HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PILIHAN KARIER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

(1)

ABSTRACT

RELATIONSHIP SELF-CONCEPT WITH CAREER OPTIONS STUDENTS CLASS X SENIOR HIGH SCHOOL 5 BANDAR

LAMPUNG LESSONS YEAR 2010/2011

By :

Samsul Prapanca

The problem in this study is the difficulty in choosing a career student. according to the analysis of this research is the impact of a weak self-concept of students. The purpose of this study was to determine the relationship between self-concept and career choice of class X 5 SMA Belfast school year 2010/2011.

This study is descriptive with analysis korelasional.Populasinya bejumlah The sample totaled 309 people and 77 people on class X High School District Belfast Year Lesson 5 2010/2011. Data collection techniques using a questionnaire self-concept and career choice, while the data analysis using contingency coefficient technique.

From the analysis of data obtained by the correlation index conduction relations self-concept and career choice C 0.37 <Cmax 0.7, based on the guidelines for the relationship that the value of the correlation coefficient C = 0.37 is in the interval 0.21 to 0.40, namely the relationship being. Thus the hypothesis is rejected nihilnya (Ha ≠ 0) and the research hypothesis (Ha) accepted. It is proved that the densest either a significant positive relationship significance of 1% or 5% between Self-concept with Career Options in Bandar Lampung SMA 5 a category of being. This means that the more positive self-concept of students, the more precise or realistic career choices of students.

The results of this study indicate that the relationship between self-concept of career options in the country five high school students are at Belfast's relationship. Based on the results of research conducted, the researchers propose the following suggestions: (a) Students are expected to develop the concept that the students were able to determine his career. Because the teen career options depend on the agreement between himself and his understanding of the work to be lived; (b) The counselor is expected to help solve problems faced by students who have a negative self-concept, (c) Schools are expected to provide information relating to the concept of self and choice career, so that students can describe themselves so as to define the concept of career choice, (d) to other researchers, should be able to use samples or different data analysis techniques so that deficiencies can be corrected in this study.


(2)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PILIHAN KARIER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Oleh:

Samsul Prapanca

Masalah dalam penelitian ini adalah kesulitan siswa dalam memilih karirnya. menurut analisis peneliti hal ini merupakan dampak dari konsep diri siswa yang lemah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan pilihan karir siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini ini bersifat deskriptif dengan analisis korelasional.Populasinya bejumlah 309 orang dan Sampelnya berjumlah 77 orang pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011. Teknik pengumpulan data menggunakan angket konsep diri dan pilihan karir, sedangkan analisis datanya menggunakan teknik koefisien kontingensi.

Dari hasil analisis data diperoleh indek korelasi hubungan antaran konsep diri dengan Pilihan karir C 0,37 < Cmaks 0,7, berdasarkan pedoman tingkat hubungan koefisien korelasi bahwa nilai C= 0,37 berada pada interval 0,21 – 0,40 yaitu tingkat hubungan sedang. Dengan demikian hipotesis nihilnya ditolak (Ha 0) dan hipotesis penelitian (Ha) diterima. Hal ini membuktikan bahwa terpadat hubungan positif yang signifikan baik signifikasi 1% ataupun 5% antara Konsep Diri dengan Pilihan Karier di SMA Negeri 5 Bandar Lampung dengan kategori sedang. Hal ini berarti bahwa semakin positif konsep diri siswa maka semakin tepat atau realistis pilihan karier siswa.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Hubungan antara konsep diri terhadap pilihan karir pada siswa SMA negeri 5 Bandar Lampung berada pada tingkat hubungan yang sedang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mengajukan saran sebagai berikut: (a) Siswa diharapkan mampu mengembangkan konsep dirinya agar siswa mampu menentukan kariernya. Karena pilihan karier remaja bergantung pada persetujuan antara pemahaman dirinya dan pekerjaan yang akan dijalaninya; (b) Konselor diharapkan membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa yang memiliki konsep diri negatif; (c) Sekolah diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan konsep diri maupun pilihan karier, agar siswa dapat menggambarkan konsep dirinya sehingga mampu menentukan pilihan karier; (d) Kepada peneliti lain, hendaknya dapat menggunakan sampel atau teknik analisis data yang berbeda sehingga kekurangan dalam penelitian ini dapat diperbaiki.


(3)

PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2010/2011

(Skripsi)

Oleh

SAMSUL PRAPANCA (0613052044)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Bimbingan Dan Konseling

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul... i

Abstrak... ii

Daftar Isi... iii

Daftar Tabel... iv

Daftar Gambar... v

Daftar Lampiran... vi

I. PENDAHULUAN Halaman A. Latar Belakang Dan Masalah... 1

1. Latar Belakang... 1

2. Identifikasi Masalah... 7

3. Pembatasan Masalah... 7

4. Rumusan Masalah... 7

B. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian……….………..…. 8

1. Tujuan Penelitian………. 8

2. Manfaat Penelitian……….…………... 8

C. Kerangka Pikir... 8

D. Hipotesis Penelitian... 10

2. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri... 12

1. Pengertian Konsep Diri... 12

2. Perkembangan Konsep Diri... 13

3. Kategori Konsep Diri... 15

4. Tingkatan Konsep Diri... 15

5. Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri... 17

B. Pilihan Karier... 21

1. Pengertian Pilihan Karier... 21

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Karier... 23

3. Teori Pilihan Karier... 28

4. Perkembangan Pilihan Karier... 30

C. Remaja... 31

1. Pengertian Remaja... 31


(6)

3. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian………...……...………….. 36

B. Populasi Dan Sampel Penelitian...………..….…... 37

1. Populasi Penelitian... 37

2. Sampel Penelitian... 37

C. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional... 38

1. Variabel Penelitian... 38

2. Definisi Operasional... 39

D. Teknik Pengumpulan Data... 40

E. Pengujian Instrumen Penelitian…...………... 44

1. Validitas... 45

2. Reliabilitas... 47

F. Teknik Analisis Data... 48

1. Langkah-langkah Analisis Data... 49

2. Teknik Analisis Data... 50

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi data... 56

1. Deskripsi Konsep Diri... 56

2. Deskripsi Pilihan Karier... 57

B. Hasil Analisis Data... 58

1. Uji Normalitas Angket Konsep Diri... 58

2. Uji Normalitas Angket Pilihan Karier... 59

3. Uji Hipotesis Penelitian... 60

C. Pembahasan... 63

5. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 70

B. Saran... 71

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi instrumen angket konsep diri dan pilihan karier... 74

2. Angket Sebelum uji coba... 75

3. Angket yang tidak memberikan kontribusi... 79

4. Angket setelah uji coba / angket penelitian... 80

5. Laporan hasil uji coba Instrumen……….. 83

6. Hasil uji coba perhitungan validitas dan reliabilitas………. 86

7. Hasil sebaran angket uji coba………. 94

8. Hasil sebaran angket penelitian………. 105


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi Sampel Penelitian... 38

2. Kisi-kisi Angket Penelitian……….... 43

3. Skor Angket Konsep diri………..…... 49

4. Skor Angket Pilihan Karier………..….………. 50

5. Klasifikasi Skor Konsep Diri……….………….…... 51

6. Klasifikasi Skor Pilihan Karier………..……….… 52

7. Interpretasi Persentase……….……….. 53

8. Klasifikasi Data Konsep Diri Siswa……… 56

9. Klasifikasi Data Pilihan Karier Siswa………. 57

10. Mencari Rata-rata dan Simpangan Baku Konsep Diri……… 58

11. Uji Normalitas data Angket Konsep Diri……… 59

12. Mencari Rata-rata dan Simpangan Baku Pilihan Karier………… 60

13. Uji Normalitas Data Angket Pilihan Karier………. 61

14. Data Mengenai Konsep Diri Dan Pilihan Karier……… 62


(9)

MOTTO

Kematangan Dan Keprofesionalan Seseorang itu Di Dasari oleh Pengalaman Serta Ilmu Dan

Berjalan Dengan Seiring Waktu


(10)

PERSEMBAHAN:

Kupanjatkan rasa syukur atas rahmat dan hidayah kepada Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibuku yang selalu memberikan, semangat, motivasi, dan doa untuk kesuksesanku

2. Nenekku tersayang yang selalu memberikan semangat dan menjadi motivasi keberhasilanku

3. Adiku yang tercinta Revas yang selalu memberikan do’a dan motivasi untuk kesuksesanku

4. Kakak ku Ika Nurhidaya Yang Selalu memberikan Tambahan motivasi kelulusan

5. Sahabat-sahabatku dian Sahaputra,agung prabudi,Hendra pencipta nusantara yang selalu membantuku, mendukung setiap langkahku, dan selalu mendampingiku disetiap kesulitanku

6. Para pengajar dan pendidik hidupku 7. Untuk kekasih ku……….

8. Teman-temanku mahasiswa Bimbingan dan Konseling 9. Almamaterku Universitas Lampung


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis Lahir di Kelurahan Sukun Kecamatan Tanjung Rejo Kota Malang Jawa Timur tanggal 5 Febuary 1987, adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dari Bapak Hi.Dahrul Qotni.BE Dan Ibu Hj.Nurwilis Erva M.Spg

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Al – Azhar IV Kecamatan sukun, Kota Malang diselesaikan tahun 1993, Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Kecamatan Sukun,Malang tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 19 Malang tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Malang, dan diselesaikan tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang

Konsep diri yang dimiliki remaja akan mengalami perkembangan secara terus menerus. Semakin luas pergaulan remaja dalam mengenal lingkunganya, maka semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan kariernya. Kemampuan remaja terutama dalam menilai, memahami dirinya sendiri secara nyata akan sangat membantu untuk menentukan langkah selanjutnya yaitu memilih karier dengan tepat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa remaja yang telah memahami dan mengerti dengan baik tentang konsep dirinya pribadi maka akan dapat membantu dalam menentukan kariernya dengan tepat.

Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami banyak perubahan fisik dan psikologis. Perubahan fisik yaitu perubahan yang berkaitan dengan fisik seperti bentuk tubuh, tampang atau penampakan lahiriyah anak dan menyangkut pada


(13)

kemenarikan dan ketidakmenarikan diri,dan lain sebagainya. Perubahan psikologis yaitu perubahan yang berkaitan dengan psikis seperti remaja mudah emosi. Perubahan ini menyebabkan perubahan dalam sikap dan perilaku pada diri remaja. Coopersmith menyatakan konsep diri dibagi menjadi 2 tingkatan:

“Pertama, konsep diri positif atau baik yang memiliki ciri : mampu melihat dirinya secara realistis, pengharapan yang realistis, harga diri yang tinggi. Kedua, konsep diri negatif atau buruk yang memiliki ciri: kurang percaya diri, pengetahuan yang tidak tepat tentang dirinya, pengharapan yang tidak realistis dan harga diri yang rendah”

(Fauzan dan Hidayah, 1992:61).

Para ahli mengemukakan rumusan tentang pengertian konsep diri, dan secara umum konsep diri dapat diartikan sebagai pandangan serta sikap terhadap diri sendiri yang mencakup seluruh aspek pribadi berdasarkan atas pandangan, persepsi, pikiran, perasaan dan keyakinan individu terhadap dirinya sendiri. Setiap individu memiliki konsep diri yang berbeda-beda. Perbedaan ini didasarkan pada pemahaman dan pengalaman individu selama proses perkembangannya. Fitts (Fauzan dan Hidayah, 1992: 61) menjabarkan konsep diri dalam 5 kategori, yaitu:

“1) diri fisik: pandangan seseorang terhadap fisik, kesehatan, penampilan diri dan gerak motoriknya; 2) diri keluarga: pandangan dirinya dan penilaian seseorang mengenai anggota keluarga serta harga dirinya sebagai anggota keluarga; 3) diri pribadi: bagaimana seseorang menggambarkan identitas dirinya dan bagaimana ia menilai dirinya sendiri; 4) diri sosial: bagaimana rasa nilai diri seseorang dalam melakukan interaksi sosial; 5) diri moral etik: bagaimana perasaan seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan dan penilaiannya mengenai yang dianggap baik dan buruk”.


(14)

Masalah yang dihadapi generasi muda saat ini adalah masalah yang berhubungan dengan lapangan pekerjaan. Hal ini menunjukkan masalah yang berhubungan dengan lapangan pekerjaan, perlu strategi khusus untuk menyiapkan diri dalam persaingan memasuki dunia kerja. Untuk itu perlu suatu bimbingan yang membantu individu mengetahui dan memahami kemampuan dirinya, mengarahkan dirinya untuk dapat mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.

(Kusbandiami, 1990:16) mengemukakan bahwa:

“Masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli adalah, karena kurang adanya kesesuaian antara Self Consept (pemahaman diri/gambaran diri) dengan pengalaman. Pemahaman ini menitikberatkan pada penghargaan dan penilaian diri yang terlalu tinggi atau terlalu rendah”.

Bidang layanan dalam bimbingan konseling yang diperkirakan tepat untuk siswa memilih karirnya adalah bimbingan karir. Bimbingan karier merupakan salah satu pelayanan bantuan kepada siswa agar mereka memperoleh pemahaman dunia kerja dan akhirnya mereka mampu menentukan pilihan kerja dan menyusun perencanaan karier

Bimbingan karier merupakan bagian dari bimbingan konseling di sekolah yang telah diimplementasikan dalam kurikulum tahun 2004 baik dalam jenjang SMP maupun SMA. Tujuan bimbingan karier adalah membantu siswa untuk memahami dan mengarahkan dirinya dalam proses persiapan memasuki dunia kerja atau menyiapkan diri dalam memasuki dunia pendidikan yang lebih tinggi, yaitu perguruan tinggi. Oleh karena itu bimbingan karier sangat penting


(15)

diberikan kepada siswa, agar siswa mengetahui dan memahami dunia kerja atau studi lanjut yang dijalani siswa setelah lulus dari SMA. Di SMA Negeri 5 Bandar lampung siswa kelas X telah mendapatkan materi bimbingan karier, karena penjurusan di SMA tersebut dilaksanakan pada kelas XI. Untuk itu materi tentang karier telah diberikan kepada siswa mulai dari kelas X, agar siswa yang nantinya naik ke-kelas XI dapat menentukan jurusan sesuai dengan bakat dan minat serta nilai yang telah dimiliki. Salah satu minat remaja ialah minat pada pekerjaan. Thomas (dalam Hurlock, 1997:221) menyatakan “pada masa remaja, remaja belajar membedakan antara pilihan pekerjaan yang disukai dan pekerjaaan yang dicita-citakan ”.

Dalam masa ini pilihan karier individu hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan, atau minat, sedangkan faktor yang lain tidak dipertimbangkan seperti keadaan diri siswa sendiri. Hal ini, kurang diperhatikan oleh siswa dalam memilih karier atau melanjutkan ke perguruan tinggi, sehingga remaja berubah-ubah dalam menentukan pilihan kariernya, misalnya remaja yang awalnya memilih setelah lulus SMA untuk bekerja, tetapi karena banyak temannya melanjutkan study maka pilihannya berubah. Perubahan pilihan karier pada remaja disebabkan oleh siswa yang kurang mengetahui dan memahami mengenai keadaan dan kemampuan dirinya sehingga perlu diperhatikan oleh siswa tersebut.


(16)

Fenomena yang sering terjadi dalam hal pilihan karier baik yang berhubungan dengan melanjutkan studi atau pekerjaan bahwa siswa SMA pada umumnya cenderung kurang mempertimbangkan beberapa hal dalam memilih suatu studi lanjut atau pekerjaan. Siswa hanya mempertimbangkan pilihannya karena penilaian diri yang terlalu tinggi atau rendah terhadap pekerjaan yang dipandang siswa mempunyai penghargaan dari masyarakat, seperti gaji yang tinggi atau status pekerjaan itu sendiri. Siswa memandang hanya dari satu sisi saja tidak melihat secara menyeluruh mengenai tugas, hak dan kewajiban pekerjaan yang akan dijalaninya. Selain itu, ada juga yang memilih jenis karier hanya karena mengikuti teman-temannya. Hal ini, dapat dilihat ketika siswa memilih perguruan tinggi, siswa tersebut mengikuti temannya tanpa mempertimbangkan apakah pilihannya memasuki PT sesuai dengan keadaan diri siswa tersebut. Hal ini kadang-kadang tidak diperhatikan oleh individu tersebut. Karena jika siswa salah menentukan pilihan kariernya maka akan berpengaruh terhadap masa depannya.

Fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa kebanyakan remaja mengalami kebingungan ketika ditanya tentang rencana karier yang akan dipilih. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung terhadap 15 siswa, hanya satu orang yang mampu menyebutkan dengan mantap akan berkarier dibidang apa nanti setelah selesai bersekolah. Sisanya hanya menggeleng, menjawab “bingung” dan komentar seadanya, “lihat nanti sajalah”. Berdasarkan hasil tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar


(17)

siswa SMA Negeri 5 Bandar Lampung memilih untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi dari pada langsung bekerja. Hal ini berarti bahwa semakin banyak siswa yang membutuhkan pemahaman tentang konsep diri untuk menunjang pilihan kariernya.

“Kebanyakan keputusan pilihan karier yang dibuat oleh para remaja mengalami perubahan yang menyulitkan dan tak terduga. Dalam pemilihan karier yang dilakukan oleh remaja, eksplorasi, pengambilan keputusan, perencanaan, dan perkembangan identitas memegang peran penting” (Santrock, 2003).

Ketika selesai menempuh pendidikan, orang cenderung memilih pekerjaan atau karier dengan bergantung pada ketersediaan lapangan pekerjaan. Kemudian karier akan mengalami proses eksplorasi selama seseorang bekerja sampai menemukan bentuk dan tempat yang paling tepat. Andaikan seseorang tak kunjung menemukan karier yang tepat, proses eksplorasi yang tidak menentu dapat terus berlangsung. Kondisi demikian berpotensi menciptakan keputusasaan yang pada akhirnya menambah angka pengangguran di negeri ini. Hollander and Parker (Rachadiani, 2002:33) menyatakan bahwa:

“Pilihan karier remaja bergantung pada persetujuan antara pemahaman dirinya dan pekerjaan yang akan dijalaninya. Dari pendapat di atas berarti bahwa pilihan karier tergantung dari pemahaman dirinya yaitu pemahaman mengenai dirinya sendiri seperti bakat, minat, cita-cita dan hubungannya dengan karier yang dipilihnya. Dengan kata lain bahwa pemahaman mengenai dirinya sendiri atau konsep diri berhubungan dengan karier yang dipilihnya”.

Berkaitan dengan latar belakang yang diungkapkan tersebut, maka peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul ”hubungan antara konsep


(18)

diri dengan pilihan karir pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011”.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Ada beberapa siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung yang sulit dalam menentukan pilihan karirnya.

2. Terdapat beberapa Siswa kurang memahami kemampuan dirinya dalam memilih karirnya.

3. Terdapat beberapa siswa yang kurang dapat mempertimbangkan faktor faktor dirinya dalam memilih karir.

4. Beberapa siswa mengalami kesulitan mengambil keputusan untuk menentukan karir yang tepat bagi masa depannya.

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diajukan, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu: ”Memahami kesulitan siswa dalam memilih karir pada Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung”.


(19)

4. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah: ”Apakah ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung?”.

B.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : Mengetahui hubungan antara konsep diri dengan pilihan karier pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Konselor : sebagai masukan dalam menyusun program kegiatan bimbingan konseling khususnya materi konsep diri dan pemilihan karier dalam upaya membantu siswa untuk menentukan pilihan kariernya yang sesuai dengan kemampuan dan keadaan dirinya

2. Terhadap program Bimbingan dan Konseling di sekolah mengenai konsep diri siswa sehingga siswa dapat memilih karier yang tepat untuk dirinya 3. Siswa : dapat menentukan pilihan karier ataupun studi lanjut yang akan

dipilih secara tepat sesuai dengan konsep dirinya atau sesuai dengan kemampuan serta keadaan dirinya sendiri.


(20)

C.Kerangka Pikir

Masalah yang dihadapi generasi muda saat ini adalah masalah yang berhubungan dengan lapangan pekerjaan yang semakin sulit dan banyak persaingan. Perlu strategi khusus untuk menyiapkan diri dalam persaingan memasuki dunia kerja seperti kematangan diri dan kemampuan diri . Untuk itu perlu suatu bimbingan yang membantu individu mengetahui dan memahami kematangan dan kemampuan pada dirinya, mengarahkan dirinya untuk dapat mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.

Seperti yang dikemukakan oleh Super bahwa: ”masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli adalah, karena kurang adanya kesesuaian antara Self Consept (pemahaman diri/gambaran diri) dengan pengalaman. Pemahaman ini menitikberatkan pada penghargaan dan penilaian diri yang terlalu tinggi atau terlalu rendah” (Kusbandiami, 1990:16).

Di SMA Negeri 5 banyak sekali di temukan bayak siswa yang kurang mampu memahami dirinya dalam memilih karirnya. Faktor faktor yang mempengaruhi seperti keluarga lingkungan dan indifidu tersebut. Dalam keluarga mungkin orangtua kurang minat anaknya bekerja atau keluarga terlalu masa bodoh terhadap karir anak tersebut. Kedua faktor lingkungan yang kurang mendukung ataupun di lingkungannya banyak anak yang hanya lulusan rendah atau tidak tamat sekolah sehingga siswa kesilitan meminta pendapat tentang pemilihan karirnya.Dari individu tersebut mungkin masih tahap berkembang atau belum matang dalam memilih karirnya atau mereka masih ingin meneruskan ke dunia pendidikan.


(21)

Bidang layanan dalam bimbingan konseling yang diperkirakan tepat untuk siswa memilih karirnya adalah bimbingan karir. Bimbingan karier merupakan salah satu pelayanan bantuan kepada siswa agar mereka memperoleh pemahaman dunia kerja dan akhirnya mereka mampu menentukan pilihan kerja dan menyusun perencanaan karir.

Bimbingan karir merupakan bagian dari bimbingan konseling di sekolah yang telah diimplementasikan dalam kurikulum tahun 2004 baik dalam jenjang SMP maupun SMA. Tujuan bimbingan karier adalah membantu siswa untuk memahami dan mengarahkan dirinya dalam proses persiapan memasuki dunia kerja atau menyiapkan diri dalam memasuki dunia pendidikan yang lebih tinggi, yaitu perguruan tinggi. Oleh karena itu bimbingan karier sangat penting diberikan kepada siswa, agar siswa mengetahui dan memahami dunia kerja atau studi lanjut yang dijalani siswa setelah lulus dari SMA. Di SMA Negeri 5 Bandar lampung siswa kelas X telah mendapatkan materi bimbingan karier, karena penjurusan di SMA tersebut dilaksanakan pada kelas XI. Untuk itu materi tentang karier telah diberikan kepada siswa mulai dari kelas X, agar siswa yang nantinya naik ke-kelas XI dapat menentukan jurusan sesuai dengan bakat dan minat serta nilai yang telah dimiliki.

Gambar I.I.Kerangka pikir penelitian. KONSEP DIRI

SISWA KARIER YANG PILIHAN TEPAT


(22)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Hubungan antara Konsep Diri dengan Pilihan Karier Siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011”.

Berdasarkan hipotesis penelitian yang diajukan maka untuk menguji hipotesis tersebut, hipótesis diubah menjadi hipótesis statistik, yaitu :

Ho : Tidak ada hubungan antara konsep diri dengan pilihan karier baik signifikasi 1% ataupun 5% pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011.

Ha : Ada hubungan antara konsep diri dengan pilihan karier signifikasi 1% ataupun 5% pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami banyak perubahan fisik dan psikologis. Perubahan fisik yaitu perubahan yang berkaitan dengan fisik seperti bentuk tubuh, tampang atau penampakan lahiriyah anak dan menyangkut pada kemenarikan dan ketidakmenarikan diri, dan lain sebagainya. Perubahan psikologis yaitu perubahan yang berkaitan dengan psikis seperti remaja mudah emosi. Perubahan ini menyebabkan perubahan dalam sikap dan perilaku diri remaja yang berarti dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri remaja.

Menurut Hurlock (1997 :235):

”Bahwa konsep diri menyangkut gambaran diri fisik yang berkenaan dengan tampang atau penampakan atau menyangkut pada kemenarikan atau ketidakmenarikan diri, serta cocok atau tidak cocoknya jenis kelamin dan pentingnya bagian-bagian tubuh yang berbeda beserta psikis yang melekat padanya. Self concept yang bersifat psikologi dikembangkan berdasarkan atas pemikiran, perasaan dan emosi anak. Ini menyangkut kualitas dan abilitas yang memainkan peranan penting


(24)

dalam penyesuaiannya terhadap hidup. Seperti keberanian, kejujuran, kemandirian, kepercayaan diri, aspirasi dan kemampuan dari tipe-tipe yang berbeda”.

Konsep diri yang dimiliki remaja akan mengalami perkembangan secara terus menerus. Semakin luas pergaulan remaja dalam mengenal lingkunganya, maka semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan kariernya. Kemampuan remaja terutama dalam menilai, memahami dirinya sendiri secara nyata akan sangat membantu untuk menentukan langkah selanjutnya yaitu memilih karier dengan tepat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa remaja yang telah memahami dan mengerti dengan baik tentang konsep dirinya pribadi maka akan membantu dalam menentukan kariernya dengan tepat. Menurut pendapat Hurlock (1997 :245) konsep diri dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

a. Ideal self, yaitu pengertian seseorang tentang bagaimana dirinya yang seharusnya.

b. Social self, yaitu pengertian seseorang yang berhubungan dengan perasaan mengenai dirinya.

c. Real self, yaitu pengertian seseorang tentang bagaimana diri yang sebenarnya.

Adapun pendapat Malcolm (Soenardji, 1998 : 137) yang menyatakan bahwa: “Semakin berkembang pergaulan seseorang maka ia mampu untuk mengetahui lingkungannya, sementara ia mengetahui lingkungannya, ia pun mengetahui siapa dirinya, dan iapun mengembangkan sikap terhadap dirinya sendiri dan perilakunya. Pengetahuan dan sikap ini dikenal dengan konsep diri atau self concept”.

Dari keseluruhan pengertian mengenai konsep diri tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan persepsi, penilaian, penggambaran


(25)

terhadap dirinya sendiri yang diperoleh dari hasil belajar lingkungan sekitar yang menyangkut fisik maupun psikis.

Burk menyatakan bahwa:

”konsep diri seseorang dibentuk melalui belajar. Sebagai hasil belajar, mengandung unsur-unsur deskriptif (penggambaran diri), unsur evaluatif (penilaian) yang berbaur dengan pengalaman. Dengan kata lain siswa dapat mengetahui gambaran mengenai dirinya sendiri atau konsep diri melalui hasil belajar. membatasi pengertian konsep diri sebagai cara menyadari persepsi dirinya, penilaian dirinya, dan penampakan dirinya. Di mana dalam penilaian diri individu itu tercakup unsur kognitif yaitu dalam rangka memahami seluruh aspek dirinya, harapan-harapannya dan pengaruh tingkah lakunya. Konsep diri seseorang dipengaruhi oleh anggapan atau penilaian orang sekitar tehadap dirinya” (Kusbandiami, 1990 : 26).

2. Perkembangan Konsep Diri

Perkembangan konsep diri dapat terjadi secara terus menerus dan berdasarkan pengalaman yang dimiliki remaja tersebut. Hurlock (1997 : 232) menyebutkan adanya konsep diri yang pertama kali diperoleh anak dari keluarga atau melalui interaksi dengan keluarganya yang tidak terbatas pada ayah dan ibunya.

Menurut Fauzan dan Hidayah dalam Nuraini, 2002 : 11

Konsep diri berkembang melalui proses interaksi individu dengan lingkungannya. Pengembangan konsep diri ini dipengaruhi oleh konsep diri primernya. Oleh karena itu dengan semakin banyak dan luas lingkungan di mana individu dapat bergaul maka perubahan konsep diri dapat terjadi setiap kali individu mengadakan penilaian ulang terhadap dirinya berdasarkan pengalaman-pengalaman individu yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya

Dari uraian pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep diri berkembang apabila individu berinteraksi dengan lingkungan sekitar,


(26)

sehingga individu akan memperoleh pengalaman dari lingkungannya. Dengan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya maka individu akan melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri sehingga perubahan konsep diri dapat terjadi. Hurlock (1997 : 233) mengatakan bahwa:

”Konsep diri anak berkembang didasarkan pada hubungannya atau interaksinya dengan keluarga. Perlakuan-perlakuan yang diterima anak baik lisan maupun fisik atau perbuatan akan membentuk konsep diri anak. Konsep diri dimulai di lingkungan keluarga (oleh orang tua) dalam perkembangannya dapat lebih dimantapkan atau diubah”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan-perlakuan dari keluarga baik fisik maupun nonfisik dapat mempengaruhi konsep diri anak sehingga dapat berdampak tidak baik bagi pembentukan konsep dirinya. Misalnya, anak yang dididik oleh orang tua dengan keras hal ini dapat menyebabkan anak menjadi anak yang pemarah, keras.

3. Kategori Konsep Diri

Konsep diri dapat terbagi atas beberapa kategori. Kategori konsep diri menurut Fitts (dalam Fauzan dan Hidayah, 1992 : 61) menjabarkan konsep diri dalam 5 kategori, yaitu : diri fisik, diri keluarga, diri pribadi, diri sosial, dan moral etik.

Berdasarkan pendapat tersebut kategori konsep diri dapat dijabarkan:

a.Diri Fisik, pandangan seseorang terhadap fisik, kesehatan, penampilan diri dan gerak motoriknya.

b.Diri keluarga, pandangan dirinya dan penilaian seseorang mengenai anggota keluarga serta harga dirinya sebagai anggota keluarga. c.Diri pribadi, bagaimana seseorang menggambarkan identitas


(27)

d.Diri social, bagaimana nilai seseorang dalam melakukan interaksi sosial.

e.Diri moral etik, bagaimana perasaan seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan dan penilaiannya mengenai yang dianggap naik dan buruk.

4. Tingkatan Konsep Diri

Konsep diri dapat terbagi atas beberapa tingkatan. Tingkatan konsep diri menurut Coopersmith (dalam Fauzan dan Hidayah, 1992 : 63) yaitu : konsep diri tinggi, konsep diri sedang, dan konsep diri rendah.

a.Konsep diri yang tinggi atau positif memiliki ciri: mandiri, aktif, penuh percaya diri, ekspresif, kreatif mempunyai aspirasi cukup baik, mengejar hasil sebaik mungkin, dan realistik terhadap kemampuan yang dimiliki.

b.Konsep diri yang sedang memiliki ciri utama yang menonjol cenderung bergantung pada kelompoknya atau orang lain.

c.Konsep diri yang rendah atau negatif memiliki ciri: kurang percaya diri, mudah putus asa, kurang berorientasi pada prestasi.

Adapun pendapat dari Sari (dalam Mazidah, 2005 : 34) yang membagi konsep diri menjadi dua tingkatan yaitu:

a. Konsep diri positif, ciri-cirinya:

1) Memiliki keyakinan yang besar kemampuannya sehingga mampu menunjukkan sikap dan tindakan yang tegas, memiliki inisiatif dan dapat bertindak asertif (sesuai dengan diyakini benar).

2) Aktif dan mampu menunjukkan partisipasinya dalam suatu

kelompok diskusi atau kelompok teman-teman sebaya.

3) Mudah mencari teman dan berbaur dalam lingkungan sosial sekitarnya

4) Berhasil dalam bidang akademis dan dapat menampilkan

potensinya secara optimal.

5) Dapat berperan sebagai “pemimpin” di antara teman-teman

sebayanya tanpa rasa khawatir.


(28)

b. Konsep diri negatif, ciri-cirinya :

1) Ragu-ragu dan takut menyatakan gagasannya dalam suatu

kelompok atau situasi yang dihadapinya. 2) Takut menerima kritik

3) Bersifat pendiam dan kurang menunjukkan partisipasinya dalam kelompok teman-teman sebaya, tampil sebagai anak yang pasif dan penakut.

4) Lambat dalam menyesuaikan diri dalam lingkungan baru, sulit bergaul dan menjalin persahabatan dengan teman-teman sebayanya.

5. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan konsep diri remaja. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri siswa antara lain yaitu:

a. Usia kematangan

Remaja yang matang terlambat dari awal, diperlukan seperti orang yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik, remaja yang matang terlambat akan diperlakukan seperti anak-anak sehingga cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri.

b. Penampilan diri

Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik, cacat fisik, merupakan sumber yang memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah diri, sebaliknya, penampilan diri yang rapi menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang diri kepribadian dan menambah dukungan social


(29)

.

c. Kepatutan jenis kelamin

Kepatutan jenis kelamin yaitu menerima keadaan fisiknya dalam penampilan diri, minat, dan perilaku membantu remaja mencapai konsep diri yang baik. Remaja yang kurang menerima keadaan fisiknya akan membuat remaja tidak percaya diri terhadap penampilan dirinya sehingga remaja akan selalu menjaga penampilannya, misalnya dengan olah raga setiap satu minggu sekali. Remaja yang menerima keadaan fisiknya akan berpengaruh baik terhadap tingkah lakunya, sebaliknya jika remaja menolak keadaan fisiknya maka akan berakibat tidak baik terhadap tingkah lakunya sehingga tidak dapat mencapai konsep diri yang baik. Seseorang yang berpenampilan tidak rapi atau kotor, namun orang tersebut merasa kalau penampilannya rapi, sehingga dengan penampilan yang demikian membuat orang yang ingin mendekatinya tidak jadi berbicara dengannya.

d. Nama dan julukan

Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang bernada cemoohan.

e. Hubungan keluarga

Kelompok sosial pertama yang dikenal anak adalah keluarga. Keluarga merupakan tempat awal bagi anak untuk mengembangkan kepribadiannya. Oleh karena itu, hubungan antara anak dengan keluarga yaitu orang tua, kakak, adik, semakin erat. Hal ini membuat anak akan mengidentifikasi


(30)

dirinya dengan salah satu orang dikeluarganya yang dianggap patut dijadikan contoh bagi keluarganya, misalnya remaja yang kagum kepada ibunya karena mempunyai hati yang baik dan sayang terhadap keluarga, hal inilah yang dijadikan idola oleh anak untuk menjadi seperti ibunya.

f. Teman-teman sebaya

Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara: pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari pandangan teman-teman tentang dirinya, dan kedua, remaja berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok.

g. Kreativitas

Remaja didorong untuk berkreasi sesuai dengan keinginannya. Misalnya, semasa kanak-kanak, anak diikutkan dalam lomba menggambar. Dengan perlombaan ini diharapkan anak dapat mengembangkan ide-idenya melalui gambar serta warna yang dituangkan oleh anak kedalam gambar tersebut. Hal ini dilakukan agar pada masa remaja, anak menjadi lebih kreatif sehingga dapat mengembangkan ide-ide barunya tanpa meminta bantuan dari orang lain.

h. Cita-cita

Jika remaja mempunyai cita-cita yang tidak realisrik, remaja akan mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan di mana remaja menyalahkan orang lain atas kegagalannya demikianpun sebaliknya.


(31)

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Hurllock, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri remaja. Diantaranya : usia kematangan remaja, penampilan diri, cita-cita yang dimiliki, kreativitas, teman-teman sebaya, dan hubungan remaja dengan keluarga.

Selain itu pendapat dari Rais (dalam Fauzan dan Hidayah, 1992 : 63) yang mengemukakan lima faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja yaitu :

a.Faktor lingkungan,bagaimana reaksi orang lain terhadap diri atau tingkah laku remaja itu, bagaimana bentuk pujian atau hukuman yang remaja terima.

b.Jenis kelamin.

c.Harapan-harapan masyarakat setempat.

d.Suku bangsa yang dalam konteks kehidupan sosialnya termasuk mayoritas ataukah minorita.

e.Nama dan pakaian.

Coopersmith mengemukakan tiga factor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu: “Konsep diri dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: (1) pertumbuhan fisik dan perkembangan, (2) pengalaman sekolah, (3) dan praktik asuhan orang tua terhadap anak.” (Fauzan dan Hidayah, 1992 : 63).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep diri dipengaruhi oleh dua faktor yaitu yang berasal dari individu sendiri (intern) dan faktor yang berasal dari luar individu (ekstern).


(32)

B. Pilihan Karier

1. Pengertian Pilihan Karier

Kata pilihan berarti menentukan sesuatu. Sedangkan karier pengertiannya berbeda-beda. Super (dalam Manrihu 1988: 25 ) mendefinisikan istilah karier sebagai sekuensi-sekuensi dan peranan kehidupan lainnya yang seluruhnya menyatakan tanggung jawab seseorang kepada pekerjaan dalam keseluruhan pola perkembangan dirinya, serangkaian posisi-posisi yang diberi upah atau tidak berupah yang diduduki oleh seseorang sejak remaja sampai pensiun.

Munandir (1996) menyatakan bahwa

karier adalah pekerjaan, berkarier berarti bekerja dan pekerjaan yang ditekuni adalah karier bagi seseorang. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karier merupakan salah satu rangkaian yang mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja yang dapat diramalkan dan dikontrol oleh seorang individu.

Perencanaan karier adalah suatu gambaran kehidupan seseorang untuk mempersiapkan diri dan pemahaman terhadap lingkungannya. Berbeda dengan perencanaan karier pilihan karier adalah suatu proses kegiatan menyusun rencana karier yang ingin digelutinya di masa yang akan datang. Dengan kata lain dalam rangka memasuki jabatan pekerjaan atau keahlian tertentu dibutuhkan suatu bekal kemampuan dan keterampilan yang relevan, yang dapat diperoleh dari suatu jenis program pendidikan tertentu.


(33)

Ginzberg menyatakan bahwa: ”pilihan pekerjaan merupakan proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hayat bagi mereka yang mencari banyak kepuasan dari pekerjaannya” (Munandir, 1996 : 92). Sedangkan menurut Holland (dalam Munandir, 1996 : 107) pilihan pekerjaan merupakan hasil interaksi diri dengan kekuatan-kakuatan lingkungan luar serta pilihan pekerjaan merupakan perluasan kepribadian dan merupakan usaha untuk mengungkapkan diri kehidupannya.

Pilihan karier merupakan keinginan atau cita-cita seseorang setelah menyelesaikan studinya pada jenjang pendidikan tertentu yang meliputi keterlibatan dalam proses pilihan, orientasi menuju kerja dan penentuan pengambilan keputusan karier berdasarkan pengetahuan tentang dirinya sendiri dan pekerjaan yang akan dimasukinya dan pada penelitian ini mengacu pada pendapat di atas. Selain itu pilihan karier merupakan suatu tindakan ekspresif yang memantulkan motivasi, pengetahuan, kepribadian dan kemampuan seseorang dalam memilih suatu karier. Dalam beberapa hal pilihan karier ini mengacu pada beberapa macam informasi tertentu, motivasi, pengetahuan masalah-masalah karier, pemahaman dirinya dan wawasan serta kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.

Derajat pilihan karier ini ditentukan sejauh mana ketepatan siswa dalam memilih jenis pendidikan yang relevan dengan jabatan pekerjaan yang ingin


(34)

dimasukinya kelak. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pilihan karier adalah menentukan dan membuat keputusan pekerjaan yang ingin ditekuni sepanjang kehidupan seseorang dan dijadikan sebagai sumber nafkah hidupnya.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Karier

Faktor-faktor yang Mempengaruhi pilihan karir bersumber dari diri individu, yaitu :

1) Kemampuan inteligensi

Kemampuan inteligensi yang dimiliki individu memegang peranan yang penting, sebab kemampuan inteligensi yang dimiliki seseorang dapat dipergunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan dalam memasuki suatu pekerjaan, jabatan atau karier dan juga sebagai pelengkap dalam mempertimbangkan memasuki atau jenjang pendidikan tertentu.

2) Bakat

Perlu sedini mungkin bakat-bakat yang dimiliki seorang anak-anak disekolah diketahui dalam rangka memberikan bimbingan belajar yang paling sesuai dengan bakatnya dan memprediksi bidang kerja, jabatan, atau karier para murid setelah menamatkan studinya.

3) Minat

Minat sangat besar pengaruhnya dalam mencapai suatu pekerjaan jabatan, atau karier. Jika seseorang tidak berminat pada suatu pekerjaan yang dijabatnya maka orang tersebut tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya


(35)

dengan baik. Sehingga orang tersebut menjadi tidak nyaman atau mudah bosan terhadap pekerjaan yang dijabatnya.

4) Sikap

Sikap merupakan suatu kecenderungan yang relatif stabil yang dimiliki dalam mereaksi terhadap dirinya sendiri, orang lain atau situasi tertentu. Namun, pada masa remaja terjadi perubahan dalam sikap maupun perilaku. Hal ini akibat pengaruh teman sebayany. Karena pada masa ini remaja mempunyai kesempatan untuk melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial sehingga pergaulan remaja semakin luas .

5) Konsep diri

Konsep diri sangat berpengaruh terhadap pilihan karier. Karena pilihan karier merupakan cerminan dari konsep diri. Seseorang yang dapat memilih karier sesuai dengan konsep dirinya maka orang tersebut mampu menilai dirinya sendiri terhadap pilihan karier yang dipilihnya.

6) Nilai

Nilai yang dianut oleh individu berpengaruh terhadap pekerjaan yang dipilihnya serta berpengaruh terhadap prestasi dalam pekerjaan. Setiap individu mempunyai nilai sendiri-sendiri dalam bekerja. Karena nilai yang dianut individu berbeda dengan nilai yang dianut dalam bekerja. Misalnya individu yang mempunyai nilai bahwa seseorang yang telah lama bekerja di perusahaan selama bertahun-tahun pantas mendapatkan kenaikan gaji dan tunjangan hari tua. Namun nilai yang dianut oleh perusahaan berbeda


(36)

dengan orang tersebut yaitu karyawan atau pegawai tidak perlu kenaikan gaji karena yang didapatnya menurut perusahaan sudah mencukupi.

7) Prestasi

Penguasaan terhadap materi pelajaran dalam pendidikan yang sedang ditekuni oleh seseorang berpengaruh terhadap pilihan jabatan di kemudian hari.

8) Keterampilan

Keterampilan dalam bidang tertentu juga sangat berpengaruh terhadap pilihan jabatan seseorang. Jika seseorang tidak memiliki keterampilan khusus seperti keterampilan berbahasa asing, dapat mengoperasikan komputer, dan lain sebagainya maka orang tersebut akan kalah bersaing dengan orang yang memiliki keterampilan khusus. Dengan mempunyai keterampilan khusus maka orang tersebut memungkinkan diterima diperusahaan atau instansi yang dituju oleh pencari kerja. Karena mempunyai keterampilan berbeda dengan keterampilan yang dimiliki oleh orang lain.

9) Penggunaan waktu senggang

Penggunaan waktu senggang juga sangat menentukan pilihan karier seseorang. Waktu senggang dapat dimanfaatkan dengan kegiatan yang berguna, misalnya kegiatan-kegiatan yang bermanfaat seperti menulis artikel, membaca buku atau koran, berkebun dan lain sebagainya.


(37)

10) Hobi atau kegemaran

Setiap individu mempunyai hobi yang berbeda dengan hobi yang dimiliki oleh orang lain. Kegemaran individu dalam bidang karang mengarang, tulis menulis artikel dan lain sebagainya memiliki kecenderungan untuk menentukan kariernya sesuai dengan hobinya. Dengan hobi yang dimilikinya seseorang dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan hobinya. Hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi kerja yang dijabatnya. 11) Pengalaman kerja

Pengalam kerja merupakan bekal seseorang untuk memasuki dunia kerja. Dengan pengalaman kerja yang didapat maka orang tersebut akan siap memasuki dunia kerja, sebaliknya, orang yang tidak mempunyai pengalaman kerja akan tidak siap memasuki dunia kerja. Sehingga tidak mengetahui yugas-tugas yang akan dijalaninya nanti.

12) Penampilan lahiriah

Penampilan lahiriah juga sangat berpengaruh terhadap pemilihan karier. Jika seseorang berpenampilan tidak rapi maka orang tersebut kemungkina besar tidak diterima dalam pekerjaan. Karena penampilan lahiriah merupakan gambaran dari kepribadian orang tersebut.

13) Masalah pribadi

Masalah atau problema dari dirijuga dapat berpengaruh dengan pemilihan karier. Individu yang mengalami masalah akan menyelesaikan masalahnya dengan cara yang baik tanpa emosi, sehingga dapat diperkirakan apabila


(38)

menghadapi masalah di pekerjaan nantinya akan menyelesaikan dengan cara yang baik pula.

Adapun Faktor-faktor yang bersumber dari luar individu, meliputi :

1) Kelompok primer

Keluarga merupakan kelompok primer yaitu awal pertama pembentukan pribadi anak dan sosial bagi anak. Karena keluarga, anak mengenal terlebuh dahulu orang-orang yang ada disekitarnya seperti: ayah, ibu, kakak atau adiknya.

2) Kelompok sekunder

Kelompok sekunder ialah kelompok yang didasarkan atas kepentingan-kepentingan tertentu yang mewarnai aktivitas kelompok itu. Mesalnya, kelompok para ahli disuatu bidang ilmu, kelompok politik, kelompok agama dan lain sebagainya.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut konsep diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pilihan karir karena seseorang yang dapat memilih karier sesuai dengan konsep dirinya maka orang tersebut mampu menilai dirinya sendiri terhadap pilihan karier yang dipilihnya.


(39)

3. Teori Pilihan Karier

Beberapa ahli barat yang mempunyai perhatian soal karier dan pilihan karier antara lain: Donald E. Super (dalam Munandir, 1996: 93-94) menyatakan bahwa:

a. Orang itu berbeda-beda kemampuan, minat, dan kepribadiannya (individual differences).

b. Karena sifat tersebut, orang itu mempunyai kesempatan untuk melakukan sejumlah pekerjaan.

c. Setiap pekerjaan menghendaki pola kemampuan, minat, dan sifat kepribadian yang cukup luas sehingga bagi orang tersedia beragam pekerjaan dan setiap pekerjaan terbuka bagi bermacam-macam orang.

d. Preferensi dan kemampuan vokasional, dan konsep diri orang itu berubah-ubah, pilihan dan penyesuaian merupakan proses yang berkelanjutan.

e. Orang mengalami proses perubahan melalui tahap-tahap

pertumbuhan (growth), eksplorasi (eksploration), kemapanan (establishment), pemeliharaan (maintenance), kemunduran (decline), tahap realistik, sedangkan tahap kemampuan terbagi atas fase uji coba (trial) dan keadaan mantap (stable). Tahap-tahap kehidupan tersbut disebut “daur besar” (maxicycle). Orang mangalami juga daur yang lebih kecil ketika dalam peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya, yaitu waktu terjadi ketidakmantapan karier. Keadaan ini menimbulkan pertumbuhan baru, eksplorasi baru, dan pelembagaan baru.

f. Pola karier orang ditentukan oleh taraf sosioekonomi orang tua, kemampuan mental, ciri kepribadian, dan oleh tersedianya kesempatan, yang dimaksud dengan pola karier ialah tingkat pekerjaan yang dicapai dan bagaimana sekuensi (runtutan), frekuensi (keseringan), dan durasi (lama kelangsungan) pekerjaan-pekerjaan yang masih bersifat uji coba dan yang sudah mantap. g. Perkembangan karier adalah proses mensintesis dan membuat

kompromi dan pada dasarnya ini adalah soal konsep diri. Konsep diri merupakan hasil interaksi kemampuan bawaan, keadaan fisik, kesempatan berperan, dan evaluasi apakah peranan yang dimainkan itu memperoleh persetujuan orang lebih tua atau atasan dan teman-teman.

h. Proses mensintesis atau kompromi antara faktor-faktor individu dan sosial, antara konsep diri dan realitas, adalah proses permainan peranan dalam berbagai latar dan keadaan (pribadi, kelompok, pergaulan, hubugan kerja)


(40)

i. Penyaluran kemampuan, minat, sifat kepribadian, dan nilai menentukan diperolehnya kepuasan kerja dan kepuasan hidup. Kepuasan juga bergantung pada kemapanan dalam pekerjaan, situasi pekerjaan, dan cara hidup yang memungkinkan orang memainkan peranan yang dinilai cocok dan patut.

j. Kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan itu selaras dengan penerapan konsep diri.

k. Bekerja dan pekerjaan merupakan titik pusat organisasi kepribadian bagi kebanyakan orang, sedangkan bagi segolongan orang lagi yang menjadi titk pusat adalah hal lain, misalnya pengisian waktu senggang dan kerumahtanggaan .

Selanjutnya Harmiyanto (1992) menguraikan pandangan Anne Roe yang menggolongkan pekerjaan atau karier menjadi delapan kelompok secara horizontal, yaitu:

a. Pemberi Layanan (Service)

Golongan pekerjaan ini membutuhkan perhatian terhadap perasaan, kebutuhan, dan kesejahteraan orang perseorangan.

b. Usaha atau Dagang (Business Contact)

Pekerjaan ini embutuhkan tatap muka dari penjual terhadap konsumen berupa komoditi, investasi, realstate, dan layanan lainnya.

c. Organisasi (Organization)

Pekerjaan ini menitik beratkan pada mengemudikan dan bekerja bersama-sama dalam lapangan bisnis, industri, dan dalam lapangan pemerintahan.

d. Teknologi (Technology)

Pekerjaan ini meliputi berbagai yang berkaitan dengan produksi, pemeliharaan, dan transportasi dari barang-barang dan penggunaanya.

e. Pekerjaan Lapangan (Out Door)

Pekerjaan ini meliputi hal yang berhubungan dengan bidang pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan, dan pekerjaan lain yang sejenis.

f. Pengetahuan (Science)

Pekerjaan yang berkaitan dengan pengembangan dan praktik teori-teori ilmu pengetahuan.

g. Budaya Umum(General Cultural)

Pekerjaan yang berhubungan dengan pemeliharaan, melindungi, dan memindahkan warisan budaya.


(41)

Lapangan kerja ini membutuhkan bakat, keahlian khusus, kreativitas dalam seni, dan pertunjukan di atas panggung.

4. Perkembangan Pilihan Karier

Perkembangan karier berlangsung seumur hidup dan melalui tahap-tahap yang masing-masing mempunyai ciri khas. Sebagian besar teori perkembangan karier menyatakan bahwa proses pemilihan karier dalam suatu bidang pekerjaan merupakan suatu proses perkembangan individu dalam masa hidupnya dan terkait dengan pendidikan yang akan atau telah ditempuhnya.

Ginzberg Menyatakan bahwa perkembangan karier yang dapat disimpulkan ke dalam serangkaian tahap-tahap perkembangan kehidupan manusia yaitu:

“(1) periode fantasi (03-11 tahun), (2) periode tentatif (11-18 tahun), (3) periode realistis (18-22 tahun). Periode tentatif terbagi atas empat tahap, yaitu: sub tahap minat (11-12 tahun), dengan ciri umum pilihan dan rencana karier individu cenderung atas dasar minat. Sub tahap kapasitas (13-14 tahun) keterampilan dan kemampuan pribadinya digunakan sebagai pertimbangan dalam melakukan pilihan dan rencana-rencana karier. Sub tahap nilai (15-16), individu menganggap penting peranan nilai-nilai pribadi dalam proses pilihan kariernya, mengerti perbedaan berbagai gaya hidup yang disiapkan oleh pekerjaan, kesadaran tentang pentingnya waktu mulai berkembang dan menjadi lebih sensitif terhadap perlunya pekerjaan. Sub tahap transisi (17-18) individu mulai menghadapi pentingnya membuat keputusan dengan segera, konkrit dan realistis tentang pekerjaan yang akan datang atau pendidikan yang mempersiapkan kesuatu karier tertentu nanti dan individu menyadari bahwa keputusan-keputusan sekarang akan mempengaruhi masa depannya.

(Dalam Manrihu, 1998) menyatakan bahwa:

Berdasarkan pembagian tahap perkembangan karier ini siswa SMA berada pada periode tentatif yaitu ada pada sub tahap transisi yang


(42)

ditandai dengan meluasnya pengenalan dengan berbagai dimensi masalah dalam memutuskan pekerjaan apa yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dan atas dasar kepuasan-kepuasan yang sekarang.

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 1997:206).

Piaget menyatakan (dalam Hurlock, 1997: 206)

secara psikologis mengemukakan masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa (Sarwono, 1989: 71). Siswa SMA dikatakan sebagai remaja karena pada masa transisi dari periode anak ke periode dewasa.

2. Ciri-Ciri Remaja

Masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Masa remaja memiliki berbagai ciri-ciri salah satunya dikemukakan oleh Hurlock (1997: 207-209) ciri-ciri remaja sebagai berikut:

a. Masa remaja sebagai periode penting

Ada periode yang lebih penting dari pada beberapa periode lainnya dalam hal pertumbuhan fisik dan psikologis, sehingga menimbulkan perubahan sikap dan perilaku, dan ada juga yang penting karena akibat jangka panjangnya. Pada masa remaja baik fisik maupun akibat psikologis tetap penting. Misalnya dalam masa remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan disertai perkembangan mental yang cepat pula.


(43)

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Dalam setiap periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dijalaninya. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Oleh karena itu, pada masa remaja anak ingin diperlakukan seperti orang dewasa.

c. Masa remaja sebagai masa perubahan

Pada masa remaja awal, perubahan fisik maupun psikis terjadi dengan cepat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Demikianpun sebaliknya jika perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. Ada empat perubahan dan perilaku ; pertama, meningginya emosi tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis. Karena perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat selama masa awal remaja; kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh masyarakat; ketiga, berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah, misalnya sebagian besar remaja tidak lagi menganggap bahwa banyaknya teman merupakan petunjuk popularitas yang lebih penting dari pada sifat-sifat yang dikagumi dan dihargai oleh teman-teman sebaya. Bahkan remaja mulai mengerti bahwa kualitas lebih penting dari pada kuantitas; keempat, sebagian besar remaja bersikap ragu-ragu terhadap setiap perubahan, misalnya remaja menginginkan kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggungjawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan diri remaja untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.

d. Masa remaja sebagai masa bermasalah

Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah pada masa remaja sering terjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan. Karena pada masa ini, remaja merasa dirinya mampu mengatasi masalahnya sendiri, sehinggga remaja tidak memerlukan bantuan orang tua atau guru. Sebaliknya, pada masa kanak-kanak masalah diselesaikan oleh orang tua dan guru.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Remaja pada masa ini mencari identitas siapa dirinya, apa peranannya di masyarakat. Untuk mencari identitasnya remaja mewujudkan dalam simbol status dalam bentuk mobil, pakaian dan pemilikan barang-barang lain yang mudah terlihat.

f. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan

Pada masa ini, remaja dianggap oleh orang tua sebagai anak yang tidak dapat dipercaya, berperilaku merusak yang menyebabkan orang dewasa membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Remaja takut bertanggung jawab akan perilakunya, sehingga masyarakat sekitarnya tidak bersimpati atau tidak senang terhadap tindakan yang dilakukan oleh remaja.


(44)

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang remaja inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita remaja semakin tidak realistik. Misalnya remaja yang bercita-cita menjadi manajer. Namun oleh orang tuanya dipaksakan masuk ke kedokteran, sehingga remaja menjadi marah atau sakit hati atau kecewa apabila remaja tidak berhasil mencapai cita-citanya.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Dengan semakin mendekatnya ke usia dewasa, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan pandangan buruk dialami oleh remaja beberapa tahun yang lalu dan untuk memberikan kesan bahwa mereka hampir dewasa. Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa seperti; minum-minuman keras, mengggunakan obat-obatan, dan melakukan seks pranikah.

3. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Havighurst (dalam Hurlock, 1997:10) mengenai tugas-tugas perkembangan masa remaja sebagai berikut :

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

f. Mempersiapkan karier ekonomi.

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

h. Memperoleh perangkat dan nilai-nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian pada siswa SMA karena siswa SMA telah dikatakan sebagai remaja yang ada pada masa transisi dari periode anak ke periode dewasa. Sehingga peneliti ingin mengetahui apakah


(45)

siswa SMA disini mampu dalam menggambarkan tentang konsep dirinya karena talah melalui beberapa tugas perkembangan seperti yang telah diuraikan diatas, sehingga siswa SMA apakah juga mampu dalam memilih kariernya.

D. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Pilihan Karier Siswa

Konsep diri merupakan sikap seseorang menyadari persepsi dirinya, penilaian dirinya dan penampakan dirinya. Di mana dalam penilaian diri individu itu tercakup unsur kognitif yaitu dalam rangka memahami sebuah aspek dirinya, harapan-harapannya dan pengaruh tingkah lakunya.

(Munandir, 1996:93).menyatakan

Kerja itu perwujudan konsep diri. Artinya orang yang mempunyai konsep diri dan ia berusaha menerapkan konsep diri itu dengan memilih pekerjaan. Pilihan karier adalah soal mencocokkan (matching). Di dalam kehidupan seseorang terjadi perubahan-perubahan dan hal ini berpengaruh pada usahanya untuk mewujudkan konsep diri itu”

Kemampuan siswa untuk memahami dirinya sendiri, akan menjadikan siswa dapat mempunyai gambaran yang jelas tentang dirinya serta dapat mengevaluasi dirinya. Pemahaman diri merupakan langkah pertama mendasari pemahaman berikutnya yaitu pemahaman tentang nilai-nilai kehidupan, nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat sekitar, termasuk nilai-nilai pekerjaan.

(Rachadiani, 2002: 33) menyatakan

”pilihan karier remaja bergantung pada persetujuan antara pemahaman dirinya dan pekerjaan yang dijalaninya”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemilihan karier tergantung dari pemahaman dirinya yaitu pengetahuan mengenai dirinya sendiri seperti bakat, minat, cita-cita dan lain sebagainya, apakah pengetahuan mengenai dirinya yang individu peroleh sesuai dengan keadaan dirinya untuk


(46)

memilih pekerjaan. Dengan kata lain bahwa pemahaman mengenai dirinya sendiri atau konsep diri berhubungan dengan karier yang dipilihnya

Konsep diri merupakan sikap seseorang terhadap dirinya yang mengandung unsur deskriptif dan evaluatif terhadap dirinya sendiri. Bila analisa digunakan dalam bimbingan karier, maka melalui pemahaman diri ini secara deskriptif hendaknya menjadikan siswa dapat mempunyai gambaran yang jelas tentang dirinya serta dapat mengevaluasi dirinya.

Dalam bimbingan karier, pemahaman diri merupakan langkah pertama yang mendasari pemahaman berikutnya yaitu pemahaman tentang nilai-nilai kehidupan, nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat sekitar, atau nilai-nilai orang lain termasuk nilai pekerjaan. Melalui bimbingan karier yang diberikan setahap demi setahap siswa berhasil memperoleh gambaran tentang dirinya. Konsep diri siswa yang terbentuk menjadi pangkal tolak semua tingkahlakunya, termasuk dalam memperkuat landasan agar dapat memilih kariernya.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan korelasional, karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara konsep diri siswa dengan pilihan karier. Data yang diperoleh berupa angka-angka maka, dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.Namun apabila dilihat dari faktor-faktor yang diteliti, yaitu bahwa faktor-faktor yang diteliti terjadi secara wajar tanpa dilakukan suatu perlakuan yang disengaja, maka penelitian ini dapat juga digolongkan dalam jenis penelitian deskriptif. Deskriptif artinya penelitian ini hanya menggambarkan dan mengarahkan (Arikunto, 1996) Penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Sevilla dkk,1993:87).

Melalui penelitian korelasi dapat memastikan berapa besar hubungan yang disebabkan oleh suatu variabel dalam hubungannya dengan variasi yang


(48)

disebabkan oleh variabel lain. Pengukuran korelasi digunakan untuk menentukan besarnya arah hubungan. Tujuan dari penelitian korelasi ini adalah untuk mencari dan menjelaskan hubungan antara variabel yang diteliti dan berapa besar hubungan variabel tersebut. Dalam penelitian ini variabel (X) adalah konsep diri dan variabel (Y) adalah pilihan karier siswa.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek sumber informasi yang diteliti. Populasi dapat berupa orang, benda, tumbuhan, peristiwa atau gejala yang memiliki ciri-ciri tertentu dan jelas. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri dari 8 kelas yang berjumlah 309 siswa. Dengan dasar pertimbangan bahwa siswa kelas X akan memasuki penjurusan yang nantinya juga akan berpengaruh pada studi lanjut serta karier yang dipilihnya, siswa kelas X juga telah mendapatkan materi bimbingan karier.

2. Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2002:109) sampel adalah sebagian atau perwakilan dari populasi yang akan diteliti. Sampel penelitian ini adalah sebagian siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun ajaran 2010/2011 sejumlah 77 siswa,


(49)

yang memenuhi persyaratan dalam penelitian. Arikunto (2002:109) berpendapat bahwa: ”Untuk subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Jika subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25%”.

Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah 25% dari populasi. Jumlah sampel keseluruhan adalah 77.25 (dibulatkan 77 siswa). Siswa diambil secara merata dari kedelapan kelas yang ada. Dalam menentukan siswa sampel, dilakukan teknik random (acak). Jumlah populasi dan sampel yang diambil dapat dilihat pada tabel distribusi sampel sebagai berikut:

Tabel 3.I. Distribusi Sampel Penelitian.

No Kelas Populasi Sampel

1. X – 1 40 10

2 X – 2 40 10

3 X – 3 37 9

4 X – 4 38 9

5 X – 5 40 10

6 X – 6 38 10

7 X – 7 36 9

8 X – 8 40 10

Jumlah 309 77

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Pengertian variabel menurut Masri Simarimbun adalah, konsep yang diberi nilai lebih dari satu nilai (Masri S. 1985: 25). Variabel penelitian ini juga dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti. (Sumadi Suryabrata, 2000: 72 ).


(50)

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel adalah gejala-gejala yang mengandung lebih dari satu nilai, baik dalam variasinya maupun dalam tingkatannya yang akan menjadi objek penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (Independent Variabel)

Merupakan variabel yang akan mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsep diri (X).

2. Variabel terikat (Dependent Variabel)

Merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pilihan karir siswa (Y).

2. Definisi Operasional Variabel

Moh. Nazir (1983:152) mengatakan bahwa definisi operasional adalah suatu definisi yang duberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberi arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Variabel yang didefinisikan secara operasional dimaksudkan agar setiap variabel dapat diukur dan diamati. Dalam hal ini penulis mendefinisikan


(51)

operasional variabel adalah konsep diri sebagai variabel bebas sedangkan variabel terikatnya pilihan karier siswa.

Konsep diri adalah persepsi, penilaian, penggambaran terhadap dirinya sendiri yang diperoleh dari hasil belajar lingkungan sekitar yang menyangkut fisik maupun psikis. Adapun indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Konsep diri, meliputi : (1) diri fisik, (2) diri pribadi, (3) diri keluarga, (4) diri sosial, dan (5) diri moral etik.

Pilihan Karir adalah menentukan dan membuat keputusan pekerjaan yang ingin ditekuni sepanjang kehidupan seseorang dan dijadikan sebagai sumber nafkah hidupnya. Adapun indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pilihan karir, meliputi : (1) gambaran individu tentang diri sendiri, (2) tujuan berkarir, (3) pemilihan tempat karir, dan (4) keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian, peneliti harus memiliki data yang sesuai dengan keadaan yang ada di lapangan. Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data hasil penyebaran angket konsep diri dan pilihan karir siswa. Angket adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2002:128). Dalam penelitian ini angket


(52)

digunakan untuk mengumpulkan data atau memperoleh data tentang konsep diri siswa dan pilihan karier.

”Angket digunakan atas dasar pertimbangan (1) dapat menjaring informasi atau keterangan responden dalam waktu singkat, (2) karena data yang diperoleh merupakan pelaporan diri sebab siswalah yang paling tahu tentang dirinya sendiri, (3) lebih efisien, menghemat biaya, waktu dan tenaga, (4) dapat mengungkap data yang memerlukan pemikiran dan bukan jawaban spontan” (Hidayah, 1998:24-25). Bentuk angket dalam penelitian ini adalah angket terstruktur dengan bentuk jawaban tertutup. Bentuk jawaban dalam angket konsep diri dan pilihan karier siswa adalah jawaban berskala yaitu jawaban disusun bertingkat dan responden diminta menyatakan pembenaran dan penolakan terhadap setiap pernyataan. Angket yang digunakan disusun berdasarkan indikator-indikator jabaran variabel yang dinyatakan dalam bentuk butir-butir pertanyaan, sehingga angket tersebut tidak menyimpang dari tujuan yang hendak dicapai. Bentuk pengukuran alat ukur angket adalah dengan skala linkert, dengan menggunakan empat alternatif jawaban yaitu: sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju. Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk menyusun instrumen adalah sebagai berikut:

1) Menyusun instrumen penelitian

a. Menyusun konstruk instrument. Konstruk instrumen disusun dengan

mengembangkan upaya-upaya yang dilakukan oleh penulis dengan cara menentukan dahulu variabel-variabel penelitiannya. Dari variabel kemudian dijabarkan dalam subvariabel, selanjutnya dijabarkan lagi menjadi indikator


(53)

dan dari indikator dijabarkan lagi menjadi deskriptor dan dari deskriptor dikembangkan menjadi butir-butir pernyataan.

b. Menyusun kerangka pernyataan. Kerangka instrumen penelitian dibuat

dengan mempertimbangkan jenis angket penelitian, yaitu dengan menggunakan angket tertutup, sehingga penelitian ini diharapkan dapat menjaring atau memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian.

c. Menyusun urutan pernyataan. Langkah ini dilakukan dengan maksud agar

antara butir pernyataan yang satu dengan yang lainnya memiliki kesinambungan dan tidak meloncat-loncat sehingga memudahkan pengecekan dan penganalisaan.

d. Menyusun format instrumen. Format instrumen penelitian berbentuk angket

disusun secara jelas untuk mempermudah responden mengisi jawaban dan tidak terkesan menguji responden. Adapun format instrumen penelitian terdiri atas: (1) sampul penelitian yang memuat judul, identitas penulis, logo lembaga pendidikan, identitas lembaga pendidikan penulis, dan tahun penyebaran angket; (2) kata pengantar yang memuat maksud diadakannya penelitian, mohon kesediaan mengisi angket, aspek kerahasiaan untuk memotivasi responden agar menjawab angket dengan jujur, dan ucapan terima kasih; (3) petunjuk pengisian yang dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman responden dalam mengisi angket dan juga agar didapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian yaitu responden dapat mengisi secara benar sesuai dengan yang diharapkan oleh penulis; dan (4) butir pernyataan.


(54)

Adapun kisi-kisi butir pernyataan dalam angket dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Tabel 3.2. Kisi-kisi Angket Konsep Diri dan Pilihan Karier.

NO Variabel Indikator Deskriptor Item

1 Konsep

diri Konsep diri fisik 1.2. Kesehatan. Penampilan diri.

3. Gerak motorik.

1, 2, 3, 4, 5 6, 7 8, 9, 10

Konsep diri

pribadi 1.2. Identitas diri. Penilaian diri. 11, 12, 13, 14, 15, 16 17, 18, 19, 20 Konsep diri

keluarga 1. Pandangan sebagai anggota keluarga.

2. Harga diri sebagai anggota

keluarga.

21, 22, 23, 24 25, 26, 27

Konsep diri social 1. Nilai diri dalam interaksi

sosial.

2. Penerimaan masyarakat.

28, 29, 30

31, 32, 33, 34, 35 Konsep diri moral

etik 1.2. Hubungan dengan tuhan. Penilaian terhadap hal yang dianggap baik dan buruk.

36, 37, 38, 39, 40 41, 42, 43, 44, 45 2 Pilihan

Karier Pemahaman individu tentang diri sendiri

1. Bakat

2. Minat

3. Kemampuan

4. Nilai-nilai

5. Cita-cita

1, 2, 3 4, 5, 6 7, 8, 9 10, 11, 12 13, 14, 15

Tujuan berkarier 1. Faktor internal

2. Faktor eksternal 16, 17 18, 19

Pemilihan tempat

berkarier. 20, 21, 22

Keputusan karier yang berkaitan dengan pekerjaan.

1. Jenis-jenis pekerjaan. 23, 24, 25, 26, 27,

28, 29, 30 Keputusan karier

yang berkaitan dengan studi lanjut.

1. Pemilihan studi

Lanjut.

2. Jenis PT.

31, 32, 33, 34, 35 36, 37, 38


(55)

E. Pengujian Instrumen Penelitian

Setelah instrumen penelitian disusun, sebelum digunakan untuk mengumpulkan data, lebih dahulu instrumen penelitian diuji cobakan kepada siswa yang dianggap mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel penelitian. Peneliti menggunakan sekolah yang berbeda dengan tempat peneliti melakukan penelitian yang sebenarnya.

Tujuan uji coba ini adalah untuk mengetahui validitas, reliabilitas dan obyektifitas instrumen (Arikunto, 2002). Selain itu, tujuan dari kegiatan uji coba ini juga untuk melacak kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada angket (instrumen), misalnya ada item-item pernyataan yang cenderung ditolak untuk dijawab oleh responden, ada item-item pernyataan yang mengandung jawaban yang kurang objektif, item pernyataan sudah dapat ditebak oleh responden serta kemungkinan kurang penjelasan tentang pengisian angket, dan sebagainya.

Setelah mengetahui kemungkinan yang terjadi pada angket, penulis mengadakan penyempurnaan angket yang telah disusun sehingga angket yang akan dilancarkan kepada responden sudah merupakan angket yang memenuhi syarat dan responden

tidak mengalami kesulitan dalam menjawab pernyataan. Dalam uji coba ini,


(56)

1. Validitas Instrumen

Validitas merupakan suatu struktur yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Menurut Azwar (2009): Validitas berasal dari kata validity yang

mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Untuk lebih meyakinkan bahwa angket yang dipergunakan layak untuk disebarkan pada responden, maka penulis melakukan pengujian kevalidan data. validitas yang digunakan adalah validitas konstrak dengan analisis butir, menurut Arikunto (2002: 138) untuk menguji setiap butir maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y, dengan diperolehnya nilai validitas setiap butir dapat diketahui dengan pasti butir-butir manakah yang tidak memberikan kontribusi terhadap variabel penelitian.

Untuk menganalisis tiap butir item rumus yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson, sebagai


(57)

rxy =

 

 

 2 2 2 2 ) )( ( y y N x x N y x xy N Keterangan :

rxy : koefisien Korelasi antara x dan y

x : jumlah skor butir, masing-masing item

y : jumlah skor total

N : jumlah responden x2 : jumlah kuadrat butir

y2 : jumlah kuadrat total.

Setelah dilakukan uji coba instrumen, hasil yang didapat dari 45 item pernyataan angket konsep diri terdapat 8 item yang tidak valid yaitu nomor 2, 6, 8, 10, 20, 30, 31, 33, karena rtabel lebih besar dari rhitung. Dari hasil yang

diperoleh tersebut, jumlah 8 item yang tidak valid tersebut dihilangkan karena dianggap bahwa pernyataan yang lain sudah mewakili indikator. Sehingga jumlah item yang dipakai dalam penelitian adalah sebanyak 37 item tentang konsep diri.

Sedangkan hasil uji coba angket pilihan karir, hasil yang diperoleh dari 38 item terdapat 6 item pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor 22, 24, 25, 29, 30, 38, karena rtabellebih besar dari rhitung. Dari hasil yang diperoleh tersebut, jumlah 6


(58)

yang tersisa sudah mewakili indikator. Sehingga item yang dipakai dalam penelitian adalah sebanyak 32 item tentang pilihan karir.

Dengan demikian jumlah keseluruhan item yang disebar kepada responden adalah sebanyak 69 item, yaitu 37 item tentang konsep diri dan 32 item tentang pilihan karir.

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Arikunto (2002: 154) menyatakan bahwa “instrumen yang dapat dipercaya dan reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila data yang diambil memang sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap sama”.

Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas dianalisis dengan menggunakan rumus

Spearman Brown(dalam Sugiyono, 2008:131), yaitu sebagai berikut:

r i =

rb rb

1 . 2

Keterangan:

r

i = reliabilitas internal seluruh instrumen.


(1)

Tabel 3.7. Interpretasi Persentase.

Persentase (%) Interpretasi

81-100 Sangat banyak

61-80 Banyak

41-60 Cukup banyak

21-40 Sedikit

1-20 Sangat sedikit

b. Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan konsep diri dengan pilihan karier siswa, digunakan rumus sebagaian berikut :

rumus Chi kuadrat :

X

2

=

x

2

= Chi kuadrat

  B J I Jumlah baris

  k i

j Jumlah kolom

E

IJ

= Banyaknya pengamatan yang terjadi

O

ij

= Banyaknya gejala yang diharapkan

( Sujana 1989 : 280 )

ij ij j i K i J B j i E E O 2 [ 

 


(2)

Setelah uji persyaratan terpenuhi maka langkah selanjutnya adalah pengujian keeratan pengaruh. Untuk menguji keeratan pengaruh hubungan antara dua variabel, digunakan rumus koefisiensi C dengan rumus sebagai berikut:

C =

n X

X

2 2

Keterangan : C = Koefisiensi kontingensi

x

2 = Chi kuadrat

n = Jumlah responden

Untuk membuktikan keeratan hubungan kedua variabel, maka nilai C yang diperoleh dapat dipakai untuk menilai derajat assosiasi antar faktor, maka nilai C perlu dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum yang biasa terjadi, dengan rumus:

Keterangan:

m : nilai minimum antara banyaknya baris dan kolom.

Cmaks=

m

m

1


(3)

Dengan kriteria uji hubungan:

”semakin dekat harga C kepada Cmaks makin besar derajat assosiasi antar faktor”. (Sudjana, 2005)

Menurut Hadi (1984), untuk mengetahui derajat keeratan hubungan dapat dilihat pada kriteria keeratan hubungan sebagai berikut:

0,90 – 1,00 : hubungan sangat tinggi 0,50 – 0,89 : hubungan tinggi 0,21 – 0,49 : hubungan sedang 0,00 – 0,20 : hubungan rendah.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari hasil analisis penelitian mengenai konsep diri dengan pilihan karier dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Konsep diri siswa SMA Negeri 5 Bandar Lampung adalah tergolong positif, dengan jumlah persentase sebesar 61,04%. Sedangkan siswa yang memiliki konsep diri negatif, dengan jumlah persentase sebesar 38,96%.

2. Pilihan karier siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung adalah sedikit siswa (29,87%) yang sangat tepat dalam memilih kariernya, cukup banyak juga siswa (49,35%) kelas X yang cukup tepat dalam memilihnya kariernya.

3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang

signifikan antara konsep diri dan pilihan karier. Untuk memperoleh gambaran tentang konsep diri dan pilihan karier digunakan rumus analisis koefisien

kontingensi untuk pengujian hipotesisnya. Hal ini terbukti dari hasil analisis

koefisien kontingensi bahwa C sebesar 0,37 dan Cmaks sebesar 0,7. Yang berarti


(5)

B.Saran

Dari simpulan tersebut di atas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Konselor atau guru BK bisa memberikan pengarahan terhadap siswa

yangmemliki konsep diri negatif. Misalnya; dengan cara memberikan bimbingan pribadi sosial mengenai kiat-kiat menumbuhkan kepercayaan diri atau cara bersosialisasi yang baik dengan orang lain, dan dapat juga dilakukan dengan pelatihan-pelatihan tentang kiat-kiat membentuk konsep diri. Bagaimana siswa yang memiliki konsep diri positif dapat dipertahankan dan ditingkatkan dengan cara mengembangkan bakat dan minat serta kemampuan yang dimiliki, dapat dilakukan dengan berbagai teknik seperti: simulasi,

bermain peran, problem solving, home room. Untuk pilihan karier dapat

dilakukan dengan cara memberikan informasi dunia kerja (jenis-jenis pekerjaan, syarat-syarat melamar pekerjaan), siswa diajak berkunjung ke tempat yang berkaitan dengan pekerjaan seperti; berkunjung ke sebuah pabrik agar siswa memperoleh pemahaman dunia kerja, dan informasi pendidikan (jenis-jenis perguruan tinggi).

2. Siswa diharapkan mampu menggambarkan tentang konsep dirinya atau sering berkonsultasi pada guru BK sehingga siswa mampu menentukan kariernya. Karena pilihan karier remaja bergantung pada persetujuan antara pemahaman dirinya dan pekerjaan yang akan dijalaninya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Rineka Cipta: Jakarta.

Fauzan, L. dan Hidayah, N. 1992. Konsep Diri: Bentuk dan Fungsinya. Majalah Pendidikan.21 (28): 59-63.

Hadi, S. 2004. Metodologi Research . Andi : Yogyakarta.

Hardy, M. dan Steve, H. 1985. Pengantar Psikologi . Terjemahan oleh Soenardji. 1998. Erlangga: Jakarta.

Hurlock, E. 1991. Psikologi Perkembangan:Suatu Pengantar Sepanjang Rentangan Kehidupan. 1997. Terjemahan oleh Istiwidyanti. Erlangga: Jakarta.

Mappiare, A. 1992. Psikologi Remaja . Usaha Nasional : Surabaya.

Narbuko&Achmadi. 2003. Metodologi Penelitian . Bumi Aksara: Jakarta.

Munandir, 1996. Program Bimbingan Karier di Sekolah . Depdikbud Dijen Dikti : Jakarta.

Rahmat, Jalaludin. 1986. Psikologi Komuniukasi . Remaja Karya CV : Bandung. Sarwono, Sarlitpo Wirawan.1989. Psikologi Remaja . CV Rajawali : Jakarta. Santrock, John., W. 1996. Adolescence, 6th Edition: Adolescence Perkembangan

Remaja. Terjemahan Adelar, S.B., Saragih, Sherly. 2003. Erlangga : Jakarta.

Sukardi, Dewa Ketut. 1987. Bimbingan Sekolah . Ghalia Karier di Indonesia : Jakarta.

Sugiyono. 2003. Statistik Penelitian . Erlangga : Jakarta.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN CARA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA PERINTIS I BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 17 66

HUBUNGAN ANTARA INTELIGENSI DENGAN KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA SISWA KELAS X AKSELERASI SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 4 15

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PILIHAN KARIER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 10 69

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2011-2012

0 14 72

HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

17 86 102

KEMAMPUAN BERPIDATO DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSTEMPORAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 8 9

HUBUNGAN KONSEP DIRI SISWA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA BUMISARI NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 6 67

KORELASI TIPE KOMUNIKASI AYAH-ANAK DENGAN KONSEP DIRI SISWA KELAS X JURUSAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SMK NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 62

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

4 47 92

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE DAN TIPE MIND MAPPING DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KONSEP DIRI SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 7 90