4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Jenis-jenis pohon apa yang menyusun keanekaragaman dan berapa
nilai keanekaragaman jenis yang ada di areal kampus UNS Kentingan?
2. Bagaimana kerapatan dan frekuensi tumbuhan penyusun vegetasi
UNS Kentingan berdasarkan zona-zona pengelolaannya? 3.
Bagaimana struktur vegetasi di areal kampus UNS Kentingan berdasarkan luas basal areanya?
4. Bagaimana pola sebaran jenis-jenis pohon di areal kampus UNS
Kentingan berdasarkan program
digital mapping
“SIHATI”? C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Menghitung jenis pohon penyusun keanekaragaman dan mengukur nilai keanekaragaman jenis yang ada di areal kampus UNS Kentingan.
2. Mengukur kerapatan dan frekuensi tumbuhan penyusun vegetasi UNS
Kentingan berdasarkan zona-zona pengelolaannya. 3.
Mengukur struktur vegetasi di areal kampus UNS Kentingan berdasarkan luas basal areanya.
4. Menggambarkan pola sebaran jenis-jenis pohon di areal kampus UNS
Kentingan berdasarkan program
digital mapping
“SIHATI”. D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat: 1.
Memberikan informasi jenis vegetasi penyusun dan pola sebaran di areal kampus UNS Kentingan Surakarta dengan model sistem
digital mapping.
2. Memberikan masukan kepada instansi terkait dalam rangka
pengelolaan UNS sebagai hutan kota dan sebagai kawasan
green campus
. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Struktur dan Komposisi
Mueller-Dombois dan Ellenberg 1974 membagi struktur vegetasi menjadi lima berdasarkan tingkatannya, yaitu: fisiognomi vegetasi, struktur biomassa,
struktur bentuk hidup, struktur floristik, struktur tegakan. Menurut Kershaw 1973, struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu: Struktur vegetasi berupa
vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon,
small trees
, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi, Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu
terhadap individu lain, Kelimpahan abudance setiap jenis dalam suatu komunitas.
Kelimpahan jenis ditentukan, berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan dominansi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan
berdasarkan indeks nilai penting, volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu dan kerapatan Soerianegara dan
Indrawan,1988. Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan
tertentu, misalnya 100 individuha. Frekwensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang
dibuat. Biasanya frekwensi dinyatakan dalam besaran persentase. Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh
tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter batang Kusuma, 1997.
Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah
tersebut dikatakan
memiliki keanekaragaman jenis yang rendah.
Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen; Jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan Kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan
5 perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
6 bagaimana kelimpahan species itu yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah,
dan sebagainya tersebar antara banyak species itu Ludwiq dan Reynolds, 1988. 2.
Analisis Vegetasi Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis Marsono,
1977. Suatu vegetasi merupakan asosiasi nyata dari semua spesies tumbuhan yang
menempati suatu habitat. Selain itu vegetasi juga terkait dengan jumlah individu dari setiap spesies organisme yang akan menyebabkan kelimpahan relatif suatu
spesies sehingga mempengaruhi fungsi suatu komunitas, distribusi individu antar spesies dalam komunitas, bahkan dapat berpengaruh pada keseimbangan sistem
dan akhirnya berpengaruh pada stabilitas komunitas hutan Indriyanto, 2006 Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat
mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya.
Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya Marsono dan Surachman, 1990.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk struktur vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Struktur vegetasi terdiri atas unsur bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk melakukan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,
diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang
struktur dan
komposisi suatu
komunitas tumbuhan.
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu 1 pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal
dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; 2 menduga tentang keragaman jenis
dalam suatu areal; dan 3 melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan Greig-Smith, 1983.
commit to user
7 Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode
Berpetak Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak dan Metode Tanpa Petak Metode berpasangan acak,
Titik pusat kwadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich Kusuma, 1997.
Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller- Dombois dan Ellenberg 1974 pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan
random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi
dengan menderetkan contoh-contoh releve berdasar koefisien ketidaksamaan Marsono, 1977. Pola vegetasi dicari berdasarkan variasi yang ada dalam releve.
Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi
spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Pola sebaran jenis-jenis
dan perubahan faktor lingkungan dapat dihubungkan dengan ordinasi yang diperoleh.
Dalam melakukan analisa vegetasi perlu adanya perbedaan stadium
big trees
,
small trees
atau pohon-pohon muda
pole
, sapihan
sapling
dan semai
seedling
. Batasan-batasan tersebut adalah : a.
Trees
yaitu pohon yang membunyai akar, batang, dan tajuk yang jelas dengan tinggi minimum 5 meter serta mempunyai diameter batang lebih
dari 35 cm atau keliling batang 110 cm. b.
Small trees pole
yaitu pohon muda, diameter batang 10-35 cm atau keliling batang antara 31.4-110 cm.
c.
Sa pling
permudaan vegetasi dengan tinggi 1.5 m sampai dengan pohon- pohon muda dengan diameter batang kurang dari 10 cm.
d.
Semai
seedling
serta tumbuhan lainnya yaitu permudaan vegetasi mulai dari
kecambah sampai mempunyai tinggi kurang dari 1.5 meter termasuk vegetasi lantai hutan Kusmana.1997.
3. Ruang Terbuka Hijau dan Hutan kota
Ruang terbuka hijau RTH dapat berarti ruang terbuka yang diisi dengan tumbuhan
hijau untuk
memberikan rasa
kelembutan dan
nilai estetika Budihardjo, 1999 dan area memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tumbuhan, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam UU RI No. 26 tahun 2008
commit to user
8 Dinas Pertamanan mengklasifikasikan ruang terbuka hijau berdasarkan pada
kepentingan pengelolaannya adalah sebagai berikut: kawasan hijau pertamanan kota, kawassan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau
kegiatan olahraga, kawasan hijau pemakaman, kawasan hijau pertanian, kawasan jalur hijau, kawasan hijau pekarangan.
Usaha pengembangan ruang terbuka hijau dapat dilaksanakan dengan cara intensifikasi dan cara ekstensifikasi. Cara yang pertama intensifikasi adalah
usaha penanaman
tanaman untuk
mengkayakan dan
memperbaiki serta meningkatkan mutu tata hijau pada wilayah-wilayah yang sudah merupakan
daerah tata hijau. Cara intensifikasi dapat dilakukan pada daerah-daerah yang tidak dimungkinkan lagi untuk dilaksanakan penambahan luas ruang terbuka hijau
karena keterbatasan
lahan. Ekstensifikasi
dilakukansebagai upaya
untuk pengembanganruang terbuka hijau denganmenambah luasan daerah tata hijaupada
wilayah perkotaan yang masih memungkinkan.Rijal.2008 Hutan kota merupakan salah satu komponen ruang terbuka hijau. Keberadaan
hutan kota sangat berfungsi sebagai sistem hidroorologi, menciptakan iklim mikro, menjaga keseimbangan oksigen O2 dan karbon dioksida CO2,
mengurangi polutan, dan meredam kebisingan. Selain itu, berfungsi juga untuk menambah nilai estetika dan keasrian kota sehingga berdampak positif terhadap
kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat Sibarani, 2003.Pemanfaatan secara optimal hutan kota yang sudah ada, dengan menanam tanaman berupa
semak belukar dan herba diantara pohon utama akan membantu menambah produksi total oksigen. Septrina, dkk.2004 Analisa emisi CO2 dan penyerapan
O2 bisa menjadi bahan untuk penyediaan RTH sebagai hutan kota. Setiawan dan hermana, 2013
Tradisi awal pengembangan dan pengelolaan hutan kota sebagai bagian dari penataan ruang berorientasi pada upaya mewujudkan satu bentuk kota tertentu. Di
Indonesia, tradisi ini direfleksikan dalam bentuk berbagai gagasan tentang kehidupan yang aman dan sejahtera sebagaimana berbagai slogan pembangunan
kota seperti yang muncul di berbagai kota Indonesia pada awal tahun 1980-an. Wahyuni dan Samsoedin.2012
Menurut Puryono dan Hastuti 1998 dalam Sibarani 2003, hutan kota memiliki manfaat yang sangat besar terhadap peningkatan kualitas lingkungan dan
kehidupan masyarakat kota, antara lain: perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
9 a.
Manfaat estetika, hutan kota yang ditumbuhi oleh berbagai tumbuhan memberikan nilai estetika karena hijaunya hutan tersebut dengan aneka
bentuk daun, cabang, ranting dan tajuk serta bunga yang terpadu menjadi suatu pemandangan yang menyejukkan.
b. Manfaat ekologis, yaitu tercapainya keserasian lingkungan antara
tumbuhan, satwa maupun manusia dan sebagai habitat satwa, seperti burung-burung serta perlindungan plasma nutfah.
c. Manfaat klimatologis, yaitu terciptanya iklim mikro, seperti kelembaban
udara, suhu udara, dan curah hujan sehingga dapat menambah kesejukan dan kenyamanan serta tercapainya iklim yang stabil dan sehat.
d. Manfaat hidrologis, hutan kota dengan perakaran tumbuhan dan serasah
mampu menyerap kelebihan air pada musim hujan sehingga dapat mencegah terjadinya banjir dan menjaga kestabilan air tanah, khususnya
pada musim kemarau. Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila jatuh di permukaan daun akan mengalami reaksi. Pada saat
permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H2SO4 akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO4
yang bersifat netral. Dengan demikian air hujan yang mengandung pH asam melalui proses intersepsi oleh permukaan daun akan dapat
menaikkan pH, sehingga air hujan yang jatuh menjadi tidak begitu berbahaya lagi bagi lingkungan.
e. Manfaat protektif, pepohonan di hutan kota berfungsi sebagai pelindung
dari pancaran sinar matahari dan penahan angin. Serta pohon dapat meredam kebisingan dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh
daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan paling efektif untuk meredam suara ialah tumbuhan dengan tajuk lebat dan rindang, strata yang cukup
rapat dan tinggi. Kota yang terletak di tepi pantai, seperti kota Jakarta pada beberapa tahun terakhir terancam oleh intrusi air laut. Pemilihan
jenis tumbuhan dalam pembangunan hutan kota pada kawasan yang mempunyai masalah intrusi air laut harus dengan teliti diperhatikan.
Dikarenakan penanaman
tumbuhan yang
kurang tahan
terhadap kandungan garam yang tinggi akan mengakibatkan tumbuhan tidak dapat
tumbuh dengan baik, bahkan mungkin akan mengalami kematian. Dan juga
penanaman dengan
tumbuhan yang
mempunyai daya
evapotranspirasi tinggi
terhadap air
tanah dapat
mengakibatkan konsentrasi garam air tanah akan meningkat. Sehingga upaya untuk
commit to user
10 mengatasi intrusi air laut melalui hutan kota dengan tumbuhan yang daya
evapotranspirasinya rendah untuk meningkatkan kandungan air tanah. f.
Manfaat higienis, manfaat dari adanya hutan kota ini adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat. Daerah yang merupakan tempat
penimbunan sampah sementara atau permanen mengeluarkan bau yang tidak sedap. Hutan kota dapat bermanfaat untuk mengurangi bau karena
dapat menyerap bau secara langsung, penahan angin yang bergerak dari sumber bau, dan pelindung tanah dari hasil dekomposisi sampah serta
penyerap zat berbahaya yang mungkin terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida serta bahan beracun dan berbahaya lainnya.
g. Manfaat edukatif, hutan kota dapat bermanfaat sebagai laboratorium
alam karena dapat mengenal berbagai jenis pepohonan dan satwa khususnya burung-burung yang sering dijumpai di kawasan tersebut.
4. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan hasil akhir interaksi dari berbagai proses fisiologis, dan untuk mengetahui mengapa pertumbuhan pohon berbeda pada berbagai
variasi keadaan lingkungan dan perlakuan, diperlukan bagaimana proses fisiologis dipengaruhi oleh lingkungan Kramer dan Kozlowski,1979. Sebaran populasi
dari suatu vegetasi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi tempat tumbuh dan asosiasi vegetasi yang berada di sekitarnya.Kalima,2008. Faktor lingkungan
fisik berupa ketinggian dan kerapatan jenis sangat berpengaruh pada keragaman jenis. Lianah
et al
.2013 Sifat dan ciri tanah sangat mempengaruhi kapasitas tanah sebagai media dan
tempat penyediaan hara bagi tumbuhan. Sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, tanah mempunyai beberapa peranan diantaranya, untuk
pengaturan suhu tanah, udara tanah dan air tanah. Daniel et al. 1978 menyatakan bahwa pengetahuan mengenai ilmu tanah merupakan dasar bagi pengelolaan
silvikultur hutan, karena kualitas tanah merupakan salah satu kendala dalam praktek silvikultur. Lebih lanjut dikatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan
silvikultur diantaranya penentuan produktivitas tempat tumbuh sangat dipengaruhi oleh faktor tanah. Hal ini berarti ada faktor-faktor penting yang sangat
menentukan kualitas dari tempat tumbuh tanaman yaitu sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah diantaranya kandungan unsur hara, kemasaman tanah pH
commit to user
11 tanah, kandungan bahan organik tanah BO, kelengasan tanah, tekstur dan
struktur tanah dan lain-lain. 5.
Pengelolaan
Green Campus
Universitas merupakan tempat ideal bagi para cindekia maupun mahasiswa yang
dianggap mampu
memecahkan permasalahan
permasalahan sosial
diantaranya adalah isu kerusakan alam. Civitas akademika yang ada di kampus dinilai memiliki kompetensi dalam hal pelestarian alam. Mereka dianggap sebagai
civitas yang tidak memiliki kepentingan ekonomi dalam rangka eksploitasi alam. Kebijakan pelestarian alam di kampus harus menyatu dengan visi misi universitas,
sehingga walaupun terjadi rotasi kepemimpinana di kampus, tidak akan mempengarusi kebijakan pelestarian alam yang ada di kampus.
Program
green campus
dilaksanakan dalam rangka membentuk lingkungan hijau, nyaman bersih, indah dan sehat. Letak kampus yang berada di daerah
perkotaan diharapkan mampu mengurangi dampak dari pemanasan global yang terjadi di sana. Tidak hanya sivitas academika yang mendapat kemanfaatan dari
green kampus ini akan tetapi kawanan burung juga sangat terbantu. Seperti di Kampus Kandang Limun Bengkulu, kawasan kampus tersebut merupakan
kombinasi dari beberapa tipe habitat antara lain hutan hasil penghijaun, rawa, kolam, dan persawahan. Keberagaman habitat yang dimiliki tersebut memberikan
kesempatan terhadap berbagai jenis burung untuk tinggal dan berkembang biak didalamnya.Jarulis.2007
Istilah
green campus
sering dikaitkan dengan kampus konservasi. Dimana menurut kamus besar bahasa indonesia konservasi berarti pemeliharaan dan
perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan
jalan mengawetkan,
pengawetan, pelestarian.
Konservasi sering
diidentikkan dengan sumber daya alam hayati sehingga dengan mudah kita mendengar istilah Konservasi Sumber Daya Alam Hayati KS-DAH. Sedangkan
universitas konservasi adalah universitas yang memiliki sistem tata kelolanya mendafsarkan diri pada konsep gabungan green campus dan nilai luhur dari
budaya bangsa. Arswendi, 2013
Green
campus diharapkan mampu memberikan kesadaran kepada civitas akademika kampus untuk memiliki kesadaran dalam rangka berpartisipasi untuk
penanggulangan pemanasan global. Program green campus sangat dipengaruhi oleh kebijakan kampus itu sendiri, seperti Penggunaan tanah hutan kota kampus
Universitas Indonesia ditetapkan berdasarkan SK Rektor Universitas Indonesia perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
12 No. 84SK121988, tanggal 31 Oktober 1988 difungsikan sebagai wilayah
resapan air, wahana koleksi pelestarian plasma nutfah, wahana penelitian dan sarana rekreasi alam. Luas seluruhnya adalah 55,40 hektar. Kusratmoko,et
al.2002
Green campus
adalah kampus yang berwawasan lingkungan, yaitu yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan lingkungan ke dalam kebijakan, manajemen
dan kegiatan tridharma perguruan tinggi.
Green campus
mempunyai kapasitas intelektual dan sumber daya dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan tata
nilai lingkungan ke dalam misi dan program-programnya, didesain untuk menghasilkan para pemimpin bangsa, para politikus, para pengusaha, para petani
dan para penduduk bumi lainnya yang mencintai bumi.
Green campus
juga harus bisa menjadi contoh implementasi pengintegrasian ilmu lingkungan dalam semua
aspek manajemen dan
best practices
pembangunan berkelanjutan. Minimal ada lima manfaat dan peran Kampus Hijau dalam pembangunan berkelanjutan, yaitu
1 jasa ekosistem mikro
micro-ecosystem services
, 2 konservasi sumberdaya, 3 kegiatan tridharma, 4 wisata kampus, dan 5 model mini pengelolaan
pendidikan tinggi berkelanjutan Utomo, 2007 6.
Program
Digital Mapping
“SIHATI” Program
digital mapping
“SIHATI” merupakan program yang dibuat untuk memberikan visualisasi persebaran pohon yang sudah diamati diseluruh zona
pengamatan di Kampus UNS Kentingan. Program ini diberi nama “SIHATI”
dimana merupakan singkatan dari Sistem Keanekaragaman Hayati. Program ini merupakan konversi data yang didapatkan secara acak yang jumlahnya mencapai
ribuan ke dalam pemetaan pohon sesuai koordinat lokasinya di dalam layanan
google earth
. Selain melihat posisi secara visual di dalam peta, melalui program ini pengamatan tiap zona akan lebih mudah. Data yang bisa di amati adalah
macam jenis pohon yang ada, jumlah masing masing jenis pohon, visualisasi gambar pohon serta klasifikasi pohon yang diamati. Program ini juga dilengkapi
dengan sistem pencarian pohon yang diharapkan, dimana program ini akan menunjukkan persebaran tanaman yang bersangkutan, jumlahnya, persebaran di
masing masing zona, lengkap dengan tinggi, diameter, dan luas basal areanya. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
13 Program
digital mapping
“SIHATI” ini bisa memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah: memberikan data yang akurat kaitanya dengan lokasi
koordinat dari vegetasi yang diamati, memberikan data secara rinci dari pohon- pohon yang diamati, memberikan visualisasi pola hubungan antar pohon, dan bisa
diperbaharui sesuai dengan waktu yang diinginkan. Program
digital mapping
“SIHATI” ini dibuat dengan menggunakan program
MySQL
memanfaatkan sistem
localhost
sehingga mampu berjalan tanpa jaringan internet
untuk menampilkan
data-data dasar
vegetasi. Khusus
untuk menampakkan peta, program ini harus terhubung ke
google earth
sehingga jaringan internet diperlukan. Untuk dapat menampilkan data secara digital,
dibutuhkan data pengamatan yang sudah dikonversi dalam bentuk
excel
yang kemudian di
upload
ke dalam program
digital mapping
“SIHATI” ini. Tampilan dari program ini dirancang semenarik mungkin, dimana sangat memudahkan bagi
siapapun yang mengakses program
digital mapping
“SIHATI” ini.
B. Kerangka