tesis triyadi fiks banget

(1)

ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA DENGAN

PROGRAM DIGITAL MAPPING“SIHATI”

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Margister Program Studi Biosain

Oleh Triyadi S901008019

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2015 commit to user


(2)

ii

ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA DENGAN

PROGRAM DIGITAL MAPPING“SIHATI”

TESIS

Oleh: Triyadi S901008019

Telah disetujui oleh tim pembimbing

Komisi Nama Tanda

Tangan

Tanggal

Pembimbing

Pembimbing I Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si

NIP. 19670430 199203 1 002 ……… …………

Pembimbing II Drs. Marsusi, MS, Ph.D

NIP. 1950070 1198103 1 003 ……… …………

Mengetahui

Ketua Program Studi Biosain Program Pascasarjana

Prof.Dr. Sugiyarto, M,Si NIP. 19670430 199203 1 002 commit to user


(3)

iii

ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA DENGAN

PROGRAM DIGITAL MAPPING“SIHATI”

TESIS

Oleh: Triyadi S 901008019

Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat

pada tanggal Pebruari 2015 Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda

Tangan

Tanggal

Ketua Dr. Edwi Mahajoeno, M.Si

NIP.19601025 199702 1 001

……… …………

Sekretaris Dr. Ari Susilowati, M.Si.

NIP.19690428 199702 2 006

……… …………

Anggota penguji

Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si NIP. 19670430 199203 1 002

……… …………

Anggota penguji

Drs. Marsusi, MS, Ph.D

NIP. 1950070 1198103 1 003

……… …………

Mengetahui, Direktur Program Pascasarjan

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. NIP.19610717 198601 1 001

Ketua Program Studi Biosain

Prof.Dr. Sugiyarto, M,Si NIP. 19670430 199203 1 002


(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul: “Analisis Struktur dan Komposisi Vegetasi

Kampus UNS Kentingan Surakarta dengan Program Digital Mapping “SIHATIini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan acuan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi, baik Tesis beserta gelar megister saya dibatalkan serta diproses sesuia dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum

ilmiah harus menyertakan tim promotor sebagai uthor dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku

Surakarta, Pebruari 2015 Mahasiswa,

Triyadi S901008019


(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya tesis ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tesis ini juga tidak terlepas dari keterlibatan dan sumbangsih berbagai pihak baik perorangan, kelompok, maupun kelembagaan. Maka dari itu, melalui laporan ini dengan segenap kerendahan hati patutlah penulis ucapkan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Ravik Karsidi. M.S. selaku Rektor UNS Surakarta yang telah

memberikan izin studi di UNS

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS selaku Direktur Pascasarjana UNS Surakarta

atas fasilitas yang sudah diberikan selama penulis belajar di program pascasarjana UNS Surakarta

3. Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si selaku Ketua Prodi Biosain sekaligus pembimbing I

yang telah membimbing dan mengarahkan selama penulisan tesis

4. Drs. Marsusi, MS, Ph.D selaku pembimbing II yang mengarahkan dan

membimbing selama penulisan tesis

5. Keluarga besar Program Studi Pendidikan Biologi Fakutas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan

6. Keluarga besar Yayasan Al Abidin

7. Keluarga besar Podok Pesantren Mahasiswa Ar Royyan

8. Teman-teman Program Studi Biosain

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tesis ini, banyak sekali kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun menjadi harapan penulis ke depan sebagai motivasi perbaikan pada penulisan berikutnya. Akhirnya dengan memohon rahmat Allah SWT semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Pebruari 2015

Penulis


(6)

vi

Triyadi. NIM. S901008019.2015. Analisis Struktur dan Komposisi Vegetasi

Kampus UNS Kentingan Surakarta dengan Program Digital Mapping “SIHATI”

TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si., Pembimbing II: Drs.Marsusi, M.S., Ph.D. Program Studi Biosain, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

ABSTRAK

Sebagian area Kampus UNS Kentingan terdaftar sebagai bagian dari hutan kota di Surakarta yang memiliki manfaat bagi civitas akademika UNS dan

masyarakat di sekitarnya. Untuk pengelolaannya diperlukan database pohon

untuk memberikan penanganan yang tepat. Tujuan penelitian ini yaitu mendapatkan data tentang jenis pohon, kerapatan, frekuensi, struktur vegetasi, dan pola sebaran jenis pohon penyusun area kampus UNS Kentingan Surakarta yang

disajikan dalam bentuk digital mapping sehingga mudah diakses.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2013 di kampus UNS Kentingan, Jl Ir Sutami 36 A Surakarta. Identifikasi, kuantifikasi dan analisis data dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA UNS Surakarta. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksploratif dengan melakukan sensus seluruh anggota jenis pohon penyusun vegetasi. Lokasi pengamatan dibagi menjadi 10 zona untuk memudahkan penelitian. Adapun data profil vegetasi meliputi: jenis pohon, cacah individu pohon, tinggi pohon, dan luas basal area. Dari hasil pengamatan, dilaksanakan analisis vegetasi berupa kerapatan, dominansi, frekuensi dan Indeks Nilai Penting (INP). Untuk memudahkan akses data pengamatan dibantu dengan program pemetaan vegetasi

yang bernama digital mapping“SIHATI”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur vegetasi di area kampus

UNS Kentingan secara vertikal terdiri atas 4848 sapling (pohon dengan diameter

dibawah 10 cm), 2188 small trees (diamater 10 cm – 35 cm), 1444 big trees

(diameter diatas 35 cm). Sedangkan komposisi vegetasi pohon di area tersebut terdiri dari 151 jenis Jenis-jenis pohon yang memiliki nilai penting dalam

penyusunan vegetasi berturut-turut adalah angsana (Pterocarpus indicus) dengan

INP 44,10%, Glodokan (Polyaltia longifolia) dengan INP 41,99% dan (Tectona

grandis) dengan INP 18,95%. Ada 10 pohon yang memiliki frekuensi 1,0 yaitu:

Akasia (Acasia auriculiformis), Angsana (Pterocarpus indicus), Asam Londo

(Pithecelobium dulce), Beringin (Ficus benjamina spp), Flamboyan (Delonix regia), Glodokan (Polyaltia longifolia), Jati (Tectona grandis), Johar (Senna siamena), Kere Payung (Filicium desipiens), Ketapang (Terminalia catappa),

Mahoni (Swietenia mahagoni), Mangga (Mangifera indica), dan Talok

(Muntingia calbura). Jumlah total pohon adalah 8480 individu, dengan indeks diversitas 0,94. Zona dengan kerapatan tertinggi adalah zona FT dengan kerapatan 270.03 ind/ha, Jumlah jenis paling banyak di zona FP dengan 87 jenis, dan zona dengan indeks diversitas tertinggi adalah zona FK dengan nilai 0.95. Program

digital mapping SIHATI sangat membantu proses analisis vegetasi yang dilaksanakan karena memudahkan mengakses data dan menyajikan data dalam jumlah besar menjadi lebih sederhana.

Kata kunci: analisis vegetasi,kampus UNS kentingan, digital mapping“SIHATI”


(7)

vii

Triyadi. NIM. S901008019. 2015. Vegetation Structure and Composition

Analysis Of UNS Kentingan Campuss Of Surakarta Using “SIHATI” Digital

Mapping Program. THESIS.Supervisor I: Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si.,Supervisor II: Drs.Marsusi, M.S., Ph.D. Bioscience Program Study, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta.

ABSTRACT

Several area of UNS Kentingan campus is registered as part of urban forest in Surakarta which is useful for academician and people around there. Therefore, it need more study about database recording of the plants and analyze the vegetation in order to give more appropriate treatment in the future. The aim of this research is to gain the diversity of the plants data, the density and the frequency of the plants, the vegetation structure data and also the dissemination pola of the plants made up the forest along with the making of SIHATI digital mapping program to ease accessing it.

This research had been done on April until May 2013 in UNS Kentingan campus,. Ir. Sutami street number 36 A Surakarta. The identification, quantification, and analysis of the data had held in Biology Laboratory of FMIPA UNS Surakarta. This research had been done using explorative method with census all of the vegetations in UNS Ketingan campus. The observation area is divided into 10 observation zones to ease the research. The vegetation profile data

consist of the species of the plants, the plants’ individual count, the plants’ height,

and the basalt area. Analysis was conducted from the result of observation. It consist of density, dominancy, and IVI (Importance Value Index). To Ease the access of observation data, it will be helped by mapping program called digital

mapping “SIHATI”.

The result of the research showed that vertically, vegetation structure in UNS Kentingan campus area consist of 4848 sapling (tree which of diameter less than 10 cm) 2188 small trees (diameter 10 cm-35cm) 1444 big trees (diameter more than 35 cm). The vegetation compotition on that area consisted of 151 variety. The species of the plants were had significant value in the preparation of

vegetation were angsana (Pterocarpus indicus) with IVI 41.99%, Glodokan

(Polyaltia longifolia) with IVI 44.10%, and Jati (Tectona Grandis) with IVI

18.95%. There were 10 plants had frequency of 1,0, they were Akasia (Acasia

auriculiformis), Angsana (Pterocarpus indicus), Asam Londo (Pithecelobium dulce), Beringin (Ficus benjamina spp), Flamboyan (Delonix regia), Glodokan (Polyaltia longifolia), Jati (Tectona grandis), Johar (Senna siamena), Kere

Payung (Filicium desipiens), Ketapang (Terminalia catappa), Mahoni (Swietenia

mahagoni), Mangga (Mangifera indica), dan Talok (Muntingia calabura). Total number of tree was 8480 species of plant with diversity index 0,94. The densest zone was Engineering Faculty zone with density of 270.03 ind/hectare. The highest number of species was in Agriculture zone with 87 species and the highest diversity index zone was Medical Faculty zone about 0.95. Digital

mapping program “SIHATI” helped vegetation analisys process because it was easy and simpler to access data and to provide data in huge number.

Keywords : vegetation analysis, UNS Kentingan campus, “SIHATI” Mapping


(8)

viii

MOTTO

“Sibukkan dirimu dengan hal yang bermanfaat agar engkau terhindar dari maksiat”

“Jadilah penunggang kuda yang gagah perkasa di siang hari, rahib yang taat pada

Tuhannnya di malam hari”

“Mimpi hari ini adalah kenyataan diesok hari”


(9)

ix

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini dipersembahkan kepada: Kedua orang tua,

Teman seperjuangan,

Orang orang yang aku cintai bersama dakwah


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN TIM PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

MOTTO... viii

PERSEMBAHAN ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN. ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Struktur dan Komposisi ... 5

2. Analisis Vegetasi ... 6

3. Ruang Terbuka Hijau dan Hutan Kota ... 7

4. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pertumbuhan ... 10

5. Pengelolaan Green Campus ... 11

6. Proram Digital Mapping“SIHATI” ... 12 B. Kerangka Berpikir ... commit to user 13


(11)

xi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 14

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

B. Alat dan Bahan Penelitian ... 14

C. Rancangan Penelitian... 14

D. Prosedur Penelitian ... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

A. Hasil Penelitian ... 20

1. Zona Boulevard ... 30

2. Zona FE dan FISIP ... 32

3. Zona FH ... 34

4. Zona FK ... 36

5. Zona FKIP ... 38

6. Zona FP ... 41

7. Zona FSSR ... 43

8. Zona FT ... 45

9. Zona GOR ... 48

10.Zona Kantor Pusat ... 50

B. Digital Mapping“SIHATI” ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

Daftar Pustaka ... 58


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Kerapatan, dominansi dan nilai penting tumbuhan di Kampus UNS

Kentingan ... 21

Tabel 4.2. Frekuensi pohon di masing masing zona pengamatan UNS Kentingan Surakarta ... 26

Tabel 4.3. Persebaran Pohon berdasarkan sapling, small trees maupun big trees di UNS Kentingan Surakarta ... 28

Tabel 4.4. Indeks nilai penting di zona Boulevard Kampus UNS Kentingan... 30

Tabel 4.5. Indeks nilai penting di zona FE dan FISIP Kampus UNS Kentingan .. 32

Tabel 4.6. Indeks nilai penting di zona FH Kampus UNS Kentingan ... 34

Tabel 4.7. Indeks nilai penting di zona FK Kampus UNS Kentingan ... 37

Tabel 4.8. Indeks nilai penting terbesar di zona FKIP Kampus UNS Kentingan ... 39

Tabel 4.9. Indeks nilai penting di zona FP Kampus UNS Kentingan ... 41

Tabel 4.10. Indeks nilai penting di zona FSSR Kampus UNS Kentingan ... 44

Tabel 4.11. Indeks nilai penting di zona FT Kampus UNS Kentingan... 46

Tabel 4.12. Indeks nilai penting di zona GOR Kampus UNS Kentingan ... 49

Tabel 4.13. Indeks nilai penting di zona Kantor Pusat Kampus UNS Kentingan .. 51


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka berfikir ... 13

Gambar 3.2. Pembagian zona di kampus UNS Kentingan ... 15

Gambar 3.3. Tampilan menu tampilan untuk program “SIHATI” ... 17

Gambar 3.4. Tampilan halaman pembuka program “SIHATI” ... 18

Gambar 3.5. Tampilan data pengamatan yang dimasukkan program excell... 18

Gambar 3.6. Tampilan klasifikasi species yang dimasukkan program excell... 18

Gambar 3.7. Tampilan data yang diunggah lewat navicate lite ... 18

Gambar 3.8. Tampilan mySQL dan apache yang dijalankan lewat xampp ... 19

Gambar 3.9. Tampilan peta pohon yang ada di area UNS kentingan surakarta setelah dijalankan dengan program “SIHATI” ... 19

Gambar 4.10. Persebaran jumlah pohon di seluruh zona pengamatan Kampus UNS Kentingan ... 23

Gambar 4.11. Komposisi jumlah jenis pohon pada 10 zona pengamatan di Kampus UNS Kentingan ... 24

Gambar 4.12. Kerapatan populasi pohon di masing masing zona pengamatan Kampus UNS Kentingan ... 24

Gambar 4.13. Jenis pohon terbanyak yang paling banyak ditemukan di masing-masing zona pengamatan di Kampus UNS Kentingan ... 25

Gambar 4.14. Indeks diversitas di masing-masing zona pengamatan di Kampus UNS Kentingan ... 25

Gambar 4.15. Tampilan persebaran seluruh pohon di area UNS Kentingan Surakarta ... 29

Gambar 4.16. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona Boulevard UNS Kentingan Surakarta ... 31

Gambar 4.17. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FE dan FISIP UNS Kentingan Surakarta ... 33

Gambar 4.18. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FH UNS Kentingan Surakarta ... 35


(14)

xiv

Gambar 4.19. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FK UNS Kentingan Surakarta ... 38 Gambar 4.20. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FKIP UNS Kentingan Surakarta ... 40 Gambar 4.21. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FP UNS Kentingan Surakarta. ... 43

Gambar 4.22. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FSSR ... 45

Gambar 4.23. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FT UNS Kentingan Surakarta ... 47 Gambar 4.24. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona GOR UNS Kentingan Surakarta ... 50 Gambar 4.25. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona Kantor Pusat UNS Kentingan Surakarta ... 52 Gambar 4.26. Tampilan jenis-jenis pohon yang hidup di UNS Kentingan Surakarta ... 54

Gambar 4.27. Tampilan klasifikasi pohon dengan program “SIHATI” ... 54

Gambar 4.28. Tampilan morfologi dengan program “SIHATI” ... 54

Gambar 4.29. Tampilan persebaran pohon yang hidup di UNS Kentingan Surakarta ... 55 Gambar 4.30. Tampilan statistik pembagian pohon akasia berdasarkan kelompok

big tress, small trees, maupun sapling ... 55

Gambar 4.31. Tampilan data detail pohon di salah satu zona ... 56


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data base seluruh pohon di seluruh area kampus UNS kentingan

Lampiran 2. Dokumentasi alat dan kegiatan penelitian Lampiran 3. Daftar riwayat hidup

Lampiran 4. Surat Pernyataan


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di daerah tropis. Hal itulah yang menjadikan Indonesia memiliki bermacam-macam flora dan fauna. Sebagian besar hutan-hutan di Indonesia termasuk dalam hutan hujan tropis, yang memiliki komposisi tumbuhan yang beranekaragam. Seiring dengan berjalannya waktu, hutan yang merupakan sumberdaya alam mengalami perubahan yang mengarah pada kerusakan. Kerusakan ini diperparah dengan adanya eksploitasi hutan secara besar-besaran untuk lahan perindustrian, pertanian, pemukiman, pertambangan, perkebunan, peternakan serta terjadinya kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun.

Laju kerusakan hutan di Indonesia diperkirakan mencapai 1,6 - 2 juta ha per tahun, sedangkan kemampuan pemerintah dengan program Gerakan

Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) hanya mampu

merehabilitasi sekitar 3 juta ha dalam jangka waktu 5 tahun (2003-2007). Apabila kegiatan GN-RHL ini berhasil seluruhnya berarti masih tersisa sekitar

5 – 7 juta ha yang perlu direhabilitasi untuk mengimbangi kerusakan hutan

yang mencapai 8 - 10 juta ha dalam jangka waktu 5 tahun (Irwanto, 2007). Laju kehilangan keragaman hayati oleh pengaruh aktivitas manusia mencapai 1.000 sampai 10.000 kali lebih tinggi dibanding laju kepunahan yang alami. Hingga 270 spesies unik sekarang hilang setiap hari. Para ahli menyatakan bahwa dunia kita berada di tengah-tengah kepunahan massalnya yang keenam yang disebut "periode antropogenis" dengan penyebab utamanya adalah tindakan manusia (Sugiyarto, 2011). Lebih jauh lagi bahwa Indonesia merupakan pusat degradasi keragaman hayati global melalui proses deforestasi (Supriyatna, 2008)

Kota merupakan pusat peradaban manusia yang menghadapi dampak terbesar karena perubahan lingkungan hingga menuju fenomena bunuh diri ekologis. Bencana banjir, krisis air bersih, penyakit lingkungan, pencemaran lingkungan dan berbagai problematika sosial lingkungan menjadi beban berat

1


(17)

2

bagi pembangunan wilayah perkotaan umumnya (Joga dan Ismaun, 2011).

Langkah antisipasi berbagai kerusakan tersebut sangat penting untuk

direncanakan, salah satunya adalah pembuatan hutan kota menggunakan lahan yang masih tersisa.

Ruang terbuka (open spaces) merupakan ruang yang direncanakan karena

kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara

terbuka. Ruang terbuka (open spaces), Ruang Terbuka Hijau (RTH), Ruang

publik (public spaces) mempunyai pengertian yang hampir sama. Secara

teoritis yang dimaksud dengan ruang terbuka adalah: Ruang yang berfungsi

sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik secara individu

maupun berkelompok, serta wadah makhluk lainnya untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan (UUPR no.24/1992)

Kawasan perkotaan memberikan proporsi yang kurang untuk ruang terbuka hijau dikarenakan permintaan lahan yang lebih tinggi untuk kegiatan perkotaan. Banyak pihak menganggap ruang terbuka hijau memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah sehingga tidak menjadi program utama dalam pembangunan kota. Undang Undang Penataan Ruang memberikan kewajiban kepada pemerintah kota untuk memberikan sekurang-kurangnya 20% lahan untuk ruang terbuka hijau. Dalam kenyataannya pemerintah kota kesulitan merealisasikan aturan tersebut karena pembangunan yang tidak merata.

Hutan kota merupakan pendekatan dan penerapan salah satu atau beberapa fungsi hutan dalam kelompok vegetasi di perkotaan untuk mencapai tujuan proteksi, rekreasi, estetika, dan kegunaan fungsi lainnya bagi kepentingan masyarakat perkotaan (Sundari, 2007). Hutan kota merupakan salah satu komponen ruang terbuka hijau. Keberadaan hutan kota sangat berfungsi sebagai sistem hidroorologi, menciptakan iklim mikro, menjaga keseimbangan

oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2), mengurangi polutan, dan meredam

kebisingan. Selain itu, berfungsi juga untuk menambah nilai estetika dan keasrian kota sehingga berdampak positif terhadap kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat (Sibarani, 2003).


(18)

3

Hutan kota merupakan suatu ekosistem dan tidak sama dengan pengertian hutan selama ini. Hutan kota adalah komunitas tumbuh-tumbuhan berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau sekitar kota, berbentuk jalur, menyebar atau bergerombol (menumpuk) dengan struktur meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan lingkungan sehat, nyaman, dan estetis. (Irwan, 1997)

Kampus UNS Kentingan Surakarta dengan luas sekitar 60 hektar sangat berpotensi dimanfaatkan untuk pembangunan bagian dari hutan kota Surakarta.

Pemanfaatannya sebagai green campus adalah suatu harapan besar agar lahan

tersebut dapat berfungsi ganda dalam penyelesaian masalah lingkungan sekaligus sebagai wahana pendidikan (Sugiyarto, 2011).

Pembuatan peta vegetasi bisa memberikan gambaran yang sebenarnya tentang letak pohon, jumlah pohon, jarak pohon, lokasi yang ditempati suatu vegetasi. Dari peta vegetasi dapat diketahui pula pola sebaran dan komposisi pohon yang menyusun vegetasi tersebut. Dari sebuah peta vegetasi dapat dilakukan analisis vegetasi suatu wilayah. Bersamaan dengan perkembangan

zaman, peta sudah semakin canggih. Pembuatan peta digital (digital mapping)

bisa memberikan gambaran permukaan bumi yang diolah dengan bantuan komputer. Data yang diperoleh adalah data digital dan dapat ditampilkan

melalui layar monitor komputer. Pembuatan digital mapping vegetasi yang ada

di UNS kentingan bisa membantu memberikan gambaran terhadap pola sebaran dan kondisi vegetasi yang berada di sana. Sehingga nantinya akan

sangat membantu dalam pengembangan dari green campus yang sudah

dicanangkan.

Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan perencanaan yang baik dalam rangka menentukan penanganan yang baik agar fungsinya bisa maksimal. Sebagai bahan pengembangan, diperlukan identifikasi kekayaan hayati baik flora dan fauna yang ada di dalamnya. Berdasarkan uraian di atas maka perlu diadakan penelitian tentang Analisis Struktur dan Komposisi Vegetasi Kampus UNS Kentingan Surakarta dengan Program commit to user Digital Mapping “SIHATI”.


(19)

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Jenis-jenis pohon apa yang menyusun keanekaragaman dan berapa

nilai keanekaragaman jenis yang ada di areal kampus UNS Kentingan?

2. Bagaimana kerapatan dan frekuensi tumbuhan penyusun vegetasi

UNS Kentingan berdasarkan zona-zona pengelolaannya?

3. Bagaimana struktur vegetasi di areal kampus UNS Kentingan

berdasarkan luas basal areanya?

4. Bagaimana pola sebaran jenis-jenis pohon di areal kampus UNS

Kentingan berdasarkan program digital mapping “SIHATI”?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menghitung jenis pohon penyusun keanekaragaman dan mengukur

nilai keanekaragaman jenis yang ada di areal kampus UNS Kentingan.

2. Mengukur kerapatan dan frekuensi tumbuhan penyusun vegetasi UNS

Kentingan berdasarkan zona-zona pengelolaannya.

3. Mengukur struktur vegetasi di areal kampus UNS Kentingan

berdasarkan luas basal areanya.

4. Menggambarkan pola sebaran jenis-jenis pohon di areal kampus UNS

Kentingan berdasarkan program digital mapping “SIHATI”.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat:

1. Memberikan informasi jenis vegetasi penyusun dan pola sebaran di

areal kampus UNS Kentingan Surakarta dengan model sistem digital

mapping.

2. Memberikan masukan kepada instansi terkait dalam rangka

pengelolaan UNS sebagai hutan kota dan sebagai kawasan green

campus.


(20)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Struktur dan Komposisi

Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) membagi struktur vegetasi menjadi lima berdasarkan tingkatannya, yaitu: fisiognomi vegetasi, struktur biomassa, struktur bentuk hidup, struktur floristik, struktur tegakan. Menurut Kershaw (1973), struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu: Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan

pohon, small trees, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi, Sebaran,

horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain, Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.

Kelimpahan jenis ditentukan, berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan dominansi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan berdasarkan indeks nilai penting, volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu dan kerapatan (Soerianegara dan Indrawan,1988).

Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. Frekwensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekwensi dinyatakan dalam besaran persentase. Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter batang (Kusuma, 1997).

Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka

daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah.

Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen; Jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan Kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan

5


(21)

6

bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dan sebagainya) tersebar antara banyak species itu (Ludwiq dan Reynolds, 1988).

2. Analisis Vegetasi

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).

Suatu vegetasi merupakan asosiasi nyata dari semua spesies tumbuhan yang menempati suatu habitat. Selain itu vegetasi juga terkait dengan jumlah individu dari setiap spesies organisme yang akan menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies sehingga mempengaruhi fungsi suatu komunitas, distribusi individu antar spesies dalam komunitas, bahkan dapat berpengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya berpengaruh pada stabilitas komunitas hutan (Indriyanto, 2006)

Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya (Marsono dan Surachman, 1990).

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Struktur vegetasi terdiri atas unsur bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk melakukan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi

kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.

Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).


(22)

7

Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak, Titik pusat kwadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich) (Kusuma, 1997).

Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan (Marsono, 1977). Pola vegetasi dicari berdasarkan variasi yang ada dalam releve. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Pola sebaran jenis-jenis dan perubahan faktor lingkungan dapat dihubungkan dengan ordinasi yang diperoleh.

Dalam melakukan analisa vegetasi perlu adanya perbedaan stadium big trees,

small trees atau pohon-pohon muda (pole), sapihan (sapling) dan semai (seedling). Batasan-batasan tersebut adalah :

a. Trees yaitu pohon yang membunyai akar, batang, dan tajuk yang jelas dengan tinggi minimum 5 meter serta mempunyai diameter batang lebih dari 35 cm atau keliling batang >110 cm.

b. Small trees (pole) yaitu pohon muda, diameter batang 10-35 cm atau keliling batang antara 31.4-110 cm.

c. Sa pling permudaan vegetasi dengan tinggi >1.5 m sampai dengan pohon-pohon muda dengan diameter batang kurang dari 10 cm.

d. Semai (seedling) serta tumbuhan lainnya yaitu permudaan vegetasi mulai

dari kecambah sampai mempunyai tinggi kurang dari 1.5 meter termasuk vegetasi lantai hutan (Kusmana.1997).

3. Ruang Terbuka Hijau dan Hutan kota

Ruang terbuka hijau (RTH) dapat berarti ruang terbuka yang diisi dengan

tumbuhan hijau untuk memberikan rasa kelembutan dan nilai estetika

(Budihardjo, 1999) dan area memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tumbuhan, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (UU RI No. 26 tahun 2008)


(23)

8

Dinas Pertamanan mengklasifikasikan ruang terbuka hijau berdasarkan pada kepentingan pengelolaannya adalah sebagai berikut: kawasan hijau pertamanan kota, kawassan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pemakaman, kawasan hijau pertanian, kawasan jalur hijau, kawasan hijau pekarangan.

Usaha pengembangan ruang terbuka hijau dapat dilaksanakan dengan cara intensifikasi dan cara ekstensifikasi. Cara yang pertama (intensifikasi) adalah

usaha penanaman tanaman untuk mengkayakan dan memperbaiki serta

meningkatkan mutu tata hijau pada wilayah-wilayah yang sudah merupakan daerah tata hijau. Cara intensifikasi dapat dilakukan pada daerah-daerah yang tidak dimungkinkan lagi untuk dilaksanakan penambahan luas ruang terbuka hijau

karena keterbatasan lahan. Ekstensifikasi dilakukansebagai upaya untuk

pengembanganruang terbuka hijau denganmenambah luasan daerah tata hijaupada wilayah perkotaan yang masih memungkinkan.(Rijal.2008)

Hutan kota merupakan salah satu komponen ruang terbuka hijau. Keberadaan hutan kota sangat berfungsi sebagai sistem hidroorologi, menciptakan iklim mikro, menjaga keseimbangan oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2), mengurangi polutan, dan meredam kebisingan. Selain itu, berfungsi juga untuk menambah nilai estetika dan keasrian kota sehingga berdampak positif terhadap kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat (Sibarani, 2003).Pemanfaatan secara optimal hutan kota yang sudah ada, dengan menanam tanaman berupa semak belukar dan herba diantara pohon utama akan membantu menambah produksi total oksigen. (Septrina, dkk.2004) Analisa emisi CO2 dan penyerapan O2 bisa menjadi bahan untuk penyediaan RTH sebagai hutan kota. (Setiawan dan hermana, 2013)

Tradisi awal pengembangan dan pengelolaan hutan kota sebagai bagian dari penataan ruang berorientasi pada upaya mewujudkan satu bentuk kota tertentu. Di Indonesia, tradisi ini direfleksikan dalam bentuk berbagai gagasan tentang kehidupan yang aman dan sejahtera sebagaimana berbagai slogan pembangunan kota seperti yang muncul di berbagai kota Indonesia pada awal tahun 1980-an. (Wahyuni dan Samsoedin.2012)

Menurut Puryono dan Hastuti (1998) dalam Sibarani (2003), hutan kota memiliki manfaat yang sangat besar terhadap peningkatan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat kota, antara lain:


(24)

9

a. Manfaat estetika, hutan kota yang ditumbuhi oleh berbagai tumbuhan

memberikan nilai estetika karena hijaunya hutan tersebut dengan aneka bentuk daun, cabang, ranting dan tajuk serta bunga yang terpadu menjadi suatu pemandangan yang menyejukkan.

b. Manfaat ekologis, yaitu tercapainya keserasian lingkungan antara

tumbuhan, satwa maupun manusia dan sebagai habitat satwa, seperti burung-burung serta perlindungan plasma nutfah.

c. Manfaat klimatologis, yaitu terciptanya iklim mikro, seperti kelembaban

udara, suhu udara, dan curah hujan sehingga dapat menambah kesejukan dan kenyamanan serta tercapainya iklim yang stabil dan sehat.

d. Manfaat hidrologis, hutan kota dengan perakaran tumbuhan dan serasah

mampu menyerap kelebihan air pada musim hujan sehingga dapat mencegah terjadinya banjir dan menjaga kestabilan air tanah, khususnya pada musim kemarau. Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila jatuh di permukaan daun akan mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H2SO4 akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO4 yang bersifat netral. Dengan demikian air hujan yang mengandung pH asam melalui proses intersepsi oleh permukaan daun akan dapat menaikkan pH, sehingga air hujan yang jatuh menjadi tidak begitu berbahaya lagi bagi lingkungan.

e. Manfaat protektif, pepohonan di hutan kota berfungsi sebagai pelindung

dari pancaran sinar matahari dan penahan angin. Serta pohon dapat meredam kebisingan dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan paling efektif untuk meredam suara ialah tumbuhan dengan tajuk lebat dan rindang, strata yang cukup rapat dan tinggi. Kota yang terletak di tepi pantai, seperti kota Jakarta pada beberapa tahun terakhir terancam oleh intrusi air laut. Pemilihan jenis tumbuhan dalam pembangunan hutan kota pada kawasan yang mempunyai masalah intrusi air laut harus dengan teliti diperhatikan.

Dikarenakan penanaman tumbuhan yang kurang tahan terhadap

kandungan garam yang tinggi akan mengakibatkan tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan baik, bahkan mungkin akan mengalami kematian. Dan

juga penanaman dengan tumbuhan yang mempunyai daya

evapotranspirasi tinggi terhadap air tanah dapat mengakibatkan

konsentrasi garam air tanah akan meningkat. Sehingga upaya untuk


(25)

10

mengatasi intrusi air laut melalui hutan kota dengan tumbuhan yang daya evapotranspirasinya rendah untuk meningkatkan kandungan air tanah.

f. Manfaat higienis, manfaat dari adanya hutan kota ini adalah menjadikan

udara yang lebih bersih dan sehat. Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen mengeluarkan bau yang tidak sedap. Hutan kota dapat bermanfaat untuk mengurangi bau karena dapat menyerap bau secara langsung, penahan angin yang bergerak dari sumber bau, dan pelindung tanah dari hasil dekomposisi sampah serta penyerap zat berbahaya yang mungkin terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida serta bahan beracun dan berbahaya lainnya.

g. Manfaat edukatif, hutan kota dapat bermanfaat sebagai laboratorium

alam karena dapat mengenal berbagai jenis pepohonan dan satwa khususnya burung-burung yang sering dijumpai di kawasan tersebut.

4. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan hasil akhir interaksi dari berbagai proses fisiologis, dan untuk mengetahui mengapa pertumbuhan pohon berbeda pada berbagai variasi keadaan lingkungan dan perlakuan, diperlukan bagaimana proses fisiologis dipengaruhi oleh lingkungan (Kramer dan Kozlowski,1979). Sebaran populasi dari suatu vegetasi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi tempat tumbuh dan asosiasi vegetasi yang berada di sekitarnya.(Kalima,2008). Faktor lingkungan fisik berupa ketinggian dan kerapatan jenis sangat berpengaruh pada keragaman jenis. (Lianah et al.2013)

Sifat dan ciri tanah sangat mempengaruhi kapasitas tanah sebagai media dan tempat penyediaan hara bagi tumbuhan. Sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, tanah mempunyai beberapa peranan diantaranya, untuk pengaturan suhu tanah, udara tanah dan air tanah. Daniel et al. (1978) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai ilmu tanah merupakan dasar bagi pengelolaan silvikultur hutan, karena kualitas tanah merupakan salah satu kendala dalam praktek silvikultur. Lebih lanjut dikatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan silvikultur diantaranya penentuan produktivitas tempat tumbuh sangat dipengaruhi oleh faktor tanah. Hal ini berarti ada faktor-faktor penting yang sangat menentukan kualitas dari tempat tumbuh tanaman yaitu sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah diantaranya kandungan unsur hara, kemasaman tanah (pH


(26)

11

tanah), kandungan bahan organik tanah (BO), kelengasan tanah, tekstur dan struktur tanah dan lain-lain.

5. Pengelolaan Green Campus

Universitas merupakan tempat ideal bagi para cindekia maupun mahasiswa

yang dianggap mampu memecahkan permasalahan permasalahan sosial

diantaranya adalah isu kerusakan alam. Civitas akademika yang ada di kampus dinilai memiliki kompetensi dalam hal pelestarian alam. Mereka dianggap sebagai civitas yang tidak memiliki kepentingan ekonomi dalam rangka eksploitasi alam. Kebijakan pelestarian alam di kampus harus menyatu dengan visi misi universitas, sehingga walaupun terjadi rotasi kepemimpinana di kampus, tidak akan mempengarusi kebijakan pelestarian alam yang ada di kampus.

Program green campus dilaksanakan dalam rangka membentuk lingkungan

hijau, nyaman bersih, indah dan sehat. Letak kampus yang berada di daerah perkotaan diharapkan mampu mengurangi dampak dari pemanasan global yang terjadi di sana. Tidak hanya sivitas academika yang mendapat kemanfaatan dari green kampus ini akan tetapi kawanan burung juga sangat terbantu. Seperti di Kampus Kandang Limun Bengkulu, kawasan kampus tersebut merupakan kombinasi dari beberapa tipe habitat antara lain hutan hasil penghijaun, rawa, kolam, dan persawahan. Keberagaman habitat yang dimiliki tersebut memberikan kesempatan terhadap berbagai jenis burung untuk tinggal dan berkembang biak didalamnya.(Jarulis.2007)

Istilah green campus sering dikaitkan dengan kampus konservasi. Dimana

menurut kamus besar bahasa indonesia konservasi berarti pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan

dengan jalan mengawetkan, pengawetan, pelestarian. Konservasi sering

diidentikkan dengan sumber daya alam hayati sehingga dengan mudah kita mendengar istilah Konservasi Sumber Daya Alam Hayati (KS-DAH). Sedangkan universitas konservasi adalah universitas yang memiliki sistem tata kelolanya mendafsarkan diri pada konsep gabungan green campus dan nilai luhur dari budaya bangsa. (Arswendi, 2013)

Green campus diharapkan mampu memberikan kesadaran kepada civitas akademika kampus untuk memiliki kesadaran dalam rangka berpartisipasi untuk penanggulangan pemanasan global. Program green campus sangat dipengaruhi oleh kebijakan kampus itu sendiri, seperti Penggunaan tanah hutan kota kampus Universitas Indonesia ditetapkan berdasarkan SK Rektor Universitas Indonesia


(27)

12

No. 84/SK/12/1988, tanggal 31 Oktober 1988 difungsikan sebagai wilayah resapan air, wahana koleksi pelestarian plasma nutfah, wahana penelitian dan sarana rekreasi alam. Luas seluruhnya adalah 55,40 hektar. (Kusratmoko,et al.2002)

Green campus adalah kampus yang berwawasan lingkungan, yaitu yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan lingkungan ke dalam kebijakan, manajemen

dan kegiatan tridharma perguruan tinggi. Green campus mempunyai kapasitas

intelektual dan sumber daya dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan tata nilai lingkungan ke dalam misi dan program-programnya, didesain untuk menghasilkan para pemimpin bangsa, para politikus, para pengusaha, para petani

dan para penduduk bumi lainnya yang mencintai bumi. Green campus juga harus

bisa menjadi contoh implementasi pengintegrasian ilmu lingkungan dalam semua

aspek manajemen dan best practices pembangunan berkelanjutan. Minimal ada

lima manfaat dan peran Kampus Hijau dalam pembangunan berkelanjutan, yaitu

(1) jasa ekosistem mikro (micro-ecosystem services), (2) konservasi sumberdaya,

(3) kegiatan tridharma, (4) wisata kampus, dan (5) model mini pengelolaan pendidikan tinggi berkelanjutan (Utomo, 2007)

6. Program Digital Mapping “SIHATI”

Program digital mapping “SIHATI” merupakan program yang dibuat untuk

memberikan visualisasi persebaran pohon yang sudah diamati diseluruh zona

pengamatan di Kampus UNS Kentingan. Program ini diberi nama “SIHATI”

dimana merupakan singkatan dari Sistem Keanekaragaman Hayati. Program ini merupakan konversi data yang didapatkan secara acak yang jumlahnya mencapai ribuan ke dalam pemetaan pohon sesuai koordinat lokasinya di dalam layanan

google earth. Selain melihat posisi secara visual di dalam peta, melalui program ini pengamatan tiap zona akan lebih mudah. Data yang bisa di amati adalah macam jenis pohon yang ada, jumlah masing masing jenis pohon, visualisasi gambar pohon serta klasifikasi pohon yang diamati. Program ini juga dilengkapi dengan sistem pencarian pohon yang diharapkan, dimana program ini akan menunjukkan persebaran tanaman yang bersangkutan, jumlahnya, persebaran di masing masing zona, lengkap dengan tinggi, diameter, dan luas basal areanya.


(28)

13

Program digital mapping “SIHATI” ini bisa memiliki beberapa kelebihan,

diantaranya adalah: memberikan data yang akurat kaitanya dengan lokasi koordinat dari vegetasi yang diamati, memberikan data secara rinci dari pohon-pohon yang diamati, memberikan visualisasi pola hubungan antar pohon-pohon, dan bisa diperbaharui sesuai dengan waktu yang diinginkan.

Program digital mapping “SIHATI” ini dibuat dengan menggunakan program

MySQL memanfaatkan sistem localhost sehingga mampu berjalan tanpa jaringan

internet untuk menampilkan data-data dasar vegetasi. Khusus untuk

menampakkan peta, program ini harus terhubung ke google earth sehingga

jaringan internet diperlukan. Untuk dapat menampilkan data secara digital,

dibutuhkan data pengamatan yang sudah dikonversi dalam bentuk excel yang

kemudian diupload ke dalam program digital mapping “SIHATI” ini. Tampilan

dari program ini dirancang semenarik mungkin, dimana sangat memudahkan bagi

siapapun yang mengakses program digital mapping“SIHATI” ini.

B. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1. Kerangka berfikir

Keanekaragaman hayati Vegetasi Tumbuhan Kampus UNS Kentingan

Da ta Ba se Akses Cepat

Digital Mapping “SIHATI”

Efektifitas dan efisiensi pengelolaan kawasan kampus


(29)

14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan April sampai dengan Mei 2013. Tempat penelitian di kampus UNS Kentingan, Jl Ir Sutami 36 A Surakarta seluas 60 hektar. Identifikasi, kuantifikasi dan analisis data dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA UNS Surakarta.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: kamera, rol-meter, haga-meter, sasak, jaring serasah, loupe, mikroskop, anemometer dan lux-meter.

Untuk pembuatan digital mapping “SIHATI” diperlukan komputer, sofware

xampp, MySQL, navicate, mouse dan jaringan internet

Bahan-bahan penelitian meliputi: sampel daun, bunga/buah pohon, kertas koran, herbarium/specimen pembanding dan buku acuan identifikasi.

.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sensus (seluruh anggota vegetasi di kampus UNS Kentingan dijadikan objek pengamatan). Lokasi pengamaan dibagi menjadi 10 zona pengamatan, yaitu:

1. Zona stadion dan sekitarnya yang selanjutnya disebut zona GOR

2. Zona Fakultas Kedokteran-MIPA yang selanjutnya disebut zona FK

3. Zona Fakultas Pertanian yang selanjutnya disebut zona FP

4. Zona Fakultas KIP dan Pascasarjana yang selanjutnya disebut zona FKIP

5. Zona Fakultas Hukum yang selanjutnya disebut zona FH

6. Zona Fakultas Ekonomi dan ISIP yang selanjutnya disebut zona FE dan

FISIP

7. Zona Fakultas Sastra dan sekitarnya yang selanjutnya disebut zona FSSR

8. Zona Fakultas Teknik yang selanjutnya disebut zona FT

9. Zona Gedung Pusat-Perpustakaan dan sekitarnya yang selanjutnya disebut

zona Kantor Pusat

10.Zona depan kampus (LPPM-PSL dan sekitarnya) yang selanjutnya disebut

zona Boulevard

14


(30)

15

Gambar 3.2. Pembagian zona di kampus UNS Kentingan

Pada ke-10 zona pengamatan dilakukan pengukuran beberapa variabel, meliputi:

1. Luas area zona kajian

2. Data profil vegetasi, meliputi:

a. Jenis pohon; untuk pohon yang belum teridentifikasi diambil

sampelnya, dibuat herbarium dan diidentifikasi di laboratorium

b. Cacah individu pohon

c. Tinggi pohon

d. luas basal area; diukur berdasar diameter batang setinggi dada dengan

cara mengukur lingkaran pohon, kemudian dihitung : Diameter = keliling pohon/3.14 (Dharmono, 2007).

D. Prosedur Penelitian


(31)

16

Membagi kampus UNS Kentingan menjadi 10 zona pengamatan, yaitu:

a. Zona stadion dan sekitarnya yang selanjutnya disebut zona GOR

dengan luas 8.65 hektar.

b. Zona Fakultas Kedokteran-MIPA yang selanjutnya disebut zona FK

dengan luas 7.01 hektar.

c. Zona Fakultas Pertanian yang selanjutnya disebut zona FP dengan luas

6.40 hektar.

d. Zona Fakultas KIP dan Pascasarjana yang selanjutnya disebut zona

FKIP dengan luas 6.83 hektar.

e. Zona Fakultas Hukum yang selanjutnya disebut zona FH dengan luas

3.89 hektar.

f. Zona Fakultas Ekonomi dan ISIP yang selanjutnya disebut zona FE dan

FISIP dengan luas 4.10 hektar

g. Zona Fakultas Sastra dan sekitarnya yang selanjutnya disebut zona

FSSR dengan luas 3.63 hektar.

h. Zona Fakultas Teknik yang selanjutnya disebut zona FT dengan luas

7.14 hektar

i. Zona Gedung Pusat-Perpustakaan dan sekitarnya yang selanjutnya

disebut zona Kantor Pusat dengan luas 7.39 hektar.

j. Zona depan kampus (LPPM-PSL dan sekitarnya) yang selanjutnya

disebut zona Boulevard dengan luas 4.15 hektar.

2. Pengamatan dan inventarisasi vegetasi masing-masing zona dengan

memperhatikan beberapa hal berikut:

a. Jenis pohon; untuk pohon yang belum teridentifikasi diambil

sampelnya, dibuat herbarium dan diidentifikasi di laboratorium

b. Cacah individu pohon

c. Tinggi pohon

d. Luas basal area; diukur berdasar diameter batang setinggi dada dengan

cara mengukur lingkaran pohon, kemudian dihitung : Diameter = keliling pohon/3.14.

3. Melakukan analisis vegetasi

Pada masing-masing zona pengamatan dilakukan analisis vegetasi. Metode analisis menggunakan parameter kuantitatif yang mengacu kepada Kusmana (1997). Rumus yang digunakan dalam penentuan struktur dan komposisi vegetasi hutan kota:

a. Kerapatan (ind/ha) = Jumlah individu suatu jenis

Luas area unit sampling (m /ha)

b. Kerapatan Relatif (%) = Total cacah individu suatu jenis x l00%

Total cacah individu seluruh spesies

c. Dominansi (cm²/ha) = Luas bidang dasar suatu jenis

Luas area unit sampling (m /ha)


(32)

17

d. Dominansi Relatif (%) = Luas bidang dasar suatu jenis x100%

Luas bidang dasar seluruh jenis

e. Frekuensi = Jumlah plot ditemukannya species

Jumlah seluruh plot contoh

f. Frekuensi Relatif (%) = Frekuensi suatu jenis x100%

Total frekuensi seluruh jenis

g. Indeks Nilai Penting (INP) = KR + DR + FR

Indeks Nilai penting merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif, yang berkisar antara 0 dan 300.

h. Indeks Keanekaragaman

H’ = -∑ [( -- )] ln[( -- )] Keterangan :

H' = indeks keanekaragaman; ni = nilai penting dari setiap spesies; N = total nilai penting (Ludwig and Reynold, 1988).

4. Melengkapi analisis vegetasi dengan mengelompokkan pohon berdasarkan

stadiumnya, meliputi:

a. Trees yaitu pohon yang memiliki diameter lebih dari 10 cm. Dibagi

menjadi small trees (10 cm – 35 cm) dan big trees (diatas 35 cm)

b. Sa pling yaitu pohon yang memiliki diameter kurang dari 10 cm.,

sedangkan semai (seedling) dimasukkan kedalam kelompok ini.

5. Membuat komputerisasi sebaran vegetasi UNS dengan membuat program

digital mapping “SIHATI” agar mudah dibaca oleh khalayak umum, adapun proses pembuatannya meliputi:

a. Menginstall aplikasi xampp untuk menjalankan mySQL dan apache

b. Membuat program digital mapping “SIHATI” dengan sistem localhost,

sehingga program mampu berjalan meskipun tanpa jaringan internet.

c. Mencari template untuk penampilan program digital mapping

“SIHATI” dan menyesuaikannya dengan kebutuhan yang akan ditampilkan.

d.

Gambar3.3. Tampilan menu tampilan untuk program digital mapping

“SIHATI”

n i=1

ni N

ni N


(33)

18

e. Memperbaiki tampilan dengan gambar berjalan dan menu sesuai zona

Gambar 3.4. Tampilan halaman pembuka program digital mapping

“SIHATI”

f. Menginput semua data pengamatan dilapangan ke dalam bentuk excell.

g.

Gambar 3.5. Tampilan data pengamatan yang dimasukkan program excell

h. Membuat klasifikasi species yang telah diamati dalam bentuk excell.

Gambar 3.6. Tampilan klasifikasi species yang dimasukkan program excel

i. Mengubah file dari format excel ke bentuk csv

j. Mengunggah file csv tersebut melalui navicate lite yang sudah

dihubungkan dengan program mySQL yang sudah dijalankan


(34)

19

k. Menjalankan xampp dan membuka localhost

Gambar 3.8. Tampilan mySQL dan apache yang dijalankan lewat xampp

l. Menjalankan program, sesuai dengan data yang diinginkan

Gambar 3.9. Tampilan peta pohon yang ada di area UNS kentingan

surakarta setelah dijalankan dengan program “SIHATI”

m. Membuat tampilan warna pohon sesuai dengan kategorinya. Yaitu

warna biru untuk sapling, warna hijau untuk small trees , warna kuning

untuk yang big trees


(35)

20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.

Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petak-petak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut Soerianegara (1974) petak-petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau dengan metode tanpa petak. Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu.

Sebagian area Kampus UNS Kentingan merupakan salah satu hutan kota yang ada di Kota Surakarta. Secara morfologi, wilayah Kampus UNS Kentingan terdiri atas relief yang tidak begitu rata, terdapat wilayah datar, lembah dan juga bukit yang sebagian besar ditutupi oleh pepohonan dan juga bangunan kampus. Banyaknya vegetasi yang berada di lingkungan kampus ini memberikan arti penting dalam hal estetika, kesehatan, edukasi maupun memberikan semangat kerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Area kampus juga

membutuhkan daya lingkungan untuk menunjang proses pembelajaran.

Produktivitas di bidang akademik juga bisa didukung jika populasi, keragaman dan vegetasi yang ada ditata dengan baik.

Penelitian yang dilakukan dengan pengamatan pada sepuluh zona di Kampus UNS Kentingan menghasilkan data yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa area Kampus UNS Kentingan merupakan daerah hijau yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi ditandai dengan nilai indeks keanekaragaman simpson 0,94. Komposisi vegetasi di area Kampus UNS Kentingan tersusun dari pohon, perdu berupa tanaman hias dan tanaman liar dengan total jenis pohon di area tersebut adalah 151 jenis. Adapun kerapatan,

20


(36)

21

dominansi dan indeks nilai penting pohon di area pengamatan dijelaskan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Kerapatan, dominansi dan INP tumbuhan di Kampus UNS Kentingan

No Nama local Nama Ilmiah Jum lah Big Trees Small Trees Sa pling Kera patan

KR Domi Nansi

DR FR INP

1 Jati Tectona grandis 1234 89 260 885 20.85 14.55% 50,850.29 2.68% 1.72% 18.95% 2 Mahoni Swietenia mahagoni 1007 111 149 747 17.01 11.88% 62,106.40 3.27% 1.72% 16.87% 3 Angsana P terocarpus indicus 804 637 111 56 13.58 9.48% 624,710.02 32.90% 1.72% 44.10% 4 Flam boy an Delonix regia 556 32 90 434 9.39 6.56% 18,721.83 0.99% 1.72% 9.26% 5 Glodokan P olyaltia longifolia 529 14 108 407 8.94 6.24% 646,093.07 34.03% 1.72% 41.99% 6 Akasia Acasia auriculiformis 296 138 118 40 5.00 3.49% 62,584.13 3.30% 1.72% 8.51% 7 Kere Pay ung F ilicium desipiens 292 45 208 39 4.93 3.44% 26,910.33 1.42% 1.72% 6.58% 8 Mangga Mangifera indica 221 6 43 172 3.73 2.61% 5,034.33 0.27% 1.72% 4.59% 9 Ketapang Terminalia catappa 174 11 96 67 2.94 2.05% 26,131.63 1.38% 1.72% 5.15% 10 Jam bu Air Eugenia aquea 143 1 16 126 2.42 1.69% 1,622.95 0.09% 1.55% 3.32% 11 Asam Londo P ithecelobium dulce 134 80 43 11 2.26 1.58% 48,099.94 2.53% 1.72% 5.83% 12 Sawo Manila Manilkara zapota 130 0 58 72 2.20 1.53% 1,557.14 0.08% 1.55% 3.17% 13 Johar Senna siamena 128 31 76 21 2.16 1.51% 147,582.77 7.77% 1.72% 11.00% 14 Kelengkeng Dimocarpus longan 105 3 8 94 1.77 1.24% 1,462.02 0.08% 1.20% 2.52% 15 Pule Alstonia scholaris 100 3 29 68 1.69 1.18% 2,637.89 0.14% 1.38% 2.70% 16 Asam Raksasa Kigelia pinnata 95 7 40 48 1.61 1.12% 4,612.86 0.24% 1.20% 2.56% 17 Beringin F icus benjamina 93 25 21 47 1.57 1.10% 29,531.37 1.56% 1.72% 4.37% 18 Tabebuy a Tabebuia chrysotricha 92 0 70 22 1.55 1.08% 2,332.38 0.12% 0.52% 1.73% 19 Talok Muntingia calbura 88 2 53 33 1.49 1.04% 3,126.56 0.16% 1.72% 2.92% 20 Kesam bi Schleichera oleosa 80 7 9 64 1.35 0.94% 5,031.43 0.26% 0.52% 1.73% 21 Tanj ung Mimusops elengi 79 3 36 40 1.33 0.93% 2,791.95 0.15% 1.55% 2.63% 22 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea 78 4 33 41 1.32 0.92% 2,325.26 0.12% 1.20% 2.24% 23 Biola Cantik F icus lyrata 78 2 14 62 1.32 0.92% 1,889.32 0.10% 1.38% 2.40% 24 Gam al Gliricidia sepium 75 24 38 13 1.27 0.88% 9,445.36 0.50% 0.86% 2.24% 25 Bungur Lagerstromeia speciosa 72 13 32 27 1.22 0.85% 5,412.80 0.29% 0.69% 1.82% 26 Kenitu Chrysophylum cainito 67 0 9 58 1.13 0.79% 376.67 0.02% 1.55% 2.36% 27 karet kebo F icus elastica 65 4 11 50 1.10 0.77% 5,579.60 0.29% 1.03% 2.09% 28 Lam toro Leucaena glauca 65 0 28 37 1.10 0.77% 1,413.76 0.07% 0.86% 1.70% 29 Ny am plung Calophyllum inophyllum 61 0 5 56 1.03 0.72% 420.29 0.02% 1.03% 1.77% 30 Sengon P araserianthes falcataria 60 13 19 28 1.01 0.71% 13,710.77 0.72% 0.86% 2.29% 31 Dadap Merah Erythrina cristagali 55 0 28 27 0.93 0.65% 1,006.26 0.05% 0.69% 1.39% 32 Petai Cina P arkia speciosa 53 6 21 26 0.90 0.62% 4,385.67 0.23% 0.34% 1.20% 33 Cem ara Gunung Casuarina equisetifolia 52 21 9 22 0.88 0.61% 8,972.40 0.47% 1.03% 2.12% 34 Cem ara Thuja orientalis 49 2 23 24 0.83 0.58% 1,499.08 0.08% 1.38% 2.04% 35 gay am Inocarpus fagiferus 47 0 0 47 0.79 0.55% 2,267.09 0.12% 1.03% 1.70% 36 Trem besi Albizia saman 46 13 14 19 0.78 0.54% 11,639.48 0.61% 1.38% 2.54%

37 Lindri Lindri 46 15 11 20 0.78 0.54% 6,482.63 0.34% 1.55% 2.43%

38 Ram butan Nephelium lappaceum 45 1 4 40 0.76 0.53% 641.41 0.03% 1.03% 1.59% 39 Mirip Cokelat Mirip Cokelat 44 0 8 36 0.74 0.52% 252.39 0.01% 0.86% 1.39%

40 Melinj o Gnetum gnemon 40 0 9 31 0.68 0.47% 493.29 0.03% 0.86% 1.36%

41 Mirip Pule Mirip P ule 39 0 2 37 0.66 0.46% 115.53 0.01% 0.69% 1.16%

42 Sawo Kecik Manilkara kauki 38 0 5 33 0.64 0.45% 353.42 0.02% 0.69% 1.16%

43 Kay u Putih Melaleuca leucadendron 36 3 8 25 0.61 0.42% 1,006.69 0.05% 0.52% 1.00% 44 Mirip Gay am Mirip Gayam 34 3 4 27 0.57 0.40% 1,605.32 0.08% 1.03% 1.52% 45 Nangka Artocarpus heterophyllus 33 4 9 20 0.56 0.39% 1,385.65 0.07% 1.20% 1.66%

46 Matoa P ometia pinnata 33 0 3 30 0.56 0.39% 185.53 0.01% 1.20% 1.60%

47 Jam bu Bij i P sidium guajava 32 0 5 27 0.54 0.38% 199.69 0.01% 1.03% 1.42% 48 Sukun Artocarpus communis 30 1 5 24 0.51 0.35% 458.73 0.02% 1.38% 1.76%

49 Salam Syzygium polyanthum 30 0 3 27 0.51 0.35% 180.38 0.01% 0.86% 1.22%

50 Jati Belanda Guazuma ulmifolia 28 20 6 2 0.47 0.33% 6,785.41 0.36% 1.03% 1.72% 51 Kepuh Sterculia foetida 27 2 13 12 0.46 0.32% 1,213.52 0.06% 0.86% 1.24% 52 Belim bing Averrhoa carambola 27 0 10 17 0.46 0.32% 59.41 0.03% 1.20% 1.55% 53 Cem ara Gim bal Araucaria sp. 26 2 17 7 0.44 0.31% 1,396.59 0.07% 0.52% 0.90% 54 Nam -nam Cynometra cauliflora 24 0 4 20 0.41 0.28% 82.83 0.01% 1.03% 1.32%

55 Keben Baringtonia asiatica 23 2 6 15 0.39 0.27% 23.04 0.04% 1.38% 1.69%

56 Kopi Coffea sp. 22 1 0 21 0.37 0.26% 04.54 0.01% 0.17% 0.44%

57 Jabon Antocephalus cadamba 22 0 2 20 0.37 0.26% 35.34 0.01% 0.34% 0.61%

58 Saga Abrus precatorius 21 7 5 9 0.35 0.25% 2,076.83 0.11% 0.34% 0.70%

59 Durian Durio zibethinus 20 0 0 20 0.34 0.24% 2.12 0.00% 0.52% 0.76%

60 Asam Jawa Tamarindus indicus 19 7 5 7 0.32 0.22% 4,988.27 0.26% 0.86% 1.35%

61 Kantil Michellia alba 19 0 5 14 0.32 0.22% 66.77 0.01% 1.20% 1.44%

62 Manggis Garcinia mangostana 19 0 0 19 0.32 0.22% 24.28 0.00% 0.69% 0.92%

63 Petai P arkia speciosa 18 3 3 12 0.30 0.21% 1,691.02 0.09% 0.52% 0.82%

64 Kepel Stelechocarpus burahol 18 0 3 15 0.30 0.21% 34.55 0.01% 0.69% 0.91% 65 Beringin Putih F icus benjamina spp. 16 0 0 16 0.27 0.19% 42.89 0.00% 0.69% 0.88%

66 Sirsak Annona muricata 15 0 5 10 0.25 0.18% 92.23 0.01% 1.03% 1.22%

67 Melanding Leucaena glauca 15 0 1 14 0.25 0.18% 28.99 0.01% 1.03% 1.21%

68 Srikay a Annona squamosa 15 0 0 15 0.25 0.18% 65.79 0.00% 1.03% 1.21%

69 Bisbol Diospyros blancoi 13 0 7 6 0.22 0.15% 45.28 0.04% 0.69% 0.88%

70 Duwet Eugenia cumini 13 1 4 8 0.22 0.15% 41.46 0.02% 1.20% 1.38%

71 Mirip Angsana Mirip Angsana 12 0 9 3 0.20 0.14% 73.65 0.01% 0.17% 0.32%


(1)

J.

Indeks nilai penting di zona FT Kampus UNS Kentingan

No Nama Lokal Nama Latin

Jum lah Big Trees Small Trees Sa pling Kera patan KR

Domi

nansi DR INP

1 Angsana P terocarpus indicus 80 60 16 4 11.20 4.15% 40647.63 35.70% 39.85% 2 Jati Tectona grandis 539 8 49 482 75.49 27.96% 5287.21 4.64% 32.60% 3 Mahoni Swietenia mahagoni 504 7 14 483 70.59 26.14% 5642.08 4.95% 31.10% 4 Glodokan P olyaltia longifolia 140 5 25 110 19.61 7.26% 15716.33 13.80% 21.06% 5 Akasia Acasia auriculiformis 27 13 12 2 3.78 1.40% 6938.64 6.09% 7.49% 6 Beringin F icus benjamina 17 5 4 8 2.38 0.88% 6657.48 5.85% 6.73% 7 Cem ara Gunung Casuarina equisetifolia 24 14 3 7 3.36 1.24% 6200.30 5.44% 6.69% 8 Kere Pay ung F ilicium desipiens 37 7 24 6 5.18 1.92% 2885.82 2.53% 4.45% 9 Gam al Gliricidia sepium 26 6 19 1 3.64 1.35% 2581.61 2.27% 3.62% 10 Asam Londo P ithecelobium dulce 15 8 3 4 2.10 0.78% 2874.32 2.52% 3.30% 11 Jam bu Air Eugenia aquea 57 0 4 53 7.98 2.96% 220.62 0.19% 3.15% 12 Trem besi Albizia saman 13 1 3 9 1.82 0.67% 2803.14 2.46% 3.14% 13 Lam toro Leucaena glauca 42 0 20 22 5.88 2.18% 876.53 0.77% 2.95% 14 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea 28 4 15 9 3.92 1.45% 1656.00 1.45% 2.91% 15 Mangga Mangifera indica 38 0 11 27 5.32 1.97% 518.59 0.46% 2.43% 16 Saga Abrus precatorius 12 6 4 2 1.68 0.62% 1840.17 1.62% 2.24% 17 Biola Cantik F icus lyrata 40 0 1 39 5.60 2.07% 124.16 0.11% 2.18% 18 Ketapang Terminalia catappa 26 1 14 11 3.64 1.35% 912.86 0.80% 2.15% 19 Asam Raksasa Kigelia pinnata 6 2 1 3 0.84 0.31% 1751.31 1.54% 1.85% 20 Pule Alstonia scholaris 32 0 1 31 4.48 1.66% 66.72 0.06% 1.72% 21 Jati Belanda Guazuma ulmifolia 5 3 1 1 0.70 0.26% 1368.93 1.20% 1.46% 22 Sawo Kecik Manilkara kauki 24 0 0 24 3.36 1.24% 55.05 0.05% 1.29% 23 Salam Syzygium polyanthum 19 0 3 16 2.66 0.99% 178.19 0.16% 1.14% 24 Bungur Lagerstromeia speciosa 21 0 1 20 2.94 1.09% 59.43 0.05% 1.14% 25 Lindri Lindri 4 3 0 1 0.56 0.21% 818.66 0.72% 0.93% 26 Flam boy an Lagerstromeia speciosa 10 0 7 3 1.40 0.52% 340.19 0.30% 0.82% 27 Species I Species I 1 0 1 0 0.14 0.05% 826.10 0.73% 0.78% 28 Sawo Manila Manilkara zapota 12 0 5 7 1.68 0.62% 157.37 0.14% 0.76% 29 Johar Senna siamena 13 5 4 4 1.82 0.67% 90.76 0.08% 0.75% 30 Talok Muntingia calbura 10 0 6 4 1.40 0.52% 213.62 0.19% 0.71% 31 Daun Suplir Daun Suplir 5 1 4 0 0.70 0.26% 466.40 0.41% 0.67% 32 Tanj ung Mimusops elengi 5 1 3 1 0.70 0.26% 325.44 0.29% 0.55% 33 Species G Species G 1 1 0 0 0.14 0.05% 538.73 0.47% 0.52% 34 Keluwih Artocarpus altilis 7 0 4 3 0.98 0.36% 103.84 0.09% 0.45% 35 Species F Species F 7 3 4 0 0.98 0.36% 78.54 0.07% 0.43% 36 Belim bing Averrhoa carambola 8 0 0 8 1.12 0.41% 15.04 0.01% 0.43% 37 Mirip Daun Suplir Mirip Daun Suplir 2 2 0 0 0.28 0.10% 369.19 0.32% 0.43% 38 Mirip Akasia Mirip Akasia 2 2 0 0 0.28 0.10% 307.62 0.27% 0.37% 39 Mirip Lerak Mirip Lerak 1 1 0 0 0.14 0.05% 292.11 0.26% 0.31% 40 Jam bu Bij i P sidium guajava 4 0 2 2 0.56 0.21% 86.44 0.08% 0.28% 41 Kenari Canarium ovatum 1 1 0 0 0.14 0.05% 250.44 0.22% 0.27% 42 Mengkudu Morinda citrifolia 3 0 2 1 0.42 0.16% 105.98 0.09% 0.25% 43 Kantil Michellia alba 4 0 1 3 0.56 0.21% 25.49 0.02% 0.23% 44 Melinj o Gnetum gnemon 4 0 0 4 0.56 0.21% 5.68 0.00% 0.21% 45 Ny am plung Calophyllum inophyllum 4 0 0 4 0.56 0.21% 4.44 0.00% 0.21% 46 Mundu Garcinia dulcis 3 0 2 1 0.42 0.16% 54.25 0.05% 0.20% 47 Sukun Artocarpus communis 1 1 0 0 0.14 0.05% 152.37 0.13% 0.19% 48 Beringin Putih F icus benjamina spp. 3 0 0 3 0.42 0.16% 19.82 0.02% 0.17% 49 Matoa P ometia pinnata 3 0 0 3 0.42 0.16% 18.76 0.02% 0.17% 50 Cem ara Thuja orientalis 3 0 0 3 0.42 0.16% 3.58 0.00% 0.16% 51 Nam -nam Cynometra cauliflora 2 0 1 1 0.28 0.10% 42.53 0.04% 0.14% 52 Duwet Eugenia cumini 2 0 1 1 0.28 0.10% 23.89 0.02% 0.12% 53 Ram butan Nephelium lappaceum 2 0 1 1 0.28 0.10% 18.92 0.02% 0.12% 54 Mirip Pule Mirip P ule 2 0 2 0 0.28 0.10% 18.71 0.02% 0.12% 55 Kelengkeng Dimocarpus longan 2 0 0 2 0.28 0.10% 9.46 0.01% 0.11% 56 Mirip Gay am Mirip Gayam 2 0 0 2 0.28 0.10% 6.87 0.01% 0.11% 57 Keben Baringtonia asiatica 2 0 0 2 0.28 0.10% 5.62 0.00% 3.62% 58 Mirip Trem besi Mirip Trembesi 2 0 1 1 0.28 0.10% 3.22 0.00% 3.30% 59 Durian Durio zibethinus 2 0 0 2 0.28 0.10% 2.46 0.00% 3.15% 60 Jeruk Citrus sp. 2 0 0 2 0.28 0.10% 1.66 0.00% 3.14% 61 Tabebuy a Tabebuia chrysotricha 2 0 0 2 0.28 0.10% 0.20 0.00% 2.95% 62 Randu Ceiba petandra 1 0 1 0 0.14 0.05% 57.70 0.05% 2.91% 63 Species D Species D 1 0 1 0 0.14 0.05% 41.42 0.04% 2.43% 64 Mirip Cokelat Mirip Cokelat 1 0 1 0 0.14 0.05% 38.75 0.03% 2.24% 65 species H species H 1 0 1 0 0.14 0.05% 20.58 0.02% 2.18% 66 Kedondong Spondias dulcis 1 0 1 0 0.14 0.05% 16.93 0.01% 2.15% 67 Srikay a Annona squamosa 1 0 0 1 0.14 0.05% 7.52 0.01% 1.85% 68 Karet Hevea brasiliensis 1 0 0 1 0.14 0.05% 5.39 0.00% 1.72% 69 Species J Species J 1 0 0 1 0.14 0.05% 5.39 0.00% 1.46% 70 Mirip Flam boy an Mirip F lamboyan 1 0 0 1 0.14 0.05% 4.45 0.00% 1.29% 71 Mirip Kantil Mirip Kantil 1 0 0 1 0.14 0.05% 4.45 0.00% 1.14% 72 Belim bing Wuluh Averrhoa bilimbi 1 0 0 1 0.14 0.05% 1.35 0.00% 1.14% 73 Kem uning Murraya paniculata 1 0 0 1 0.14 0.05% 0.90 0.00% 0.93% 74 Kepuh Sterculia foetida 1 0 0 1 0.14 0.05% 0.10 0.00% 0.82%


(2)

K.

Indeks nilai penting di zona GOR Kampus UNS Kentingan

No Nama Lokal Nama Latin

Jum lah Big Trees Small Trees Sa pling Kera patan KR

Domi

nansi DR INP

1 Johar Senna siamena 34 9 24 1 3.93 4.52% 138008.21 74.70% 79.22% 2 Jati Tectona grandis 179 2 63 114 20.69 23.77% 2842.51 1.54% 25.31% 3 Angsana P terocarpus indicus 67 53 10 4 7.75 8.90% 22398.94 12.12% 21.02% 4 Mahoni Swietenia mahagoni 118 5 2 111 13.64 15.67% 1545.33 0.84% 16.51% 5 Akasia Acasia auriculiformis 59 24 28 7 6.82 7.84% 7194.30 3.89% 11.73% 6 Ny am plung Calophyllum inophyllum 24 0 3 21 2.77 3.19% 130.50 0.07% 3.26% 7 Asam Londo P ithecelobium dulce 11 5 5 1 1.27 1.46% 2113.23 1.14% 2.60% 8 Flam boy an Delonix regia 18 0 13 5 2.08 2.39% 356.06 0.19% 2.58% 9 Kere Pay ung F ilicium desipiens 15 0 14 1 1.73 1.99% 731.73 0.40% 2.39% 10 Beringin F icus benjamina 12 1 1 10 1.39 1.59% 735.77 0.40% 1.99% 11 Mangga Mangifera indica 14 0 1 13 1.62 1.86% 59.20 0.03% 1.89% 12 Sawo Manila Manilkara zapota 14 0 2 12 1.62 1.86% 52.98 0.03% 1.89% 13 Asam Jawa Tamarindus indicus 6 4 2 0 0.69 0.80% 1868.98 1.01% 1.81% 14 Lindri Lindri 11 2 4 5 1.27 1.46% 549.43 0.30% 1.76% 15 Asam Raksasa Kigelia pinnata 9 4 2 3 1.04 1.20% 883.83 0.48% 1.67% 16 Bungur Lagerstromeia speciosa 9 1 5 3 1.04 1.20% 430.00 0.23% 1.43% 17 Pule Alstonia scholaris 9 0 2 7 1.04 1.20% 98.25 0.05% 1.25% 18 Glodokan P olyaltia longifolia 9 0 0 9 1.04 1.20% 5.02 0.00% 1.20% 19 Jati Belanda Guazuma ulmifolia 5 4 1 0 0.58 0.66% 967.73 0.52% 1.19% 20 Beringin Putih F icus benjamina spp. 8 0 0 8 0.92 1.06% 4.83 0.00% 1.07% 21 Jam bu Air Eugenia aquea 8 0 1 7 0.92 1.06% 2.98 0.00% 1.06% 22 Asam Cina Tamarindus indicus 4 1 3 0 0.46 0.53% 881.74 0.48% 1.01% 23 Sukun Artocarpus communis 7 0 1 6 0.81 0.93% 21.10 0.01% 0.94% 24 Matoa P ometia pinnata 7 0 0 7 0.81 0.93% 2.78 0.00% 0.93% 25 Trem besi Albizia saman 2 1 1 0 0.23 0.27% 1217.96 0.66% 0.92% 26 Biola Cantik F icus lyrata 4 1 0 3 0.46 0.53% 632.05 0.34% 0.87% 27 Mirip Gay am Mirip Gayam 6 0 0 6 0.69 0.80% 2.34 0.00% 0.80% 28 Tanj ung Mimusops elengi 6 0 0 6 0.69 0.80% 1.75 0.00% 0.80% 29 Sawo Kecik Manilkara kauki 5 0 0 5 0.58 0.66% 6.71 0.00% 0.67% 30 Dadap Merah Erythrina cristagali 4 0 4 0 0.46 0.53% 69.19 0.04% 0.57% 31 Petai P arkia speciosa 4 0 1 3 0.46 0.53% 35.69 0.02% 0.55% 32 Ketapang Terminalia catappa 4 0 1 3 0.46 0.53% 19.83 0.01% 0.54% 33 Srikay a Annona squamosa 4 0 0 4 0.46 0.53% 11.36 0.01% 0.54% 34 Duwet Eugenia cumini 4 0 0 4 0.46 0.53% 2.33 0.00% 0.53% 35 Kay u Putih Melaleuca leucadendron 3 0 3 0 0.35 0.40% 124.56 0.07% 0.47% 36 Waru Hibiscus tiliaceus 2 1 0 1 0.23 0.27% 268.84 0.15% 0.41% 37 Nangka Artocarpus heterophyllus 3 0 0 3 0.35 0.40% 8.87 0.00% 0.40% 38 Manggis Garcinia mangostana 3 0 0 3 0.35 0.40% 2.88 0.00% 0.40% 39 Randu Ceiba petandra 3 0 0 3 0.35 0.40% 2.25 0.00% 0.40% 40 Salam Syzygium polyanthum 3 0 0 3 0.35 0.40% 0.89 0.00% 0.40% 41 Keben Baringtonia asiatica 2 1 0 1 0.23 0.27% 167.53 0.09% 0.36% 42 Ram butan Nephelium lappaceum 2 0 0 2 0.23 0.27% 5.89 0.00% 0.27% 43 Jam bu Bij i P sidium guajava 2 0 0 2 0.23 0.27% 3.31 0.00% 0.27% 44 Jam bu Dersono Syzygium malaccense 2 0 0 2 0.23 0.27% 3.27 0.00% 0.27% 45 Kelengkeng Dimocarpus longan 2 0 1 1 0.23 0.27% 2.52 0.00% 0.27% 46 Mertega Diospyros philippensis 2 0 0 2 0.23 0.27% 1.91 0.00% 0.27% 47 Kantil Michellia alba 2 0 0 2 0.23 0.27% 1.15 0.00% 0.27% 48 Kenitu Chrysophylum cainito 2 0 0 2 0.23 0.27% 0.78 0.00% 0.27% 49 Durian Durio zibethinus 2 0 0 2 0.23 0.27% 0.66 0.00% 0.27% 50 Kepel Stelechocarpus burahol 2 0 0 2 0.23 0.27% 0.62 0.00% 0.27% 51 Wuni Antidesma bunius 1 0 1 0 0.12 0.13% 91.88 0.05% 0.18% 52 Lam toro Leucaena glauca 1 0 1 0 0.12 0.13% 66.38 0.04% 0.17% 53 Berduri Berduri 1 0 1 0 0.12 0.13% 47.63 0.03% 0.16% 54 Bulu Bulu 1 0 1 0 0.12 0.13% 23.90 0.01% 0.15% 55 Belim bing Averrhoa carambola 1 0 1 0 0.12 0.13% 13.97 0.01% 0.14% 56 Talok Muntingia calbura 1 0 0 1 0.12 0.13% 8.27 0.00% 0.14% 57 Mirip Pule Mirip P ule 1 0 0 1 0.12 0.13% 5.74 0.00% 0.14% 58 Jeruk Citrus sp. 1 0 0 1 0.12 0.13% 1.55 0.00% 0.13% 59 Sirsak Annona muricata 1 0 0 1 0.12 0.13% 1.32 0.00% 0.13% 60 Kam boj a P lumeria alba 1 0 0 1 0.12 0.13% 0.59 0.00% 0.13% 61 Mlanding Leucaena glauca 1 0 0 1 0.12 0.13% 0.59 0.00% 0.13% 62 Wahy u tum urun Wahyu tumurun 1 0 0 1 0.12 0.13% 0.59 0.00% 0.13%


(3)

L.

Indeks nilai penting di zona Kantor Pusat Kampus UNS Kentingan

No Nama Lokal Nama Latin

Jum lah

Big Trees

Small Trees

Sa pling

Kera patan KR

Domi

nansi DR INP

1 Angsana P terocarpus indicus 166 129 22 15 22.46 20.47% 57239.07 56.61% 77.07% 2 Mahoni Swietenia mahagoni 58 25 18 15 7.85 7.15% 8406.57 8.31% 15.47% 3 Jati Tectona grandis 40 14 20 6 5.41 4.93% 7782.92 7.70% 12.63% 4 Bungur Lagerstromeia speciosa 39 11 26 2 5.28 4.81% 4563.88 4.51% 9.32% 5 Akasia Acasia auriculiformis 26 16 7 3 3.52 3.21% 5243.92 5.19% 8.39% 6 Tabebuy a Tabebuia chrysotricha 58 0 42 16 7.85 7.15% 911.89 0.90% 8.05% 7 Kere Pay ung F ilicium desipiens 40 4 33 3 5.41 4.93% 2643.87 2.61% 7.55% 8 Glodokan P olyaltia longifolia 57 0 7 50 7.71 7.03% 246.07 0.24% 7.27% 9 Karet kebo F icus elastica 26 0 8 18 3.52 3.21% 1776.37 1.76% 4.96% 10 Asam Londo P ithecelobium dulce 13 7 3 3 1.76 1.60% 3015.20 2.98% 4.58% 11 Cem ara Thuja orientalis 28 2 17 9 3.79 3.45% 1096.03 1.08% 4.54% 12 Dadap Merah Erythrina cristagali 30 0 6 24 4.06 3.70% 322.19 0.32% 4.02% 13 Jam bu Air Eugenia aquea 31 0 1 30 4.19 3.82% 96.34 0.10% 3.92% 14 Beringin F icus benjamina 10 3 0 7 1.35 1.23% 1595.24 1.58% 2.81% 15 Kay u Putih Melaleuca leucadendron 18 1 0 17 2.44 2.22% 153.07 0.15% 2.37% 16 Asam Raksasa Kigelia pinnata 17 0 1 16 2.30 2.10% 79.84 0.08% 2.18% 17 Gay am Inocarpus fagiferus 15 0 0 15 2.03 1.85% 13.96 0.01% 1.86% 18 Mirip Angsana Mirip Angsana 12 0 9 3 1.62 1.48% 173.65 0.17% 1.65% 19 Ketapang Terminalia catappa 10 1 2 7 1.35 1.23% 323.98 0.32% 1.55% 20 Asam Jawa Tamarindus indicus 7 1 0 6 0.95 0.86% 557.80 0.55% 1.41% 21 Flam boy an Delonix regia 5 3 1 1 0.68 0.62% 784.95 0.78% 1.39% 22 Talok Muntingia calbura 10 0 3 7 1.35 1.23% 148.12 0.15% 1.38% 23 Cem ara Gunung Casuarina equisetifolia 4 3 1 0 0.54 0.49% 816.65 0.81% 1.30% 24 Johar Senna siamena 5 2 1 2 0.68 0.62% 552.35 0.55% 1.16% 25 Kantil Michellia alba 5 0 0 5 0.68 0.62% 552.35 0.55% 1.16% 26 Mangga Mangifera indica 7 0 2 5 0.95 0.86% 97.81 0.10% 0.96% 27 Waru Hibiscus tiliaceus 4 0 4 0 0.54 0.49% 399.48 0.40% 0.89% 28 Cem ara Gim bal Araucaria sp. 3 2 1 0 0.41 0.37% 497.51 0.49% 0.86% 29 Mirip Mertego Mirip Mertego 6 0 0 6 0.81 0.74% 1.05 0.00% 0.74% 30 Kepel Stelechocarpus burahol 5 0 2 3 0.68 0.62% 88.00 0.09% 0.70% 31 Nam -nam Cynometra cauliflora 5 0 0 5 0.68 0.62% 6.10 0.01% 0.62% 32 Mirip Gay am Mirip Gayam 5 0 0 5 0.68 0.62% 3.72 0.00% 0.62% 33 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea 4 0 0 4 0.54 0.49% 17.60 0.02% 0.51% 34 Sawo Manila Manilkara zapota 3 0 2 1 0.41 0.37% 131.05 0.13% 0.50% 35 Mertega Diospyros philippensis 4 0 0 4 0.54 0.49% 2.26 0.00% 0.50% 36 Kenitu Chrysophylum cainito 3 0 0 3 0.41 0.37% 1.60 0.00% 0.37% 37 Bisbol Diospyros blancoi 3 0 0 3 0.41 0.37% 1.17 0.00% 0.37% 38 Trem besi Albizia saman 1 1 0 0 0.14 0.12% 245.21 0.24% 0.37% 39 Sirsak Annona muricata 2 0 2 0 0.27 0.25% 77.45 0.08% 0.32% 40 Lindri Lindri 2 0 1 1 0.27 0.25% 57.44 0.06% 0.30% 41 Tanj ung Mimusops elengi 2 0 0 2 0.27 0.25% 14.42 0.01% 0.26% 42 Duwet Eugenia cumini 1 1 0 0 0.14 0.12% 137.32 0.14% 0.26% 43 Keben Baringtonia asiatica 2 0 0 2 0.27 0.25% 12.14 0.01% 0.26% 44 Biola Cantik F icus lyrata 2 0 0 2 0.27 0.25% 7.51 0.01% 0.25% 45 Fam ily My rtaceae F amily Myrtaceae 1 0 1 0 0.14 0.12% 127.77 0.13% 0.25% 46 Mirip Sukun Mirip Sukun 2 0 0 2 0.27 0.25% 0.48 0.00% 0.25% 47 Gam al Gliricidia sepium 1 0 1 0 0.14 0.12% 41.34 0.04% 0.16% 48 Kakao Theobroma Cacao 1 0 1 0 0.14 0.12% 19.88 0.02% 0.14% 49 Nangka Artocarpus heterophyllus 1 0 1 0 0.14 0.12% 11.71 0.01% 0.13% 50 Jabon Antocephalus cadamba 1 0 0 1 0.14 0.12% 9.04 0.01% 0.13% 51 Nusa Indah Mussaenda phillipica 1 0 0 1 0.14 0.12% 8.43 0.01% 0.13% 52 Jarak J atropha curcas 1 0 0 1 0.14 0.12% 1.55 0.00% 0.12% 53 Belim bing Wuluh Averrhoa bilimbi 1 0 0 1 0.14 0.12% 0.69 0.00% 0.12% 54 Mirip Kopi Mirip Kopi 1 0 0 1 0.14 0.12% 0.69 0.00% 0.12% 55 Mirip Mahoni Mirip Mahoni 1 0 0 1 0.14 0.12% 0.27 0.00% 0.12% 56 Mirip Matoa Mirip Matoa 1 0 0 1 0.14 0.12% 0.27 0.00% 0.12% 57 Mirip Ram butan Mirip Rambutan 1 0 0 1 0.14 0.12% 0.27 0.00% 0.12% 58 Mirip Beringin Mirip Beringin 1 0 0 1 0.14 0.12% 0.17 0.00% 0.12% 59 Cim pedak Artocarpus champeden 1 0 0 1 0.14 0.12% 0.10 0.00% 0.12% 60 Ram butan Nephelium lappaceum 1 0 0 1 0.14 0.12% 0.10 0.00% 0.12%


(4)

Lampiran 2.

Foto Alat dan Kegiatan Penelitian

Lup

Peta UNS

Kentingan

Mengukur

diameter

Mengukur

tinggi pohon

Identifikasi

GPS

Kamera

Rol Meter

Mikroskop

Haga Meter


(5)

Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.

IDENTITAS

Nama

: Triyadi, S.Pd

Tempat/tanggal lahir : Wonogiri, 14 Januari 1985

Warga Negara

: Indonesia

Agama

: Islam

Alamat

: Randusari, Rt 01/07, Doho, Girimarto, Wonogiri,

Jawa Tengah

Email

:

akh_triyadi@yahoo.com

Telepon

: 085725062141

Pendidikan Terakhir : S1 Pendidikan Biologi FKIP UNS

B.

PENGALAMAN KERJA

Guru SDII Al Abidin Surakarta

2008

Sekarang

Ketua Divisi Kurikulum dan Litbang Yayasan

2012

sekarang

Al Abidin

Ketua Bidang Pendidikan Pesma Ar Royyan UNS

2010

Sekarang

C.

PENGALAMAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI

Profil Ketuntasan Belajar Ditinjau dari Pendidikan

Skripsi

Somatis Auditori Visual Intelektual

dan

P roblem

Based Learning

Terhadap Kualitas Hasil Belajar


(6)

Lampiran 4. Surat Pernyataan

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama

: Triyadi

NIM

: S901008019

Program Studi : Biosain

Pembimbing : 1. Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si

2. Drs. Marsusi, M.S., Ph.D

Dengan ini menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul Analisis Struktur dan Komposisi

Vegetasi Kampus UNS Kentingan Surakarta dengan Program

Digital Mapping

“SIHATI”.

adalah bagian dari pcnelitian yang berjudul "Studi Keanekaragaman Hayati di Kampus UNS

Kentingan Sebagai Dasar Pengembangan Kampus Konservasi; I. Struktur dan Komposisi Vegetasi"

yang didanai melalui Program Penelitian Hibah Guru Besar UNS tahun 2013 dengan dana sebesar

Rp 30.000.000,00 yang diketuai oleh:

Nama

: Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si

NIP

: 19670430 199203 1 002

Unit Kerja

: Prodi Biosain PPs UNS

Alamat

: Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta

Telp

: 08156858469

Email

: sugiyarto_ys@yahoo.com

Berkenaan dengan hal tersebut, maka untuk hak publikasi di jurnal maupun forum ilmiah adalah

pada tim peneliti. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan tanpa paksaan dari

pihak manapun. Semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, 12 Pebruari 2015

Mahasiswa

Triyadi

NIM. S901008019

Mengetahui

Menyetujui