Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data

27 Data adalah bahan penelitian. Bahan yang dimaksud yaitu bahan jadi dan di dalam bahan itulah terdapat objek penelitian Sudaryanto 1993:3. Data merupakan fenomena lingual khusus yang terkait langsung dengan masalah yang dimaksud. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wacana serat yang diduga mengandung piwulang atau ajaran yang dapat diungkap melalui simbol dan makna pada Serat Sastra Gendhing karya Sultan Agung Hanyakrakusuma. Data tersebut berupa teks-teks tembang yang berupa bait-bait tembang macapat mulai dari pupuh pertama sampai pupuh terakhir yang di dalamnya mengandung ajaran mistis, religius, dan filosofis.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui studi pustaka. Artinya, memperoleh data melalui membaca naskah Serat Sastra Gendhing karya Sultan Agung Hanyakrakusuma. Adapun teknik pembacaannya memanfaatkan teknik heuristik. Metode pembacaan heuristik merupakan cara kerja yang dilakukan oleh pembaca dengan menginterpretasikan teks sastra secara referensial lewat tanda-tanda linguistik Riffaterre dalam Sangidu 2004:19. Setelah data terkumpul kemudian diklasifikasikan sesuai persoalan yang dikaji. Persoalan yang dikaji dalam penelitian ini adalah simbol dan makna, serta ajaran yang terkandung dalam Serat Sastra Gendhing karya Sultan Agung Hanyakrakusuma. 28

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian ini menggunakan teknik kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu dalam mengkaji teks Serat Sastra Gendhing ini mengutamakan tentang simbol dan makna yang terkandung dalam Serat Sastra Gendhing kemudian setelah itu dianalisis dengan menggunakan teori strukturalisme semiotik A. Teeuw. Penelitian teks ini menggunakan metode analisis struktural semiotik untuk mengungkap keterjalinan antarunsur yaitu kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya dalam teks Serat Sastra Gendhing yang mengandung simbol dan makna serta ajaran yang terkandung di dalamnya. Secara teoretis, metode ilmiah untuk mempermudah pemahaman dalam proses pemaknaan dapat dianalisis secara bertahap dan sistematis, yaitu heuristik dan hermeneutik. Pertama-tama dilakukan pembacaan heuristik secara keseluruhan terhadap teks Serat Sastra Gendhing dan kemudian baru dilakukan pembacaan hermeneutik. Adapun metode pembacaan hermeneutik merupakan kelanjutan dari metode pembacaan heuristik, yaitu penafsiran atau interpretasi teks Serat Sastra Gendhing. Selanjutnya, menghubungkan kejadian-kejadian atau peristiwa- peristiwa di dalam teks sastra antara satu dengan lainnya sampai dapat ditemukan makna karya sastra pada sistem sastra yang tertinggi, yaitu makna keseluruhan teks sastra sebagai sistem tanda. Adapun langkah kerja penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. 1 Membaca teks Serat Sastra Gendhing secara heuristik baik perkata, bait, maupun pupuh tembang macapat secara keseluruhan. 29 2 Membaca teks secara hermeneutik untuk mengetahui kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya yang terdapat dalam Serat Sastra Gendhing. 3 Mengklasifikasi lebih rinci data yang termasuk kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya yang terdapat dalam Serat Sastra Gendhing. 4 Mendeskripsikan hasil membaca serta menganalisis simbol dan makna dengan teori strukturalisme semiotik A. Teeuw yang terdapat dalam Serat Sastra Gendhing. 5 Menyimpulkan hasil keseluruhan dari analisis data yang telah dianalisis menggunakan teori strukturalisme semiotik A. Teeuw dari implementasi yang terdapat dalam Serat Sastra Gendhing. 30 BAB IV SIMBOL DAN MAKNA DALAM SERAT SASTRA GENDHING KARYA SULTAN AGUNG HANYAKRAKUSUMA Penelitian ini mengkaji simbol dan makna yang mengandung ajaran dalam dalam Serat Sastra Gendhing karya Sultan Agung Hanyakrakusuma. Untuk mengkaji simbol dalam teks Serat Sastra Gendhing digunakan teori strukturalisme semiotik A. Teeuw, yaitu menggolongkan simbol dalam tiga kode, yaitu 1 kode bahasa, 2 kode sastra, dan 3 kode budaya.

4.1 Kode Bahasa dalam Serat Sastra Gendhing