PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SDN 04 METRO TIMUR T.P. 2013/2014

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY

TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV

SDN 04 METRO TIMUR T.P 2013/2014

Oleh RITA SARI

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B SDN 04 Metro Timur, ketuntasan hasil belajar siswa yakni dengan nilai kognitif 50%, afektif 53% dan psikomotor 57% dengan kriteria ketuntasan ≥66. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learning

tipe two stay two stray dengan media grafis.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus yang terdiri dari 3 pertemuan pada setiap siklusnya. Setiap siklus terdiri 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tehnik pengumpul data menggunakan tehnik nontes dan tes. Alat pengumpul data berupa lembar observasi dan soal-soal tes. Data dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I 67,87 (baik) meningkat sebesar 17,84 pada siklus II menjadi 85,71 (sangat baik), nilai rata-rata afektif siswa pada siklus I 68,53 (baik) meningkat sebesar 14,66 pada siklus II menjadi 83,19 (sangat baik). Begitu pula dengan nilai rata-rata psikomotor siswa pada siklus I 74,77 (baik) meningkat sebesar 9,90 pada siklus II menjadi 84,67 (sangat baik). Sedangkan nilai rata-rata kognitif siswa pada siklus I 64,41 (cukup) meningkat sebesar 14,32 pada siklus II menjadi 78,73 (baik).

Kata kunci: model cooperatif learning tipe two stay two stray, media grafis, aktivitas, hasil belajar.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Penataran (Liwa), Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat pada tanggal 18 Juli 1992 sebagai anak ke lima dari pasangan bapak Yusi Arman dan ibu Haziroh

Pendidikan penulis dimulai dari pendidikan sekolah dasar di SDN 01 Padang Dalom dan selesai pada tahun 2004. Penulis melanjutkan kembali pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 01 Liwa dan selesai pada tahun 2007. Kemudian penulis melanjutkan kembali ke sekolah menengah atas di SMA Negeri 01 Liwa dan selesai pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2010 penulis melanjutkan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(7)

MOTO

Terkadang kita harus menunggu lebih sabar untuk

mencapai hal-hal yang terbaik

(Aron Ashab)

Kehidupan itu seperti sebuah cermin, jika engkau

menghadiahkan senyuman kepadanya maka engkau

akan mendapatkannya kembali

(Penulis)


(8)

i PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirohim

Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya serta ucapan terimakasih serta rasa banggaku kepada:

Ayahanda Yusi Arman dan Ibunda Haziroh Tercinta

Yang telah mendidikku dengan penuh kesabaran dan perjuangan, memberikanku doa dan banyak motivasi dalam menyelesaikan studiku agar menjadi seorang yang

sukses dan dapat membanggakan keluarga, serta mengajarkanku arti kehidupan.

Nenek Apiyah Tercinta

Yang selalu memberikan banyak nasehat dan selalu mendoakanku.

Kakak-Kakakku Abang Elvis, Ngah Masdalena, Abang Lendra dan Ngah Yenni

Yang selalu memberiku doa, motivasi dan semangat untuk terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih ngah abangku.

Ketiga Dosen Pembimbingku

Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd, Bapak Drs. Supriyadi, M. Pd, dan Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd

Yang memberiku ilmu yang bermanfaat untuk kehidupanku kedepan, membimbingku menyelesaikan studi ini dengan baik, terima kasih bapak ibu

dosenku.


(9)

ii SANWACANA

Puji Syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV SDN 04 Metro Timur tahun pelajaran 2013/2014 sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan banyak melakukan kesalahan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk, saran, dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung dan membawa nama Universitas Lampung terus menjadi yang terbaik di lingkup nasional.

2. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

3. Bapak Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan program studi PGSD dan juga membantu peneliti dalam menyelesaikan menyelesaikan surat guna syarat skripsi.


(10)

iii dan ide-ide kreatif untuk memajukan kampus tercinta PGSD.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku ketua UPP PGSD Metro yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama masa kuliah dan memberikan bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Supriyadi, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan ilmu selama penulis kuliah, membimbing dan membantu penulis meluruskan kesalahan yang ada dalam skripsi ini, terimakasih bapak.

7. Ibu Dra. Nelly Astuti, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membimbing penulis untuk menyempurnakan skripsi ini, terimakasih ibu. 8. Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah

memberikan kritik dan sarannya untuk penyempurnaan skripsi ini, terimakasih bapak.

9. Seluruh dosen dan Staf PGSD FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman kepada penulis selama kuliah. 10. Ibu Hj. Kuswinarti, S. Pd.I., selaku Kepala SDN 04 Metro Timur yang

memberikan saran dan membantu penulis dalam penelitian.

11. Ibu Meri Yuliana, S. Pd., selaku Guru kelas IV B SDN 04 Metro Timur dan teman sejawat atas bimbingan dan kerjasamanya sehingga penelitian dapat berjalan lancar.

12. Siswa-siswi kelas IV B SDN 04 Metro Timur, terima kasih atas partisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

13. Bapak Yusi Arman dan Ibu Haziroh tercinta, selaku orang tua penulis yang senantiasa dengan kesabaran telah membesarkan, mendidik, memberikan motivasi, doa dan kasih sayang serta telah menjaga dengan segenap jiwa dan raga.

14. Nenek Apiyah tercinta, yang telah memberikan banyak nasehat dan selalu mendoakan penulis.

15. Saudara kandung penulis, Elvis, Masdalena, Lendrawansyah, Yenni yang telah memberikan dukungan dan selalu mendoakan penulis.


(11)

iv 17. Keponakan penulis, Madevo, Hanin, Asyraf, Mufid dan Mutiara yang selalu

memberikan senyum semangat kepada penulis.

18. Saudara-saudaraku, yang tidak bisa kusebutkan satu persatu namanya yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis.

19. Sahabat-sahabat penulis, Meylisa, Melda, Ayu Silvia, Faridhatul, Diah Nuraini, Devy, Joni, Fery, Habibie bersama-sama saling mengingatkan dan berjuang untuk menyelesaikan studi walaupun sedikit tertinggal dari teman-teman lainnya.

20. Keluarga KKN Padang Cahya Bapak Mat Darwan, selaku peratin dan teman-temanku Fatih, Annisa, Mayang, Jaya, Hardi, Indah, Marina, Wawan, Ria, Linda terima kasih teman-temanku yang senantiasa selalu memberikan motivasi kepada penulis.

21. Seluruh rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa Program S-1 PGSD angkatan 2010 , Meylisa, Melda, Ayu silvia, Faridhatul, Devy Sukoco, Fenti, Dian, Ana, Asri, Meri, Dayat, Fatih, Ica, Renny, Deasy, Andel, Lady, Diah Nuraini, Andy, Fery, Diah Susanti, Eni, Leni, Rena, Habibi, Rio, Fajar, Astri, Gita, Dwi, Ayu Pakarti, Indah, Ami, Joni, Diesna, Sandy, Andri, yang telah bersama- sama belajar, terima kasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan yang selalu menghadapi tantangan seiring dengan tuntutan zaman, khususnya para guru sebagai acuan dalam pengembangan pembelajaran di kelas dalam usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Metro, Juni 2014 Penulis

Rita Sari


(12)

v DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Model Pembelajaran ... 8

1. Pengertian Model Pembel;ajaran ... 8

2. Macam-Macam Model Pembelajaran ... 9

3. Pengertian Model Cooperative Learning ... 10

4. Tipe-Tipe Model Cooperative Learning ... 10

5. Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray ... 11

B.Media Pembelajaran ... 16

1. Pengertian Media Pembelajaran... 16

2. Manfaat Media Pembelajaran ... 17

3. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ... 18

4. Media Grafis ... 19

C.Belajar ... 22

1. Pengertian Belajar ... 22

2. Pengertian Aktivitas Belajar ... 23

3. Pengertian Hasil Belajar ... 24

D.Pembelajaran Tematik ... 25

1. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 25

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 27 Halaman


(13)

vi

E. Penelitian yang Relevan ... 32

F. Kerangka Pikir... 33

G. Hipotesis Tindakan ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 36

B. Setting Penelitian ... 37

C. Subjek Penelitian ... 38

D.Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Alat Pengumpul Data ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 44

G. Alur Penelitian ... 49

H. Indikator Keberhasilan ... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil SDN 04 Metro Timur ... 57

B. Visi dan Misi Sekolah ... 58

C. Prosedur Penelitian ... 59

1. Deskripsi Awal ... 59

2. Refleksi Awal ... 60

D. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian ... 61

1. Siklus I ... 61

a. Perencanaan ... 61

b. Pelaksanaan ... 62

c. Observasi ... 72

d. Refleksi Siklus I ... 79

e. Saran perbaikan untuk Siklus II ... 82

2. Siklus II ... 83

a. Perencanaan ... 83

b. Pelaksanaan ... 84

c. Observasi ... 94

d. Refleksi Siklus II ... 98

E. Pembahasan ... 100

1. Kinerja guru ... 100

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 102


(14)

vii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 115


(15)

ix

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Lembar observasi istrumen kinerja guru ... 39

2. Rubrik penilaian kegiatan mengajar guru ... 41

3. Rubrik penilaian aktivitas belajar siswa ... 41

4. Kisi-kisi soal ... 42

5. Indikator aspek afektif ... 43

6. Rubrik penilaian aspek afektif ... 43

7. Rubrik penilaian psikomotor ... 44

8. Kategori nilai kinerja guru berdasarkan perolehan nilai ... 45

9. Kategori nilai aktivitas siswa ... 45

10. Kategori nilai kognitif siswa ... 46

11. Kategori nilai afektif siswa ... 47

12. Kategori nilai psikomotor siswa ... 47

13. Kategori hasil belajar siswa ... 48

14. Kriteria ketuntasan hasil belajar siswa ... 49

15. Data tenaga pendidik dan kependidikan SDN 04 Metro Timur ... 57

16. Data siswa SDN 04 Metro Timur ... 58

17. Jadwal kegiatan penelitian tindakan kelas ... 61

18. Hasil kinerja guru pada siklus I ... 73

19. Penilaian aktivitas siswa siklus I ... 75

20. Penilaian afektif siswa siklus I ... 77

21. Penilaian psikomotor siswa siklus I ... 78

22. Penilaian hasil belajar kognitif siklus I ... 79

23. Hasil kinerja guru pada siklus II ... 94

24. Aktivitas siswa siklus II ... 95

25. Penilaian afektif siswa siklus II ... 96

26. Penilaian psikomotor siswa siklus II ... 97

27. Penilaian hasil belajar kognitif siklus II ... 98

28. Rekapitulasi nilai rata-rata kinerja guru ... 100

29. Rekapitulasi persentase aktivitas belajar siswa ... 102

30. Rekapitulasi persentase hasil belajar siswa aspek afektif ... 105

31. Rekapitulasi persentase hasil belajar siswa aspek psikomotor ... 108


(16)

ix

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Lembar observasi istrumen kinerja guru ... 39

2. Rubrik penilaian kegiatan mengajar guru ... 41

3. Rubrik penilaian aktivitas belajar siswa ... 41

4. Kisi-kisi soal ... 42

5. Indikator aspek afektif ... 43

6. Rubrik penilaian aspek afektif ... 43

7. Rubrik penilaian psikomotor ... 44

8. Kategori nilai kinerja guru berdasarkan perolehan nilai ... 45

9. Kategori nilai aktivitas siswa ... 45

10. Kategori nilai kognitif siswa ... 46

11. Kategori nilai afektif siswa ... 47

12. Kategori nilai psikomotor siswa ... 47

13. Kategori hasil belajar siswa ... 48

14. Kriteria ketuntasan hasil belajar siswa ... 49

15. Data tenaga pendidik dan kependidikan SDN 04 Metro Timur ... 57

16. Data siswa SDN 04 Metro Timur ... 58

17. Jadwal kegiatan penelitian tindakan kelas ... 61

18. Hasil kinerja guru pada siklus I ... 73

19. Penilaian aktivitas siswa siklus I ... 75

20. Penilaian afektif siswa siklus I ... 77

21. Penilaian psikomotor siswa siklus I ... 78

22. Penilaian hasil belajar kognitif siklus I ... 79

23. Hasil kinerja guru pada siklus II ... 94

24. Aktivitas siswa siklus II ... 95

25. Penilaian afektif siswa siklus II ... 96

26. Penilaian psikomotor siswa siklus II ... 97

27. Penilaian hasil belajar kognitif siklus II ... 98

28. Rekapitulasi nilai rata-rata kinerja guru ... 100

29. Rekapitulasi persentase aktivitas belajar siswa ... 102

30. Rekapitulasi persentase hasil belajar siswa aspek afektif ... 105

31. Rekapitulasi persentase hasil belajar siswa aspek psikomotor ... 108


(17)

(18)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat-surat ... 119

2. Perangkat pembelajaran ... 126

3. Penilaian kinerja guru ... 159

4. Lembar penilaian aktivitas siswa ... 165

5. Lembar penilaian afektif ... 169

6. Lembar penilaian psikomotor ... 173

7. Lembar penilaian kognitif ... 177


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangatlah penting di era modern ini untuk kemajuan suatu negara. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasarkan Undang-undang tersebut, pendidikan menjadi salah satu wadah bagi umat manusia untuk belajar, mengembangkan potensi dan pendidikan juga sebagai sarana untuk memberikan suatu pengarahan serta bimbingan yang diberikan kepada peserta didik dalam pertumbuhannya untuk membentuk kepribadian yang berilmu, bertakwa kepada Tuhan, kreatif, mandiri dan membentuk peserta didik dalam menuju kedewasaan.

Untuk mewujudkan tujuan dari Undang-undang di atas, tentang Sistem Pendidikan Nasional, diperlukan suatu pembelajaran bagi siswa dan guru yang


(20)

mengacu pada Kurikulum. Adapun Kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum 2013, merupakan Kurikulum yang baru saja diterapkan di Indonesia. Pada Kurikulum ini pembelajaran disajikan secara tematik, pembelajaran secara tematik tidak hanya diterapkan dikelas rendah namun dikelas tinggi juga. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat menerapkan Kurikulum 2013 ini pada saat pembelajaran.

Saat pembelajaran, seorang guru harus mampu memberikan inovasi dalam pembelajaran, sehingga dapat mewujudkan peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Rusman (2012: 254) pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Pembelajaran tematik menggunakan pendekatan scientific, karena pendekatan scientific cocok di terapkan di setiap pembelajaran. Menurut Sudarwan (Kemendikbud, 2013: 201) menjelaskan bahwa pendekatan scientific

bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Sehingga siswa dituntut lebih aktif lagi dalam pembelajaran. Sesuai dengan teori perkembangan kognitif Piaget, siswa usia SD (7-11 tahun) masih berada dalam tahap operasional konkrit, yang dalam pemikirannya masih menggunakan logika, maka dalam proses penilaian hasil belajar (kognitif, afektif, psikomotorik) akan lebih tepat menggunakan penilaian autentik. Untuk mencapai pembelajaran tematik yang sesuai dengan tujuan pembelajaran maka harus didukung oleh proses


(21)

pembelajaran yang terstruktur dapat menjadi pedoman saat proses pembelajaran berlangsung.

Peneliti melakukan prasurvei pada tanggal 29 Januari 2014, pada saat pembelajaran tematik berlangsung di kelas IV B ditemukan beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran, seperti: guru belum optimal menggunakan model pembelajaran, belum memanfaatkan media sebagai alat bantu dalam penyampaian materi, dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru kurang melibatkan siswa atau proses pembelajaran masih berpusat pada guru

(teacher centered), sehingga pembelajaran membosankan, kurang menarik, dan kurang interaksi antara guru dengan siswa dan aktivitas belajar siswa juga masih rendah terlihat dari siswa yang cenderung ribut, banyak mengobrol pada saat pembelajaran berkelompok atau saat berdiskusi hal ini juga berdampak pada hasil belajar siswa. Peneliti juga melakukan studi dokumentasi berupa data nilai harian siswa, nilai mid, dan nilai akhir semester ganjil pada pembelajaran tematik. Pada kelas IV B SDN 04 Metro Timur dengan jumlah siswa 28 orang, dengan kriteria keberhasilan secara berturut- turut adalah nilai kognitif 50%, afektif 53%, dan psikomotorik 57%. Persentase pencapaian ini masih dibawah kriteria keberhasilan secara klasikal yaitu ≥75% .

Berdasarkan beberapa temuan di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran tematik di kelas IV B SDN 04 Metro Timur belum berlangsung seperti yang diharapkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe two stay two stray


(22)

bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model ini akan mengarahkan siswa untuk aktif, percaya diri, berani mengungkapkan pendapat baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan menyimak materi yang dijelaskan oleh teman saat bertamu, meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dan model ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik. Selain itu pemanfaatan media juga sangat penting dalam penyampaian materi pembelajaran. Sadirman, dkk. (2005: 28) mengemukakan bahwa media grafis merupakan media visual yang bertujuan untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang disampaikan berupa simbol-simbol komunikasi visual.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

judul: ”Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray

dengan media grafis untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Kelas IV SDN 04 Metro Timur Tahun Pelajaran

2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.

1. Model pembelajaran belum digunakan secara optimal oleh guru dalam proses pembelajaran.


(23)

3. Proses pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered) sehingga membosankan, kurang menarik, dan kurang interaksi antara guru dengan siswa.

4. Rendahnya Aktivitas belajar siswa Kelas IV B SDN 04 Metro Timur pada pembelajaran tematik.

5. Rendahnya hasil belajar siswa Kelas IV B SDN 04 Metro Timur pada pembelajaran tematik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui model

cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis pada pembelajaran tematik kelas IV B SDN 04 Metro Timur Tahun Pelajaran 2013/2014?

2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis pada pembelajaran tematik kelas IV B SDN 04 Metro Timur Tahun Pelajaran 2013/2014?


(24)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui model cooperative learning

tipe two stay two stray dengan media grafis pada pembelajaran tematik kelas IV B SDN 04 Metro Timur Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning tipe

two stay two stray dengan media grafis pada pembelajaran tematik kelas IV B SDN 04 Metro Timur Tahun Pelajaran 2013/2014.

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi.

1. Siswa, yaitu dapat meningkatkan pemahaman konsep pada pembelajaran tematik khususnya di kelas IV B SDN 04 Metro Timur semester II, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan hasil belajar siswa.

2. Guru, yaitu dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam pembelajaran tematik khususnya model cooperative learning tipe two stay two stray dan media grafis, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan professional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

3. Sekolah, yaitu dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.


(25)

4. Peneliti, yaitu berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray dan media grafis pada pembelajaran tematik.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas, sikap dan pengetahuan siswa. Menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 41) yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan prilaku peserta didik secara adaptasi dan maupun generatif.

Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2012: 133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suat rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain. Sedangkan menurut Suprijono (2013: 46) model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu pendekatan yang digunakan guru pada proses


(27)

pembelajaran di dalam kelas yang memperhatikan pengetahuan awal siswa dan melibatkan siswa secara langsung berupa kegiatan nyata sehingga hasil belajar siswa meningkat.

2. Macam-Macam Model Pembelajaran

Dewasa ini cukup banyak macam-macam model pembelajaran yang telah diperkenalkan kepada pendidik dan peserta didik. Menurut Judy Holmquist (dalam Eggen Paul dan Kauchak Don, 2012: 8) macam-macam model pembelajaran adalah model integratif, model pembelajaran berbasis masalah

(problem based learning), model pembelajaran cooperative learning, model temuan terbimbing.

Suprijono (2013: 76) model pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu model pembelajaran berlangsung (direct instruction) dikenal dengan active teaching, model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).

Macam- macam model pembelajaran yang telah dipaparkan di atas telah diungkapkan secara jelas, sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran sangat bervariatif yang digunakan dalam proses pembelajaran. Semua model tersebut memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing, untuk mengoptimalkan pengetahuan serta pengalaman siswa dalam belajar, model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan salah satu model yang bisa digunakan dalam pembelajaran di SD.


(28)

3. Pengertian Model Cooperative Learning

Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial yaitu pembelajaran cooperative learning dan pembelajaran kolaboratif. Panitz membedakan kedua hal tersebut. Rusman (2012: 202) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kalaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Menurut Woolfolk (Warsono, 2013: 161) pembelajaran kooperatif adalah suatu pengaturan yang memungkinkan para siswa bekerja sama dalam suatu kelompok campuran dengan kecakapan yang berbeda-beda dan akan memperoleh penghargaan jika kelompoknya mencapai suatu keberhasilan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan model cooperative learning adalah pembelajaran berkelompok, yang setiap masing-masing kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab, dalam satu kelompok antara siswa yang satu dengan siswa yang lain saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas.

4. Tipe-Tipe Model Cooperative Learning

Seiring dengan perkembangan zaman model cooperative learning

berkembang dan memiliki banyak tipenya, Rusman (2012: 213-225) tipe model cooperative learning yaitu: model student team achievement division


(29)

investigation (GI), model mencari pasangan (make a match), model terstruktural.

Pembelajaran cooperative learning yang dikembangkan Spencer Kagan (Warsono, 2013: 213-239) ada 30 tipe model cooperative learning

diantaranya adalah dua tinggal dua tamu (two stay two stray), tim berpasangan dan mandiri (team pair solo), berdiri dan bertukar pikiran (stand and share),

kepala bernomor (numbered heads together), meja bundar (round table),

bandingkan pasangan- pasangan (pairs compare), dan masih banyak lainnya. Berdasarkan pendapat ahli di atas, penulis memilih model dua tinggal dua tamu (two stay two stray) karena model ini mempunyai kelebihan agar siswa dapat saling bekerja sama,saling membantu memecahkan masalah dan membantu siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan baik.

5. Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray

5.1 Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray

Model pembelajaran cooperative learning tipe two stay two stray, Huda (2013: 207) model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan pendidikan. Model two stay two stray

merupakan sistem pembelajaran kelompok, serta memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau bertamu antar kelompok untuk membagi informasi. Model ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik.


(30)

Menurut Warsono (2013: 235) Two stay two stray adalah suatu model pembelajaran berkelompok yang mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan analisis dalam kelompok. Dua tinggal-dua tamu (Two Stay-Two Stray), yaitu teknik yang dapat digunakan dengan Teknik Kepala Bernomor (Numbered Head Together) yang dikembangkan pula Spencer Kagan (1992) yang memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.

Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa model

cooperative learning tipe Two stay two stray adalah model pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok, memberi kesempatan kepada siswa untuk membagi informasi kepada kelompok lain. Dengan cara saling mengunjungi atau bertamu antar kelompok.

5.2 Tujuan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray

Model cooperative learning memiliki berbagai tipe-tipe diantaranya adalah two stay two stray. Setiap model cooperative learning pasti mempunyai tujuan yang baik untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Tujuan dari two stay two stray inisendiri adalah siswa diajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model ini akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu dalam pembagian kelompoknya jelas


(31)

setiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya dan saling mendorong untuk saling berprestasi.

5.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray

Setiap model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan. Menurut Widyatun (2012) kelebihan model cooperative learning tipe Two stay two stray dibandingkan dengan model pembelajaran lain adalah 1) dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan, 2) kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, 3) lebih berorientasi pada keaktifan, 4) diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya, 5) menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa, 6) kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan, 7) membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

Sama halnya dengan model pembelajaran lain model cooperative learning tipe Two stay two stray juga memiliki beberapa kelemahan dalam penerapannya. Kelemahan pelaksanaan model cooperative learning

tipe Two stay two stray adalah 1) membutuhkan waktu yang lama, 2) siswa cendrung tidak mau belajar dalam kelompok, 3) bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (dana, materi, dan tenaga), 4) guru cendrung kesulitan dalam pengolaan kelas.

Berdasarkan pendapat diatas model cooperative learning tipe Two


(32)

adanya pemahaman yang mendalam akan model ini agar dalam penerapannya akan berjalan dengan efektif dan baik.

5.4 Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray

Setiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah dalam pembelajarannya agar mudah untuk dilaksanakan Huda (2013: 207-208) menyatakan bahwa model cooperative learning tipe two stay two stray

memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

a.Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena pembelajaran

cooperative learning tipe two stay two stray bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membelajarkan (peer tutoring) dan saling mendukung.

b.Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing. c.Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang.

Hal ini bertujuan untuk memeberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.

d.Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.

e.Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain.

f.Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

g.Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. h.Masing- masing kelompok memperesentasikan hasil kerja mereka.

Warsono (2013: 235) langkah-langkah model cooperative learning

tipe two stay two stray sebagai berikut: a.Siswa dibagi dalam kelompok 4 orang.


(33)

c.Siswa semula bekerja dalam kelompok terlebih dahulu, setelah selesai, dua orang siswa dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu di kelompok yang lain di dekatnya.

d.Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas menjelaskan hasil kerja atau membagikan informasi yang diperoleh kelompoknya semula, kepada dua orang tamunya. Siswa tamu kembali kekelompoknya semula dan membagikan informasi yang diperolehnya selama bertamu kepada anggota kelompoknya.

e.Anggota kelompok mencocokkan hasil pemikiran kelompok semula dengan hasil bertamu.

Berdasarkan langkah-langkah model cooperative learning tipe two stay two stray yang telah dijelaskan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa tipe two stay two stray adalah model pembelajaran yang melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik dan mengarahkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membelajarkan (peer tutoring) dan saling mendukung. 2) Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing. 3) Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memeberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir. 4) Setelah selesai, dua


(34)

orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. 5) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain. 6) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. 7) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. dan 8) Masing- masing kelompok memperesentasikan hasil kerja mereka.

B. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Agar proses belajar dapat berjalan secara efektif dan menyenangkan, maka diperlukan adanya alat bantu dalam pengajaran yang biasa disebut media pembelajaran. Kata Media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’, atau dengan kata lain media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan (Fathurrohman & Sutikno, 2010: 65).

Menurut McLuhan (Hamalik, 2001: 201) media adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Sedangkan Gerlach dan Ely (Arsyad, 2013: 3) menyatakan bahwa media adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam hal ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.


(35)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang dipergunakan dalam menyampaikan suatu pesan atau informasi untuk dapat mempermudah penerima informasi dalam memahaminya.

2. Manfaat Media Pembelajaran

Manfaat media pembelajaran secara umum adalah memperlancar interaksi guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.

Kemp & Dayton (Solihatin & Raharjo, 2007: 23) mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran sebagai berikut.

1. Menyampaikan materi pelajaran dapat diseragamkan. 2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. 3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.

4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.

5. Meningkatakan kualitas hasil belajar siswa.

6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.

7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.

8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

Manfaat media pembelajaran menurut Fathurrohman & Sutikno (2010: 67) diantaranya yaitu.

1. Menarik perhatian siswa.

2. Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran. 3. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitas (dalam bentuk

kata-kata tertulis atau lisan). 4. Mengatasi keterbatasan ruang.

5. Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif. 6. Waktu pembelajaran bisa dikondisikan.


(36)

8. Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu atau menimbulkan gairah belajar.

9. Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, serta;

10.Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan manfaat media pembelajaran adalah untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga menciptakan suasana belajar yang kondusif dan efektif, serta mempercepat pemahaman siswa mengenai materi yang sedang dijelaskan oleh guru. Untuk itu sebagai pendidik diharapkan memiliki keterampilan dalam menggunakan atau membuat media agar dalam mentransfer pengetahuan kepada peserta didik dapat berjalan dengan maksimal.

3. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Seiring dengan perkembangan zaman saat ini cukup banyak jenis dan bentuk media yang telah di perkenalkan kepada pendidik dan peserta didik. Berikut ini adalah jenis-jenis media yang telah diungkapkan oleh para ahli.

Angkowo & Kosasih (2007: 12) mengatakan jenis media dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, diagram, poster, kartun, dan komik. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.

2. Media tiga dimensi yaitu media dalam bentuk model padat, model penampang, model susun, model kerja, dan diorama.

3. Media proyeksi seperti slide, film strips, film dan OHP. 4. Lingkungan sebagai media pembelajaran (media nyata).

Sedangkan Sadiman, dkk. (2011: 28-55) mengklasifikasikan media yang lazim digunakan dalam proses pembelajaran adalah:


(37)

a. Media grafis, media yang menyalurkan pesan melalui indra penglihatan, Pesan yang akan disampaikan berupa simbol-simbol komunikasi visual. Contohnya adalah gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, kartun, poster, peta dan globe, papan flanel, dan papan buletin.

b. Media audio, media yang menyalurkan pesan melalui indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan berupa lambang-lambang auditif, baik verbal maupun non verbal. Contohnya adalah radio, alat perekam pita magnetik, dan laboratorium bahasa.

c. Media proyeksi diam, media ini mempunyai persamaan dengan media grafik namun bedanya ialah media grafis dapat secara langsung berinterasiksi dengan pesan media yang bersangkutan pada media proyeksi, pesan tersebut harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat. Contohnya film bingkai, film rangkai, overhead proyektor, proyektor opaque, tachitoscope, microprojection, dan microfilm.

Berdasarkan penjelasan jenis-jenis media pembelajaran di atas, penulis memilih jenis media pembelajaran media grafis karena media grafis dapat mengoptimalkan pengetahuan serta pengalaman siswa dalam belajar.

4. Media Grafis

4.1 Pengertian Media Grafis

Proses pembelajaran di dalam kelas menuntut guru untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan media sebagai alat bantu mengajar. Dari beberapa jenis media pembelajaran salah satunya adalah media grafis. Sadirman, dkk. (2005: 28) mengemukakan bahwa media grafis merupakan media visual yang bertujuan untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang disampaikan berupa symbol-simbol komunikasi visual. Sedangkan Asyhar (2013: 102) berpendapat bahwa media grafis adalah visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa yang dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk seperti foto, gambar, sketsa, grafik, bagan. Ruminiati (2007: 2-23) media gambar


(38)

merupakan media yang mengkonkretkan hal-hal yang bersifat abstrak dalam bentuk gambar atau foto, yang dapat menggambarkan prilaku baik dan kurang baik, sebagai sarana pembentukan moral anak. Model ini sangat cocok diterapkan di sekolah dasar (SD).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa media grafis merupakan suatu alat bantu guru dalam menyapaikan materi pelajaran dikelas, yang berupa visual yang menitik beratkan pada indera penglihatan.

4.2 Kelebihan dan Kelemahan Media Grafis

Setiap media pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan begitu pula dengan media grafis. Beberapa kelebihan media grafis adalah dapat mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa terhadap pesan yang disajikan, dapat dilengkapi dengan warna-warna sehingga lebih menarik perhatian siswa, pembuatannya mudah dan harganya murah.

Hamalik (2013: 121) menyatakan kelebihan media grafis adalah: a. Dapat mengatasi keterbatasan waktu dan ruang.

b. Dapat mengatasi kekuatan daya maupun panca indera manusia. c. Sifatnya konkrit dan lebih realistis.

d. Dapat memperjelas suatu masalah sehingga dapat membetulkan kesalahpahaman.

Sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan keterampilan khusus dalam pembuatannya, terutama untuk grafis yang lebih kompleks, dan penyajian pesan hanya unsur visual. Menurut Sadiman (2011: 31) kekurangan media grafis adalah:


(39)

a. Terkadang ukurannya terlalu kecil untuk digunakan pada kelompok siswa yang cukup besar.

b. Pada umumnya hanya dua dimensi yang tampak, sedangkan dimensi yang lainnya tidak jelas.

c. Tidak dapat memperlihatkan suatu pola gerakan secara utuh. d. Tanggapan bisa berbeda-beda terhadap gambar yang sama.

e. Sulit dipahami oleh siswa yang tingkat usia dan pendidikannya masih rendah.

f.Membutuhkan keterampilan yang cukup dan keterampilan yang khusus dari guru.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa kelebihan media grafis adalah mempermudahkan siswa dalam pemahaman pembelajaran yang disampaikan. Sedangkan kekurangannya adalah kurang cocok untuk siswa kelas rendah.

4.3 Langkah-Langkah Penggunaan Media Grafis

Dari beberapa contoh media grafis, penulis memilih media gambar atau foto dalam penyampaian materi pelajaran. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam penggunaannya menurut Ruminiati (2007: 223) sebagai berikut:

a. Menganalisis pokok bahasan yang akan dituangkan dalam bentuk gambar atau foto.

b. Menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan.

c. Memeragakan foto tersebut sehingga dapat dilihat dengan jelas oleh semua siswa.


(40)

C. Belajar

1. Pengertian Belajar

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan prilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Perubahan prilaku disini adalah hasil belajar artinya seseorang dikatakan telah belajar apabila dia dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya dia tidak dapat melakukannya.

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku baik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

organisme atau pribadi. Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning

seperti dikutip Purwanto (2008: 84), mengemukakan belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.

Hamalik (2013: 27) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Slameto (2010: 2) belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan prilaku oleh karena itu seseorang dikatakan belajar apabila dalam diri orang tersebut terjadi perubahan prilakunya yang dapat ditunjukkan dalam bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap,


(41)

kebiasaan. Apabila seorang tersebut bisa melakukan hal yang dia dari tidak bisa melakukan menjadi bisa.

2. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan segala proses yang dialami oleh siswa di dalam suatu pembelajaran. Dimyati & Mudjiono (2006: 236-238) mengemukakan aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses pembelajaran. Sardiman (2012: 100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Kunandar (2011: 233) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Aspek yang dinilai dalam aktivitas siswa yakni: (1) mendengarkan penjelasan guru dengan seksama, (2) tertib terhadap instruksi yang diberikan oleh guru, (3) antusias/semangat mengikuti pembelajaran, (4) melakukan kerjasama dengan anggota kelompok, (5) menunjukkan sikap jujur, (6) merespon aktif pertanyaan lisan dari guru, (7) mengajukan pertanyaan, (8) mengikuti semua tahapan pembelajaran dengan baik.


(42)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan siswa, yang menyangkut partisipasi, minat, perhatian dan presentasi di mana dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara aktif serta mendapat pengalaman baru. Sehingga setelah siswa mengalami kegiatan tersebut siswa lebih mudah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Adapun indikator dari aktivitas dalam penelitian ini adalah: (1) mendengarkan penjelasan guru dengan seksama, (2) tertib terhadap instruksi yang diberikan oleh guru, (3) antusias/semangat mengikuti pembelajaran, (4) melakukan kerjasama dengan anggota kelompok, (5) menunjukkan sikap jujur, (6) merespon aktif pertanyaan lisan dari guru, (7) mengajukan pertanyaan, (8) mengikuti semua tahapan pembelajaran dengan baik.

3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan menurut Horwart (dalam Sudjana, 2010: 14) membagi 3 macam hasil belajar yaitu:

a. Keterampilan dan kebiasaan

b. Pengetahuan dan keterampilan, dan

c. Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) menyatakan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh adanya usaha belajar. Menurut Nana


(43)

sudjana (dalam Kunandar, 2011: 276), hasil belajar adalah suatu akibat proses dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terancana, bentuk tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

Menurut Bloom (Suprijono, 2009: 6-7) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah pengetahuan, ingatan, pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh, menerapkan menguraikan, menentukan hubungan, mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, dan menilai. Domain afektif adalah sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi, karekterisasi. Domain psikomotorik meliputi initiotory, pre-routine, rountinized. Psikomotorik juga mencakup keterampilan produktif, tehnik, fisik, sosial, manajerial dan entelektual.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang didapat dari proses pembelajaran terutama dalam aspek pengetahuan/ kognitif, sikap/ afektif serta keterampilan/ psikomotor yang dimilikinya, dan hasil belajar tersebut didapat dari soal tes yang diberikan oleh guru kepada siswa.

D.Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk


(44)

kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/1014 memenuhi kedua dimensi tersebut.

Kurikulum di Indonesia mengalamin perubahan dan pengembangan yaitu Kurikulum 2013. Mulyasa (2013: 65) menyatakan bahwa Kurikulum 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari.

Mulyasa (2013: 170) menyatakan perbedaan Kurikulum 2013 untuk sekolah dasar yaitu: (1) Pembelajaran berbasis Tematik-Integratif dari kelas I sampai VI; (2) Mata pelajaran dalam pembelajaran Tematik-Integratif yang tadinya berjumlah 10 mata pelajaran dipadatkan menjadi 8 mata pelajaran; (3) Pramuka sebagai ekstrakulikuler wajib; (4) Bahasa Inggris hanya ekskul; (5) Penambahan jam belajar siswa untuk kelas I-III yang awalnya 26-28 jam per minggu bertambah menjadi 30-32 jam perminggu. Sedangkan untuk kelas IV-VI yang awalnya 32 jam perminggu bertambah menjadi 36 jam per minggu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa Kurikulum 2013 adalah Kurikulum yang berbasis kompetensi dan karakter yang menilai hasil belajar siswa tentang penguasaan dan pemahaman terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam rangka memecahkan masalah sehari-hari. Namun dalam Kurikulum 2013 terdapat beberapa perubahan sistem pembelajaran di SD seperti mengenai pendekatan pembelajaran, ekstrakurikuler dan jumlah jam belajar siswa.


(45)

Kurikulum 2013 yang sekarang ini digunakan,pembelajaran tematik,tidak hanya di kelas rendah saja yang menggunakan model pembelajaran tematik tetapi semua kelas diharapkan telah memakai tematik. Menurut Rusman (2012: 254) model pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Menurut Sutrijo dan Sri Istuti Mamik (dalam Suryosubroto 2009: 133) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintgrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu topik pembicaraan yang disebut tema dan saat proses pembelajaran berlangsung tidak terlihat batas-batasan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya.

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pada umumnya pembelajaran memiliki karakteristik, begitu juga dengan pembelajaran tematik. Menurut Depdiknas (dalam Trianto, 2010: 91) Pembelajaran tematik memiliki beberapa ciri khas, antara lain:

(1) Pengalaman dan kegiatan belajar yang sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar, (2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, (3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama, (4) Membantu menyembangkan keteramp[ilan berpikir


(46)

siswa, (5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya, dan (6) Menyembangkan keterampilan sosial, siswa seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggapan terhadap gagasan orang lain. Rusman (2012: 258-259) sebagai suatu model pembelajaran di SD, pembelajaran tematik memiliki karakteristik- karakteristik sebagai berikut: (1) Berpusat pada siswa, (2) Memberikan pengalaman langsung, (3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, (4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (5) Bersifat fleksibel, (6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, (7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki karakteristik yang beragam sangat cocok diterapkan untuk SD, karena model pembelajaran ini sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Sehingga bisa menjadi proses pembelajaran yang lebih efektif dan efesien.

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik sangatlah cocok untuk diterapkan di SD. Kelebihan pembelajaran tematik menurut Suryosubroto (2009: 136-137) yaitu: menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna, menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan utama.


(47)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dalam Trianto, 2010: 88-89) kelebihan pembelajaran tematik adalah:

(1).pengalaman dan kegiatan belajar siswa relevan dengan tingkat perkembangan siswa, (2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, (3) kegiatan belajar bermakna bagi siswa, sehingga hasil dapat bertahan lama, (4) keterampilan berpikir siswa berkembang dalam proses pembelajaran terpadu, (5) kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai lingkungan siswa, (6) keterampilan social siswa berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.

Pembelajaran tematik juga sama dengan pembelajaran lain mempunyai kekurangan. Indrawati (dalam Trianto, 2010: 90) kekurangan pembelajaran tematik adalah dalam pelaksanaannya, yaitu pada perencaanaan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja.

Menurut Suryosubroto (2009: 136-137) kekurangan pembelajaran tematik adalah guru dituntut mempunyai keterampilan yang tinggi dan tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara cepat.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik tidak hanya mempunyai kelebihan yang beragam tetapi mempunyai kekurangan juga. Karena didunia ini tidak ada yang sempurna begitu pula dengan model pembelajaran.


(48)

4. Pendekatan dan Penilaian Tematik

4.1 Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)

Pendekatan ilmiah/scientific dalam proses pembelajaran ini sering disebut sebagai ciri khas dari keberadaan Kurikulum 2013, yang sangat menarik untuk dipelajari. Kemendikbud (2013), mengemukakan pendekatan ilmiah/scientific merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Lebih lanjut Kemendikbuk (2013: 9), memberi konsep bahwa pendekatan ilmiah/scientific dalam melakukan pembelajarannya mencakup komponen sebagai berikut: mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengkomunikasikan.

Sebuah proses pembelajaran yang digenjot oleh seorang guru di kelasnya akan dapat disebut ilmiah bila proses pembelajaran tersebut memenuhi kriteria-kriteria berikut ini: (1) substansi atau materi pembelajaran benar-benar berdasarkan fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. (2) penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik harus terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. (3) mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. (4) mendorong dan


(49)

menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik (membuat dugaan) dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran. (5) mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran. (6) berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-jawabkan. (7) tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya. (Muhammadfaiq, 2014)

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa Pendekatan ilmiah/scientific adalah pendekatan yang mengarahkan pembelajaran pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang didasarkan pada tahapan mengamati, menanya, mencoba, menyajikan, menyimpulkan, dan menciptakan.

4.2Penilaian Autentik

Pada saat proses pembelajaran berlangsung salah satu hal yang tidak boleh tertinggal adalah penilaian. Nurgiyantoro (2011: 22) penilaian autentik merupakan penilaian yang menekankan kemampuan siswa untuk mendemostrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna.

Menurut Kunandar (2013: 35) penilaian autentik adalah kegiatan menilai siswa yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan


(50)

dengan tuntutan kompetensi yang ada di kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD).

Penilaian autentik dalam Kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik yang mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa penilaian autentik adalah penilaian yang lebih menekankan kepada sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.

E.Penelitian yang Relevan

Banyak penelitian yang dilakukan dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe Two Stay Two Stray dalam pembelajaran, antara lain penelitian yamg dilakukan oleh.

Shella Dyah Wulan Sari yang berjudul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray dengan Media Grafis pada Siswa Kelas IV A SDN 02 LANGKAPURA Tahun Pelajaran 2012/2013 dan Renshi Machhelina yang berjudul penggunaan Model Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 4 Sukadamai Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012


(51)

Dalam penelitiannya siswa bersemangat untuk mengikuti pembelajaran, bekerjasama, kompak saat berdiskusi, lebih berani, percaya diri mengungkapkan pendapatnya, saling membantu memecahkan masalah, siswa bersosialisasi dengan baik antar teman sekelasnya dan meningkatkan hasil belajar siswa.

F.Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah input (kondisi awal), tindakan, dan

output (kondisi akhir). Input dari penelitian ini adalah masalah-masalah yang ada pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru belum optimal menggunakan model pembelajaran, belum memanfaatkan media sebagai alat bantu dalam penyampaian materi, dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru kurang melibatkan siswa atau pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga pembelajaran membosankan, kurang menarik, kurang interaksi antara guru dengan siswa dan aktivitas belajar siswa juga masih rendah terlihat dari siswa yang cenderung ribut, banyak mengobrol pada saat pembelajaran berkelompok atau saat berdiskusi hal ini juga berdampak pada hasil belajar siswa kelas IV B SDN 04 Metro Timur. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk menerapkan model

cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis dan pendekatan

scientific pada pembelajaran tematik di kelas IV B SDN 04 Metro Timur. Output


(52)

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

Masukan (input) 1. Guru belum optimal menggunakan model pembelajaran

2. Belum memanfaatkan media sebagai alat bantu dalam penyampaian materi

3. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru kurang melibatkan siswa atau proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered)

4. sehingga pembelajaran membosankan, kurang menarik kurang interaksi antara guru dengan siswa

5. Aktivitas belajar siswa juga masih rendah terlihat dari siswa yang cenderung ribut, banyak mengobrol pada saat pembelajaran berkelompok atau saat berdiskusi

6. Hasil belajar siswa kelas IV B SDN 04 Metro Timur pada pembelajaran tematik masih rendah.

Kondisi akhir (output) 1. Aktivitas belajar siswa meningkat ≥ 75% aktif

2. Hasil belajar siswa meningkat.≥ 75% memenuhi kriteria keberhasilan. ≥66

Tindakan

Penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray

1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelomoknya terdiri dari empat orang siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen.

2. Guru memberikan sub pokok bahasan menggunakan bantuan media grafis kepada setiap kelompok .

3. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang.

4. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.

5. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasinya kepada tamu dari kelompok lain.

6. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompoknya untuk melaporkan hasil temuannya dari kelompok lain.

7. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerjanya.

8. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok. Pendekatan scientific

1. Mengamati 3. Menalar 5. Mengkomunikasikan


(53)

G.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Apabila dalam pembelajaran tematik menerapkan model

cooperative learning tipe two stay two stray dan media grafis dengan memperhatikan prosedur, prinsip dan faktor secara tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas IV B SDN 04 Metro Timur.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Prosedur penelitian dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) merencanakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Wardhani, dkk. 2006: 1.3).

Dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu siklus selesai, mungkin guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, maka dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama, dan siklus yang baik biasanya lebih dari dua siklus sampai tujuan yang diharapkan dapat tercapai, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Penelitian ini dilakukan berkalaborasi dengan guru kelas IV B SDN 04 Metro Timur untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah perencanaan maka tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dengan penerapan model

cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis. Tahap selanjutnya yaitu pengamatan menggunakan lembar observasi atas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Tahap terakhir yaitu merespon kegiatan melalui kegiatan refleksi. Adapun tahap-tahap dari siklus PTK ini adalah sebagai berikut:


(55)

Gambar 2. Tahap Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Arikunto S (2006: 17)

B.Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 04 Metro Timur. Tepatnya berada di Jalan Jendral AH. Nasution Metro Timur.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Waktu pelaksanaan penelitian kurang lebih 6 bulan,

Perencanaan

SIKLUS I

Refleksi Pelaksanaan

Obsevasi

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi SIKLUS II

Obsevasi

Apabila masalah belum terselesaikan

Dilanjutkan kesiklus berikutnya


(56)

terhitung dari bulan Februari sampai dengan Juli 2014. Rentang waktu tersebut dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan laporan hasil skripsi.

C.Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru kelas IV B SDN 04 Metro Timur. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa dan guru Kelas IV B SDN 04 Metro Timur tahun ajaran 2013/2014. Jumlah siswa sebanyak 28 orang siswa dengan komposisi 13 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan.

D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah non tes dan tes. Non tes dipergunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kualitatif, namun dapat diwujudkan dalam bentuk kuantitatif yaitu menggunakan lembar observasi. Peneliti mengunakan lembar aktivitas siswa, lembar IPKG, lembar penilaian sikap, lembar penilaian keterampilan, dan lembar penilaian pengetahuan belajar siswa meliputi yang dilakukan siswa dalam proses belajar mengajar dan implementasi model cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis. Tes dipergunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa.

E.Alat Pengumpul Data

1) Lembar Observasi Instrumen Kinerja Guru

Lembar observasi instrumen kinerja guru ini dirancang peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas IV B SDN 04 Metro Timur. Lembar


(57)

observasi ini digunakan untuk mengumpul data mengenai aktivitas belajar siswa dan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran di kelas selama penelitian tindakan kelas berlangsung.

Tabel 1. Lembar Observasi Istrumen Kinerja Guru

Aspek yang diamati Skor

Kegiatan pendahuluan

Apersepsi dan motivasi

1. Mengaitkan materi pembelajaran dengan penggalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.

1 2 3 4

2. Mengajukan pertanyaan menantang. 1 2 3 4

3. Menyampaikan manfaat materi pembelajaran 1 2 3 4

4. Mendemonstrasikan sesuatu yang berkaitan dengan tema. 1 2 3 4 Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan

1. Menyampaiakan kemampuan yang akan dicapai peserta didik 1 2 3 4 2. Menyampaikan rencana kegiatan misalnya individual, kerja kelompok, dan

melakukan observasi

1 2 3 4

Kegiatan Inti

Penguasaan Materi Pelajaran

1. Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran 1 2 3 4 2. Kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan,

perkembangan iptek dan kehidupan nyata

1 2 3 4

3. Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat 1 2 3 4 4. Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkret ke abstrak) 1 2 3 4 Penerapan Model Cooperative Learning tipe Two Stay Two Stray

1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen.

1 2 3 4

2. Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing

1 2 3 4

3. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memeberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain dan dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain.

1 2 3 4

4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

1 2 3 4

5. Masing- masing kelompok memperesentasikan hasil kerja mereka. 1 2 3 4 Penerapan Pendekatan Scientific

1. Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana 1 2 3 4


(58)

Keterangan :

1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik

3. Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba 1 2 3 4

4. Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati 1 2 3 4

5. Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis 1 2 3 4

6. Memberikan pertanyaan kepada peserta didik untuk menalar berpikir logis dan sistematik

1 2 3 4

7. Menyajikan kegiatan agar peserta didik mampu berkomunikasi 1 2 3 4 Penerapan Pembelajaran Tematik

1. Menyajikan pembelajaran sesuai tema 1 2 3 4

2. Menyajikan pembelajaran dengan memadukan berbagai mata pelajaran dalam setiap subtema

1 2 3 4

3. Menyajikan pembelajaran yang memuat komponen karakteristik terpadu 1 2 3 4 4. Menyajikan pembelajaran yang bernuansa aktif dan menyenangkan 1 2 3 4 Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media dalam Pembelajaran (Media Grafis)

1. Menunjukan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar 1 2 3 4 2. Menunjukan keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran 1 2 3 4

3. Menghasilkan pesan yang menarik 1 2 3 4

4. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar 1 2 3 4 5. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran 1 2 3 4 Pelibatan Peserta Didik Dalam Pembelajaran

1. Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, sumber beajar.

1 2 3 4

2. Merespon positif partisipasi peserta didik 1 2 3 4

3. Menunjukan sikap terbuka terhadap respon peserta didik 1 2 3 4

4. Menunjukan hubungan antar pribadi yang kondusif 1 2 3 4

5. Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta didik dalam belajar 1 2 3 4 Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran

1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar 1 2 3 4

2. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar 1 2 3 4

Kegiatan Penutup

Penutup Pembelajaran

1. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik 1 2 3 4

2. Memberikan tes lisan atau tertulis 1 2 3 4

3. Mengoreksi dan mengumpulkan hasil kerja 1 2 3 4

4. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas di rumah.

1 2 3 4

Jumlah Skor

Nilai


(59)

4 = Sangat baik

Tabel 2. Rubrik Penilaian Kegiatan Mengajar Guru

Skor Nilai Mutu Keterangan aspek yang diamati

4 Sangat baik Dilakukan dengan sangat baik oleh guru, melakukan dengan sempurna, dan guru terlihat professional.

3 Baik Dilakukan dengan baik oleh guru, melakukan tanpa kesalahan, dan guru terlihat menguasai.

2 Cukup Dilakukan dengan cukup baik oleh guru,

melakukan dengan sedikit kesalahan, dan guru tampak cukup menguasai.

1 Kurang Tidak dilakukan oleh guru, melakukan dengan banyak kesalahan, dan guru tiodak menguasai.

2) Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lembar observasi aktivitas belajar siswa ini dikembangkan berdasarkan indikator aktivitas dalam penelitian ini yaitu: (1) mendengarkan penjelasan guru dengan seksama, (2) tertib terhadap instruksi yang diberikan oleh guru, (3) antusias/semangat mengikuti pembelajaran, (4) melakukan kerjasama dengan anggota kelompok, (5) menunjukkan sikap jujur, (6) merespon aktif pertanyaan lisan dari guru, (7) mengajukan pertanyaan, (8) mengikuti semua tahapan pembelajaran dengan baik.

Tabel 3. Rubrik Penilaian Aktivitas Belajar Siswa

Skor Keterangan

8 Jika kedelapan aspek yang diamati muncul 7 Jika hanya tujuh aspek yang diamati muncul 6 Jika hanya enam aspek yang diamati muncul 5 Jika hanya lima aspek yang diamati muncul 4 Jika hanya empat aspek yang diamati muncul 3 Jika hanya tiga aspek yang diamati muncul 2 Jika hanya dua aspek yang diamati muncul 1 Jika hanya satu aspek yang diamati muncul


(60)

3).Hasil Belajar Siswa

Tes hasil belajar instrumen ini digunakan untuk mengetahui data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan yang dibelajarkan dengan menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis.

a. Penilaian Aspek Kognitif

Penilaian aspek Kognitifmenggunakan tes untuk mendapatkan data besar dari hasil belajar pengetahuan siswa kelas IV B semester genap SDN 04 Metro Timur yang diajarkan dengan model cooperative learning

tipe two stay two stray. Kisi-kisi:

Indikator Bentuk soal Jumlah soal

1. Mengidentifikasi keunikan dari berbagai daerah

Pilihan ganda dan esay

4 2. Menjelaskan penyebab

penumpukan sampah di Jakarta

Pilihan ganda 1

3. Menjelaskan nama sebuah daerah berdasarkan kondisi geografis

Pilihan ganda 1

4. Mengolah teks laporan dalam bentuk pertanyaan yang sesuai

Pilihan ganda dan esay

3 5. Mendeskripsikan proses pembuatan

transplantasi terumbu karang

Esay 1

6. Mengenal alur pembuatan laying-layang

Esay 1

7. Mengenal interaksi manusia dengan budaya setempat

Pilihan ganda dan esay


(1)

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal hingga kegiatan akhir

peneliti mengamati mengenai aktivitas belajar siswa serta kinerja guru selama

proses pembelajaran dengan membubuhkan tanda cheklist pada lembar

observasi.

4. Tahap Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis.

Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan pada proses

pembelajaran setelah diterapkannya pembelajaran tematik melalui penggunaan

model cooperative learning tipe two stay two stray dengan media grafis. Hasil

analisis yang dilaksakan dipergunakan untuk mencapai tujuan penelitian.

Apabila tujuan penelitian belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan pada

siklus berikutnya.

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini adalah:

1) Apabila persentase aktivitas belajar siswa meningkat setiap siklusnya, yaitu

jika ≥ 75% dari jumlah siswa minimal dalam kategori aktif.

2) Jika ≥ 75% dari jumlah keseluruhan siswa memperoleh nilai hasil belajar ≥ 66 pada setiap aspek kognitif, afektif, psikomotor dan adanya peningkatan


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas

IV B pada pembelajaran tematik di Sekolah Dasar Negeri 04 Metro Timur dapat

disimpulkan :

1. Penggunaan model cooperative learning tipe two stay two stray dengan media

grafis dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa

hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa

Pada siklus I nilai rata-rata aktivitass belajar siswa adalah 67,87, kemudian

meningkat sebesar 17,84 menjadi 85,71 pada siklus II. Sedangkan nilai

rata-rata kinerja guru siklus I adalah 67,67, kemudian meningkat sebesar 11,50

menjadi 79,17 pada siklus II.

2. Penggunaan model cooperative learning tipe two stay two stray dengan media

grafis dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar afektif,

kognitif maupun psikomotor pada pembelajaran. Pada siklus I nilai rata-rata

hasil belajar kognitif siswa adalah 68,53 kemudian meningkat sebesar 14,66

menjadi 83,19 pada siklus II. Untuk hasil belajar sikap/afektif siklus I nilai


(3)

74,77 kemudian meningkat sebesar 9,90 menjadi 84,67 pada siklus II.

B. Saran

1. Siswa, diharapkan selalu aktif serta memiliki antusias menunjukkan

partisipasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga m menghasilkan

pengetahuan yang bersifat komperhensif. Peningkatan ditunjukkan dalam

aktivitas belajar siswa membuktikan bahwa model cooperative learning tipe

two stay two stray dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa secara optimal.

2. Guru mempersiapkan berbagai materi untuk memperkaya informasi mengenai

pembelajaran dengan model cooperative learning tipe two stay two stray

dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa agar dapat diaplikasikan

di dunia nyata.

3. Sekolah penyediaan fasilitas penunjang seperti buku, media, dan alat yang

mampu mendukung usaha penerapan model cooperative learning tipe two

stay two stray dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

4. Diharapkan peneliti dapat lebih mengembangkan dan melaksanakan

perbaikan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran serupa


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Angkowo dan Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Grasindo. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2010. Penelitian Tintakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Asyhar, H. Rayandra. 2013. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Gaung Persada Press. Bandung.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Dimyati, dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Eggen, Paul dan Kauchak, Don. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Indeks. Jakarta.

Fathurrohman, Pupuh & Sutikno M Sobry. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Refika Aditama. Bandung.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta. . 2013. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, Nanang, dan Cucu Suhana. 2010, Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Huda, Miftahul. 2013. Model- Model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Kemendikbud. 2013. Kerangka Dasar Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 Badan Standar Nasional Pendidikan

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.


(5)

Kunandar. 2011. Langkah Mudah PTK Sebagai Langkah Mudah Profesi Guru. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. PT Raja GrafindoPersada. Jakarta.

Muhammadfaiq. 2014. Modul Implementasi Kurikulum 2013. 17 Januari. Blogspot.com.

Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Muncarno. 2009. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. Metro. PGSD

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Diva Press. Jogjakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Ruminiati. 2007. Pengembangan pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas. Jakarta.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sadiman, Arief, dkk. 2011. Media Pendidikan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Sapriya, H. dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI PRESS.

Sardiman. 2012, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grofindo Persada. Jakarta.


(6)

Slameto. 2010, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Rineka Cipta. Jakarta.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Coopeative Learning. Bumi Aksara. Jakarta.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Syaefudin Sa’ud, Udin, dkk., 2006. Pembelajaran Terpadu. UPI PRESS. Bandung. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

________. Panduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Kemendikbud. Jakarta.

Wardani, I.G.A.K, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Warsono. 2013. Pembelajaran Aktif. Rosda. Bandung.

Widyatun, diah. 2012. Model pembelajaran kooperatif learning tipe two stay two stray (TSTS). http://jurnalbidandiah.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 27 November 2012. Pukul 08.00 WIB.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-2 DI SMA MUHAMMADIYAH 1 MALANG

0 4 22

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 4 SUKADAMAI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 63

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 27 83

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SDN 6 METRO PUSAT TAHUN 2013/2014

0 11 97

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VB SD NEGERI 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 40

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 48

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SDN 04 METRO TIMUR T.P. 2013/2014

1 6 79

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS PADA SISWA KELAS IV A SDN 2 LANGKAPURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 24 54

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV B SD NEGERI 4 METRO PUSAT

0 4 77

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA FITRA YULIA ROZI Guru IPS SMP Negeri 6 Pekanbaru fitriagmail.com ABSTRAK - PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS

0 0 12