2. Permintaan Tenaga Kerja
a. Pasar persaingan sempurna Berikut ini analisis permintaan tenaga kerja dalam dua kasus, yaitu: 1 apabila
tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor produksi, 2 apabila ada beberapa faktor produksi.
1. Permintaan perusahaan terhadap satu faktor produksi Asumsi berikut ini mendasari analisis ini: a. Sebuah komoditas X
diproduksi di pasar persaingan sempurna. Maka dari itu, P
x
ditetapkan oleh semua perusahaan di pasar. b. Tujuan perusahaan adalah
memaksimalkan keuntungan
. c. Terdapat satu faktor, yaitu tenaga kerja di pasar persaingan sempurna. Pada
gambar di bawah ini, w adalah upah tenaga kerja yang diberikan oleh perusahaan. Hal ini menyiratkan bahwa persediaan tenaga kerja untuk masing-masing
perusahaan sangat elastis. Hal ini dapat dinyatakan dengan sebuah garis lurus w yang sejajar dengan sumbu horizontal. Pada tarif upah tersebut perusahaan dapat
mempekerjakan sejumlah tenaga kerja yang diinginkan.
Gambar 2.2 Permintaan Tenaga Kerja
w
L w
S
L
d. Teknologi diberikan. Bagian yang relevan dari fungsi produksi ditunjukkan pada gambar 2.2. Lerengan fungsi produksi adalah produk fisik marjinal tenaga
kerja.
L
MPP dL
dX
MPP
L
menurun pada tingkat pekerjaan yang lebih tinggi, dengan hukum proporsi variabel. Jika kita mengalikan MPP
L
pada setiap tingkat pekerjaan dengan harga output tertentu,
x
P , kita memperoleh kurva nilai produk marjinal VMP
L
gambar 2.3. Kurva ini menunjukkan nilai output yang dihasilkan oleh unit tenaga kerja
tambahan yang dipekerjakan.
Gambar 2.3
Kuva fungsi produksi
w
L X = fL
k
Gambar 2.4 Kurva nilai produk marjinal
W
MPP
L
VMP
L
MPP
L
VMP =
L
MPP .P
L k
L
Perusahaan akan memaksimalkan keuntungan, jika selama penambahan akan menghasilkan lebih banyak penerimaan total daripada biaya total. Maka dari itu,
suatu perusahaan akan mempergunakan sumberdaya sampai ke pada titik di mana unit yang terakhir menyumbangkan kepada total biaya sebanyak total penerimaan,
karena Dengan kata lain, syarat keseimbangan dari perusahaan yang ingin memaksimalkan keuntungan adalah
MC
L
= VMP
L
2 Dimana MC
L
= biaya marginal tenaga kerja, atau
L
VMP w
= 3
karena MC
L
= w 4 Pada gambar 2.4 keseimbangan perusahaan dinyatakan dengan e. Pada tarif
upah pasar w perusahaan akan memaksimalkan keuntungannya dengan mempekerjakan unit tenaga kerja l. Hal ini juga karena di bagian sebelah kiri
setiap unit l biaya tenaga kerja yang lebih kecil dari nilai produknya VMP
L
w , maka keuntungan perusahaan akan meningkat dengan mempekerjakan lebih
banyak pekerja. Sebaliknya pada bagian kanan l VMP
L
w , dan oleh karena itu keuntungan berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan berada pada
tingkat maksimal apabila VMP
L
= w . Fungsi produksi adalah
K
L f
X =
5 Total biaya terdiri atas biaya variabel w .L dan biaya tetap F
F L
w C
+ ⋅
= 6
Penerimaan perusahaan adalah
[ ]
L f
P R
x
⋅ =
Perusahaan ingin memaksimalisasi labanya
C R
− =
Π 7
[ ]
F L
w L
f P
x
+ ⋅
− =
Π 8
Dengan menetapkan turunan fungsi keuntungan dalam kaitannya dengan tenaga kerja sama dengan nol kita memperoleh
= −
⋅ =
Π w
dL dX
P dL
d
x
9 Dengan menyusun kembali
= =
⋅
L L
x
MPP dL
dX w
MPP P
karena 10
Atau VMP
L
= w 11
Gambar 2.5 Kurva ekuilibrum permintaan tenaga kerja
VMP
L
VMP
L
S
L
L e
L w
w
_
Gambar 2.6 Kurva maksimasi keuntungan
VMP
L
VMP
L
S
L
L e
L w
w
_ e
1
e
2
w
1
w
2
L
1
L
2
S
l1
S
l2
Apabila upah di pasar tenaga kerja naik menjadi w
1
, maka perusahaan akan mengurangi permintaan tenaga kerja menjadi l
1
gambar 2.5 untuk memaksimalkan keuntungan pada e
1
pada gambar 2.5 w
1
= VMP
L
. Demikian halnya, jika upah turun menjadi w
2
, perusahaan akan memaksimalkan keuntungannya dengan menambah pekerjanya menjadi l
2
. Permintaan tenaga kerja yang memaksimalkan keuntungan perusahaan dapat
ditentukan baik dengan menggunakan total penerimaan maupun kurva total biaya, atau dengan menggunakan jadwal VMP
L
dan tarif upah tertentu, yang menentukan persediaan tenaga kerja bagi masing-masing perusahaan.
a. Pendekatan total penerimaan-total biaya Keuntungan mencapai tingkat maksimum apabila selisih antara total
penerimaan dengan total biaya paling besar. Pendekatan total penerimaan-total biaya ditunjukkan pada gambar 2.7 Lerengan kurva penerimaan adalah
penerimaan marginal per unit tambahan tenaga kerja, dan lerengan kurva total biaya adalah tarif upah, yang di pasar persaingan sempurna sama dengan biaya
marginal tenaga kerja. Maka dari itu, kondisi untuk keseimbangan perusahaan di pasar adalah
MRP
L
= w = MC
L
12 Karena
L x
x x
L
MPP P
L X
P L
P X
L R
MRP ⋅
= ∂
∂ ⋅
= ∂
⋅ ∂
= ∂
∂ =
13 Gambar 2.7
Kurve total penerimaan-total biaya
TR TC
MPP
L
L TR
TC TVC
9
dan menurut definisi
L L
x
VMP MPP
P =
⋅ 14
dapat ditulis syarat keseimbangan sebagai VMP
L
= w 15 yang merupakan hasil yang sama seperti hasil yang telah dicapai diatas.
b. Pendekatan VMP
L
Gambar 2.8 adalah contoh VMP
L
yang menunjukkan kebutuhan tenaga kerja bagi perusahaan. Kebutuhan tenaga kerja bagi masing-masing perusahaan
adalah garis lurus S
1
yang melewati tarif upah yang ditentukan sebesar 40. Kedua kurva tersebut berpotongan pada titik e, yang menentukan permintaan
akan tenaga kerja l = 9 dimana laba perusahaan berada mencapai kedudukan maksimal
Gambar 28 Kurve VMP
L
VMP
L
L 9
40 = w w
1
w
2
100 200
e
2
e e
1
w
S
L
Perusahaan mencapai keseimbangan dengan menyamakan VMP
L
dengan tarif upah pasar. Jika upah pasar naik, maka kesetaraan antara w
1
dengan VMP
L
terjadi pada bagian sebelah kiri e. Sebaliknya jika tarif upah turun menjadi w
2
maka kesetaraan dengan urva VMP
L
terjadi pada sebelah kanan e. Dengan demikian, kurva produk nilai produk marginal adalah kurva permintaan tenaga
kerja di masing-masing perusahaan.
2. Permintaan perusahaan terhadap beberapa faktor produksi Apabila ada lebih dari satu faktor produksi maka kurva VMP dari sebuah
input bukan kurva permintaannya. Hal ini karena berbagai sumber digunakan secara serentak dalam memproduksi barang-barang sehingga suatu perubahan pada
harga satu faktor mengakibatkan perubahan pada penggunaan faktor yang lain. Hal itu nantinya menggeser kurva MPP input yang harganya berubah sejak awal.
Diasumsikan tarif upah turun, akan diperoleh permintaan baru untuk tenaga kerja, dengan menggunakan analisis isoquant.
Perubahan pada tarif upah secara umum memiliki tiga efek yaitu: efek substitusi, efek output, dan efek memaksimalkan keuntungan. Di bawah ini akan
dikaji efek tersebut, dengan menggunakan gambar 2.9.
Gambar 2.9 Efek perubahan upah
K A
K
2
K
1
K L
1
L’
1
L
2
B’ e
2
e
1
B x
2
x
1
Diasumsikan sejak awal perusahaan menghasilkan output memaksimalkan keuntungan X
1
dengan kombinasi antara faktor K
1
, L
1
, karena harga factor produksi awal w
1
dan r
1
, yang rasionya menentukan kemiringan garis isocost AB. Sekarang diasumsikan bahwa tarif upah turun w
2
sehingga garis isocost yang baru adalah AB harga modal tetap konstan. Perusahaan, dengan menggunakan pengeluaran
biaya yang sama, sekarang dapat menghasilkan output lebih tinggi yang dilambangkan dengan isoquant X
2
, dengan menggunakan K
2
dan L
2
, yaitu masing- masing adalah jumlah modal dan tenaga kerja. Hasil ini diperoleh dari tangen garis
isocost yang baru AB dengan isoquant tertinggi, yang pada contoh, adalah X
2
.
Perubahan dari e
1
ke e
2
dapat dibagi menjdi dua efek yang berbeda yaitu: efek substitusi dan efek output hasil.
Untuk memahami kedua efek tersebut akan ditarik sebuah garis isocost sejajar dengan garis yang baru AB sehingga hal itu merefleksikan rasio harga
baru, tetapi tangen terhadap isoquant yang lama X
1
. Tangen terjadi pada titik a pada gambar 2.8. Perubahan dari e
1
menjadi a merupakan efek substitusi: perusahaan akan mensubtitusi modal yang relatif lebih mahal dengan tenaga kerja
yang lebih murah, bahkan meskipun ia harus memproduksi tingkat output awal X
1
. Dengan demikian penggunaan tenaga kerja naik dari L
1
ke L`
1
. Akan tetapi, perusahaan tersebut tidak akan tetap berada pada a. Karena, apabila upah turun,
maka perusahaan, dengan total biaya pengeluaran yang sama, dapat membeli lebih banyak tenaga kerja, lebih banyak modal, atau lebih banyak keduanya. Akibatnya,
perusahaan tersebut dapat memproduksi output yang lebih tinggi X
2
, yang mempergunakan K
2
modal dan L
2
tenaga kerja. Peningkatan pekerjaan dari L`
1
ke L
2
, yang sesuai dengan perubahan dari a ke e
2
, adalah efek output. b. Pasar persaingan tidak sempurna
Dalam kondisi pasar persaingan tidak sempurna, menunjukkan bahwa permintaan tenaga kerja dari suatu perusahaan merupakan kurva Produk Penerimaan
Marjinal Tenaga kerja Marginal Revenue Product MRP
L
yang ditentukan dengan mengalikan Produk Marjinal Tenaga kerja Marginal Product of LabourMP
L
dengan Penerimaan Marjinal Maginal Revenue MR dari penjualan komoditas yang
diproduksi: MRP
L
= MP
L
.
MR
x
16
Turunan matematika dari kurva MRP
L
: Dapat dilihat bahwa MRP
L
= MP
L
.MR 17 1
Diketahui fungsi permintaan untuk produk adalah
1 x
x
Q f
P =
18 Total penerimaan perusahaan adalah
TR = P
x
. Q
x
19 dan penerimaan marjinal
x x
x x
x x
x
dQ dP
Q dQ
dQ P
dQ TR
d ⋅
+ ⋅
= 20
atau
x x
x x
x
dQ dP
Q P
MR +
= 21
2. Fungsi produksi dengan tenaga kerja sebagai satu-satunya variabel adalah
2
L f
Q
x
= 22
MPP
L
adalah
L x
MPP dL
dQ =
23 3. Menurut definisi, produk penerimaan marginal tenaga kerja adalah penambahan
penerimaan yang didapat atas penambahan satu unit tenaga kerja.
dL TR
d MRP
L
= 24
Dengan TR = P
x
· Q
x
, turunan total penerimaan dalam kaitannya dengan L adalah
⋅
+ ⋅
= dL
dQ dQ
dP Q
dL dQ
P dL
TR d
x x
x x
x x
25
atau
⋅
+ =
x x
x x
x L
dQ dP
Q P
dL dQ
MRP 26
dari 10
L x
x
MPP dQ
dP =
27 dan dari 8
x x
x x
x
MR dQ
dP Q
P =
⋅ +
28 Maka dari itu, MRP
L
= MR
L
.MP
x
29
3. Penawaran Tenaga Kerja