8
Berdasarkan uraian di atas, Serat Sastra Gendhing karya Sultan Agung Hanyakrakusuma menarik untuk diungkap simbol dan makna serta ajaran-ajaran
yang terkandung di dalamnya.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam penelitian karya sastra Serat Sastra Gendhing mengacu pada pembatasan masalah, yaitu bagaimanakah simbol dan makna yang terdapat dalam
teks Serat Sastra Gendhing karya Sultan Agung Hanyakrakusuma berdasar teori strukturalisme semiotik A. Teeuw?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah mengungkap simbol dan makna yang terdapat dalam teks Serat Sastra
Gendhing karya Sultan Agung Hanyakrakusuma berdasar teori strukturalisme semiotik A. Teeuw.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, yang pertama dari hasil penelitian ini bisa
bermanfaat untuk mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan mengenai teori sastra khususnya teori strukturalisme semiotik. Kedua, dengan penelitian ini
dapat menambah ilmu dan wawasan pembaca, serta menambah khasanah budaya bangsa khususnya perbendaharaan kata sastra Jawa. Ketiga, penelitian ini
9
bermanfaat untuk merangsang minat peneliti lain untuk menggali dan melestarikan karya sastra Jawa.
Secara praktis penelitian ini mempunyai beberapa manfaat. Pembaca dapat memahami makna yang terkandung dalam Serat Sastra Gendhing karya Sultan
Agung Hanyakrakusuma. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi acuan atau bahan ajar untuk meningkatkan ilmu serta menambah wawasan dan cakrawala baru bagi
pembaca serta generasi penerus di masa mendatang karena isi kandungan Serat Sastra Gendhing relevan dengan kehidupan sekarang.
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1. Kajian Pustaka
Kajian terhadap Serat Sastra Gendhing yang pernah dilakukan sampai saat ini berupa skripsi dan ada pula yang berbentuk buku. Namun, penelitian tentang
simbol dan makna dalam Serat Sastra Gendhing dengan teori strukturalisme semiotik A. Teeuw belum pernah dilakukan. Berikut ini adalah telaah terhadap
skripsi dan buku yang mengkaji Serat Sastra Gendhing yang pernah ditulis oleh peorangan maupun kelompok.
Saidah Difla Iklila UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2008 dalam skripsinya yang berjudul Serat Sastra Gendhing Analisis untuk Memahami
Spiritualisme Sultan Agung Hanyakrakusuma. Dalam penelitian tersebut masalah yang diteliti adalah aspek-aspek mistik dan spiritual dalam Serat Sastra Gendhing
karya Sultan Agung Hanyakrakusuma. Hasil dari penelitian tersebut adalah Serat Sastra Gendhing memuat berbagai petuah raja termasuk di dalamnya ajaran
spiritual sultan. Karya mistik Sastra Gendhing mengajarkan tentang keselarasan lahir batin dan awal akhir. Keserasian antara jagad gumelar dengan jagad
gumulung, ditinjau dari ketajaman spiritual ini, Sultan Agung mendapat gelar yang sepadan dengan wali Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
11
Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini. Persamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu, sama-sama
meneliti tentang Serat Sastra Gendhing karya Sultan Agung Hanyakrakusuma. Sedangkan perbedaannya adalah kajian yang digunakan.
Dalam penelitian ini, digunakan teori strukturalisme semiotik A. Teeuw yang membagi simbol dalam
tiga kode, yaitu kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya. Teori ini digunakan untuk menelusuri ajaran yang terkandung Serat Sastra Gendhing karya Sultan
Agung Hanyakrakusuma. Jadi, penelitian ini bisa mengungkap makna semiotiknya secara keseluruhan. Makna karya sastra pada sistem sastra yang
tertinggi, yaitu makna keseluruhan teks Serat Sastra Gendhing sebagai sistem tanda.
Damardjati Supadjar 2001 dalam bukunya yang berjudul Filsafat Sosial Serat Sastra Gending. Dalam buku yang bergenre Javanese Literature tersebut,
masalah yang diteliti adalah tentang filsafat yang ada dalam Serat Sastra Gendhing, yaitu secara khusus meninjau dari sudut pandang filsafat sosial dan
membandingkannya dengan kepustakaan Jawa lainnya. Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan
penelitian yang dilakukan penulis. Persamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu, sama-sama meneliti tentang Serat Sastra Gendhing karya Sultan Agung
Hanyakrakusuma. Sedangkan perbedaannya adalah Damardjati Supadjar meneliti Serat Sastra Gendhing dari sudut filsafat sosial sebagai salah satu cabang ilmu
filsafat sedangkan penelitian ini mengkaji dengan teori sastra, yaitu strukturalisme semiotik untuk mencari simbol dan makna yang mengandung ajaran dalam Serat
12
Sastra Gendhing. Jadi, penelitian ini bisa mengungkap makna semiotiknya secara keseluruhan. Makna karya sastra pada sistem sastra yang tertinggi, yaitu makna
keseluruhan teks Serat Sastra Gendhing sebagai sistem tanda. Dengan ini akan dicoba meneliti Serat Sastra Gendhing karya Sultan
Agung Hanyakrakusuma dengan menggunakan teori strukturalisme semiotik A. Teeuw. Namun demikian, sangat diakui bahwa kajian-kajian terdahulu besar
manfaatnya.
2.2. Landasan Teoretis