dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992 dan bisa digunakan dengan Teknik Kepala Bernomor. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain.

Menurut Huda (2013: 207) two stay two stray merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Selanjutnya, menurut Hanafiah


(43)

dan Suhana (2010: 56) dua tinggal dua tamu (two stay two stray) memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model cooperative learning tipe two stay two stray merupakan pembelajaran kelompok yang memberikan peran aktif kepada siswa untuk saling bekerjasama dalam memperoleh informasi dalam memecahkan masalah, dengan cara memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lainnya.

2. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray menurut Eko (2011).

a. Kelebihan two stay two stray

1) Pembelajaran akan lebih bermakna. 2) Pembelajaran berpusat pada siswa. 3) Siswa akan lebih aktif.

4) Siswa lebih berani mengungkapkan pendapatnya. 5) Meningkatkan kemampuan berbicara siswa. 6) Dapat meningkatkan minat siswa.

b. Kekurangan two stay two stray 1) Memerlukan waktu yang lama. 2) Membutuhkan banyak persiapan.

3) Siswa yang kurang akan bergantung kepada siswa yang pintar maka ada kecenderungan siswa tidak mau belajar dalam kelompok.

Kekurangan dan kelebihan pada model cooperative learning tipe two stay two stray telah dijelaskan di atas. Namun dalam hal lain, ketika ditemui dalam suatu kelas dengan jumlah siswa tidak kelipatan 4 (misalnya jumlah


(44)

siswa: 21,23, 25, 27, 30) dapat dikatakan juga sebagai kekurangan dalam model pembelajaran kooperatif jenis ini, sebab pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray memerlukan 4 orang siswa dalam suatu kelompok. Oleh kerena itu, guru perlu melakukan persiapan-persiapan yang matang menyiasati segala kekurangan dalam penggunan metode ini.

3. Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray Pentingnya langkah-langkah dalam setiap model pembelajaran, dengan tujuan agar pembelajaran berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Berikut ini langkah-langkah dari model cooperative learning tipe two stay two stray menurut Huda (2013: 207).

a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen, misalnya siswa dalam satu kelompok terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan (peer tutoring) dan saling mendukung.

b. Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk membahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing.

c. Siswa bekerjasama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.

d. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. e. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil

kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain. f. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

g. Kelompok mencocokan dan membahas hasil kerja mereka. h. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka. Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray seperti yang diungkapkan Anwar (2013), yaitu:


(45)

a. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (susunan ideal 4-6 orang).

b. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk berdiskusi tentang suatu materi tertentu, guru membantu menjelaskan pada masing-masing kelompok jika ada yang kurang dimengerti.

c. Setelah dirasa cukup masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk diam ditempatnya (berperan sebagai tuan rumah), sedangkan sisanya yang akan jalan-jalan sebagai tamu dikelompok lain.

d. Tugas tuan rumah adalah menjelaskan hasil diskusinya kepada setiap tamu yang datang, sedangkan tugas anggota kelompok yang jalan-jalan adalah bertamu ke “rumah” kelompk lain dan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang materi yang didiskusikan oleh kelompok tersebut.

e. Setelah dirasa cukup mendapatkan informasi, anggota kelompok yang jalan-jalan bertugas untuk menyebarkan informasi yang diterimanya dari kelompok ke anggota dari kelompoknya sendiri. f. Begitu dan seterusnya bergantian hingga masing-masing anggota

kelompok pernah merasakan peran sebagai tuan rumah maupun tamu.

g. Kesimpulan

Skema pergantian anggota kelompok dalam model pembelajaran tipe ini adalah sebagai berikut (untuk memudahkan penjelasan, dibahas kasus untuk jumlah peserta didik dua belas orang).

Diskusi Pertama Diskusi Kedua

Gambar 2.01: Dinamika perpindahan anggota kelompok model cooperative learning tipe two stay two stray (adopsi dari Sani, 2013: 191) Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dari model cooperative learning tipe two stay two stray, yaitu siswa dibentuk kelompok yang beranggotakan 4 orang dan terdiri dari

A B C D

E F G H

P Q R S

A B E P

C Q G H

D F R S


(46)

siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Selanjutnya guru memberikan pokok bahasan. Siswa diminta mengerjakan pokok bahasan tersebut secara berkelompok. Setelah selesai, 2 orang dari kelompok mencari informasi dari kelompok lain dan 2 orang lainnya berada dalam kelompok untuk membagikan hasil diskusi mereka kepada kelompok lain. Setelah selesai, setiap anggota kelompok kembali ke kelompok asli mereka. Kemudian menyimpulkan atas jawaban yang telah diperoleh.

F. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media

Association of Educational Communications and Technology (AECT) merupakan sebuah organisasi yang bergerak dalam teknologi pendidikan dan komunikasi. AECT mengartikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi. Sejalan dengan Molenda dan Rusel (dalam Sanjaya 2012: 57) yang menyatakan bahwa “media is a channel of communication. Devired from the latin word for “betwen”, a source and a receiver”. Sedangkan, menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Arsyad (2011: 3) media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi dan kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Artinya, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Selanjutnya, Sanjaya (2012: 57) menyatakan bahwa media adalah perantara dari sumber informasi ke penerima informasi, contohnya video, televisi, komputer, dan lain sebagainya.


(47)

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa media merupakan sarana penyampaian pesan atau informasi yang digunakan seseorang kepada penerima informasi melalui suatu perantara.

2. Media Pembelajaran

Menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 59) media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang sediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah benar dan tidak terjadinya verbalisme. Lebih lanjut, Hanafiah dan Suhana (2010: 60) menyatakan media pembelajaran merupakan alat bantu pendengaran dan pengelihatan (audio visual aid) bagi peserta didik dalam rangka memperoleh pengalaman belajar secara signifikan. Selanjutnya, Gagne (dalam Sanjaya 2012: 60) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah pelbagai komponen yang ada dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sejalan dengan itu, Gerlach (dalam Sanjaya 2012: 60) menyatakan bahwa media (pembelajaran) itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan bagi siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan sarana yang digunakan guru sebagai perangsang, yang membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan dan informasi dengan cara menggunakan pengelihatan dan pendengarannya dalam proses pembelajaran.


(48)

3. Fungsi Media Pembelajaran

Menurut Arsyad (2011: 15) fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Sedangkan, menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2011: 15) pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selanjutnya, menurut Sanjaya (2012: 70) fungsi media pembelajaran yaitu:

a. Fungsi komunikatif, yaitu media pembelajaran digunakan untuk mempermudah komunikasi antara penyampai pesan dan penerima pesan.

b. Fungsi motivasi, yaitu dengan menggunakan media pembelajaran, diharapkan dapat memotivasi siswa dalam belajar.

c. Fungsi kebermaknaan, yaitu melalui penggunaan media pembelajaran dapat lebih bermakna, yakni pembelajaran bukan hanya dapat meningkatkan penambahan informasi berupa data dan fakta sebagai pengembangan aspek kognitif tahap rendah, akan tetapi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menganalisis dan mencipta sebagai aspek kognitif tahap tinggi. Bahkan lebih dari itu dapat meningkatkan aspek sikap dan keterampilan.

d. Fungsi penyamaan persepsi, yaitu melalui pemanfaatan media pembelajaran, diharapkan dapat menyamakan persepsi setiap siswa, sehingga setiap siswa memiliki pandangan yang sama terhadap informasi yang disuguhkan.

e. Fungsi indivudualitas, yaitu pemanfaatan media berfungsi untuk dapat melayani kebutuhan setiap individu yang memiliki minat dan gaya belajar yang berbeda.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran yaitu sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran sebagai fungsi komunikatif, motivasi, kebermaknaan, penyamaan persepsi, dan indivudualitas.


(49)

4. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran

Heinich, Molenda, & Russel (dalam Sanjaya 2012: 125) mengemukakan jenis dan klasifikasi media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu:

a. Media yang tidak diproyeksikan

1) Realita, yaitu benda nyata yang digunakan sebagai bahan belajar atau biasa disebut benda yang sebenarnya.

2) Model, yaitu benda tiga dimensi yang merupakan representasi dari benda sesungguhnya.

3) Grafis, yaitu gambar atau visual yang penampilannya tidak diproyeksikan (grafik, chart, poster, kartun).

4) Display, yaitu medium yang penggunaannya dipasang di tempat tertentu, sehingga dapat dilihat informasi dan pengetahuan di dalamnya.

b. Media yang diproyeksikan (project media) 1) OHP

2) Slide

Media semacam ini diperlukan layar khusus untuk memproyeksikannya. c. Media audio

1) Audio kaset, 2) Audio vision, 3) Aktif audio vision d. Video dan film


(50)

Computer assisted instructional (pembelajaran berbasis komputer) f. Multimedia Kit

g. Perangkat praktikum.

Berdasarkan jenis dan klasifikasi media pembelajaran para ahli di atas, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan media grafis sebagai media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas. Media grafis cukup sederhana dalam penerapan atau penyampaiannya kepada siswa, dan dengan menggunakan media grafis dapat membantu peneliti untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS.

G. Media Grafis

1. Pengertian Media Grafis

Graphics berasal dari bahasa Yunani: graphikos yang berarti melukis atau menggambarkan dengan garis-garis. Menurut Sanjaya (2012: 157) media grafis adalah media yang dapat mengomunikasikan data dan fakta, gagasan serta ide-ide melalui gambar dan kata-kata. Selanjutnya, menurut Angkowo & Kosasih, Hernawan, dkk. (2007: 24) media grafis merupakan media pandang dua dimensi (bukan fotografik) yang dirancang secara khusus untuk mengomunikasikan pesan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media grafis adalah sarana yang digunakan guru dalam penyampaian pembelajaran dalam bentuk gambar dan kata-kata.


(51)

2. Kelebihan dan Kekurangan Media Grafis

Adapun kelebihan dan kekurangan media grafis menurut Susilana dan Cepi (2009: 15), yaitu sebagai berikut.

a. Kelebihan Media Grafis

1) Dapat mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa terhadap pesan yang disajikan.

2) Dapat dilengkapi dengan warna-warna sehingga lebih menarik perhatian siswa.

3) Pembuatannya mudah dan harganya murah. b. Kekurangan Media Grafis

1) Membutuhkan ketrampilan dalam pembuatannya, terutama untuk grafis yang lebih kompleks.

2) Penyajian pesan hanya berupa unsur visual.

3. Jenis-jenis Media Grafis

Jenis-jenis media grafis menurut Sanjaya (2012: 79) sebagai berikut. a. Bagan

Bagan atau chart adalah media grafis untuk menyajikan pesan pembelajaran dengan mengombinasikan unsur tulisan, gambar dan foto menjadi kesatuan yang bermakna dengan maksud untuk menyederhanakan bahan pelajaran yang kompleks agar mudah dupahami.

b.Poster

Poster adalah media yang digunakan untuk menyampaikan suatu informasi, saran atau ide-ide tertentu, sehingga dapat merangsang keinginan yang melihatnya untuk melaksanakan isi pesan tersebut. c. Karikatur

Karikatur atau kartun adalah media grafis yang mengungkapkan ide atau sikap dan pandangan terhadap seseorang, kondisi, kejadian atau situasi tertentu.

d.Grafik

Grafik adalah media grafis yang dapat memvisualisasikan perkembangan atau keadaan tertentu secara sederhana dan ringkas melalui garis dan gambar.

e. Gambar dan Foto

Gambar dan foto merupakan media yang umum dipakai untuk berbagai macam kegiatan pembelajaran. Gambar yang baik bukan hanya dapat menyampaikan saja tetapi dapat digunakan untuk melatih keterampilan berpikir serta dapat mengembangkan kemampuan imajinasi siswa.


(52)

Berdasarkan pendapat ahli di atas, guru perlu merancang media pembelajaran secara maksimal terkait materi yang akan disampaikan kepada siswa agar dapat menarik perhatian siswa dan pesan pada pembelajaran dapat tersampaikan.

H. Kinerja Guru

Kinerja guru merupakan bentuk dari aktivitas pelayanan pengajaran guru mulai dari mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melakukan suatu pembelajaran. Menurut Sanjaya (2005: 13), kinerja guru berkaitan dengan tugas perencanaan, pengelolaan, dan penilaian hasil belajar siswa. Sebagai perencana, guru tentu mampu membuat perangkat pembelajaran dan mendesain pembelajaran. Sebagai pengelola, guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif. Sebagai evaluator, guru harus mampu melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Menurut Susanto (2013: 29) kinerja guru dapat diartikan sebagai prestasi, hasil, atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikan dalam pembelajaran. Adapun yang dimaksud dengan kinerja mengajar guru adalah seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan guru sesuai dengan tugasnya sebagi pendidik.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (dalam Rusman, 2012: 54) standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh ke dalam empat kompetensi sebagai berikut.


(53)

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.

2. Kompetensi Kepribadian

Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, memengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak, dan kepribadian siswa yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan siswanya tentang kedisiplinan diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar baaimana cara belajar, mematuhi aturan/ atat tertib dan belajar bagaimana harus berbuat. Semua itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

3. Kompetensi Sosial

Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri tauladan dalam kehidupannya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Karena dengan dimilikinya kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan para orang tua siswa, guru tidak akan mendapat kesulitan. Kemampuan sosial tersebut meliputi


(54)

kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerjasama, bergaul, simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.

4. Kompetensi Profesional

Kemampuan profesional adalah kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Kemapuan profesional tersebut adalah: (1) dalam hal penyampaian pembalajaran, (2) dalam melaksanakan pembelajaran, (3) dalam proses pembalajaran, dan (4) dalam hal evaluasi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah bentuk dari aktivitas pelayanan pengajaran guru mulai dari mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melakukan suatu pembelajaran meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan professional.

I. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas sebagai berikut. “Apabila dalam pembelajaran IPS menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis, serta melaksanakan langkah-langkah pembelajaran secara tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 4 Metro Pusat”.


(55)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas dan dikenal dengan classroom action research. Menurut Wardhani (2007: 1.3) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat. Selanjutnya, Arikunto (2006: 58) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus yang di dalamnya terdapat langkah-langkah dalam pelaksanaannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wardhani (2007: 2.4), setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai. Berikut ini merupakan gambar alur siklus penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari Wardhani dkk. (2007: 2.4).


(56)

Gambar 3.01: Alur siklus penelitian tindakan kelas (Adaptasi dari Wardhani, dkk., 2007: 2.4)

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru kelas IV B SD Negeri 4 Metro Pusat. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas IV B SD Negeri 4 Metro Pusat dengan jumlah 26 orang siswa, yang terdiri dari 11 orang siswa perempuan dan 15 orang siswa laki-laki.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV B SD Negeri 4 Metro Pusat yang terletak di Jalan Mr. Gele Harun, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 dimulai dari bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, dan Juni.

Refleksi I SIKLUS I

Pengamatan I

Perencanaan II

Pelaksanaan I

Refleksi II SIKLUS II Pelaksanaan II

Pengamatan II Perencanaan I


(57)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan ini menggunakan dua cara, yaitu:

1. Non Tes

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data yang bersifat kualitatif dengan menggunakan lembar observasi, yaitu untuk menilai kinerja guru, aktivitas siswa, hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotor.

2. Tes

Tes digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif melalui tes tertulis. Variabel yang diukur menggunakan teknik ini adalah hasil belajar kognitif siswa.

D. Alat pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpul data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang komprehensif dan valid, yang dapat mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan antara lain: 1. Lembar observasi, instrumen ini dirancang oleh peneliti yang berkolaborasi

dengan guru kelas, yang terdiri dari: a. Instrumen Penilaian Kinerja Guru

Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan guru mengelola dan melaksanakan praktik mengajar. Adapun dalam instrumen ini mengamati beberapa aspek yaitu kemampuan guru pada pra pembelajaran, kemampuan guru dalam membuka pelajaran,


(58)

kemampuan guru menyampaikan pembelajaran, kemampuan guru dalam pemanfaatan media pembelajaran/sumber belajar, kemampuan guru dalam memicu dan memelihara keterlibatan siswa, kemampuan guru dalam menilai proses pembelajaran dan hasil belajar siswa, kemampuan guru dalam menggunaan bahasa yang baik dan benar, kemampuan guru dalam menutup pembelajaran.

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran. Berikut indikator aktivitas siswa yang diamati:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; 2) Terlibat dalam pemecahan masalah;

3) Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya;

4) Melaksanakan diskusi kelompok. c. Lembar Observasi Afektif Siswa

Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai sikap siswa ketika pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati beberapa aspek, yaitu: percaya diri dan kerjasama. Adapun indikator dari aspek percaya diri dan kerjasama, yaitu sebagai berikut.

1) Percaya Diri

Berikut indikator yang diamati pada aspek percaya diri. a) Tidak mencontek jawaban orang lain.


(59)

b) Berani mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan. c) Berani mengemukakan hasil diskusi di depan kelas.

2) Kerjasama

Berikut indikator yang diamati pada aspek kerjasama. a) Selalu berada dalam kelompok saat diskusi.

b) Mendiskusikan tugas tampak secara kompak atau bersama-sama.

c) Bekerja sesuai tugasnya dalam kelompok. d. Lembar Observasi Psikomotor Siswa

Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keterampilan siswa ketika pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati beberapa aspek, yaitu: Keterampilan sosial dan Keterampilan berkomunikasi. Adapun indikator dari aspek keterampilan sosial dan keterampilan berkomunikasi, yaitu sebagai berikut.

1) Keterampilan Sosial

Berikut indikator yang diamati pada aspek keterampilan sosial. a) Dapat beradaptasi dalam kelompok.

b) Berdiskusi tentang tugas yang diberikan guru. c) Terjadi interaksi pada setiap anggota kelompok. 2) Keterampilan Berkomunikasi

Berikut indikator yang diamati pada aspek keterampilan berkomunikasi


(60)

b) Menggunakan bahasa Indonesia dengan benar dan bahasa yang runtut saat menyampaikan hasil diskusi.

c) Menyampaikan hasil diskusi dengan tenang

2. Soal tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa guna mengetahui hasil belajar kognitif siswa.

E. Teknik Analisis Data 1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika proses dengan memberikan pemaknaan secara nyata dan mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian, yaitu data tentang kinerja guru, aktivitas siswa, hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotor. Data kualitatif ini diperoleh dari data non tes, yaitu observasi siswa selama proses pembelajaran IPS melalui model cooperative learning tipe two stay two stray untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan kinerja guru.

a. Kinerja Guru

Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus: Nilai = Jumlah Skor yang diperolehJumlah Skor Maksimal X Tabel 3.01 Kategori keberhasilan kinerja guru

Rentang Nilai Kategori

≥90 Sangat Baik

75 – 89 Baik

50 – 74 Cukup Baik

<50 Kurang Baik


(61)

b. Aktivitas Belajar Siswa

1) Nilai aktivitas belajar siswa individual diperoleh dengan rumus:

NA =SM X R

Keterangan :

NA = nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan R = skor perolehan yang muncul

SM = skor maksimal yang diamati Modifikasi dari Purwanto (2008: 112)

Tabel 3.02 Kategori perolehan nilai aktivitas siswa

Rentang Nilai Kategori

≥80 Sangat Aktif

65-79 Aktif

50-64 Cukup Aktif

35-49 Kurang Aktif

<35 Pasif

Modifikasi dari Arikunto (2008: 44)

2) Persentase siswa aktif secara klasikal diperoleh dengan rumus: � = ∑ siswa aktif∑ siswa x %

Keterangan:

P : Persentase siswa yang dicari

c. Hasil Belajar Afektif dan Psikomotor Siswa

1) Nilai hasil belajar afektif dan psikomotor individu ditentukan dengan rumus:

Nilai individu = Jumlah skor maksimal x Jumlah skor Tabel 3.03 Kategori nilai afektif siswa

Rentang Nilai Kategori

≥80 Sangat Baik

65-79 Baik

50-64 Cukup Baik

35-49 Kurang Baik

<35 Sangat Kurang


(62)

Tabel 3.04 Kategori nilai psikomotor siswa

Rentang Nilai Kategori

≥80 Sangat Terampil

65-79 Terampil

50-64 Cukup Terampil

35-49 Kurang Terampil

<35 Sangat Kurang

Modifikasi dari Kunandar (2013: 231)

2) Persentase ketuntasan belajar afektif dan psikomotor siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:

Ketuntasan Kelas = Jumlah siswa kategori baikJumlah siswa � %

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kemajuan hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. Data kuantitatif merupakan data hasil belajar melalui penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray pada pembelajaran IPS. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada siklus I dan siklus II, data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dan nilai persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara klasikal, yaitu dengan rumus:

a. Menghitung nilai hasil belajar kognitif siswa secara individual digunakan rumus :

NK = N x R Keterangan:

NK = nilai siswa (nilai yang dicari)

R = jumlah skor/item yang dijawab benar N = skor maksimum dari tes


(1)

d. Refleksi

Kegiatan refleksi tentunya untuk membahas segala sesuatu yang terjadi pada siklus II, baik itu kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran di siklus II dirasa cukup, karena indikator keberhasilan telah mencapai target yang ditentukan. G. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa tiap siklusnya, yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Persentase siswa yang memperoleh kategori “Aktif” mencapai ≥75% dari

jumlah siswa di kelas tersebut.

2. Hasil belajar siswa meningkat dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai ≥75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas IV B SD Negeri 4 Metro Pusat, dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan model cooperative learning tipe two stay two stray dan media grafis, dapat meningkatkan aktivitas siswa. Aktivitas siswa pada siklus I menunjukkan aktivitas cukup aktif dengan nilai 64,06 dan persentase siswa aktif 58,34%. Aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan aktivitas sangat aktif dengan nilai 80,94 dan persentase siswa aktif 75%. Aktivitas siswa dan persentase siswa aktif siklus I dan siklus II meningkat 16,88 dan 16,66%.

2. Penggunaan model cooperative learning tipe two stay two stray dan media grafis dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Hasil belajar siswa pada siklus I 58,50 kategori “cukup baik” dengan persentase ketuntasan belajar siswa mencapai 54,17%. Hasil belajar siswa pada siklus II 79,66 kategori “baik” dengan persentase ketuntasan belajar siswa 80%. Hasil belajar dan persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan siklus II meningkat 21,16 dan 25,83%. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat menjawab hipotesis penelitian ini, bahwa model cooperative learning tipe two stay two stray dan


(3)

B. Saran 1. Siswa

Siswa diharapkan selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (berani bertanya, berani mengemukakan pendapat, atau aktif mencari informasi dari berbagai sumber), sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar meningkat.

2. Guru

Hendaknya dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di SD menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray dan media grafis, karena dapat membantu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

3. Sekolah

Memfasilitasi sarana dan prasarana untuk digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

4. Peneliti

Bagi peneliti berikutnya diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan serta model yang digunakan dapat diterapkan pada materi yang berbeda. Selain itu, dapat mengembangkan model cooperative learning tipe two stay two stray dan media grafis untuk memenuhi kebutuhan siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Refika Aditama. Bandung.

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. PT Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Angkowo dan Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Grasindo. Jakarta.

Anwar, Khairul. 2013. Model Pembelajaran TSTS. Diakses melalui URL: http://kanwar03oke.blogspot.com/2013/05/model-pembelajaran-tsts.html. Diakses pada tanggal 5 Juni 2015.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.

_______. 2008. Penelitian Tindakan kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta.

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Alfabeta. Bandung. Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.

Bandung: Rineka Cipta.

Eko. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. Diakses melalui URL: http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two.html. Diakses pada tanggal 21 November 2014.

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Bandung. Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika


(5)

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Reflika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali. Jakarta.

________. 2013. Penilaian Autentik. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda Karya. Bandung

Rohman, Arif. 2009. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Laksbang Mediatama. Yogyakarta.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Rajawali Press. Jakarta.

Sadiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. PT Bumi Aksara. Jakarta. Sanjaya, Wina. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Kencana. Jakarta. Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

_______. 2007. Pengembangan Pendidikan IPS SD. UPI Press. Bandung.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sofa. 2010. Pengertian, Ruang Lingkup dan Tujuan IPS. Diakses melalui URL: http://massofa.wordpress.com/2010/12/09/pengertian-ruang-lingkup-dan-tujuan-ips/. Diakses pada tanggal 23 Desember 2014.

Sumarno, Alim. 2011. Pengertian Hasil Belajar. Diakses melalui URL: http://blog.elearning.unesa.ac.id/2011/07/20/alim-sumarno/pengertian-hasil-belajar.html. Diakses pada tanggal 13 November 2014.

Supriatna, Nana, dkk. 2007. Pendidikan IPS Di SD. UPI Press. Bandung.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


(6)

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenada. Jakarta.

Susilawati & Ita Rustati. 2013. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI Press. Bandung

Susilana, Rudi & Cepi Riyana. 2009. Media Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung.

Tasrif. 2008. Pengantar Dasar IPS. Genta. Yogyakarta.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Winataputra, Udin, S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray(Dua Tinggal Dua Tamu) Dengan Pendekatan Nilai Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya

0 6 192

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

The influence of using two stay two stray in learning reading comprehension of recount text: a quasi experimental research at second grade students of SMP Dharma Karya UT Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.

2 16 106

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SDN 04 METRO TIMUR T.P. 2013/2014

1 6 79

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS PADA SISWA KELAS IV A SDN 2 LANGKAPURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 24 54

PERBANDINGAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 10 METRO PUSAT

0 13 81

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 TEMPURAN

0 2 86

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI STRATEGI TWO STAY TWO STRAY MATA PELAJARAN Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Melalui Strategi Two Stay Two Stray Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Mojoroto Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 2 14