HUBUNGAN ANTARA INTELIGENSI DENGAN KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA SISWA KELAS X AKSELERASI SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2009/2010

(1)

SM. Wardatul Fauziah

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA INTELIGENSI DENGAN KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA SISWA KELAS X AKSELERASI SMA NEGERI 1

TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh

SM. Wardatul Fauziah

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah hubungan antara inteligensi dengan kecepatan efektif membaca (KEM) siswa kelas X akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara

inteligensi dengan KEM pada siswa kelas X akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah tahun pelajaran 2009/2010.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif berbentuk asosiatif. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif dan signifikan antara inteligensi dengan KEM. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2009/2010. Karena populasi jumlah siswanya hanya 20 orang, sampel yang terdapat dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang berada dalam populasi tersebut. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data variabel


(2)

SM. Wardatul Fauziah

inteligensi dan variabel KEM adalah berbentuk tes. Pada uji coba instrumen, penulis menguji validitas dengan rumus korelasi product moment dari Pearson dan reliabilitas dengan rumus K-R 21. Untuk pengujian hipotesis, penulis memakai rumus korelasi product moment dari Pearson yang penghitungannya menggunakan program komputer SPSS 15.0 for Windows.

Berdasarkan hasil analisis data, teruji bahwa r hitung lebih besar (>) dari r tabel yakni 0,741 > 0,444 pada taraf nyata α = 0,05 dengan koefisien determinasi 0,549. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa antara inteligensi dengan KEM terdapat hubungan yang positif dan signifikan. KEM bagi siswa kelas X akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2009/2010 dapat meningkat apabila inteligensinya meningkat.


(3)

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Dari analisis data yang penulis lakukan terhadap siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2009/2010, dapat disimpulkan bahwa KEM dapat ditingkatkan melalui peningkatan inteligensi. Simpulan tersebut berdasar pada temuan dalam penelitian ini, yaitu koefisien korelasi sebesar 0,741 dan koefisien determinasi sebesar 0,549. Dengan demikian, ada hubungan yang positif dan signifikan antara inteligensi dengan KEM. Sebesar 54,9% variasi KEM (Y) ditentukan atau dipengaruhi oleh inteligensi (X), sedangkan 45,1% ditentukan oleh faktor lainnya.

B. Implikasi

Temuan penelitian menunjukkan bahwa inteligensi (IQ), memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap KEM yakni 54,9%. Semakin tinggi IQ seseorang, semakin tinggi pula kemampuan membacanya. Skor KEM dapat ditingkatkan melalui peningkatan inteligensi (IQ). Namun menurut studi empiris, skor IQ seseorang relatif stabil, jikapun ada perubahan hanya sekitar 5 point saja (Safaria, 2008). Kendatipun demikian, seseorang tetap dapat melakukan upaya-upaya guna meningkatkan IQ secara optimal meskipun perubahannya tidak signifikan.


(4)

Korey Capozza (2009) dalam http://www.duniaedukasi.net/2010/03/membentuk-anak-jenius.html mengemukakan bahwa upaya/ cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan IQ anak adalah (1) bermain permainan yang berpikir, (2) bermain musik, (3) pemberian ASI, (4) berolahraga, (5) menyingkirkan makanan siap saji, (6) mengembangkan rasa ingin tahu, (7) membaca, (8) kepercayaan diri, dan (9) sarapan yang sehat.

1. Bermain permainan yang berpikir

Catur, teka-teki silang, lego, dan sudoku selain menyenangkan juga mendukung strategi berpikir anak-anak, bagaimana cara menyelesaikan masalah, dan

membuat keputusan yang kompleks. 2. Bermain musik

Bermain musik selain menyenangkan juga bisa merangsang pertumbuhan otak kanan. Menurut sebuah studi di Universitas Toronto, diadakannya pelajaran musik bisa memberikan keuntungan dalam meningkatkan IQ anak dan performa akademisnya. Semakin lama waktu yang digunakan untuk bermain musik maka efek yang dihasilkan juga semakin besar.

3. Pemberian ASI

ASI merupakan makanan otak yang paling dasar. Peneliti secara konsisten terus menunjukkan berbagai macam keuntungan ASI yang behubungan dengan pertumbuhan bayi. Anak yang mengonsumsi ASI eksklusif akan memiliki tingkat kepintaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang mengonsumsi ASI hanya beberapa bulan saja.


(5)

4. Membiasakan berolahraga

Para peneliti di Universitas Illinois menunjukkan hubungan yang kuat antara kebugaran dan prestasi akademik di antara anak-anak sekolah dasar. Semakin bugar badan sang anak maka kemampuan dalam menerima pelajaran juga meningkat. Sebaiknya mendorong anak untuk terlibat dalam aktivitas fisik atau organisasi olahraga tertentu sesuai dengan minat anak.

5. Menyingkirkan makanan siap saji

Mengurangi asupan gula dan lemak trans dari makanan siap saji kemudian menggantinya dengan makanan bergizi tinggi adalah baik untuk perkembangan mental anak usia dini serta berfungsi dalam perkembangan motorik anak pada usia 1-2 tahun pertama. Anak-anak memerlukan zat besi untuk perkembangan jaringan otak yang sehat. Anak yang kekurangan zat besi akan lambat dalam menerima rangsangan.

6. Mengembangkan rasa ingin tahu

Para ahli mengatakan orang tua yang menunjukkan rasa ingin tahunya pada anak akan mendorong anak untuk mencari ide-ide baru, sehingga merangsang anak untuk berpikir. Mengajari anak keterampilan baru serta pendidikan di luar rumah juga bisa mengembangkan rasa ingin tahu anak dan intelektualnya. 7. Budayakan membaca

Membaca adalah cara yang paling mudah untuk meningkatkan pembelajaran dan perkembangan kognitif anak-anak dari segala usia. Cara ini bisa dimulai dengan sering membacakan anak dongeng sebelum tidur dan sering-seringlah memberikan anak hadiah buku yang bisa menarik perhatiannya.


(6)

8. Mengajarkan kepercayaan diri

Orang tua sebaiknya meningkatkan semangat dan optimisme anak-anak. Berpartisipasi dalam tim olahraga atau kegiatan sosial akan membantu meningkatkan kepercayaan diri sang anak di antara teman-temannya.

9. Memberikan sarapan yang sehat

Para peneliti meyakinkan bahwa mengonsumsi sarapan yang sehat akan meningkatkan memori dan konsentrasi anak dalam belajar. Anak-anak yang tidak dibiasakan sarapan cenderung lebih mudah marah dan kurang

konsentrasi pada waktu belajar, sementara anak yang sarapan akan tetap fokus dan bergerak selama jam sekolah.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dalam penelitian ini, penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Untuk meningkatkan skor KEM secara maksimal, penulis menilai perlu adanya usaha dari guru mata pelajaran bahasa Indonesia maupun siswa itu sendiri. Kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia disarankan agar mengusai teknik- teknik dalam meningkatkan KEM disertai pemberian latihan membaca cepat dan efektif dengan intensitas yang lebih tinggi lagi. Sedangkan kepada siswa, penulis menyarankan agar lebih giat lagi berlatih membaca secara cepat dan efektif (KEM) dengan didasari kemauan serta kesadaran yang timbul dari diri sendiri. Kemauan dan kesadaran ini berawal dari adanya motivasi dalam diri siswa untuk membaca. Untuk itu, siswa sebagai subjek pada kegiatan belajar- mengajar di sekolah haruslah aktif dalam membaca segala jenis wacana yang bersumber dari berbagai macam media dengan menerapkan KEM.


(7)

2. Bagi mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia yang hendak menulis skripsi, penulis merekomendasikan agar meneliti KEM dihubungkan dengan faktor yang memengaruhi kemampuan membaca lainnya mengingat penelitian ini hanya mengupas hubungan KEM dengan salah satu faktor yakni inteligensi.


(8)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/

mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan tersebut memunyai hubungan yang erat dengan tiga keterampilan lainnya karena pada prinsipnya keterampilan-keterampilan berbahasa itu merupakan satu kesatuan yang disebut catur-tunggal (Tarigan, 1986: 1).

Dari aspek neurologi bahasa, keempat keterampilan bahasa di atas berpusat pada hemisfer kiri otak. Otak manusia terdiri atas dua hemisfer (belahan) yaitu

hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Pada orang yang tidak kidal (cekat tangan kanan, right hand) hemisfer kiri merupakan hemisfer dominan bagi bahasa. Hemisfer ini memunyai arti penting bagi bicara-bahasa yaitu sebagai pusat kegiatan membaca, menulis, mengira, sains, teknologi, berbahasa, dan berpikir secara analitis serta rasional. Selain itu pula, hemisfer kiri juga berperan sebagai fungsi memori yang bersifat verbal (verbal memory). Sebaliknya, hemisfer kanan penting untuk fungsi emosi, lagu isyarat (gesture) baik yang emosional maupun verbal. Hemisfer kiri memang dominan untuk fungsi bicara bahasa namun tanpa aktivitas hemisfer kanan maka pembicaraan seseorang akan menjadi monoton, tidak ada prosodi, tidak ada lagu kalimat; tanpa menampakkan adanya emosi; tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa (Chaer, 2003: 120). Seperti halnya yang


(9)

dikemukakan oleh Soenjono (2008: 213) bahwa hemisfer kanan juga memunyai peran bahasa meskipun tidak seintensif seperti hemisfer kiri.

Dalam hal pemerolehan bahasa, pakar linguistik modern, Piaget (1969)

mengungkapkan teori perkembangan kognitifnya yang didasarkan atas hipotesis kesemestaan kognitif dalam psikologi yang sama atau sejalan dengan hipotesis nurani mekanisme (bahasa Inggris innate = dibawa sejak lahir, berada di dalam, atau semula jadi) dalam linguistik. Piaget berpendapat bahwa pemerolehan bahasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan kognitif secara keseluruhan, khususnya sebagai bagian dari kerangka fungsi simbolik. Dengan kata lain, bahasa merupakan satu bagian dari perkembangan kognitif (intelek atau kecerdasan) secara umum (Chaer, 2003: 178).

Membaca sebagai salah satu unsur dalam keterampilan berbahasa adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah yakni orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan

mengingat-ingat (Soedarso, 2005: 4). Kemampuan membaca harus dimiliki oleh setiap orang terlebih khusus bagi para akademisi karena sebagaimana yang diungkapkan oleh Burns, dkk. (1996) dalam Rahim (2007: 1) membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks sebab setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin berkembang menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan dengan membaca.


(10)

Dewasa ini, pesatnya kemajuan mesin cetak telah memungkinkan penyebaran informasi secara cepat. Begitu banyak jenis bacaan seperti buku, koran, dan artikel-artikel di internet yang harus dibaca agar kebutuhan ilmu pengetahuan seseorang terpenuhi namun waktu yang tersedia untuk membaca sangat terbatas. Oleh sebab itu, dibutuhkan sistem membaca cepat dan efektif dengan tujuan seseorang mampu membaca dalam waktu yang relatif cepat disertai pemahaman yang tinggi terhadap isi bacaan.

Selanjutnya, pada kemampuan membaca baik membaca permulaan maupun membaca lanjut (membaca pemahaman) terdapat banyak faktor yang memengaruhi. Lamb dan Arnold (1976) dalam Rahim (2007: 16—29)

mengemukakan bahwa faktor yang memengaruhi kemampuan membaca adalah faktor fisiologis, intelektual/ inteligensi, lingkungan, dan psikologis. Faktor fisiologis mencakup (1) kesehatan fisik, (2) pertimbangan neurologis, dan (3) jenis kelamin. Faktor inteligensi (kecerdasan) diindikasikan oleh IQ (Intelligence Qoutient). Faktor lingkungan mencakup (1) latar belakang dan pengalaman siswa di rumah dan (2) sosial ekonomi keluarga siswa. Faktor psikologis mencakup (1) motivasi, (2) minat, dan (3) kematangan sosial, emosi serta penyesuaian diri.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa faktor inteligensi yang merupakan bawaan sejak lahir seseorang turut pula dalam menentukan keberhasilan dalam membaca terutama kegiatan membaca yang menggunakan sistem membaca cepat dan efektif (speed reading). Faktor inteligensi ini memiliki definisi yang beraneka macam dan pengukurannya pun masih kontroversi sampai sekarang


(11)

(www.cahledug.wordpress.com, 15 April 2009: 16.12 WIB). Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, penulis berpedoman kepada pendapat Thorndike yang merumuskan bahwa intelegensi adalah bentuk kemampuan individu dalam abstraksi, mekanika, dan sosial. Kemampuan abstraksi adalah bentuk kemampuan individu untuk bekerja dengan menggunakan gagasan dan simbol-simbol; kemampuan mekanika adalah suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk bekerja dengan menggunakan alat-alat mekanis dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan aktivitas gerak (sensory-motor); kemampuan sosial adalah kemampuan untuk menghadapi orang lain di sekitar diri sendiri dengan cara yang efektif (Thorndike dalam Safaria, 2005: 20).

Secara teoretis, Tarigan (1986: 11—13) menyatakan bahwa ada dua aspek dalam membaca yaitu keterampilan mekanis (urutan lebih rendah) dan keterampilan pemahaman (urutan lebih tinggi). Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan pemahaman (comprehension skills), yang paling tepat digunakan adalah membaca dalam hati (silent reading). Membaca dalam hati ini terdiri atas membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif meliputi (1) membaca survei, (2) membaca sekilas, dan (3) membaca dangkal. Membaca intensif meliputi (1) membaca telaah isi dan (2) membaca telaah bahasa. Dalam hal membaca telaah isi, dapat dipergunakan metode membaca cepat dan efektif dengan teknik skimming dan scanning atau salah satu diantaranya.

Pengajaran keterampilan membaca di sekolah bermacam-macam jenisnya. Salah satunya yaitu pengajaran membaca dengan sistem membaca cepat dan efektif atau disebut juga kecepatan efektif membaca (KEM). KEM adalah membaca dengan


(12)

waktu yang relatif cepat disertai pemahaman isi bacaan secara keseluruhan. KEM terdiri dari dua indikator yakni kecepatan membaca dan pemahaman isi bacaanya. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA/ MA kelas X,

terdapat butir yang menyebutkan salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa yaitu menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca cepat (250 kpm). Kompetensi yang telah tergaris dalam KTSP tersebut sejalan dengan yang telah diungkapkan oleh Tampubolon (1987: 7) bahwa seorang lulusan SMA (Senior High School) diharapkan sudah memunyai kecepatan membaca minimum kira-kira 250 kata per menit dengan pemahaman isi bacaan minimum 70% sehingga nilai minimal KEM-nya adalah 175 kpm.

Inteligensi yang diindikasikan oleh IQ seperti yang telah diuraikan sebelumnya merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam kompetensi membaca terutama pada membaca cepat dan efektif (KEM). Dalam KEM, dibutuhkan adanya kecepatan membaca yang diimbangi dengan pemahaman isi bacaan secara keseluruhan. Untuk mencapai pemahaman yang tinggi terhadap isi bacaan, diperlukan daya ingat yang kuat. Daya ingat atau kemampuan memori tersebut merupakan bagian dari IQ. Burhani (2008) seorang trainer speed reading di Universitas Indonesia mengemukakan bahwa semakin tinggi IQ seseorang, akan semakin tinggi juga kemampuan membacanya. Selain itu, seorang pakar speed reading, Soedarso (2005: 19) mengungkapkan bahwa ada korelasi kuat antara kecerdasan dan potensi membaca.

Dengan memerhatikan teori Soedarso (2005) di atas, penulis merasa penting untuk meneliti serta menguji teori tersebut pada siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1


(13)

Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah tahun pelajaran 2009/2010: apakah inteligensi memunyai hubungan dengan KEM. Adapun alasan penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar karena sekolah tersebut adalah satu-satunya SMA di Kabupaten Lampung Tengah yang memiliki program akselerasi, yakni suatu program percepatan naik tingkat dengan waktu tempuh menyelesaikan materi pelajaran di sekolah hanya dalam 2 tahun. Akselerasi merupakan program yang memberi kesempatan kepada siswa yang cerdas untuk naik ke tingkatan kelas berikutnya lebih cepat satu atau dua kali sekaligus (Hamalik, 2008: 186).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah-masalah yang muncul adalah sebagai berikut.

1. Banyak siswa SMA Negeri 1 Terbanggi Besar yang skor KEM-nya cenderung rendah yakni tidak mencapai 175 kpm.

2. Rendahnya skor KEM pada siswa itu dapat dipengaruhi oleh rendahnya kondisi fisiologis tiap siswa.

3. Rendahnya skor KEM pada siswa itu dapat dipengaruhi oleh rendahnya tingkat inteligensi atau kecerdasan.

4. Rendahnya skor KEM pada siswa itu dapat dipengaruhi oleh buruknya kondisi lingkungan sekitar masing-masing siswa.

5. Rendahnya skor KEM pada siswa itu dapat dipengaruhi oleh labilnya kondisi psikologis pada diri tiap siswa.


(14)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, dalam penelitian ini penulis membatasi masalah hanya pada inteligensi berhubungan atau berkorelasinya dengan KEM siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah tahun pelajaran 2009/2010.

D. Perumusan Masalah

Bertolak dari pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah tingkat inteligensi siswa siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2009/2010?

2. Bagaimanakah tingkat KEM siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2009/2010?

3. Adakah hubungan antara inteligensi dengan KEM pada siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2009/2010?

E. Tujuan dan Keguanaan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan dan kegunaan sebagai berikut.

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara inteligensi dengan KEM pada siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2009/2010.


(15)

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan memiliki kegunaan secara teoretis dan praktis sebagai berikut.

a. Kegunaan Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini dapat memperkaya kajian penelitian bahasa Indonesia tentang KEM keberkaitannya dengan aspek lain yakni inteligensi. b. Kegunaan Praktis

Secara praktis, kegunaan dari penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu kegunaan bagi penulis, guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, dan pembaca. 1. Bagi penulis yang merupakan calon guru bahasa dan sastra Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan bekal untuk memberikan materi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelak, khususnya tentang pokok bahasan KEM. 2. Bagi guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar, penelitian ini berguna sebagai informasi atau gambaran tentang tingkat KEM siswa kelas X disertai besaran kontribusi yang diberikan oleh inteligensi siswa terhadap KEM-nya.

3. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang KEM serta keberkaitannya dengan inteligensi.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. subjek penelitian adalah siswa kelas X akselerasi;

2. objek penelitian adalah hubungan antara inteligensi (X) dengan KEM (Y); 3. tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Terbanggi Besar;


(1)

Dewasa ini, pesatnya kemajuan mesin cetak telah memungkinkan penyebaran informasi secara cepat. Begitu banyak jenis bacaan seperti buku, koran, dan artikel-artikel di internet yang harus dibaca agar kebutuhan ilmu pengetahuan seseorang terpenuhi namun waktu yang tersedia untuk membaca sangat terbatas. Oleh sebab itu, dibutuhkan sistem membaca cepat dan efektif dengan tujuan seseorang mampu membaca dalam waktu yang relatif cepat disertai pemahaman yang tinggi terhadap isi bacaan.

Selanjutnya, pada kemampuan membaca baik membaca permulaan maupun membaca lanjut (membaca pemahaman) terdapat banyak faktor yang memengaruhi. Lamb dan Arnold (1976) dalam Rahim (2007: 16—29)

mengemukakan bahwa faktor yang memengaruhi kemampuan membaca adalah faktor fisiologis, intelektual/ inteligensi, lingkungan, dan psikologis. Faktor fisiologis mencakup (1) kesehatan fisik, (2) pertimbangan neurologis, dan (3) jenis kelamin. Faktor inteligensi (kecerdasan) diindikasikan oleh IQ (Intelligence Qoutient). Faktor lingkungan mencakup (1) latar belakang dan pengalaman siswa di rumah dan (2) sosial ekonomi keluarga siswa. Faktor psikologis mencakup (1) motivasi, (2) minat, dan (3) kematangan sosial, emosi serta penyesuaian diri.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa faktor inteligensi yang merupakan bawaan sejak lahir seseorang turut pula dalam menentukan keberhasilan dalam membaca terutama kegiatan membaca yang menggunakan sistem membaca cepat dan efektif (speed reading). Faktor inteligensi ini memiliki definisi yang beraneka macam dan pengukurannya pun masih kontroversi sampai sekarang


(2)

(www.cahledug.wordpress.com, 15 April 2009: 16.12 WIB). Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, penulis berpedoman kepada pendapat Thorndike yang merumuskan bahwa intelegensi adalah bentuk kemampuan individu dalam abstraksi, mekanika, dan sosial. Kemampuan abstraksi adalah bentuk kemampuan individu untuk bekerja dengan menggunakan gagasan dan simbol-simbol; kemampuan mekanika adalah suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk bekerja dengan menggunakan alat-alat mekanis dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan aktivitas gerak (sensory-motor); kemampuan sosial adalah kemampuan untuk menghadapi orang lain di sekitar diri sendiri dengan cara yang efektif (Thorndike dalam Safaria, 2005: 20).

Secara teoretis, Tarigan (1986: 11—13) menyatakan bahwa ada dua aspek dalam membaca yaitu keterampilan mekanis (urutan lebih rendah) dan keterampilan pemahaman (urutan lebih tinggi). Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan pemahaman (comprehension skills), yang paling tepat digunakan adalah membaca dalam hati (silent reading). Membaca dalam hati ini terdiri atas membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif meliputi (1) membaca survei, (2) membaca sekilas, dan (3) membaca dangkal. Membaca intensif meliputi (1) membaca telaah isi dan (2) membaca telaah bahasa. Dalam hal membaca telaah isi, dapat dipergunakan metode membaca cepat dan efektif dengan teknik skimming dan scanning atau salah satu diantaranya.

Pengajaran keterampilan membaca di sekolah bermacam-macam jenisnya. Salah satunya yaitu pengajaran membaca dengan sistem membaca cepat dan efektif atau disebut juga kecepatan efektif membaca (KEM). KEM adalah membaca dengan


(3)

waktu yang relatif cepat disertai pemahaman isi bacaan secara keseluruhan. KEM terdiri dari dua indikator yakni kecepatan membaca dan pemahaman isi bacaanya. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA/ MA kelas X,

terdapat butir yang menyebutkan salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa yaitu menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca cepat (250 kpm). Kompetensi yang telah tergaris dalam KTSP tersebut sejalan dengan yang telah diungkapkan oleh Tampubolon (1987: 7) bahwa seorang lulusan SMA (Senior High School) diharapkan sudah memunyai kecepatan membaca minimum kira-kira 250 kata per menit dengan pemahaman isi bacaan minimum 70% sehingga nilai minimal KEM-nya adalah 175 kpm.

Inteligensi yang diindikasikan oleh IQ seperti yang telah diuraikan sebelumnya merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam kompetensi membaca terutama pada membaca cepat dan efektif (KEM). Dalam KEM, dibutuhkan adanya kecepatan membaca yang diimbangi dengan pemahaman isi bacaan secara keseluruhan. Untuk mencapai pemahaman yang tinggi terhadap isi bacaan, diperlukan daya ingat yang kuat. Daya ingat atau kemampuan memori tersebut merupakan bagian dari IQ. Burhani (2008) seorang trainer speed reading di Universitas Indonesia mengemukakan bahwa semakin tinggi IQ seseorang, akan semakin tinggi juga kemampuan membacanya. Selain itu, seorang pakar speed reading, Soedarso (2005: 19) mengungkapkan bahwa ada korelasi kuat antara kecerdasan dan potensi membaca.

Dengan memerhatikan teori Soedarso (2005) di atas, penulis merasa penting untuk meneliti serta menguji teori tersebut pada siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1


(4)

Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah tahun pelajaran 2009/2010: apakah inteligensi memunyai hubungan dengan KEM. Adapun alasan penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar karena sekolah tersebut adalah satu-satunya SMA di Kabupaten Lampung Tengah yang memiliki program akselerasi, yakni suatu program percepatan naik tingkat dengan waktu tempuh menyelesaikan materi pelajaran di sekolah hanya dalam 2 tahun. Akselerasi merupakan program yang memberi kesempatan kepada siswa yang cerdas untuk naik ke tingkatan kelas berikutnya lebih cepat satu atau dua kali sekaligus (Hamalik, 2008: 186).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah-masalah yang muncul adalah sebagai berikut.

1. Banyak siswa SMA Negeri 1 Terbanggi Besar yang skor KEM-nya cenderung rendah yakni tidak mencapai 175 kpm.

2. Rendahnya skor KEM pada siswa itu dapat dipengaruhi oleh rendahnya kondisi fisiologis tiap siswa.

3. Rendahnya skor KEM pada siswa itu dapat dipengaruhi oleh rendahnya tingkat inteligensi atau kecerdasan.

4. Rendahnya skor KEM pada siswa itu dapat dipengaruhi oleh buruknya kondisi lingkungan sekitar masing-masing siswa.

5. Rendahnya skor KEM pada siswa itu dapat dipengaruhi oleh labilnya kondisi psikologis pada diri tiap siswa.


(5)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, dalam penelitian ini penulis membatasi masalah hanya pada inteligensi berhubungan atau berkorelasinya dengan KEM siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah tahun pelajaran 2009/2010.

D. Perumusan Masalah

Bertolak dari pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah tingkat inteligensi siswa siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2009/2010?

2. Bagaimanakah tingkat KEM siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2009/2010?

3. Adakah hubungan antara inteligensi dengan KEM pada siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2009/2010?

E. Tujuan dan Keguanaan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan dan kegunaan sebagai berikut.

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara inteligensi dengan KEM pada siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2009/2010.


(6)

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan memiliki kegunaan secara teoretis dan praktis sebagai berikut.

a. Kegunaan Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini dapat memperkaya kajian penelitian bahasa Indonesia tentang KEM keberkaitannya dengan aspek lain yakni inteligensi. b. Kegunaan Praktis

Secara praktis, kegunaan dari penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu kegunaan bagi penulis, guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, dan pembaca. 1. Bagi penulis yang merupakan calon guru bahasa dan sastra Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan bekal untuk memberikan materi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelak, khususnya tentang pokok bahasan KEM. 2. Bagi guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar, penelitian ini berguna sebagai informasi atau gambaran tentang tingkat KEM siswa kelas X disertai besaran kontribusi yang diberikan oleh inteligensi siswa terhadap KEM-nya.

3. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang KEM serta keberkaitannya dengan inteligensi.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. subjek penelitian adalah siswa kelas X akselerasi;

2. objek penelitian adalah hubungan antara inteligensi (X) dengan KEM (Y); 3. tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Terbanggi Besar;


Dokumen yang terkait

KEMAMPUAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BUMI AGUNG KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 4 11

HUBUNGAN ANTARA INTELIGENSI DENGAN KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA SISWA KELAS X AKSELERASI SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 4 15

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR BACK EXTENTION DENGAN PENGGUNAAN MEDIA PADA SISWA KELAS X-D DI SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 48

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PILIHAN KARIER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 10 69

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2011-2012

0 14 72

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA DI SMAN 1 TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

6 30 72

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGOPER BOLA (PASSING) MELALUI MODIFIKASI ALAT PADA SISWA X D DI SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

5 59 56

UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 46 70

PEMBELAJARAN MENGABSTRAKSI TEKS NEGOSIASI PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 2 TERBANGGI BESAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 68 84

PENGARUH KEMAMPUAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR BERBANTUAN VIRTUAL LABORATORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 29 63